"Yo, Furi!"
Furihata menegadahkan kepalanya dan melihat Kagami bersandar pada pagar, melambaikan tangan.
"Kagami…" Furihata menghampiri pria bertubuh tinggi itu.
"Furi? Kau tidak apa? Mukamu terlihat lelah…"
Furihata menggeleng pelan, "Iie, kau tahu 'kan hari pertama…" Kagami tertawa pelan.
"Dasar, ayo kita ke Majiba, kutraktir!"
"Un!"
.
.
SE-NSEI!
Genre : Friendship/Humor (Bit Family)
Rate : K+ to T
Pair : no current pair applied
Setting : Kindergarten!AU, 22 y.o!Furi
Warnings : Typo(s) , OOC, EYD 404, cuteness overload, amburegul, emeseyu, de-el-el
.
.
#HappyReading!
.
.
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
FanFiction © Ameru Sawada
.
Furihata mendekatkan ujung bibirnya pada mulut sedotan. Menyesap segarnya orange juice yang memasuki rongga mulutnya. Ia menghela napas lega.
Kagami—yang duduk berhadapan dengannya—menatapnya. Satu burger daging sapi masih ia kunyah. Perhatiannya tertuju pada teman sejak SMA-nya ini.
"Jadi, Kouki-sensei?" Celetuk Kagami, membuat Furihata berhenti menyesap orange juice-nya. Furihata mengerutkan dahi mendengar panggilan Kagami padanya.
"Begitulah, anak-anak itu sangat berisik, bandel, bahkan…" Sesaat Furihata teringat bayangan bocah Akashi dan guntingnya. Ia sweatdrop, "…ada yang sadis pula…"
Kagami tergelak, "Beruntung kau masih hidup, Furi…"
"Urusai, gunting itu hanya berjarak beberapa millimeter dari wajahku, tahu…"
"Benarkah? Lalu?" Kagami mulai antusias. Seperti yang diceritakan Momoi, kelas yang satu itu memang beda dengan kelas lainnya di TK itu.
Furihata memutar sedotan putih bergaris merah itu, "Seijuuro-kun, seperti yang kuceritakan… dia sedikit sadis…, lalu ada Shintarou-kun, ia nampaknya maniak ramalan dan setiap hari selalu membawa benda-benda aneh yang ia sebut lucky item…"
"Lalu ada Kazunari-kun, dia selalu saja nemplok dengan Shintarou-kun, mana berisik pula, " Furihata terkekeh mengingatnya, "Atsushi-kun yang doyan makan—aku terpaksa mengizinkannya makan di kelas karena nanti dia menangis—lalu ada Ryota-kun dan Daiki-kun yang nggak pernah berhenti berantem…"
Kagami sesaat teringat sosok bocah pirang dan bocah berkulit gelap itu, "Oh, mereka…"
"Dan aku jadi pusing sekali setiap kali mereka mulai bertengkar, " Furihata menghela napas kelewat panjang. Ia melanjutkan, "Lalu ada Tetsuya-kun. Kalau aku tidak mengawasinya, ia akan menghilang dari pandanganku…"
"Oh, hawa keberadaan tipis?" Kagami terkekeh. Anak itu pasti membuat Furihata kerepotan juga.
Furihata mengangguk sebagai balasan, menyesap lagi orange juice miliknya, "Dan yang paling normal di situ, Tatsuya-kun…, dia kalem, dan murah senyum…"
Tangan Kagami terulur, mengambil satu burger, "Tidak heran kau begitu lelah…"
"Yeah, " Kini Furihata mulai menyantap spaghetti yang sejak tadi ia sisihkan, "Tapi entah kenapa… rasanya senang, bisa mengajar mereka…"
Kagami kembali merekahkan senyum. Momoi juga pernah mengatakan hal yang sama padanya. Senakal apapun anak kecil, lebih senang melihat mereka tertawa sambil belajar.
Kagami mengigit kembali burger-nya, "Souka? Kau yakin tidak mau berhenti?" Tawarnya. Manik scarlet Kagami melihat Furihata terdiam sejenak. Sendoknya diturunkan.
