Title : Home, Wind and Rain

Author : DeushiiKyungie

Rated : T (M)

Cast : Sehun/Mikaela, Jongin/Kai, Chanyeol, Baekhyun, Tao, Xiumin, Luhan, Chen dan bertambah seiring jalan cerita

Desclaimer : Cast belong them self, saya hanya memakai nama mereka dan ide serta alur certia hasil imajinasi absurd saya ._.v

Genre : fantasy, drama, romance, lilt action

Warning : Yaoi, typo, occ, kata-kata kasar and don't like don't read…. no plagiarism, please…

a/n: bow… maaf baru bisa update sekarang. Bow… #kabur

Enjoy!

l-l

Deg!

"Ughh… aah, aku- dimana? Akh, kepalaku.."

Haah… aku berusaha menenangkan aliran darah di tubuhku setelah tersentak cukup keras. Kepalaku sedikit sakit akibat sentakkan itu dan sudah kesekian kalinya aku mengalaminya. Benar-benar cara bangun yang menyakitkan.

Dan menyebalkan.

Entah sejak kapan itu terjadi, setiap bangun aku merasa ada yang menarik tubuhku kuat ke udara dan seakan menghantam cahaya putih terang di hadapanku, aku terbangun.

Setelah yakin tubuhku kembali normal, aku melirik kearah kananku dan yang kudapati kali ini adalah pantai cantik dengan pasir putih yang indah. Ah, aku baru sadar dengan suara ombak yang menghempas pantai dan pasir hangat tempat ku berbaring. Aku berada di tepi pantai.

Setelah berdiri dengan tegak kembali aku mengedarkan pandanganku kesekeliling ku. Pantai ini sepi, tak terlihat apapun selain diriku dan hutan di sebelah kiriku.

Haah… lagi-lagi aku sendirian dan sepertinya ini hari ke-empat- kalau aku tidak salah menghitung saat aku muncul entah dimana saat pertama kali. Lalu tertidur dan kembali bangun dengan mimpi aneh yang membuat ku tersentak keras. Aku sudah berusaha mencari dan berteriak berharap ada satu makhluk yang dapat aku rasakan selain dirku. Tapi tidak ada satupun, manusia maupun hewan. Hanya tumbuhan, bebatuan, tanah dan air yang dapat ku temukan.

Aku benar-benar sendiri.

Haah… entah apa yang terjadi padaku. Seingatku, aku masih berbaring di kasur sebelum Kyungsoo hyung mengetuk pintu kamar ku, menyuruhku untuk makan malam. Tapi sesaat aku akan membuka pintu sesuatu yang terang muncul dari jendela kamar dan menghantam tubuhku hingga terjatuh dan setelahnya aku berada di sebuah taman bermain.

Jujur saja, aku bingung setengah mati dengan apa yang terjadi. Tiba-tiba cahaya terang muncul lalu seakan mengirimmu entah kemana dan muncul di tempat berbeda…. Yah, itulah yang dapat ku simpulakan tentang apa yang terjadi padaku setelah cahaya terang itu menelan tubuhku.

Berusaha memanggil Kyungsoo hyung atau siapaun itu, berlari hingga aku tak sanggup melangkah namun tak ada seorangpun aku temui hingga aku menyerah dan tanpa aku sadari aku jatuh tertidur.

Dan kembali bangun dengan cara seperti yang aku katakan sebelumnya. Ah.. Sepertinya aku harus terbiasa dengan apa yang terjadi. Terlebih sejak saat itu aku tidak merasakan lapar atau haus. Tidak satupun yang masuk ke tubuhku selain udara yang ku hirup. Hanya berjalan dan terus berjalan berharap menemukan petunjuk dan kalian tau? Aku bahkan berpikir kalau aku sudah gila. Atau aku sudah mati?.

.

Entah seberapa jauh aku berjalan, menyusuri pantai ini dan hanya menikmati deburan ombak yang menjadi temanku sekarang.

Terpikir olehku untuk berenang namun aku langsung tersenyum bodoh saat sadar aku tidak bisa berenang. Aku juga berpikir untuk meloncat ke jurang saat sebelumnya aku tiba-tiba muncul di sebuah tebing dengan jurang yang curam dan mengerikan. Aku ingin mengakhiri hidupku namun yang terjadi benar-benar aneh. Aku merasakan sebuah sapuan angin lembut di telingaku dan seakan berbisik lirh, aku menghentikan tindakan konyolku.

