Guardian Angel

Main pair: Oh Sehun – Xi Luhan

Other cast: member EXO

Summary: jika aku hanya seorang wendy.. lalu bagaimana dengan tinkerbell mu, peter pan?

Chapter 1

Pagi ini matahari bersinar sangat cerah, burung-burung gereja berkicauan di atas pohon maple, kehangatan di awal musim semi membuat beberapa pejalan kaki bersemu merah.

Tidak terkecuali seorang gadis mungil cantik bersurai coklat madu dengan binar rusanya dan tak henti-hentinya melengkungkan senyum sepanjang jalan menikmati musim semi ini.

"aaaah menyenangkan sekali- haaaaah udara pagi yang hangat."

Dia adalah Xi Luhan, gadis keturunan china yang menghabiskan separuh hidupnya di negeri gingseng sejak ia berusia 15 tahun hingga kini usianya menginjak 29 tahun.

Luhan adalah tipikal gadis mandiri yang selalu ingin berdiri di atas kakinya sendiri, semenjak ia duduk di bangku senior high school- ia memutuskan untuk hidup sendiri sesuai kemampuannya.

Luhan terlahir bukan dari kalangan menengah kebawah atau apapun sebagainya, keluarga Xi merupakan salah seorang yang namanya perlu di perhitungkan di pasar saham asia bahkan hingga eropa.

Itulah hal yang membuat tuan Xi sangat geram, mengingat sang gege Xi YiFan yang bahkan sudah merajahi pasar saham di USA selama 4 tahun terakhir ini.

Sedangkan sang anak gadis lebih memilih bekerja sebagai karyawan rendahan di salah satu perusahaan di seoul hanya sebagai seorang purchasing.

Mengabaikan tugas yang seharusnya di emban oleh keturunan keluarga Xi, kini tuan Xi pahan jika putri bungsunya hidup di Negara orang hanyalah alibi untuk lari darinya serta tanggung jawabnya.

Bagaimana tidak, luhan bahkan menolak dana transfer bantuan darinya hingga kartu-kartu gold limited edition yang beliau berikan dengan alasan dirinya bisa menghidupi dirinya sendiri.

Mandiri? Oke! Mungkin bagi beberapa orang tua pada umumnya sikap putri bungsunya merupakan perilaku membangakan, namun tidak untuknya! Luhan di lahirkan untuk menjadi bagian dari bisnis keluarga Xi- terlepas ia hidup mandiri maupun tidak untuk kedepannya.

Sepanjang jalan menuju kantornya luhan tidak henti-hentinya tersenyum cerah sembari menikmati udara pagi yang menghangatkan tubuhnya yang selama beberapa pekan teralhir terterpa udara musim dingin.

Drrrrrt drrrrrrrt

Tiba-tiba saja smartphone di dalam saku mantel maroonnya berkedip-kedip centil tidak sabar untuk segera di angkat pemiliknya.

"aah ye baek- waeyo?"

.

"Tch, kau memang ceroboh- dasar!"

.

"arrasseo! 10 menit lagi aku sampai- oke, bey"

Luhan hanya menggelengkan kepalanya menatap layar smartphonenya sambil membatin tingkah kekanakan teman sedivisinya Byun Baekhyun yang dengan konyolnya kejar-kejaran dengan kai di dalam ruangan hingga menyikut Americano sang pimpinan hingga tumpah ke lantai.

Dan mau-tidak mau ia yang terkena imbasnya untuk ikut berdesakan di dalam antrian starbuks di jam breakfast untuk mendapatkan segelas Americano pengganti karena luhanlah satu-satunya karyawan yang belum sampai di kantor saat ini.

-skip-

Sesampainya di kantor ia di sambut oleh tatapan terimakasih penuh haru oleh kedua sahabat konyolnya tersebut.

"Tch! Jangan memasang muka seperti itu juga, kamjong! Kau tidak cocok sekali." luhan memotong sebelum kai mengeluarkan protesannya

"ini kopinya- lalu apa kalian sudah membereskan kekacauan yang kalian buat?"

"emmm, kami sudah membersihkan meja dan lantai- untung saja boss tidak meninggalkan beberapa dokumen di atas meja" baekhyun menghela nafas lega.

"berhentilah bermain-main dikantor!Baiklah kalau begitu aku juga harus kembali ke mejaku sebelum boss datang"

Luhan segera meninggalkan meja kebesaran sang pimpinan divisi mereka, diikuti kedua sahabatnya yang masih sibuk bergosip tentang kegarangan sang boss jika beliau sampai tahu mengenai kejadian barusan.

Tidak lama setelah mereka kembali kepada pekerjaannya masing-masing, bukan hanya ketiganya- beberapa teman sedivisi mereka berserta sang bos yang 5 menit setelahnya tadi datang juga mulai tengelam kedalam pekerjaan mereka masing-masing.

Seharian penuh mereka sangat sibuk, bagaimana tidak? Rencana penambahan line untuk produksi di perusahaan mereka sudah di depan mata, dan tugas mereka sebagai department purchase order yang harus memenuhi request dari para user.

Sedari pagi baekhyun terlihat sibuk mendapat panggilan dari beberapa supliyer untuk di sambungkan kepada luhan, sedangkan luhan sendiri sudah kuwalahan karena harus mempelajari penawaran-penawaran dari para supliyer.

Bahkan kai- penampilannya sudah sangat berantakan karena harus bolak-balik dari mejanya-ke meja luhan- lalu meja sang atasan dan begitupun seterusnya hanya karena revisi-revisi purchase order yang di tolak ataupun belum di acc sang atasan.

"aku merasa pinggangku mau pa-tah aaaakh" baekhyun mengeliatkan tubuhnya.

"dan kurasa seluruh persendianku sudah patah baek!" tambah kai yang sudah menjatuhkan kepalanya di meja luhan.

"kalian berkerja keras hari ini- kajja kita pulang!" ajak luhan tersenyum sembari mengusak surai hitam kai yang kelekahan.

Luhan dan baekhyun mulai mematikan komputernya dan membereskan kertas-kertas yang berserakan di meja mereka, sedangkan kai dengan langkah gontai berjalan menuju mejanya untuk membereskannya seperti yang kedua sahabatnya lakukan.