"…kurasa tidak, " Jawabnya, "Banyak guru sudah mengajar mereka, namun keluar karena tidak tahan dengan kenakalan mereka. Kali ini, akan kubuktikan kalau mereka tidak senakal itu…"
Furihata mengangguk yakin sesudahnya.
.
.
Paginya, Furihata datang lebih awal. Kemudian ia berganti baju menjadi kaos putih polos dan celana training berwarna biru navy. Ia lalu berjalan menuju gudang sekolah yang terpisah dari gedung utama. Furihata menggeser pintunya dan menyalakan satu-satunya lampu yang menerangi gudang itu. Tampak peralatan olahraga tersusun rapi pada raknya. Ada bola sepak, hoolahoop, tali lompat, dan masih banyak. Furihata terdiam.
"Mana yang harus kuambil, ya…"
Hari ini kelas Furihata mengikuti pelajaran olahraga pada jam pertama, bersama dengan kelas sebelah. Furihata diharuskan mengambil peralatan olahraga, karena itu Furihata datang lebih pagi, disaat angin pagi masih dingin-dinginnya, dan kabut masih sedikit melayang di antara angin. Furihata mengeratkan jaketnya.
"Furihata-sensei!"
Kepala coklat itu menoleh dan menemukan sosok guru lain dengan jaket berwarna kemerahan dan celana training berwarna serupa.
"Oh, Izuki-sensei, ohayou, " Sapa Furihata pada guru yang baru memasuki gudang itu.
"Apa Momoi-sensei sudah menginformasikan? Hari ini kelasmu dan kelasku kebagian pelajaran olahraga..." Ujar Izuki. Furihata mengangguk.
Ah, author belum memperkenalkan. Izuki Shun, dua puluh tiga tahun. Bekerja sebagai guru yang mengajar kelas Seirin. Khas dari Izuki adalah lawakannya yang—kelewat—tidak lucu. Tapi walau begitu, ia cakap bermain kata.
Furihata mengambil dua hoolahoop dari raknya, "Aku senang sekali. Aku tidak sabar melihat rupa murid-murid Izuki-sensei…" Izuki di belakangnya tengah mengambil dua bola sepak dari keranjang dari kawat besi. Kepalanya menoleh.
"Ya, mereka cukup bandel, sifat khas anak-anak…, " Tutur Izuki, pegangan di sebelah kirinya penuh dengan bola sepak.
.
.
Setelah meletakkan peralatannya di pinggir lapangan, Furihata berjalan menuju kelasnya. Menggeser pintu, pemandangan pertama yang dilihatnya tidak lebih dari yang kemarin.
Ryota dan Daiki asyik berkejar-kejaran. Beberapa kursi terjatuh ketika Ryota tidak sengaja menyenggolnya. Atsushi duduk tenang, Tatsuya di sampingnya, sambil memakan maiubo—snack favoritnya. Di meja belakang, Seijuuro dan Tetsuya duduk bersama, mengobrol. Tetsuya sesekali meminum vanilla milkshake-nya. Di meja depan Kazunari dan Shintarou asyik berdebat tentang bebek karet hijau yang Shintarou bawa hari ini.
"Bwahahahaha, Shin-chan, bebek itu lucky item-mu?"
"Berisik Bakao."
Furihata tersenyum tipis. Dilihat baik-baik, mereka hanyalah anak-anak usia lima tahun. Polos, penuh energi, dan semangat.
"Anak-anak, " Satu panggilan dari Furihata, dan semua menghentikan aktifitasnya. Mereka berlari-lari, kembali ke tempatnya. Daiki tersandung kursinya.
"Ryota-kun, Daiki-kun, sudah sensei bilang jangan main kejar-kejaran di kelas, " Furihata menghampiri mereka berdua, mensejajarkan tingginya. Terlihat di wajah Daiki dan Ryota raut ketakutan dan bersalah.
"Ma—Maaf, Kouki-sensei…" Keping madu Ryota sedikit berkaca-kaca.
"Habisnya Ryota yang mulai duluan, sensei!" Daiki masih mengelak. Jari kecilnya menunjuk wajah Ryota.
Furihata mengelus kepala Daiki, tersenyum kecil, "Daiki-kun, siapapun yang memulai, kalian tetap salah, " Manik kecilnya memandang dua pasang mata itu, "Nah, kalian berbaikan, ya…" Tangan Furihata terulur untuk meraih dua tangan yang lebih kecil darinya, mengarahkannya agar mereka mau berjabat.
