Disclaimer: Masashi Kishimoto
After Past: Bagian Pertama
Maret, 2013
Sakura menatap Sasuke yang sedang memberikan kancing keduanya-kancing tanda cinta- kepada seorang gadis yang memintanya. Aneh. Kenapa ia sebegitu pedulinya terhadap Sasuke?
Padahal, Sasuke bukan siapa-siapa bagi dirinya. Sekelas sekalipun tidak pernah. Mengobrol apa lagi. Tetapi sejak Sasuke tampil bermain biola dua hari yang lalu, di acara perpisahan sekolah mereka, pandangan Sakura terhadap Sasuke yang pendiam itu berbeda.
Sakura meratapi tubuh fisiknya yang berbeda dari orang-orang lainnya. Tubuhnya tidak dapat dikatakan langsing, justru cenderung gemuk dengan kaki dan tangan yang besar. Satu-satunya yang tampak cukup bagus dari fisiknya hanyalah perutnya yang tampak rata, dan mata warna mata emeraldnya yang memesona. Ini membuatnya tidak pernah menonjol di sekolah. Belum lagi dengan seleranya yang berbeda dari kebanyakan gadis umumnya: lebih suka menggunakan celana jins, penggemar musik-musik bertempo lambat dengan tabuhan drum,~biasa lebih suka disebut jenis mellow rock~aroma parfum bunga sakura yang sedikit menyengat, juga warna pink cerah dan jauh dari kata pastel.
Tidak pernah ada kata mungkin bagi Sasuke menyukainya walau hanya sesaat. Sasuke yang pendiam, tapi mendadak populer karena permainan biolanya. Pasti rasanya sama dengan yang dimiliki anak-anak lain, sebatas kekaguman.
Iya, hanya kagum. Sakura terus meyakini dirinya sendiri dalam hati.
Lagi pula,bukannya hari ini adalah hari terakhir mereka akan saling bersitatap, berpisah karena kelulusan? Ya, tepat seperti itu.
-X-
April, 2015
Sakura melangkahkan kaki jenjangnya kedalam kelasnya. Masa-masa sekolah menengah atasnya berkali-kali lebih baik dari masa lalunya di SMP. Mulanya ia masuk sekolah menjadi murid biasa di kelas satu. Lama-kelamaan, sejak ia mulai mempelajari sepeda yang tak ia sukai sejak kecil, berangkat sekolah tiap hari menggunakan sepedanya, tubuhnya yang gemuk mulai meramping dengan sendirinya.
Ia mulai menjadi murid populer karena cantik, semenjak mulai naik ke kelas dua. Sakura mempelajari satu hal dari yang dialaminya: populer bukan hanya karena seleramu pas dengan pergaulanmu, tetapi juga karena dirimu yang cantik.
Tetapi menjadi murid populer tidak semenyenangkan kelihatannya. Beberapa kali Sakura terlibat masalah dengan kakak kelas yang mengira dirinya terlalu percaya diri, atau adik kelas yang nggak tau apa-apa naksir padanya.
Ditahun ketiganya di SMA, ia tidak mau masalah semacam itu ada lagi dikehidupannya. Tahun ini Sakura ingin menjalankan kehidupannya dengan tenang...
Tetapi sepertinya harap dihatinya tidak terkabul ketika melihat sosok itu melangkah masuk.
Sasuke? Kenapa lelaki itu berada disana? Apakah ia salah melihat, atau Sakura belum terbangun dari mimpinya?
Tatkala Sasuke melangkah mendekatinya dan mengambil posisi tempat duduk didepannya, ia meyakini kalau saat ini dia benar-benar sudah terbangun.
"Hei, Sakura, kan?"
Tiga kata pertama yang Sasuke luncurkan untuknya membuat Sakura terkesiap, jantungnya berpacu sehingga membuat rona merah diwajahnya. "Ya." jawabnya singkat. Sasuke mengenalnya!
Ia mengira, hanya dirinya yang mengenali Sasuke, sedangkan Sasuke tidak mengenalinya sama sekali. Mengingat mereka tidak pernah sekelas dan berpapasan.
"Kau yang menyanyikan lagu I Have a Dream pada acara perpisahan." kata Sasuke lagi, kemudian menatap Sakura lekat. "Aku masih mengingatmu, walau sekarang kau sudah tampak berbeda."
"Tentu saja. Sudah dua tahun sejak itu..." kata Sakura grogi.
Sasuke membalikkan tubuhnya kearah depan, menyandarkan kepalanya pada dinding. Yup, mereka berdua duduk dipinggir kelas, dekat jendela yang menghadap jalan utama, yang dihiasi pepohonan sakura.
Sakura berusaha mengontrol emosinya yang berubah aneh secara tiba-tiba. Ia berusaha meluruskan pikirannya. Pertanyaan pertama, kenapa Sasuke bisa berada di sekolah yang biasa-biasa saja seperti ini? Bukankah Sasuke memasuki sekolah elit yang mahalnya luar biasa itu?