Haah… tenang sekali. Angin laut benar-benar membuaiku, membuatku ingin tertidur lagi.

"Sayang, kau mengantuk?"

Deg!

Sontak aku membuka kedua mataku saat sebuah suara lembut masuk ke dalam pendengaranku. Sebuah suara yang familiar, dan- dan wajah itu.. ahh..

.

sleep

.

Sehun menatap sendu sebuah ruangan di paviliunyang tak jauh dari mansion utama. Satu-satunya ruangan-kamar- di paviliun yang dibangun khusus untuk sang kekasih tercintanya. Paviliun dengan aura dark blue yang jelas terlihat dan menyala-nyala melingkupi setiap sudut bangunan. Berbentuk limas dengan ukiran-ukiran rumit sebagai penghias. Paviliun khusus tempat sang takdir, pemilik hatinya, ratunya, berbaring terlelap dan entah kapan kedua mata bulat itu kembali terbuka. Menampilkan sepasang hazel coklat cantik yang dirindukannya. Ia sangat merindukan Kai-nya.

Haah.. ia tidak menyangka kejadian seperti ini akan terjadi. Tak pernah terpikirkan olehnya saat aura yang dimiliki Kai, yang ia tahu hampir sama dengan orang 'itu', nen merah ruby, akan menolak keras kekuatan dari liotin yang terisi serpihan nen kuning kemilau, layaknya warna petir menyambar yang bersinar terang, mencoba menyatu dalam lingkup aura merah terang yang menyala. Seakan membakar apapun yang menyentuh sang Tuan.

Masih membekas di ingatannya, meski sudah 6 hari berlalu sejak pagi menyakitkan itu. Sejak beberapa saat sebelumnya ia benar-benar merasakan rasa bahagia memiliki cintanya namun dalam sekejap ia harus rela menjauh dari cahaya hidupnya. Menjauh tanpa bisa menjangaku. Hanya melihat, menatapnya dari jauh dan ini benar-benar menyiksa dirinya.

"Kai… sayang,"

Melihat tepat di depan matanya nya, Kai, sosok manis itu mengerang kesakitan, tersiksa dengan aura besar dan kuat yang menekan tubuhnya tanpa bisa melawan. Sungguh, andai saja ia dapat melawan nen itu, ingin sekali ia memeluk tubuh mungil itu dan meredam api menyala sialan itudengan kekuatannya.

Namun auranya tidak cukup kuat untuk melawan. Entahlah ia tak mengerti kenapa- kenapa ia yang seorang pangeran tidak bisa- tidak mampu menyaingi kekuatan dari nen merah itu.

Setelah ledakan aura yang untungnya tidak menyebabkan kerusakan parah, hanya kamar yang porak-poranda dan dinding yang hancur, Aerith, sosok itu tiba-tiba muncul dan menyebarkan auranya. Mencoba melawan kedua aura, nen merah dan kuning yang berkobar seakan saling menelan dan nen dengan warna ungu gelap membelah kedua aura. Menambah ledakan yang terjadi dan membuat kerusakan yang semakin parah.

Sehun tidak tau apa yang terjadi pada Kai-nya, ia tidak tau bagaimana keadaan pemuda yang terbaring kesakitan itu karena iapun terkena dampak ledakan meski tak cukup parah. Beruntung dengan sisa kekuatan yang ia punya, Sehun dapat berpindah dari posisinya.

Ia masih merasakan aura kacau meski perlahan-lahan menghilang menyisakan gumpalan asap keabuan pekat. Asap yang perlahan menipis dan menampakkan sosok pemuda tan terbaring dalam bungkusan selimut putih dan nen ungu yang menyelimuti seakan melindungi sosok itu.

Dan Sehun tidak bisa tak melihat sosok lain disisi Kai. Sosok itu yang tiba-tiba masuk dan dhuar! Menyebabkan kekacauan yang tak pernah terbayangkan olehnya. Manusia… yang selama ini mengganggu pikirannya, sosok yang kemungkinan membuat ia tidak bisa bersatu dengan Kai-nya.

Haah…

Sehun tidak tau…

Ia tidak tau harus berbuat apa meski wanita itu, sosok yang tiba-tiba muncul itu telah menjelaskan semua yang ingin ia tahu… semua. Tentang siapa dia, hubungannya dengan Jongin dan siapa Jongin, Kai-nya. Namun ia tetap tidak tau harus berbuat apa.