"Kamjong, tunggulah di lobi- kami akan ke toilet terlebih dahulu" pinta baekhyun.

"Tch! Kalian masih cantik, ayolah kita pulang sekarang- aku lelah sekaaaluiii" jawab kai sambil menguap lebar.

"eiiittss, maaf kai- kami bukanlah kau yang bisa pulang dalam keadaan seperti itu!" bantah baekhyun sambil menunjuk penampilan kai dari atas sampai bawah.

Kai hanya berdecak sebal saat baekhyun melambai centil dan berlalu meuju toilet di ujung lorong, setelah 10 menit duduk sendirian di kursi tunggu sebelah tempat reseptionis- akhirnya kai melihat luhan yang berjalan terburu-buru dari kantor keuangan.

"LUHAN!"

"eoh, kai? Kau belum pulang? Dimana baekhyun?"

"dia sedang berdandan- kau seperti tidak tahu si cabe itu, kau sendiri? ada apa kau ke ruang keuangan?"

"hehehe, tidak- aku hanya menyerahkan beberapa berkas yang seharusnya sudah kau berikan kepada jongdae untuk pembayaran pembelian bulan kemarin." Sindir luhan

"omagot! Aku lupa lu! Boss pasti akan membunuhku kali ini"

Kai yang tadinya terlihat ogah-ogahan dengan pembahasan topic yang ia sendiri yang mulai, kini terlihat kalang kabut karena melalaikan tugasnya sendiri.

"bagaimana ini lu?"

"mati aku!"

"yatuhan, bagaimana ini?"

"yak! Kai- kai- kai-ya, dengar kan aku!" luhan jengah dengan kai yang gelisah dan kebingungan.

"aku sudah menyelesaikannya! Untuk apa si boss marah kepadamu, eoh?" tambahnya.

"sudah selesai? Semuanya? Jinnja?" luhan mengangguk polos.

"terimakasih luhan, kau benar-benar dewi fortuna ku!" kai memeluk luhan erat sembari mengecupi pipinya karena bahagia.

"YAK! YAK! YAK! APA YANG KALIAN BERDUA LAKUKAN DI BELAKANGKU!"

Intrupsi baekhyun yang terdengar berlebihan membuat keduanya memasang ekspresi mau muntah, terkadang baekhyun memang sering menggunakan kalimat berlebihan di muka umum- hingga membuat kedua sahabatnya harus menahan malu.

"KAU PIKIR AKU ADALAH KEKASIHMU, EOH?" bantah kai

"DAN APA KAU PIKIR AKU MAU MENJADI SELINGKUHAN KEKASIHMU DI DUNIA IMAJNASIMU?" tambah luhan membuat baekhyun mengerucutkan bibirnya.

"aku juga tidak mau, dalam kehidupan nyata kau menjadi selingkuhan kekasihku adalah mimpi buruk bagiku- kau lebih cantik dariku pabbo! Kekasihku pasti akan meninggalkanku! ANDWAE!" gerutu baekhyun kepada luhan yang di balas dengan kekehan polos darinya.

"dan kau- kamjoong! Dalam mimpi pun aku tidak mau mempunyai kekasih hitam apalagi temsek sepertimu!" tambahnya mendeadglare kai.

"yak! Aku ini tan! Bukan hitam!" sungut kai tidak terima.

"terserah apa kau bilang- ayo pulang! Aku lapar sekali!"

Baekhyun segera mengandeng lengan kedua sahabatnya namun luhan melepaskannya dan pamit memisahkan diri karena ada urusan yang mengharuskannya melewati jalan yang berlawanan arah dengan mereka.

Luhan berencana makan malam di rumah bibinya karena pagi tadi sang bibi menelponnya dan merajuk, memaksanya mampir ke kediamannya.

Karena luhan jarang sekali kesana, jadi ia memutuskan mengabulkan permintaan bibinya, walau bagaimanapun bibinya adalah orang yang sangat di sayanginya setelah ibunya, bibinyalah yang merawatnya selama ia tinggal di seoul selama ini.

"bibi, aku datang!" luhan berseru sembari melepas kedua high hellsnya.

"eoh? Lulu, masuklah chagi- bibi sedang membuat dumpling kesukaanmu!" seru sang bibi dari arah dapur.

"aaah jinjja? Apa itu dengan acar lobak?"

"YA! Masuklah!"

Luhan segera berlari kearah dapur setelah sebelumnya menyapa sang nenek yang sedang asik merajut di ruang keluarga.

"bibi butuh bantuan?" luhan menyongsong lengan kemejanya untuk membantu sang bibi.

"tidak lu, bibi sudah selesai- segeralah cuci tangan, ayo kita makan!"

"baik bibi"

Luhan segera berlari ke kamar mandi untuk mencuci muka- tangan- dan kakinya dan segera bergabung dengan lainnya diruang makan.

Melihat sang nenek yang kesusahan berdiri dari kursi goyangnya membuatnya tersenyum hangat dan segera menghampiri sang nenek untuk membantu dan menuntunnya ke ruang makan.

"luhan bantu nek!"

"aigoo- aigoo nenek memang sudah tua lu, dan juga melambat!"

"walau bagaimana pun nenekku tetaplah cantik di usianya saat ini, hehehe" luhan terkekeh sambil merangkul pinggang sang nenek.

Makan malam mereka terasa hangat sekali walaupun hanya ada mereka bertiga disana, tiga wanita asli china yang memutuskan tinggal menetap di tanah korea selatan dengan alasan berbeda.

Neneknya luhan adalah nyonya besar Xi- keturunan china asli yang lebih memilih tinggal di korea bersama putri bungsunya, dari pada putra sulungnya- ayag luhan, karena kesibukan orangtua luhanlah yang mendasari neneknya lebih memilih menghabiskan masa tuanya di Negara orang karena putri bungsunya lah yang mempunyai banyak waktu untuk merawatnya.

Bibi kim sendiri adalah adik perempuan dari ayah luhan yang keturunan china, ia menikah dengan paman kim yang seorang korea, mereka mempunyai 2 anak perempuan yang cantik bernama Kim Xiumin dan Kim YiXing.

Kim Xiumin adalah anak pertama bibinya yang sudah menikah dengan Kim Jongdae teman sekantor luhan, mereka beruntung karena sudah di karuniai seorang bayi perempuan mungil berpipi bakpao seperti ibunya bernama Kim Sohee.