Pertanyaan kedua, apa Sasuke memang mengingatnya hanya karena penampilannya di acara perpisahan~seperti dirinya yang tak pernah bisa melupakan permainan Sasuke?
Pertanyaan ketiga...
"Hei, Sakura. Jangan bilang siapa-siapa soal aku pindahan dari sekolah elit." kata Sasuke dengan suaranya yang rendah.
Sakura mengangguk, memalingkan wajahnya keluar jendela. Menatap guguran bunga sakura yang tampak seperti salju berwarna pink dimusim semi.
-X-
"Hei, Sasuke." Sakura berusaha menjajari langkah Sasuke. "Aku ingin bertanya, dan kuharap kau mau menjawabnya. Kenapa kau pindah sekolah ke sekolah yang terpencil ini, diwaktu yang hampir lulus ini?"
Sasuke menghembuskan napasnya, merasa risih dengan pertanyaan Sakura.
Sakura merengut saat pertanyaannya tak digubris. Ia berusaha mencari cara lain untuk memaksa Sasuke. "Apa kau mau kuberitahu anak-anak lain tentang asal sekolahmu?"
Pertanyaan yang diucapkan dengan nada datar itu sukses membuat Sasuke menoleh dan menatap tajam Sakura. "Apa aku harus menceritakan segalanya padamu, Sakura?"
"Tentu saja. Aku harus tahu." kata Sakura sengit.
"Singkatnya, keluargaku sudah tidak memiliki biaya lagi untuk membiayaiku di sekolah itu. Keluargaku dalam keadaan krisis keuangan." jawab Sasuke malas. Dia melangkahkan kakinya semakin cepat. "Tenang saja, itu semua tidak ada pengaruhnya buatmu. Sesungguhnya, aku cukup terkejut mengetahui kalau kau cukup populer di sekolah sekarang..."
Sakura mempercepat langkahnya kembali, berusaha menjajari langkah Sasuke. "Kalau begitu, biarkan aku membantumu!"
Sasuke menoleh. "Apa katamu?"
"Biarkan aku membantumu. Kau sedang berada dalam masalah, kan?"
Sasuke menaikan alisnya sebelah. "Jangan bercanda. Apa aku terlihat seperti seseorang yang membutuhkan uang?"
"Sasuke!" Sakura berdecak. "Sampai kapan kau bersikap dingin seperti itu? Sampai kapan kau mau menyimpan semuanya sendirian? Sejak dulu, kau tidak pernah merubah sikapmu itu. Aku tahu rasanya memiliki masalah dan tidak seorangpun mengerti..."
"Sekalipun kau mau membantuku, kau mau membantuku soal apa?" tanya Sasuke. "Membantuku mencari uang, begitu?"
"Kalau itu memang bisa membantumu, boleh saja."
Sasuke tampak terkesiap, tidak percaya dengan ucapan Sakura. "Serius?"
Sakura menghembuskan napasnya pelan. "Tentu saja."
Perlahan, sebuah senyum yang jarang dilihat Sakura muncul diwajah Sasuke. Membuat hati Sakura berdesir hangat, membuatnya meyakini dirinya sendiri kalau ini hanya perasaan kagum.
"Kalau begitu, kau bisa temani aku? Kau mau menolongku, kan?"
-X-
"Kau masih mengingat Ino? Kafe barunya sedang membuka lowongan pekerjaan untuk mengisi acara panggung disana, tetapi jika aku memintanya sendirian aku bisa diinterogasi. Jadi, aku meminta tolong padamu agar kamu menjadi vokalis dari permainan biolaku." jelas Sasuke.
"Ino? Vokalis?" Sakura mengerjapkan matanya kaget. "Aku... tidak dekat dengan Ino. Lagi pula, vokalis bagaimana?"
"Suaramu cukup bagus, kok. Kau juga pernah tampil dipanggung sebelumnya." kata Sasuke. "Ayolah, katamu kau mau membantuku."
"I-iya. Baiklah." Sakura mengangguk paham. "Akan kucoba."
"Nah, itu kafenya." Sasuke menunjukkan letak kafe yang terkesan imut dan baru dibandingkan toko-toko lainnya. "Tinggal beberapa langkah."
Ketika Sakura memasuki kafe itu, ia terkejut. Bagaimana kafe ini bisa membuatnya nyaman sekali dengan dekorasi imut dan aroma kopi dipenjuru ruang? Ia pasti betah lama-lama berada disini. Pun menginap ia mau.
"Ino!" Sasuke memanggil Ino yang tengah sibuk menulis keuangan. Suara Sasuke terdengar serak, khas seorang cowok. Mata Ino berbinar dan membuat Sakura jengah. Tetapi, Ino sepertinya menyadari adanya Sakura dan mendelik tidak senang. Ada juga tatapan kaget dari wajahnya.
"Hei, Ino. Tawaran mengisi panggungmu masih terbuka, kan?" Sasuke berjalan mendekati Ino dan Sakura mengekorinya dari belakang.
"Iya, masih." Ino menjawab ragu, bola matanya terus berputar antara Sasuke dan Sakura. "Lalu?"
