Naruto Fanfiction

Disclaimer : Masashi Kishimoto

I just borrow his Chara

Warning!

As you know, there will be so much typo, Short Horror Fict,and so much more.

Read first, and please give me your Review.. It's my pleasure...

Pemeran Utama :

Sakura Haruno

Please Enjoy..

21

Malam ini Tokyo di guyur hujan lebat. Aku merapatkan jas hujan yang juga berfungsi sebagai jaket yang kupakai seraya menggerutu. Aku pasti tak akan pulang selarut ini jika bukan karena atasanku, Kakashi Hatake yang memaksaku tetap berada di meja kerjaku dan mengerjakan laporan yang seharusnya adalah miliknya. Setelah hampir dua jam aku dipaksa lembur akhirnya aku menghirup udara bebas juga.

Aku sampai di stasiun Tokyo pukul 23.30 malam, yang artinya hanya bersisa 15 menit lagi sebelum kereta terakhir datang. Ketika sampai di peron 5 aku menyadari bahwa stasiun sudah sepi, dan aku juga mneyadari hanya ada aku dan seorang wabita berusia 50 tahunan yang sedang menunggu kereta. Aku menghela napas lega, yah, setidaknya aku tidak sendirian menunggu kereta.

Aku menghampiri wanita itu, dan ternyata ia sedang bergumam.

"Sumimasen, apa saya boleh duduk disini?" tanyaku sopan. Wanita itu mengangkat wajahnya namun ia tidak menjawab pertanyaanku, malahan ia bergumam.

"21… 21… 21…." Begitulah wanita itu bergumam. Aku menyerngit, dan aku akhirnya duduk di dua kursi setelahnya, sedikit takut pada wanita itu.

10 menit berlalu dan selama itu pula wanita itu terus bergumam, yang pada akhirnya itu membuatku sedikit takut. Aku menerka-nerka apa yang sedang ia hitung, namun aku tak menemukan objek yang layak ia hitung di tengah malam di peron ini. Lagipula jika ia memang sedang menghitung, kenapa sedari tadi ia menyebutkan angka yang sama sedari tadi? Apa ia sedang mengingat sesuatu?

"Ano… apa yang sebenarnya anda hitung?" akhirnya aku bertanya. Namun wnaita itu tidak menggubrisku, malahahan ia menghitung lebih cepat. Aku memutuskan untuk tidak berkomentaar apapun.

Setelah 5 menit, kereta terakhir datang. Aku menghembuskan napas lega karena pada akhirnya bisa pulang juga dan merasakan kasur empukku. Suara peluit nyaring dan uap kereta. Segera setelah kereta berhenti aku segera menghampiri kereta tersebut, namun kakiku tidak pernah sampai pada gerbong kereta.

Tubuhku serasa melayang jatuh di atas rel kereta. Tubuh bagian depanku terasa sakit dan aku mulai mendengar suara peluit nyaring lagi. Mesin kereta mulai berdengung. Kereta bersiap untuk berjalan.

"Eh?"

.

.

.

Tubuh Sakura hancur terlindas kereta. Wanita paruh baya yang baru saja mendorongnya hanya memandang datar warna merah yang terciprat dimana-mana. Ia kembali pada bangku peron dan mulai bergumam kembali.

"22… 22… 22…"

The End

Jadi, bagaimana? Aneh?

Ini tuh terinspirasi dari sebuah Cerita Seram yang aku baca di Line

RnR Please?