Sedangkan Kim Yixing si bungsu, saat ini sedang menempuh pendidikan S2nya di New York sekaligus belajar bisnis di bawah naungan Yifan, kakak luhan.

Oleh karena itu luhan terkadang merasa kasihan dan tidak tega meninggalkan bibi dan neneknya yang tinggal hanya berdua di kediaman kim ini, namun ia sendiri juga sudah bertekat untuk hidup sendiri ketika ia sudah berkerja.

"bibi- terimakasih atas makan malamnya! Masakan bibi paling daebak!"

"iya sama-sama lu, kau mau pulang? Menginaplah disini, ini sudah malam lu, lagi pula besok bukannya kau libur?"

"iya bi, tapi maaf- aku harus pulang, masih banyak pekerjaanku yang menumpuk untuk segera aku selesaikan, jadi luhan harus pulang!" ucap luhan merasa bersalah.

"aaaah baiklah kalau begitu, kau berhati-hatilah! Oke!"

"baik bibi,hehehe- nenek! Lulu pulang dulu ne!" luhan beralih ke arah neneknya

"aaah kau sudah mau pulang, kenapa tidak menginap saja!" keluh sang nenek

"lulu sibuk, bu!" intrupsi sang bibi

"iya aku tahu, tapi aku sungguh merindukan cucu-cucu ku! Kapan kalian akan berkumpul menemani nenek main kartu, eoh?"

"iya nek! Maafkan luhan, kapan-kapan jika luhan tidak sibuk, luhan akan menginap dan menemani nenek bermain kartu sampai puas, arrachi?" luhan mengalah.

"kau juga harus meminta xiumin dan jongdae menginap!" luhan mengangguk semangat

"dan juga kau bujuklah gegemu dan yixing untuk pulang ke seoul mengunjungiku, kapan mereka akan mengunjungiku? Apa mereka menunggu hari pemakamanku baru tidak sibuk!"

"nenek!"

"ibu!"

"apa? Aku benar kan? Mereka tidak pernah mau pulang untuk mengunjungiku!"

"nenek jangan bicara seperti itu! Bukankah nenek bilang akan hidup lama menyaksikan cicit-cicit nenek bermain di halaman belakang." Sang nenek hanya berdehem mengiyakan.

"Katanya yifan sekarang sudah sukses berarti dia kaya kan? Kurasa dia mampu membeli tiket ke seoul, jika aku masih kuat aku yang akan mengunjungi mereka kesana- sayangnya aku sudah terlalu tua untuk perjalanan jauh" nenek menggerutu sebal membuat luhan dan bibinya terkekeh.

"iya nek! Nanti luhan akan menghubungi gege agar pulang dan bermain kartu bersama nenek- ani dia juga harus ikut nenek berkebun dan merajut! Eotte?"

Sang nenek tersenyum cerah dan mengangguk setuju memikirkan penawaran luhan yang menyenangkan melihat cucu lelaki satu-satunya yang yerkenal sok keren berkebun dan merajut bersamanya- pasti sangat menyenangkan melihatnya menggerutu.

Luhan dan sang bibi ikut tertawa membayangkan hal tersebut, setelahnya ia segera pamitan dan beranjak pulang ke tempat tinggal kesayanganya yang sudah ia tempati selama 5 tahun terakhir ini.

Rumah atap yang luhan impi-impikan selama ini, mencari rumah atap tidaklah semudah mencari apartement mewah di kawasan Gangnam, meskipun terkesan sederhana dan murah- namun tidak semua rumah penduduk menyewakan rumah atap mereka.

Oleh sebab itu ia sangat berterima kasih kepada sang gege yang telah membantunya mendapatkan rumah kecil idamannya tersebut dengan koneksi beberapa anak buahnya.

Sebelum pulang kerumah luhan terlebih dahulu mampir ke supermarket untuk membeli beberapa kebutuhannya yang sudah menipis- bahkan habis.

Setelahnya ia kembali meneruskan perjalanan pulang dengan dua kantong plastik penuh belanjaan di kedua tangannya.

Luhan sedikit berjingkit saat melihat cahaya terang yang bersinar dari arah gang sempit rumah makan di tikungan jalan yang ia lewati.

Karena rasa penasarannya yang tinggi, luhan dengan berani mendekati sumber cahaya terang tersebut, namun baru beberapa langkahnya mendekat- cahaya tersebut mendadak musnah dan seketika keadaan menjadi gelap.

Karena merasa hanya berhalusinasi saja, luhan akhirnya memutar arah untuk kembali keluar gang sempit yang gelap tersebut, hingga sebuah leguhan kesakitan membuatnya menegang ditempat.

euuuuuh

"si- si- siapa disana?"

"apa ada orang disana?"

"cho- chogiyo!" luhan berkeringat dingin karena ketakutan.

Euuuhhhhmm

Luhan semakin menegang mendengar suara leguhan tersebut, saat ini juga ia ingin segera berlari meninggalkan tempat tersebut, namun kakinya serasa lemas sekali karena ketakutan.

Ia segera meraba kantong mantelnya untuk mengambil smartphonenya dengan bergetar, lalu setelahnya ia menyalakan mode center untuk melihat situasi.

KYAAAAAAAAAA

Luhan berteriak kaget saat mendapati sesosok pria berkulit pucat sedang meringkuk di pojok gang tersebut, luhan ingin lari- takut jika sosok tersebut adalah pria jahat yang sedang mabuk atau apalah sebagainya.

Namun melihat pungung tak berlapis kain yang terluka membuatnya tidak tega meninggalkan orang yang sedang terluka begitu saja.

Lambat-lambat luhan mendekati sang pemuda yang sepertinya sangat ketakutan tersebut, ia sentuh lengan pemuda tersebut- dan terasa sangat dingin sekali.

Saat ia memegang pundak telanjang pemuda yang sedang topless tersebut tiba-tiba saja pemuda tersebut semakin meringkukkan tubuhnya dan menatap luhan dengan tatapan ketakutan.

"tuan? Maaf kau takut padaku?" luhan menunjuk dirinya sendiri dan di balas anggukan patah-patah dari pemuda tersebut.

"tu-tuan tenang saja, jangan takut! Aku bukan orang jahat!" luhan berucap meyakinkan dengan senyum 1000 wattnya.