Manik madu dan navy blue saling memandang. Senyap sejenak sebelum tangan mereka saling menjabat.
"Ryota… maafkan Daiki, yaa…" Daiki berbisik di antara napasnya. Bibirnya mengerucut, matanya enggan memandang Ryota.
"Un… Ryo maafkan, kok…" Bibir Ryota menyunggingkan senyum kecil. Furihata ikut tersenyum melihat kedua muridnya sudah berbaikan, "Nah, Ryota-kun dan Daiki-kun, kembali ke tempat duduk, yaa…"
Setelahnya kedua bocah itu berlari kecil, kembali ke tempat duduk mereka. Furihata bangkit dari posisinya berlutut, berjalan ke depan kelas. ia menepuk tangannya, meminta atensi, "Ohayou, minna!" Sapanya.
"Ohayou, Kouki-sensei~!"
Sekarang anak-anak memanggil mereka dengan nama kecil Furihata. Agar—katanya—kesannya lebih akrab.
"Baik, hari ini kita ada pelajaran olahraga…, " Terdengar teriakan bersemangat dari Daiki dan Kazunari, "Kalian ganti baju, nanti kita sama-sama ke lapangan…, paham?"
"Ha'I, sensei~~!" Mereka kemudian merogoh tas masing-masing, mengeluarkan setelan baju olahraga mereka, lantas berlari kecil menuju ruang ganti.
.
.
Setelah berganti baju dan meninggalkan seragam mereka di kelas, mereka berjalan keluar kelas menuju lapangan yang terletak di samping gedung utama. Di pinggir lapangan, peralatan olahraga diletakkan di bawah sebuah pohon. Di lapangan itu, beberapa anak-anak lain berkumpul di tengah lapangan. Kelas Kisedai kemudian bergabung dengan mereka.
"Ohayou, minna, " Sapa Izuki, dibalas oleh semua anak, "Hari ini kelas Kisedai akan bermain bersama kita di sini. Oh, anak-anak, kenalkan, ini Furihata-sensei, guru baru kelas Kisedai…" Izuki memperkenalkan Furihata pada anak muridnya. Furihata memandang mereka satu per satu.
"Hallo semuanya, salam kenal. Mohon kerja samanya, yaa…" Furihata membungkuk singkat.
"Nah, sensei meletakkan alat bermain kalian di sana, " Izuki menunjuk pohon di belakangnya, "Pertama, sensei akan membagi kalian dalam beberapa kelompok. Kalian bebas mau mengambil yang mana. Nanti bergantian dengan kelompok lain, yaa…" Lanjutnya.
"Ha'I, sensei!"
"Baik, " Furihata melihat daftar absensi kelas, "Ryota-kun, Daiki-kun, Kazunari-kun, Yukio-kun, dan Shoichi-kun kelompok satu, " Ryota, Kazunari dan Daiki langsung bangkit berdiri lalu berjalan mendekati anak berambut hitam pendek dengan alis tebal dan seorang anak lagi yang bermata sipit dan mengenakan kacamata bingkai persegi.
"Yaah, nggak satu kelompok sama Shin-chan…" Kazunari mendesah kecewa.
"Si—Siapa juga yang mau satu kelompok denganmu, nodayo!"
Furihata melanjutkan, "Shintarou-kun, Seijuuro-kun, satu kelompok dengan Shinji-kun dan Kiyoshi-kun…"
"Waah, Kiyoshi, kita satu kelompok ama maniak gunting itu!" Seorang anak berambut kecokelatan dan bermulut lucu berteriak ketakutan mendengar ia satu kelompok dengan si merah maniak gunting itu. Teman di sebelahnya, yang berambut pirang pucat, hanya mendengus sebal.
"Bodo ah, yang penting ada Shintarou…"
Mata Furihata kembali bergumul dengan nama-nama di atas kertas itu, "Atsushi-kun, Tatsuya-kun, kalian satu kelompok dengan Junpei-kun, Teppei-kun, dan Riko-chan…"
Satu-satunya anak perempuan di antara kerumunan itu berkata, "Wah, anak berambut ungu itu tinggi juga…" Katanya—penuh antusias. Anak berkacamata bulat mendengus, anak berambut cokelat di sebelahnya tertawa ringan.