Tidak ada-

Banyak yang ia pikirkan- tapi, sebagian pikiran dan hatinya saat ini hanya tertuju pada Jongin yang masih setia menutup kedua mata indahnya. Seakan nyaman dalam tidur panjangnya, membuat Sehun sesak dan menahan sakit di punggung telapak tangan kirinya yang entah apa sebabnya. Terlebih, ia benci saat tak bisa mendekat apa lagi menyentuh sosok itu.

Ia tidak tau. Ia tidak suka aura merah itu. Ia benci tapi Sehun tidak tau harus berbuat apa.

Ia buntu.

.

secret

.

Suasana canggung dan tegang beberapa hari yang lalu sepertinya sudah tak terasa lagi di bangunan megah di tengah hutan itu, Crouth. Bangunan megah tanpa cacat, kembali seperti sedia kala pasca ledakan aura beberapa hari yang lalu.

Jongdae, sosok asing di mansion megah itu menatap dalam riak air danau yang entah bisa ada di tengah hutan seperti ini. Haah… cuaca cerah di pagi yang dingin.

Gila, huh.

Ia tak percaya ia akhirnya merasakannya. Perasaan itu, sesuatu yang menjadi mimpi buruknya setiap malam ia teringat sang adik kecil. Rintihan permohonan, bisikan pertolongan dan aura menyesakkan dari cahaya yang berpendar menyilaukan dari liontin yang ia jaga. Aura menyeramkan sekaligus menyedihkan yang selalu ia rasakan saat teringat Jongin. Ia pikir itu hanya ilusi, bunga tidur tapi perlahan ia sadar itu semua nyata dan benar-benar ia rasakan sendiri saat liontin cantik itu berpendar, melayang dan mengarah pada sang adik. Menariknya seakan dua kutub magnet yang berbeda namun tidak bisa bersatu.

Ia tau, sang adik bukanlah manusia biasa dan ada sesuatu dalam tubuh anak itu. Haah… Jongdae takut, ia takut sesuatu itu akan menyakiti sang adik. Dan setelah kejadian seminggu yang lalu sepertinya ia sadar. Di dalam surat peninggalan sang bibi yang sudah ia angggap ibu, Ia mengerti maksud dari kilatan petir dan guratan cahaya, sesuatu yang tersimpan dalam liontin itu namun…

Ada yang lebih dari itu… aura lain, lebih pekat dan kelam… dan menolak untuk bersatu sehingga menyebabkan ledakan mengerikan itu. Dan Jongdae rasanya hampir mati saat merasakan tekanan mengerikan yang ia rasakan.

Ia beruntung masih bernafas sekarang.

Haah.. hampir seminggu ia berada disini dan sudah selama itu pula Jongin, adik kecilnya terbaring lelap. Terlalu lelap tanpa ada tanda-tanda sosok itu akan bangun. Bernafas teratur seakan ia tengah bermimpi indah.

Haah… entah berapa kali ia menghela nafas pagi ini. Begitu banyak yang ia pikirkan dan menunggu sang adik terbangun adalah hal yang bisa ia lakukan saat ini.

Tap tap tap

Terdengar langkah kaki di belakangnya, namun Jongdae tidak ingin berbalik.

"Kau masih disini?" suara berat sang pelayan Crouth menyapa pendengarannya. Namun wanita itu hanya acuh, tak berniat membalas. Jongdae menutup kedua matanya, meresapi udara disekitarnya.

"Haa.. percuma kau ada disini, Nona."

"Aku tidak akan pergi."

"Heh, kau pikir kau siapa? Lebih baik kau kembali. Ti-"

"Dan membiarkan adikku bersama makhluk asing seperti kalian? Tidak. Aku tidak akan membiarkan adikku tinggal bersama makhluk mengerikan seperti kalian," potong Jongdae. Ia berbalik menghadap Chanyeol, menatap tajam pada sang pelayan Crouth. Sosok yang pertama kali ia lihat saat terbagun beberapa hari yang lalu setelah ledakan itu. Seorang yang memiliki tubuh tinggi dan wajah yang… harus ia akui, tampan. Tapi Jongdae tidak suka dengan makhluk didepannya ini. Aura laki-laki tinggi itu aneh, terlebih senyumnya.