"namaku Xi Luhan! Aku tinggal beberapa blok dari sini, kau sendiri? siapa namamu? Kenapa kau tidak memakai baju?" luhan bertanya antusias sedangkan yang di tanya hanya menundukkan kepalanya dalam.

"eoh? Kenapa? Baiklah jika kau tidak mau mengatakannya- sekarang kau harus jawab pertanyaanku, dimana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang."

Lama pemuda itu hanya diam sembari menatap luhan dengan bola matanya yang bergerak-gerak liar hingga akhirnya ia hanya menunduk kembali dan menggeleng lemah sembari mengucapkan kalimat datar.

"eobseo"

"NDE?" luhan hanya melongo mendengarnya

"la-la- lalu apa yang kau lakukan disini? Apa kau mabuk? A- atau kau orang jahat! Iya iya kau pasti orang jahat!"

Luhan menggumam tidak jelas karena ketakutan dan segera akan berlari meninggalkan pemuda tersebut sebelum sosok tersebut mencekal lengannya dan menampakkan tatapan mata seperti kucing yang minta di pungut.

"jangan pergi"

Entah setan apa yang merasuki luhan saat ini, setelah melihat sorot mata berkaca-kaca tersebut- tiba-tiba saja niatnya untuk meninggalkan sosok misterius tersebut musnah.

Kini bahkan luhan sudah melepaskan mantel maroonnya untuk di pakaikan kepada sosok polos tersebut, sedangkan yang di pakaikan hanya menurut saja seperti anak usia 6 tahun.

"maafkan aku- tapi kau akan kedinginan jika tidak ku pakaikan mantel, kau tidak malu kan?" luhan bertanya tanpa menatap yang di Tanya.

"bagaimana rasanya?" tambahnya kali ini menatap manik mata yang berhasil menghipnotisnya tadi.

"hangat"

Hanya satu jawaban yang terlontar dari bibir tipis tersebut membuat luhan mengulum senyum gemas melihat sosok polos di hadapannya tersebut.

"lebih baik, aku mendandanimu seperti gadis saja, dari pada ada pejalan kaki yang mengataimu banci- lagi pula kau sungguh manis." Luhan bergumam sembari sibuk mengikat rambut sosok tersebut membentuk apple hair.

"aaah yeoppoda!"

Luhan bertepuk tangan kegirangan melihat hasil kerjanya yang memuaskan, sedangkan sosok yang di jadikan kelinci percobaannya hanya tersenyum polos melihatnya tersenyum cerah.

"kau tidak keberatan ku dandani seperti ini,bukan? Tenang saja- ini hanya sementara, arrachi?" sosok tersebut hanya mengangguk polos.

"baiklah sempurna- luhan memang daebak! Baiklah kajja!"

Luhan segera mengandeng sosok tersebut dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya mengenggam tas serta 2 kantong plastik belanjaannya.

Sepanjang perjalanan menuju rumah luhan, sosok tersebut hanya diam menatap tangannya yang sedari tadi di genggam luhan- mengabaikan semua perkataan dan pertanyaan yang terlontar dari gadis manis tersebut.

"eoh? Kau tidak mendengarku?" luhan memberhentikan langkah mereka dan menatap garang sosok tersebut.

Sosok tersebut hanya menatapnya polos membuat luhan memutar kedua bola matanya jengah.

"chogiyo! Katakan padaku siapa namamu?" ulang luhan.

Pemuda tersebut hanya diam dan menunduk dalam, membuat luhan mati-matian menahan emosi di ubun-ubunnya agar tidak mengumpat sosok polos di hadapannya.

"haaaah, baiklah ayo masuk, kita obati lukamu- kau pasti kedinginan" luhan akhirnya mengalah.

Setelah masuk kedalam flat kecil luhan, sosok tersebut memperhatikan seluruh isi dari tempat tinggal mungil itu dengan seksama.

Sedangkan luhan sendiri, setelah meletakkan kantung belanjaannya di atas meja makan- ia segera beralih mengambil kotak P3K dan memanggil sosok tersebut untuk mendekat kearahnya yang sedang duduk di sofa pink lembutnya.

"hoi, kemarilah- ku obati lukamu, buka mantelmu!"

Sosok tersebut menatap luhan bingung, namun sejurus kemudian ia menuruti perintah mutlak luhan yang sedang menuangkan antiseptic ke permukaan kapas steril.

"kau tidak merasa sakit?"

Luhan kebingungan karena sosok tersebut tidak merintih ataupun berjingkit kesakitan sama sekali saat luhan menekan-nekan luka menganga di punggungnya dengan kapas berlumur alcohol dan antiseptic hingga di perban rapi.

Sedangkan sosok tersebut terlihat asik dan tersenyum bahagia memainkan boneka rusa luhan yang tergeletak di sofa, sontak membuat luhan keheranan menyaksikan hal tersebut.

Luhan mengerutkan keningnya menyadari kejanggalan pada lelaki tersebut, lambat-lambat luhan mendekatinya dan mengenggam tangannya yang memainkan boneka rusa untuk memaksa sang pemuda menatap manik rusanya.

"sekarang katakana padaku- siapa nama-mu?" lama sosok tersebut membisu hingga mengeluarkan suaranya di depan luhan.

"hunnie"

"hun-nie? Berapa usiamu?" luhan semakin penasaran

"tehunnie!"

"tehun-ie?" sosok tersebut menggeleng kuat

"tssehun" ulangnya mencoba

"ooh sehun? Jadi apa kau cadel?"

Sehun, nama sosok polos tersebut yang di goda luhan karena kecadelannya hanya mampu mengulum senyum tipis dan menunduk malu.

"oke sehunnie- berapa usiamu saat ini, sehunnie?"

"1001 tahun"

"eoh?" lama luhan terbengong dengan mulut menganga hinga tawanya meledak.

"hahahahaha.. kau bercanda? Hahaha- kau lucu sekali sehunnie! Aaah aaakh haha perutku sakit sekali- hahaha sudah-sudah berhenti bercanda katakana padaku dengan jujur?"

Sesaat setelah terpingkal mendadak luhan terjebak situasi tidak mengenakan saat hening menyelimuti keduanya, dia tertawa terbahak begitu girangnya sementara sosok yang di tertawakan hanya menatapnya datar dan dingin tanpa ekspresi.