"Lalu—"
"Cencei…"
"WUAH!" Furihata terlonjak, tatkala kepala biru muda di depannya tiba-tiba muncul di depannya, bersama dengan seorang anak berambut hitam yang berwajah tak kalah datar dengannya.
"Weh, anak itu bisa ngilang!" Bocah berkacamata bulat berdecak kagum. Seakan-akan Tetsuya bisa sulap.
"Te—Tetsuya-kun?"
"Cencei, Tetcu ama Rinnocuke-kun belum dapat kelompok…" Furihata melihat mata biru Tetsuya berkaca-kaca. Seperti biasanya, Furihata melupaka keberadaan anak ini. Anak berambut hitam di sebelah Tetsuya ikut menganggukkan kepalanya.
Mendengar bocah manis itu belum dapat kelompok, semua lantas berteriak menawarkan diri—
"TETSUYAA, SAMA KAZU AJA SINI!"
"Tetsuya, kau harus satu kelompok denganku." Kemudian bunyi 'cekris' terdengar.
"Tetsuyacchi! Sama Ryo aja-ssu!"
"Araa~ Muro-chin, enaknya sama siapa, yaa~"
"Siapa aja nggak apa-apa, kok… 'kan nanti kita main sama-sama…"
"Oke deh~"
Furihata memijit pelipisnya. Izuki meringis. Ternyata Tetsuya terkenal juga.
.
.
Akhirnya Tetsuya dan bocah berambut hitam—yang diketahui bernama Mitobe Rinnosuke—masuk dalam kelompok Atsushi. Setelah dirasa tidak ada yang tertinggal, Furihata dan Izuki mempersilahkan anak-anak untuk mengambil peralatan olahraga. Dengan antusias, mereka berlarian mengambil mainan mereka.
Kelompok Ryota, Daiki, Kazunari, Yukio dan Shoichi kebagian bermain dengan tali lompat. Sementara kelompok Shintarou, Seijuuro, Shinji dan Kiyoshi mendapat bola sepak. Kelompok satunya, Atsushi, Tatsuya, Tetsuya, Junpei, Teppei, Rinnosuke dan Riko mendapat hoolahoop. Setelah mendapatkan bagian, mereka kemudian menyebar, bermain di lapangan.
"Izuki-sensei, aku ke gudang sebentar…" Furihata meminta izin. Izuki menaikkan alisnya, "Ada apa, Furihata-sensei? Ada yang terlupakan?"
Furihata menggeleng, "Tidak, aku sempat melihat bola basket di sana… kupikir, setelah ini kita bisa bermain bersama…" Izuki membulatkan matanya mendengar penuturan Furihata.
"Tentu, sensei."
.
.
Setelah mengambil bola basket itu, Furihata meletakkannya di pinggir lapangan, dan pandangannya kembali terfokus pada anak-anak yang tengah bergembira bermain dengan peralatan olahraga itu.
"HUAAAHHH, DAIKICCHI! JANGAN KEJAR AKUUU!"
Furihata kembali sweatdrop. Walau sudah berbaikan, Daiki dan Ryota tetap menjadi biang keributan. Mereka berkejar-kejaran lagi, sementara Yukio dan Shoichi memandang kedua bocah itu heran. Tali lompatnya ada pada Shoichi.
"SINI KAU, RYOTA!"
"HUAAAHHH!"
"KONO YARO, RYOTA! DAIKI, KEMBALI!" Seru Yukio, ikut mengejar duo kopi susu itu. Perempatan urat muncul di dahinya. Shoichi menghela napas melihat tingkah konyol ketiganya.
"Seijuuro-kun, sini bolanya!" Shinji Koganei melambaikan tangannya ketika Seijuuro yang mendapatkan bola.
Seijuuro menendang si kulit bundar—yang sepertinya ia tending agak keras—dan melayang ke kepala Shinji.
"GUAH!"
"SHINJI! DAIJOUBU?!" Kiyoshi Miyaji yang kaget temannya kena hantam bola, lantas menghampirinya. Shinji bergumam 'aku baik' , matanya berputar-putar karena pusing.