Dan lihatlah, laki-laki itu tersenyum-tersenyum lebar- menampakkan gigi-gigi besarnya yang rapih dan tertawa pelan. "Khehe… makhluk mengerikan? Eyy~ kau tak pernah melihat laki-laki tampan ya? Kau tak lihat wajahku ini, hah? Aku salah satu makhluk paling tampan, kau tau? Dan lihat tubuhku ini, tinggi, tegap, gagah, ber-"

"Tampan dari mananya? Dari tiang listrik? Khe, kau malah terlihat seperti tiang berjalan. Tinggimu itu mengerikan."

"Ck, kau saja yang pendek, dasar manusia,"

"Makhluk jelek, suara mu jelek,"

"Ya! Kau pikir suara cempreng mu bagus hah?"

"Ya! Jangan berteriak, kau mengerikan!"

"Kau menyebalkan, manusia pendek!"

"Aku tidak pendek, tiang listrik telinga besar!"

"Kau-"

"Sampai kapan kau disana Chanyeol? Cepat pergi ke kota!"

"-pend, Ah! Apa? Ya! Baekhyun kau mengagetkanku, sialan."

"Kau yang sialan. Cepat pergi. Kau ingin Pangeran menendangmu, hah?"

"Ckh, awas kau Nona Jongdae-" gapss~

Setelah makhluk tinggi-Chanyeol- menghilang didepan matanya, secepat kilat, secepat ia mengedipkan mata muncul sosok lain di hadapannya. Jongdae sepertinya harus terbiasa-membiasakan diri- dengan keadaan mustahil yang akan ia alami mulai dari sekarang- atau sejak ia membuka pintu kamar tempat sang adik berada? Ah, tolong ingatkan wanita itu bahwa ia masih waras. Ya, Jongdae manusia biasa yang terperangkap dalam hal 'tidak mungkin' untuk manusia.

"Apa yang kau lakukan disini?" sosok lain itu, Baekhyun bertanya dengan nada tenangnya. Sepasang mata berkilaunya menelisik pelan wanita dihadapannya dan ia tak perlu waspada tenaganya terserap seperti waktu itu karena liontin dengan aura kuning terang itu berada pada 'tempat' yang aman.

Untuk sesaat Jongdae tidak menjawab. Sepasang mata sipitnya terarah pada sosok lain dibelakang Baekhyun. Wanita manis dengan paras yang membuat ia terbayang pada sosok adiknya yang lain. "Sepertinya kau bertengkar lagi dengan Phoenix, ya?" ujar Aerith atau Kyungsoo di Bumi.

Aerith pernah ke Bumi sebelumnya, itu sudah lama sekali dan ini kali keduanya ia merasakan hidup di Bumi. Jujur, Kyungsoo-Aerith- lebih memilih udara Bumi dibandingkan Exodusv yang bisa dibilang, berpolusi tinggi.

"Kau mengapa mengikuti ku?" Tanya Baekhyun, sedikit risih. Tidak, namja tampan namun lumayan cantik itu tidak membenci Aerith, Baekhyun hanya tidak suka dengan aura yang dipancarkan wanita dengan sepasang mata bulat indah itu.

"Aku tidak mengikutimu. Aku hanya ingin melihat Phoenix pergi tapi sepertinya aku terlambat."

Jongdae masih terdiam mendengarkan dua makhluk yang harus ia akui memiliki tubuh dan paras yang menawan. Untuk fisik, mereka sama seperti manusia lainnya, namun sepasang mata mereka jelas membedakan. Tak seperti memakai softlens, mata itu tampak asli dan… mengagumkan?

Dan aura, nen, yang mereka miliki terasa sangat jelas jika Jongdae tidak peka sedari awal.

"Hanya menikmati pagi yang cerah sebelum makhluk tinggi bernama Phoenix menggangguku." Jawab Jongdae akhirnya. Melangkah perlahan pada Kyungsoo yang merentangkan sebelah tangan padanya, melewati Baekhyun yang masih dengan tatapannya pada Jongdae. Wanita dengan bibir tipis itu meraih telapak tangan Kyungsoo dan menggenggamnya lembut.

"Aku akan menemanimu melihat Tuan Muda Kai. Tapi sebelumnya kau harus makan dulu," Kyungsoo berkata lembut dan mengacuhkan Baekhyun yang menatap dirinya dan Jongdae. Menatap dua wanita dengan aura berbeda itu menjauh.

Gila

Satu kata yang terlintas dalam pikirannya saat melihat kilat di mata bulat indah sang Earth'eve.

"Apa yang kau rencanakan, Aerith? Tiba-tiba akrab dengan makhluk Bumi… hah, Phoenix, Aerith… sebenanya kalian memihak siapa? Raja Luhan atau Ratu Xiumin?"