EKKHHHEEEEEM

Luhan sedikit berdehem menenangkan dirinya sendiri dari rasa malunya karena leluconnya tadi yang sama sekali tidak lucu menurut orang di hadapannya.

"aah baiklah maafkan aku! Mungkin aku keterlaluan- lalu dimana rumahmu?"

"di bintang"

Luhan membeku, sungguh ia sudah kehilangan kata menghadapi sosok di hadapannya yang imajinasinya lebih mengerikan dari baekhyun sahabatnya.

"oh tuhan- bagaimana aku harus bicara padamu ya-" luhan mengetuk-ngetuk jarinya di dagu dengan mondar-mandir kebingungan.

"aku tidak bohong- aku adalah guardian angle noona- aku jatuh dari langit!" terang sosok tersebut yang mulai mempercayai luhan dapat menjaga rahasianya.

"kau janga bergurau, ini sungguh ti-

"aku terius noona, aku di hukum karena nakal" pemuda tersebut menundukkan kepalanya sedih

"kau bohong!" luhan menatapnya mengintimidasi.

"tidak noona, aku sungguh angle! Kau tidak percaya? Aku bisa melakukan ini!"

Luhan terperangah menatap sehun yang bisa memancarkan cahaya terang dari bekas luka di punggungnya tersebut.

"a- a- apa itu barusan sehunna? Ka- kau bukan manusia" luhan tergagap

"aku memang sudah tidak punya kekuatan lagi noona- hanya itu satu-satunya buktu bahwa aku adalah angle, bekas luka itu adalah bekas sayapku"

"karena aku nakal, ayahku membuangku ke bumi dan mematahkan sayapku" jelasnya tambah sedih

"aku tidak punya siapa-siapa di bumi, aku takut sekali- bagaimana ini noona?"

"noona tolong tehun!"

Luhan sangat terkejut saat melihat pria yang mengatakan usianya sudah 1001 tahun menatapnya dengan ekspresi seperti anak 6 tahun yang merengek minta permen.

"jangan menangis, eoh! Ya- ya- yak! Jangan menangis."

"lalu apa yang harus ku lakukan- jangan menangis sehunna- noona akan membantumu, jebal!"

"jinjja?" sehun berbinar

"ne ne ne, apa yang bisa noona bantu, eoh?" luhan menatap jengah

"ayah bilang, jika tehun tidak nakal lagi- ayah akan menjemput tehun di bumi- noona! Maukah noona menemani tehun sampai ayah datang?" sehun mengerjap polos

"ta- ta- tapi"

"tehun mohon noona, tehun takut tinggal di gang gelap tepelti tadi- hiks"

"a-arraseo arraseo, jangan menagis- aku akan mengijinkanmu tinggal disini, arrachi? Jangan menangis"

"jeongmal? Jinjja?" luhan hanya mengangguk pasrah

"aaaah noona gomawo, jeongmal!"

Sehun sudah akan menangis jika luhan tidak secepat kilat mengangguk setuju atas permintaan sehun hingga membuat pria tersebut bersorak-sorai kegirangan.

Lagi pula luhan juga kasihan jika sosok polos dan cadel di depannya harus tinggal di gang sempit, gelap dan bau seperti tadi.

"dan kau harus berjanji padaku! Untuk tidak nakal dan menurut kepada noona, arrachi?" sehun mengangguk antusias.

"cha- sekarang mandilah, kau bau sekali!" luhan pura-pura menutup hidungnya

"bukan aku yang bau noona, tapi tong sampah di gang tadi" ucapnya polos

'terserah, apapun itu- cepatlah mandi- aku akn mencarikan baju gegeku yang ada disini- cha!"

Luhan segera mendorong sehun menuju kamar mandinya, sedangkan ia beranjak ke dalam lemari baju yang ada di kamarnya- membongkarnya, siapa tahu baju sang gege ada yang tertinggal saat menginap beberapa tahun lalu.

Luhan menyerah setelah mengacak-acak isi lemarinya selama hampir 30 menit, dia rasa tidak ada baju sang gege yang tertinggal di flatnya- atau mungkin ia sudah memberikannya kepada paman kwon yang tinggal di bawah rumah atapnya.

Ia bersyukur setidaknya ada beberapa potong underwear dan boxer yifan yang tidak ia buang atau sumbangkan, mengkin itu bisa berguna untuk sehun.

Lantas ia segera mengambil piyama pink dengan aksen love kecil-kecil pemberian bibinya yang tidak pernah ia pakai karena kebesaran, mungkin sehun bisa memakainya untuk sementara waktu.

Setelah dirasanya sudah hampir 1 jam sehun berada di kamar mandi dan tidak mengeluarkan suara sedikitpun membuat luhan sedikit khawatir.

Lambat-lambat ia segera mendekati pintu kamar mandi dan mengetuknya perlahan, tidak membutuhkan waktu lama sehun segera membuka pintu menampilkan ekspresi polosnya.

"noona, mandi itu apa?"

Luhan menahan geram, pasalnya hampir 1 jam sehun berada di kamar mandi namun dengan polosnya ia tidak tahu apa itu mandi- oh god!

Akhirnya dengan mengumpulkan kesabarannya ia membimbing sehun kedalam kamar mandi dan menyalakan keran air hangat untuk mengisinya di bathtube mungilnya- luhan menerangkan kepada sehun dengan halus agar seorang angle pria ini mengerti dengan cepat.

"dengarkan noona, setiap hari kau harus mandi 2-3 kali yaitu pagi, sore atau malam"

"dan kau harus melakukannya seperti ini, kau harus mengisi bathtubenya sendiri- lalu pakai sabun, kau harus menggosok seluruh tubuhmu pakai sabun agar bersih dan wangi, arrachi?" sehun mengangguk.

"kau juga harus rajin gosok gigi- bahkan setap selesai makan, seperti ini caranya-

-karena sikat gigiku berwarna pink, jadi noona akan memberikanmu yang berwarna biru- chakkama"

Luhan mengambil sikat gigi baru di lemari nakas kamar mandinya lalu mengolesinya dengan pasta gigi dan selanjutnya memberikannya kepada sehun.