"Ah, sepertinya terlalu kuat." Ucap Seijuuro, tidak merasa bersalah sama sekali. Shintarou sweatdrop mendengarnya.
"KIYOSHI!" Panggil Yukio dari kejauhan. Telunjuknya mengarah ke Ryota dan Daiki yang masih kejar-kejaran, "CEGAT DAIKI DAN RYOTA!"
"UNTUK AP—WUAH!" Ucapan Kiyoshi terpotong ketika Ryota tidak sengaja menabraknya. Shinji mental ke samping.
"Kono Ryota no baka…" Kini Ryota merasakan hawa-hawa membunuh di belakangnya. Menegok patah-patah, ia melihat aura membunuh menguar dari tubuh Kiyoshi.
"Eh, ada Kiyoshicchi, maaf-ssu, Ryo tidak—"
"AWAS KAU, RYOTA!"
"HUAAAHH!"
Furihata sweatdrop—lagi. Kini yang mengejar Ryota tidak hanya Daiki, namun Yukio dan Kiyoshi ikut mengejarnya. Daiki ketawa setan, Ryota berteriak pasrah, aura membunuh Kiyoshi makin pekat.
"KOUKI-SENSEI! TASUKETEEE!"
"RYOTAAA!"
"KUBUNUH KAU, RYOTAA!"
"RYOTA, DAIKI, BALIK SINIII!"
Denyut di kepalanya semakin keras. Furihata memijit pelipisnya. Anak-anak.
"Hmph, Ryota payah."
"Yukio-kun~ larinya lebih kencang, doong~~"
"Are? Shoichi-kun nggak ikutan?"
"Nggak dong, Shinji-kun…, aku 'kan nggak bodoh…"
"Oooh…"
.
.
Sementara di sudut lapangan, kelompok Atsushi bermain hoolahoop dengan gembira. Kelihatannya, merekalah yang paling normal.
"Waah, Atsushi-kun hebaat!" Seru Riko melihat Atsushi dapat memainkan hoolahoop-nya dengan baik.
"Hum~ namanya juga Atsushi, Ri-chin~" Ujar Atsushi malas. Walau nadanya malas, tersirat kebanggaan di dalamnya.
"Wah, Atsushi, ajari aku, dong…"
"Watashi mo!"
"Oke deh, Muro-chin, Ri-chin~"
Sementara Tetsuya dan Rinnosuke duduk-duduk saja di rerumputan. Memperhatikan Atsushi memutar-mutar hoolahoop di pinggangnya.
"Oi, Teppei, ayo tanding! Yang bisa main hoolahoop lebih lama dia yang menang!"
"Oh, oke deh, Junpei. Aku pasti menang, hehehe…"
"Jangan belaga, d'aho!"
'KENAPA CUMA MEREKA YANG MAIN DENGAN DAMAI?!' Jerit Furihata dalam hati.
.
.
Setelah berkejar-kejaran selama beberapa lama, keempat bocah itu tepar di rerumputan lapangan. Dada mereka naik-turun dengan cepat, meraup udara sebanyak mungkin. Keringat mengucur deras dari tubuh mereka.
"Haah… ini semua… gara-gara Ryota…" Keluh Yukio.
"Lho… kok… salah Ryo-ssu…" Sengal Ryota.
Furihata menghampiri keempatnya, "Sudah capek?" Tanyanya—senyum jahilnya merekah. Keempatnya kemudian bangun.
"Aahh, Kouki-sensei, kok Kouki-sensei nggak nolongin Ryo-ssu!" Protes Ryota, matanya mendelik sebal pada Daiki yang sedang ngupil di sebelahnya.
"Ryota cengeng…" Ejek Daiki—masih ngupil.
"Ryota nggak cengeng, tahu-ssu!"
Furihata yang melihat gelagat mereka tidak bisa tidak tersenyum. Tiba-tiba ia merasakan tarikan di lengan bajunya. Ia menoleh dan menemukan Yukio-lah yang menarik lengannya.
"Ya, Yukio-kun?"