"Dan… Sialan! Kenapa aku tidak bisa kembali ke Exodusv!? Arrgh! Kenapa juga aku tidak ikut Tao kemarin? Ck."

.

l-l

.

"Hai… sudah lama kita tidak bertemu…" sosok itu kembali berbicara namun aku masih terpaku. Terdiam. Ya Tuhan…

"Kau tumbuh dengan baik, Jonginie… Mama senang."

Dia- kenapa, bisa?

"Kenapa?"

"Ah!"

Aku tersentak. Kenapa? Apanya yang kenapa? Dan, Mama?

"Sepertinya kau sangat terkejut. Hum… kemarilah, mendekatlah sayang…"

Seperti tersihir, aku melangkah perlahan kearah sosok itu. Seorang wanita anggun, sangat cantik dan… senyumnya sangat manis dan meneduhkan. Membuat tubuhku merasa nyaman. Rasanya.. sangat aku kenali.

Dia-

"Mama?"

"Ya, sayang. Ini Mama. Mama Jongie.. Mama merindukan Jongie… Jongie rindu Mama?"

Mama… suara, wajah, senyum itu…

Mama…

Aku berdiri tepat dihadapannya. Menatap rancu sepasang mata bulat dengan iris gelap yang entah mengapa terlihat menawan. Tatapan itu begitu lembut, sarat akan kasih sayang yang penuh.

Wajah itu… Mama-

"Hiks.."

Kenapa, kenapa tiba-tiba dadaku sesak? Jantungku juga berdegup kencang? Kenapa? Kenapa aku… menangis?

"Hiks… Mama…"

"Ya, sayang… hey, jangan menangis,"

Uhm… tidak. Tidak bisa… aku tidak bisa menahan air mataku. Mereka tiba-tiba saja turun dan dadaku, ugh.. hiks sakit… sakit sekali…

"Ugh," aku menunduk cepat, meremas bajuku, menekan dadaku yang terasa sangat sakit. Kenapa? Hiks, kenapa tiba-tiba-

Puk

"Hiks.. Mama…" seketika aku mendonggak menatap wajah itu, wajah dengan raut berbeda. Khawatir terlukis disana. Aku merasakan usapan lembut dikepalaku, perlahan turun dan mengusap punggungku pelan dan menarikku kedalam pelukan hangatnya.

Aku kembali mengantuk…

Mama… Jongie-

Rindu…

.

boom

.

"Hujan…" Jongdae bergumam lirih.

Sena mendaratkan kaki-kaki mungilnya di bahu satu-satunya manusia di ruang tegah mansion. Ikut menatap tetesan deras air yang turun membasahi tanah dibalik kaca besar, menampakkan taman indah yang basah. "Umh, deras sekali. Kenapa tiba-tiba, ya? Sena suka hujan tapi Sena juga benci hujan yang seperti ini…" ujar peri kecil itu.

"Haa… aku jadi tidak bisa melihat Jongin.." lirih Jongdae lagi.

"Sama… Sena juga ingin melihat Tuan Muda Kai~" sahut Sena. Lalu peri kecil itu terbang kearah Baekhyun. "Baekhyuuun~" serunya setelah tiba diatas kepala satu-satunya laki-laki disana.

"Ya! Sena, diamlah. Berhenti terbang disekitarku,"

"Bhuuu… Bekun jelek!"

Kyungsoo hanya tersenyum tipis melihat tingkah dua makhluk yang sama sepertinya itu. Sudah lama sekali sejak terakhir ia melihat si peri kecil yang diciptakan Ratu Xiumin untuk menemani Sang Pangeran. Makhluk cantik yang terlahir dari gumpalan embun pagi, terselimuti angin suci dan darah sang ratu seraphim. Menjadi peri yang paling disegani diantara peri yang lain di Exodusv.

Dan Jongdae…

Wanita yang mengingatkan ia pada sosok yang telah lama hilang dan terlupakan. Sosok yang menjadikan ia seperti ini. Huh… bodoh. Karena dia, ia yang harus melanjutkan misi penuh bahaya ini sendirian.

Huh, dasar kalajengking bodoh!

Pembohong… sialan. Kenapa kau harus mati duluan, hah? Kenapa… Brengsek.

"Kyungsoo? Kau menangis.. ada apa?"

"Ah!"

"Hei, ada apa? Kau tidak apa-apa?"