Lalu luhan memberi contoh cara menggosok gigi maupun berkumur yang benar dan sehun menirunya dengan baik dan benar.

"nah pintar sehun, seperti itu caranya- kau harus melakukannya seperti itu jika tidak ada noona arrachi?" sehun masih mengangguk polos

"karena kau sudah gosok gigi, sekarang saatnya mandi- kau sudah tahu caranya kan?"

Sehun mengangguk dan dengan segera beranjak menuju bathtube mungil yang penuh dengan busa sabun dengan aroma stroberi tersebut.

"ya- ya- yak! Sehun, kau harus membuka celanamu terlebih dahulu, kau harus membersihkan seluruh tubuhmu, arrac- ya- ya- yak! Andwae!"

"wae noona?"

Sehun hanya menatap polos luhan yang menghentikan aksinya saat hendak membuka celananya yang berwarna putih bersih.

"jangan membuka baju di depan noona, pokoknya walaupun tidak ada noona, sehun tidak boleh membuka baju di depan orang lain- apalagi wanita, arrachi? Sehun boleh membukanya setelah noona keluar, oke!" sehun kembali mengangguk.

"dan nanti setelah sehun selesai, sehun harus membilas tubuh sehun di shower ini, caranya di putar seperti ini- maka airnya akan keluar, setelah tubuh sehun sudah bersih matikan showernya dengan memtarnya berlawanan arah seperti ini" sehun menelitinya dengan seksama.

"dan jika semua sudah beres sehun harus mengeringkan tubuh sehun dengan handuk yang ada di tempat penyangga-handuk pink itu milik noona, sementara sehun boleh memakainya, besok noona akan membelikan yang baru untuk sehun"

"sehun harus membersihkan kekacauan apapun yang sehun buat oke? Jika busa atau sabunnya tumpah kelantai- sehun harus menyiramnya agar tidak licin, sehun tidak mau kan jika sehun atau noona sampai jatuh terpeleset?" sehun menggeleng kuat

"hehe, dan juga setelah berendam sehun harus mencabut tutup bathtubnya- yang di bawah agar airnya segera menghilang, sehun mengerti?"

"mengerti noona"

"baiklah, noona akan meninggalkan sehun dan ini baju gantinya- setelah mengeringkan badan, sehun harus memakai baju, oke!"

Luhan menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan kamar mandi dengan baik termasuk cara mengunakan toilet saat buang air dan sebagainya, dan sehun sangat cerdas untuk memahaminya, saat luhan hendak keluar dan menutup pintu kamar mandi kemudian suara sehun mengintrupsinya.

"noona- ini bebek?" Tanya sehun memegang bebek karetnya

"a-a-aaah iya sehun itu bebek karet hehe, itu bisa menjadi teman mainmu saat berendam sehun"

Luhan tersenym kikuk merasa malu karena ketahuan seorang pria bahwa ia menyimpan beberapa bebek karet di kamar mandinya

"bagaimana caranya noona?" sehun terlihat kebingungan

Luhan lalu kembali kedalam dan mengambil beberapa bebek karet kesayangannya untuk di masukkan kedalam athtube penuh busa tersebut.

"hanya seperti ini sehun, bebek-bebek ini akan berenang-renang bersamamu, hehe! Kau juga bisa memencetnya seperti ini"

TOOOEEET TOOOEEET

"aku menyukainya" sehun tersenyum riang menatap bebek-bebek karet tersebut.

Luhan mengulum senyum melihat seberapa polos dan kekanakannya sehun saat ini, sehun seperti kertas putih polos, beruntung luhanlah orang yang menemukannya.

Apa jadinya anak tersebut jika bertemu orang jahat dan mengajarinya berbuat jahat, oleh sebab itu luhan berjanji akan mengajarkan hal-hal positif kepada sehun si bayi besar.

Luhan segera meninggalkan sehun yang melaksanakan ritual mandinya, ia beralih menuju dapur untuk memasak makanan untuk sehun, bayi besar itu pasti lapar.

Ia terkekeh saat mendengar suara kekehan sehun dan suara bebek karet yang di tekan berulang-ulang, hingga ia sedikit memperingatkan sehun agar segera menyelesaikan acara mandinya agat tidak kedinginan.

"sehunna- jangan bermain-main terus, ini sudah malam kau bisa demam!" teriaknya

Tidak lama kemudian akhirnya sehun keluar dari kamar mandi lengkap dengan piyama yang terlihat mengantung di betisnya karena kurang panjang.

Luhan tersenyum melihat betapa manisnya bayi angle yang di temukannya beberapa jam yang lalu, terlihat sangat polos- meskipun berwajah datar sekalipun.

"sehunna kau lapar?" sehun mengangguk pelan

"makanlah, noona membuat spaghetti instant karena tidak ada nasi disini, makanlah kau pasti menyukainya"

Sehun mulai menyendok spaghetti di depannya dengan tekun, luhan tidak henti-hentinya tertawa karena sehun yang tidak berhasil menyendok makanannya barang sesuap pun.

"aigoo- aigoo, chakka- jangan menyendoknya seperti itu- seperti ini- cha?"

Luhan mencontohkan cara menyendok dengan benar dan sehun yang menatapnya penuh perhatian dan mencoba mentutorial luhan akhirnya berhasil dan segera menikmati makanannya dengan riang.

"aaah massita!" gumamnya senang

"massita? Jinjja? Kau menyukainya?"

"ne! aku menyukainya!" sehun masih larut dalam acata makan malamnya

"noona tidak makan?"

"aku sudah makan sehun! Sudah cepat habiskan- noona akan menyiapkan tempat tidur untukmu!"

Sehun mengangguk dan luhan segera meninggalkannya menuju kamarnya untuk menyiapkan Kasur lantai di sisi ranjang mungilnya.

Setelah beberapa menit sehun akhirnya menyusulnya kedalam kamar, dan hanya menatap luhan polos dan memeperhatikan segala sesuatu yang di lakukan luhan untuk ia pelajari.

"noona sedang apa?"

"eoh? Sehun- noona sedang menyiapkan tempat tidur untukmu, maaf ya hanya Kasur lantai, rumah noona terlalu sempit untuk menambah ranjang apalagi kamar, jadi kau tidak keberatankan untuk tidur disini?"