"Um… Furihata-sensei…"
"Panggil Kouki-sensei saja, Yukio-kun…" Furihata tersenyum lembut, membuat Yukio merona sedikit, "Lalu, ada apa—"
"Itu, " Jari kecil Yukio menunjuk bola basket yang teronggok di pinggir lapangan, "Apa itu boleh dimainkan juga?" Tanya Yukio—penuh harap.
"Un, tentu! Sensei sudah menyiapkan untuk kalian!" Jawab Furihata. Ia kemudian mendengar Ryota berteriak senang.
"Hountou ni, sensei?"
"Sensei, kita boleh main basket?" Daiki bertanya penuh harap.
Furihata mengangguk, "Tentu, ayo."
.
.
Yang tadinya bermain masing-masing, kini bersatu mendengar Furihata membawa bola basket ke lapangan. Kelas Kisedai sepakat melawan Kelas Seirin. Semangat membara dari mata setiap anak. Riko duduk di pinggir lapangan, menyemangati.
"Wah, malah jadi main basket…" Izuki menghampiri Furihata. Pandangan mereka teralih saat Shinji memberi pass pada Shoichi, namun di blokir oleh Daiki.
"Aku tidak tahu mereka suka main basket, " Tutur Furihata, "Yah, sebenarnya dulu aku juga main basket saat SMA dulu…"
"Benarkah? Aku juga dulu!" Tutur Izuki, tersenyum senang mendengar ia dan Furihata punya hobi sama saat SMA dulu. Mereka tertawa senang.
Kini bola direbut oleh Daiki. Dengan cepat bocah dim itu berlari melewati Shinji dan Kiyoshi, namun sialnya ia dihadang oleh Teppei. Setelah beberapa saat mencoba merebut bola, Daiki berhasil melewati Teppei dari sisi kiri Teppei, lantas melompat dan menciptakan dunk.
"YEAAY!" Anak-anak kelas Kisedai berteriak senang.
"Wah, kebobolan, deh…" Shoichi nyengir.
"Baka Shinji! Kau harus menghadangnya lain kali!" Yukio memukul pelan kepala Shinji, membuat yang dipukul mengaduh sakit.
"Auh, iya iya, Yukio-kun…, Rinn! Kamu mark Ryota-kun!"
"…"
"Junpei-kun! Buat three-point!" Seru Riko dari pinggir lapangan.
"Berisik kau, Riko!"
"Senang, ya, " Celetuk Izuki, membuat Furihata menolehkan kepalanya, "Melihat anak-anak bermain gembira seperti ini…"
Furihata mengiyakan dalam hati. Melihat mereka bermain bersama, tertawa, membuat Furihata senang. Jadi ini, kebahagiaan sebagai seorang guru? Membuat murid-muridnya merasa nyaman, senang dalam suasana belajar?
"Iya…"
Sepuluh menit jam olahraga terakhir menjadi lebih berwarna.
.
.
"Ayo, sekarang masuk ke kelas…" Pinta Furihata.
"NGGAK MAUUU!"
"Ryota-kun, jangan menangis…, kita bisa main lagi nanti…" Bujuk Furihata lagi.
"Dasar Ryota cengeng~"
"DAIKICCHI BERISIK!"
"Ayo, Lyota-kun… kita ke kelas…" Si kecil Tetsuya menggandeng Ryota ke kelas. Daiki mendecih. Mungkin iri Tetsuya menggandeng Ryota.
"Shin-chan! Ayo ganti baju!"
"Menyingkir, Bakao!"
"Ah, Seijuuro-kun, Atsushi-kun, Tatsuya-kun! Ayo, cepat!"
"Ah…, iya Kazunari-kun…"
"Tunggu aku, Muro-chin~ Aka-chin~"
Sekali lagi, Furihata tidak bisa menahan senyumnya.
==TBC==
Adegan AoKi-nya banyaakk~~ /heh/
Hallo, reader-sama sekalian! Makasih udah ngikutin fic ini^^ maaf adegannya agak putus2, maklumlah masih ada bercak WB di tangan /maksudlo/
Enaknya habis ini kegiatan di TK-nya ngapain, yaa? Ada saran? Mungkin :
-bobo bareng
-pelajaran [insert mata pelajaran here]
-ato apa? Saran akan sangat membantu^^ terima kasih sebelumnya!