Jongdae terus bertanya dan menantap Kyungsoo khawatir. Sedangkan Baekhyun hanya menatap datar, mengedikkan bahunya dan mengalihkan pandangannya pada langit kelam. Sesekali terlihat kilat petir dilangit sana. Kilat yang tak biasa dan semakin lama hujan turun semakin deras. Angin juga bertiup kencang.

Badai kah?

'Deg'

Tiba-tiba perasaannya tidak nyaman. Aneh… sial, apa yang terjadi? Perasaan ini…

"Sena!" Kyungsoo tiba-tiba berteriak saat Sena menghilang, menyisakan kepulan asap abu-abu yang dengan cepat mengilang. Gadis itu juga merasakan perasaan aneh.

"Apa yang terjadi, Kyungsoo?" Tanya Jongdae, hatinya juga tiba-tiba gelisah. Melihat Kyungsoo dan Baekhyun yang tiba-tiba berdiri, menatap langit yang semakin gelap dengan petir yang silih berganti.

CTARRR!

"Kyaaa!" Jongdae sontak berteriak dan berjongkok sembari menutup telinganya. "Ap- apa itu… hah hah.."

"Jongdae, tenanglah!" kyungsoo langsung memeluk gadis itu dan menatap penuh arti pada pria disana. Baekhyun mencoba mengalirkan nen-nya dan sontak terdiam saat merasakan aura pekat dari salah satu ruangan di mansion itu.

"Ah! Aerith, liontin itu-" belum selesai Baekhyun dengan kata-katanya, Kyungsoo seperti tersadar akan sesuatu, langsung berlari kearah penyimpanan liontin yang berada diruangan khusus tepat dibawah tangga. Namun belum menggapai handle pintu tiba-tiba petir kembali menyambar. Terasa amat dekat dan menggelegar, menyebabkan getaran yang hampir membuat ia terjatuh.

CTAARRR! BLAARR!

"Sial!" Kyungsoo mengumpat sembari menahan tubuhnya di dinding dan kembali berjalan perlahan menggapai handle pintu, namun lagi-lagi ia harus berhenti dan jatuh terduduk saat merasakan aura kuat dari dalam dan merayap melalui celah pintu. Nen kuning kecoklatan tetangkap di sepasang mata bulatnya dan udara berat menyesakkan. Membuat tubuh mungilnya tiba-tiba lemas.

"Kyaaa!"

Hah hah.. ap-apa.. kekuatan apa ini? Tidak mungkin dia sampai melakukan ini kan? Tidak mungkin kekuatan yang ia berikan pada anak itu sampai sebesar ini? Tidak…

Hah, ya. Kekuatan yang besar. Tentu saja Aerith… sebuah kunci harus kuat untuk kekuatan yang mengerikan..

Chen… apa ini maksudmu, sayang…?

.

Tears

.

-Sebelum hujan dan Sena menghilang-

Tak sedikitpun sepasang iris gelap itu beralih dari sosok yang masih terlelap nyaman disana. Menatap lembut dan penuh kasih. Mengarahkan angin lembut pada wajah manis kekasih manisnya. Menyapu ringan helai rambut coklat yang terlihat lembut hingga ia lebih leluasa memindai wajah manis dan cantik belahan sang jiwa.

Entah berapa lama lagi sang Pangeran menunggu sosok yang dicintainya itu terbangun.

Kai-nya…

Tess tess..

Terasa tetesan air dari langit dan perlahan membasahi tubuh tegap Sehun. Semakin lama semakin deras mendera tubuhnya. Terdengar deru petir bersahutan dilangit sana, membuat ia terpaksa mengalihkan atensinya pada kilat yang membentuk goresan aneh yang tertangkap disepasang iris gelapnya. Hanya sekejap namun mampu membuat ia terdiam.

Kembali dialihkan pandangannya pada sosok Kai yang terbaring disatu-satunya tempat tidur di ruangan itu.

Deg

Tiba-tiba tubuhnya tersentak dan terpaku pada wajah manis itu. Ada sesuatu yang berbeda… mata itu. Kenapa- sesuatu mengalir dari sana. Air mata? kenapa mengangis, sayang? Apa yang membuat mu menangis?

Deg Deg Deg

Sehun meremas jantungnya kuat. Tiba-tiba berdegup kencang dan membuat ia sesak. "Apa yang terjadi?" bisiknya tajam. Masih menatap Kai yang tiba-tiba menangis dalam tidurnya, Sehun bergumam pelan dan anginpun bertiup kencang. Mengelilingi tubuhnya namun tidak menghalangi tatapannya pada Kai yang perlahan tubuh itu bergetar pelan.