"gege nooona juga tidur seperti ini jika menginap, disini tidak lantainya tidak akan dingin karena di bawah kita itu rumah seseorang, bukan tanah- tapi jika kau masih merasa dingin, kau bisa menyalakan penghangat ruangan ini- tekan saja tombolnya seperti ini." luhan mencontaohkan.

"tidak apa-apa noona, sehun nyaman tidur disini, dan sehun bisa membereskan dan menata kembali Kasur sehun- tadi sehun mempelajarinya dari noona." Ucap sehun sambil menelusupkan dirinya kedalam selimut tebalnya.

Luhan membalasnya dengan senyum dan segera beranjak keluar kamar untuk membersihkan meja makan.

"apa yang noona lakukan?" sehun mengintrupsi kegiatannya yang sedang mencuci piring.

"eoh? Noona sedang mencuci piring sehunna- setelah selesai makan atau masak kita juga harus membereskannya- kita harus mencuci perlengkapan yang kotor, begitu." Sehun memperhatikannya dengan baik dan seksama hingga selesai.

"cha- noona sudah selesai, ini sudah malam- istirahatlah" luhan menuntunsehun kearah kamar.

"noona mau kemana? Noona tidak akan meninggalkanku sendirian kan?"

"ani- noon harus mandi sehunna- kau istirahatlah! Noona tidak lama arrachi?"

Sehun mengangguk dan segera menyamankan diri ke dalam kasurnya dan selimutnya yang tebal, sedangkan luhan setelah mengambil piyama rusanya segera berlalu keluar menuju kamar mandi.

Setelah selesai dengan ritual mandinya luhan dan menata belanjaannya di dapur dan kulkas luhan segera beranjak menuju ranjangnya untuk beristirahat tubuh lelahnya, sungguh tubuhnya serasa remuk sekali hari ini.

Niatnya untuk menyelesaikan dokumen-dokumen yang ia bawa pulang lenyap sudah, karena keasikannya mengajari hal baru kepada mahluk yang sedang terlelap di bawah ranjangnya.

Entah mimpi apa ia semalam, hingga ia kini harus bertemu bahkan mengurus mahluk polos seperti sehun yang mengaku sebagai guardian angle.

Melihat ekspresi sehun yang berubah-ubah saat sedang terlelap membuatnya terkekeh geli dan ingin mencubit pipi pemuda yang sedang mengerucutkan bibinya saat ini- hingga tanpa terasa ia pun mulai jatuh kea lam mimpinya sendiri.

-skip-

Akhir pekan adalah hari untuk bermalas-malasan bagi luhan, menghabiskan sepanjang hari hanya bersantai dirumah dengan hanya berbalut piyama ia akan berkeliaraan di rumah mungkin tidur- menonton televise atau mengerjakan dokumen-dokumen penting atau sekedar hanya browsing-browsing sambil bergelung di ranjangnya yang empuk dengan secangkir latte yang mengepul.

Namun berbeda dengan akhir pekan kali ini, Pagi tadi saat ia mengeliat akan mengeratkan selimut yang membungkus tubuhnya, dengan sangat tidak elitnya luhan terkejut hingga hampir terjengkang kebelakang karena sehun menatapnya dengan binary keceriaan sembari menangkupkan dagunya di sisi ranjang sebelah kanan luhan.

"noona, hunnie lapar!"

Luhan menepuk jidatnya sayang, ia baru ingat jika mulai saat ini, ada mahluk lain yang tinggal dan hidup bersamanya, ia tidak mungkin terus-terusan menerapkan lazy day nya setiap akhir pekan di depan sehun yang polos.

Demi apapun, ia tidak ingin sehun meniru kebiasaan buruknya yang satu ini, lalu dengan segera ia bangkit beranjak ke luar kamar, ia sempat memuji sehun yang sudah merapikan Kasur lipatnya sendiri.

"sehunna- kau sudah gosok gigi?" teriak luhan dari kamar mandi

"sudah noona, aku memakai yang warna biru seperti tadi malam!" sahut sehun ikut berteriak membuat luhan mengulum senyum mendengar jawabannya.

Setelahnya luhan kemudian beranjak menuju dapur dan segera di ekori oleh sehun yang sedari tadi merengek kelaparan.

"noona hunnie lapar sekali"

"noona"

"noona"

Luhan yang jengah dan tidak bisa berkonsentrasi akhirnya membuka kulkas untuk mengambil sekotak susu pisang dan memberikannya untuk sehun.

"ini apa noona?" sehun hanya meneliti kotak susu tersebut.

"itu susu pisang sehun, itu enak- minumlah! Itu akan menganjal perutmu sembari aku memasak." Sehun mengangguk antusias

Luhan kemudian memperlihatkan cara menancapkan sedotannya dan menyerahkannya langsung pada sehun untuk siap diminum.

"emmm ini enak noona" sehun kegirangan.

"ku bilang apa? Kau pasti akan menyukainya!"

Luhan kembali sibuk mengolah bahan mentahnya dengan cekatan, namun ia sedikit mengernyitkan dahinya saat sehun yang sedari tadi tidak bersuara mendadak berteriak-teriak heboh.

"aaaah dingin noona, ini dingin aaaah"

"ada apa sehun?" luhan segera memutar badannya.

Dan ia hanya memasang wajah datarnya saat melihat sehun sedang menelusupkan kepalanya kedalam lemari pendingin sambil berteriak-teriak.

"SEHUN! APA YANG KAU LAKUKAN!" luhan berkacak pinggang.

"noona ini apa? Kenapa dingin sekali? Dan kenapa banyak makanan disitu?"

"itu namanya kulkas, lemari pendingin sehun, tempat untuk menyimpan makanan, lalu apa yang kau lakukan tadi?"

"tadi noona memberikanku susu ini dari dalam kulkas itu, sehun mau lagi noona"

"Tch! Noona memang menyimpan banyak makanan disana, dan jika noona tidak dirumah dan kau merasa lapar- kau boleh memakan makanan yang ada disana

-dan jangan memasukkan kepalamu kesana seperti tadi, arrachi?"

"emm ne noona!" jawabnya berbinar saat luhan memberikan kotak susu pisang kedua untuknya.

"sekarang kau duduk di ruang tengah- noona akan menyalakan televisi, kau suka kartun kan?"

"kartun itu apa?"