"Kami menginginkan pekerjaan itu." jawab Sasuke dengan senyum terukir diwajahnya. "Oke? Aku akan memainkan biola, dan Sakura bernyanyi."
"Kenapa kalian ingin pekerjaan itu?" tanya Ino, sifatnya yang selalu ingin tahu memuncak. Suaranya terdengar sedikit kesal.
"Um, itu..." Sasuke menoleh kearah Sakura, "Sakura sedang membutuhkan uang dan aku mau membantunya."
Sakura mendelik kearah Sasuke, lalu menjerit-jerit dalam hati. Baka! Itu keadaanmu tahu!
"Boleh saja. Mulai besok disore hari, ya." kata Ino. Ia sedikit memaksakan senyum. "Aku benar-benar butuh pemusik. Dan ya, karena ini kafe remaja, mungkin kalian harus memilih lagu yang lembut. Menenangkan jiwa kalau bisa."
"Tentu saja." tukas Sasuke. "Aku memainkan biola, dan biola hanya bisa dengan musik klasik yang menenangkan."
"Terima kasih, Ino." kata Sakura, lalu menoleh kearah Sasuke. "Kau puas sekarang?"
Dalam benak Ino, Sakura menolak ajakan Sasuke untuk membantunya. Dan itu membuat Ino menyerngit kesal karena Sakura sok bersikap tak mau tetapi akhirnya mau.
Sedangkan dalam arti Sakura, ia memastikan kalau Sasuke puas dengan cara lelaki itu mencari uang.
Sasuke mengangguk kecil, lalu menyenggol lengan Sakura pelan. "Kalau begitu, mari kita pergi. Besok kita akan kesini lagi."
Ino memandang kepergian Sasuke dan Sakura dengan kesal, juga cemburu. Tangannya mengeluarkan kalung yang ia pakai, sebuah kalung sederhana dengan liontin kancing berwarna merah.
Itu kancing kedua-kancing tanda cinta-yang dimiliki Sasuke saat SMP. Ya, dialah gadis yang menerima kancing kedua kala perpisahan SMP dua tahun silam. Ino tidak hanya mengangumi Sakura, tetapi juga menyukainya. Hanya saja, mereka harus terpisahkan karena berbeda sekolah.
Kini, Ino tidak habis memahami mengapa Sasuke bisa berada bersama Sakura, terlebih menolong gadis yang tampak berbeda sejak dua tahun telah berlalu, karena gadis itu seperti seorang putri sekarang.
-X-
"Hei, bodoh. Kenapa kau bilang aku yang membutuhkan uang?" delik Sakura kesal. Dia menatap sinis kearah Sasuke dengan tatapan tidak terima.
"Karena aku tidak ingin teman SMPku tahu soal aku yang mengalami krisis. Karena semuanya ketahui kalau aku... hn." Sasuke tidak melanjutkan kata-katanya. Dia hanya melangkah sedikit lebih cepat.
"Kesimpulannya kau malu mengakuinya, tetapi aku terlanjur ketahui masalahmu." kata Sakura. "Aku paham kenapa kau tidak ingin mengakuinya. Sasuke, kau tahu kan, kondisi aku disekolah yang sekarang? Aku lebih dihargai dibandingkan dulu. Dan aku tidak ingin kau beritahu siapapun juga perihal menderitanya aku di SMP."
"Memangnya kau kenapa dimasa lalu?" tanya Sasuke. "Kita tidak pernah dekat, kau tahu..."
"Lupakan saja." kata Sakura cepat, wajahnya memerah. "Hanya saja, aku yang dulu adalah seorang manusia yang menyedihkan."
Kini, giliran Sakura yang melangkah lebih cepat. Sasuke menjajari langkahnya, menarik pergelangan tangannya, membuat Sakura menoleh. Sakura menatap mata kelam Sasuke, dan terhipnotis kedalamnya.
"Kita hidup dimasa sekarang, setelah masa lalu. Apapun yang terjadi dimasa sekarang harus dihadapi. Tidak peduli kau berbuat seperti apa dimasa lalu, kamu yang sekarang adalah dimasa sekarang."
Kata-kata Sasuke membuat air mata Sakura yang tertahan dipelupuk matanya, dan membuat jiwanya lebih kuat dari sebelumnya.
-X-
Hola! Salam kenal untuk para penggemar SasuSaku ^o^ walau aku termasuk penulis netral pairing, aku belum pernah menulis fanfict SasuSaku karena belum menemukan ide yang pas. Kali ini, aku menemukan idenya, berasal dari kisah kehidupan SMPku dan sepenggal ide fiksi yang berkeliarkan diotak *halah*
Mulanya aku mau membuat fanfict oneshot, tetapi karena nggak bisa menyingkat alur dari ide cerita ini, dan belum punya mood untuk menyelesaikannya, aku memutuskan untuk menjadikannya twoshot *semoga*
Oke! Kalau begitu sampai bertemu di After Past Bagian Dua! Jaa!