Ap- apa Kai, kau bangun!

"Kai!" teriaknya.

Sesaat kakinya akan melangkah tiba-tiba saja petir menyambar bangunan pavilliun, membuat atap bangunan hancur dan retakan pada dinding. Sontak Sehun kaget dan tubuhnya menegang. Nafasnya tersendat dan jantungnya sesaat berhenti.

Hujan masih mengguyur deras, angin disekelilingnya masih berputar melindungi tubuh Sehun dari puing-puing atap yang berhamburan. Tersadar apa yang terjadi, Sehun melihat kobaran aura merah yang seakan berusaha menelan aura dark blue yang melingkupi bangunan itu. Perlahan hilang dan berganti dengan nen merah yang menyebar hingga ke tempat ia berdiri.

Sial! Sebenarnya Nen apa yang ada dalam tubuhmu Kai? Kenapa kau bisa memiliki aura dengan kekuatan sebesar ini? batinya.

Tidak terkontrol dan terlalu kuat.

"Sena!" panggilnya dan tak butuh waktu lama, sang peri angin pun muncul disampingnya.

"Ada ap-"

"Arahkan nen mu pada aura merah itu!" perintah Sehun sebelum Sena menyelesaikan ucapannya. Dengan patuh, makhluk mungil itu mengumpulkan energi nya dan sesaat akan melepaskan kekuatannya, tubuh mungil itu menegang melihat pemandangan dihadapannya. Bangunan yang separuhnya hancur dan terlebih, aura merah ruby yang berkobar besar membuat jantungnya berdegub kencang.

"Ap-apa ini? mengerikan…" lirihnya.

Dan sekilas terlihat olehnya tubuh rapuh sang tuan Muda yang melayang di udara.

"Pangeran… Tuan Muda Kai-" suaranya tercekat. Sena langsung menatap Sehun yang terdiam menatap sosok Kai yang mengambang di udara. Dan bibir tipis itu merapal sesuatu yang dipahaminya.

terbukalah

Sena langsung melepaskan nen grey-nya dan langsung berbenturan dengan nen merah, menciptakan percikan cahaya.

Mengepalkan tanganya erat, Sehun mengarahkan nen-nya mencoba melawan aura merah yang mulai membentuk sebuah gumpalan tak berbentuk dan tiba-tiba lansung meluncur kearahnya.

BROOMRR

"Ckh, sial"

Sehun berhasil menghancurkan gumpalan yang mengarah padanya dan melihat kobaran aura yang menyala terang itu tiba-tiba saja ia terbang mundur. Merapal mantra dan kembali mengarahkan telapak tangannya pada aura merah yang masih menyala melawan kekuatan Sena.

"Aku tidak tau dari siapa nen yang mengalir dalam tubuhmu, sayang. Aku tidak akan membiarkan siapapun atau apapun melukaimu… kau milikku, Kai."

.

Boom!

.

Jondae terus berlari dengan menggenggam erat rantai yang mengikat liontin yang terbang kearah hutan, tepatnya pavilliun tempat sang adik berbaring. Mengabaikan deras hujan yang membasahi tubuh mungilnya. Firasatnya benar-benar buruk saat ini setelah merasakan aura dari liontin yang menekan udara, berat, menyesakkan dadanya dan membuat dua makhluk Exoduvs terbaring lemah. Baekhyun dan Kyungsoo merasa kekuatan mereka terserap oleh cayaha liontin, membuat kekuatan mereka melemah. Jongdae, entah merasakan hal buruk akan terjadi dengan cepat ia mengambil liontin yang berpendar terang dan membawanya pergi setelah Kyungsoo menyuruhnya membawa benda itu ke pavilliun dan mengarahkan liontin itu pada dada Jongin.

Sama seperti saat seminggu yang lalu ia muncul diruangan dimana Jongin tengah mengerang kesakitan di dadanya.

Jongdae tidak sanggup mendengar nada rintihan menyakitkan itu, melihat tubuh itu memerah seakan terbakar dan wajah manis itu… ia tak sanggup menapat sirat kesakitan disana. Tidak lagi.

Entah apa yang akan terjadi saat ia menempelkan liontin itu di dada Jongin, ia tidak tau.