"aaaaah jinjja! Apa ya?" luhan kebingungan menjawab pertanyaan polos dari sehun.

"pokoknya kartun itu ya apaya? Animasi- ah kau tidak akan mengerti maksudku, sudahlah tonton saja, kajja!"

Luhan menuntunsehun yang menikmati minumannya ke sofa ruang tengah dan menyalakan televisi yang menampilkan acara kartun animasi- donal bebek kesukaan luhan.

"ASSAAA Donald bebek!" sehun hanya menatap polos luhan yang kegirangan.

"nah sehun- noona akan melanjutkan memasak di dapur, kau disini saja nonton ini, oke!"luhan kemudian beranjak kembali ke dapur.

Setelah hampir setengah jam ia menyiapkan sarapan mereka di atas meja, luhan kemudian menghampiri sehun yang nampak terlarut dalam tayangan televisi yang ia tonton saat ini.

"sehun ayo ma-

Kan"

"YAK! SEHUN-AH A-A TAYANGAN APA YANG KAU TONTON,EOH?"

Luhan kalang kabut mematikan acara televisi yang sehun tonton saat mendapati bukan tayangan Donald bebek lagi yang ia tonton melainkan MV music dari girlband 4L – MOVE

"Yatuhan sehun, ba-ba-bagaimana bisa kau menonton acara itu eoh?"

"hunnie tidak tahu, tadi hunnie tidak sengaja menduduki ini hingga gambar disana berubah" ucap sehun sambil mengacungkan remote kearah luhan.

"aigooo, baiklah kajja kita sarapan!" sehun mengangguk dan segera berlari menyusul luhan ke meja makan kecil di dekat dapur.

Luhan segera memberikan seporsi omuraise ke hadapan sehun untuk segera disantap dan membuatkan susu stroberi low fat kepunyaannya.

"enak sehun?"

"enak noona, ini lebih enak dari yang semalam, hunnie lebih suka yang ini" jawabnya dengan mulut penuh nasi.

Luhan hanya terkekek melihatnya sembari mengusap sudut bibir sehun yang belepotan oleh saus sambil menikmati latte kesukaannya.

"noona minum apa? Kenapa berbeda dengan punya hunnie?"

"eung? Aah ini latte sehun, anak kecil tidak boleh minum latte" jelasnya santai kembali menyeruput lattenya

"siapa yang anak kecil? Tehun? Bahkan umur noona jauh di bawahku! Kenapa aku tidak boleh minum latte- aku adalah pria dewasa, usiaku 1001 tahun" sehun mengerutu sebal membaut luhan menganga dibuatnya.

"ta- tap

"mulai sekarang aku tidak mau memanggilmu noona!" sehun merajuk.

"a-arraseo! Aku akan membuatkanmu latte, jangan merajuk! Chakkama!"

Luhan segera berdiri dan berlalu kearah dapur membuat secangkir latte untuk sehun, jika di pikir ada benarnya juga- walaupun sehun polos dan kekanakan, tapi dia tetaplah seorang pria dewasa jadi tidak seharusnya luhan memperlakukannya seperti bayi.

Luhan kembali dengan secangkir latte, dan ia terkekeh melihat piring dan gelas bekas sehun sudah kosong, walaupun sehun merajuk menolak susu stroberi namun ia tetap saja menghabiskannya.

"cha- ini latte mu! Jangan merajuk eoh?" sehun segera menerimannya dengan gembira

"sehun dengarkan aku! Tidak perduli kau ini malaikat atau apapun itu- saat ini di bumi kau adalah manusia, jadi kau harus bersikap dan berbicara layaknya manusia, arra?

-jangan mengatakan apapun kepada orang lain tentang siapa kau dan apapun yang menyangkut dirimu dimasa lalu- jika orang bertanya padamu, cukup jawab bahwa-

Namamu adalah Oh Sehun, dank au tinggal bersamaku oke! Dan jangan katakana kepada orang-orang jika usiamu 1001 tahun, cukup katakana usiamu 25 tahun- mengerti?"

Sehun yang terkesan mengacuhkan ucapan luhan dan memilih tengelam dalam kenikmatan latte di tangannya- mampumenyerap baik-baik semua ucapan luhan barusan karena ia adalah angle yang cerdas dan sedikit nakal.

"Luhannie, kenapa noona-noona di televise tadi hampir telanjang di depan sehun?"

U-HUK

Luhan tersedak nasinya saat sehun mengatakan kata frontal di depannya.

"a-apa masudmu?"

"kau bilang kita tidak boleh melepaskan pakaian kira di depan orang lain, apalagi yang berlawan jenis, tapi noona-noona tadi-

"ya- ya- yak! Sudah jangan di teruskan! Itu urusan mereka- yang penting kau tidak menirunya!"

"kau tidak menirunya juga kan- Luhannie?"

"yak sehun! Apa maksudmu- aku hanya akan melakukan apa yang mereka lakukan di depan kekasih- uups"

"jadi kau berencana melakukan hal itu?"

"ani-

"luhan, jawab aku! Tadi kau bilang seperti itu"

"ridak sehun- itu berbeda kau tidak perlu tahu hal itu- dan kenapa kau memanggilku seperti itu? panggil aku noona!"

"shirreo!"

"yak! Sehun!" luhan semakin geram

"aku tidak mau, walaubagaimanapun aku lebih tua darimu!"

Sehun mengeluarkan jurus mehrongnya dan berlari meninggalkan luhan kearah ruang tengah untuk melanjutkan acara menontonnya.

"yak! Dasar anak nakal! Jangan tonton yang seperti itu lagi"

Luhan merona karena ucapannya tadi yang keceplosan di depan sehun yang polos, luhan memang serius dengan ucapanya- bahkan ia sudah pernah berdiskusi bersama baekhyun dan kai kedua sahabat mesumnya untuk memilih lingerie yang akan ia dan baekhyun gunakan saat 1bercinta dengan kekasih mereka.

Sayangnya diantara keduanya sampai saat ini masih belum menemukan teman kencan pria yang bisa mereka ajak menghabiskan malam indah.

Aaah ya tuhan, luhan kenapa berfikir mesum, eoh? Ia segera beranjak ke dapur untuk mencuci peralatan makan yang tadi mereka gunakan.

-To Be Continue-

jangan pelit review ya