"-Jongdae ya… Jika Jongie merasa sakit di dadanya, kau harus menempelkan liontin ini di dadanya.. karena dengan cahaya pada liontin ini akan meredakan rasa sakit dan membuat Jongie kembali normal. Kau harus menjaganya, ya… bibi yakin kau pasti bisa menjaga Jongin.."

Teringat kembali olehnya salah satu isi dari pesan yang ditinggalkan sang bibi padanya. Pesan yang mengharuskannya melindungi sang adik kecil dan menjaganya.

"Hah.. hah.. Jongie ah.. maafkan noona.." lirihnya.

.

Sehun dan Sena masih berusaha melawan gumpalan – gumpalan dari aura merah yang terus terlempar kearah mereka. Menyebabkan ledakan-ledakan yang menghancurkan sebagian hutan yang mengelilingi mereka. Aura merah yang bereaksi langsung, seakan tidak membiarkan seorangpun memasuki wilayah sang tuan yang masih menutup matanya. Hingga sepasang iris gelap Sehun melihat Jongdae yang berlari kencang menerobos bangunan pavilliun. Sesaat wanita itu berhenti, terkejut namun hanya sesaat sebelum ia kembali berjalan dan berusaha melewati puing-puing bangunan dan berusaha mendekati Kai yang masih melayang di udara.

"Apa yang dia lakukan? Kenapa dia masuk dan mendekati Kai?" tiba-tiba Sehun mengeram kesal melihat sosok manusia yang bisa mendekati tubuh sang kekasih. "Kenapa bisa!" Sehun marah saat jemari Jongdae yang bergetar berusaha menarik lengan Kai yang melayang setinggi satu meter, menarik turun tubuh itu secara perlahan dan jelas di sepasang iris gelapnya, wanita yang mengaku sebagai kakak kekasih hatinya menangis, terisak dalam.

Mengabaikan gumpalan merah yang masih terlontar kearahnya, Sehun perlahan berjalan mendekat dan Sena berusaha keras melindungi sang Pangeran. Tak membiarkan sang Tuan terluka sedikitpun.

Disana, tubuh lemah itu telah kembali berbaring di ranjang dan masih kedua mata indah itu tertutup rapat. Menatap dalam apa yang dilakukan wanita dengan bibir tipis itu dan apa yang akan terjadi. Saat jemari mungil itu perlahan mengarahkan liontin yang berpendar terang kearah dada polos si pemuda yang masih terlelap. Entah sejak kapan pakaian atas Kai menghilang, memperlihatka kulit tan mulus itu memerah seakan terbakar dan terlihat cahaya merah gelap berpendar terang disana.

Jongdae perlahan menempelkan liontin berbentuk segitiga itu tepat ditengah-tengah cahaya merah yang membentuk segitiga dengan garis zigzag yang mengkilat terang. Seolah menanti sesuatu yang akan menutupnya. Cahaya merah perlahan meredup seiring jemarinya menekan benda itu di dada kiri Kai sembari menahan tangisnya. Mengusap lembut dan penuh sayang wajah manis sang adik hingga liontin itu mulai terasa panas di jemarinya.

Panas dan perih namun ia harus menyelesaikan tugasnya. Peluh membasahi wajah manis Jongdae, tubuhnya kembali bergetar dan sinar mata itu mulai meredup.

Tepat liontin kuning itu menempel sempurna dan sekejap nen merah ruby itupun lenyap. Setelahnya Jongdaepun jatuh pingsan dengan tubuh lemah dan pucat tepat di sisi sang adik yang perlahan mulai membuka sepasang mata indahnya.

Menampilkan iris coklat gelap dan sebersit merah terang menatap kosong langit kelabu yang masih setia menurunkan tetesan-tetesan sendu.

Terlintas dibenaknya,

"Aku benci hujan."

.

.to be continue…

.

.

.

Hai!

Maaaaaaafffff… baru update T.T

Baru bisa ngetik setelah lelah dengan kuliah, tinggal nunggu cabut dari kampus dan melanglang buana cari kerja lagii,,,/abaikan

Terima kasih masih setia menunggu ff ini/kalo ada syukur gak ada gwenchanaa…/ makasih untuk siders, reviewers, follow and fav…

Dan maaf gak balas review kaliannn T_T tapi saya sellalluu baca review kalian koqq

Dan maafkan typo karena dia tidak bersalah/plak

Love youre~ #pyongpyongpyong

Oh ya.. kenapa Baekhyun gak bisa balik ke Exoduvs?