I Catch You, Babe!
Author: kurokuroninja
Disclaimer: Screenplays
Cast: ChanBaek/Park Chanyeol x Byun Baekhyun sligh KaiSoo.
Rate: M
Genre: Drama, Romance
Summary: I don't clever to make a summary. But i hope you are all enjoy with my story.
Warning! OOC, Yaoi, (Boy x Boy), NC, Lemon, Bad Language, Miss Typo dan berbagai macam keabsurdan dan kegajean tingkat mayor. you hate it, just leave it! No protest, no judge, no flame! Fanfic saya, suka-suka saya. -18 out. Ok? Thanks.
.
.
Chapter 5: I Love You, Park Chanyeol!
.
.
Enjoy!
.
.
"C—Chanyeol?"
.
Baekhyun mengangah tidak percaya begitupun dengan para pengunjung lain. Terlebih Taeyeon dan Yeri. Fucking impossible! Dia dengan Park Chanyeol? Astaga, benarkah?
Si jangkung tidak ambil suara. Diam; tidak bergerak sedikitpun. Hazelnya masih setia memandangi wajah Baekhyun yang masih dilanda keterkejutan. Ketahuilah, sesungguhnya ia tengah menyembunyikan rasa gembira.
Apakah keinginannya akan menjadi nyata?
Menikah dengan Byun Baekhyun dan hidup bahagia? Aku mencintaimu, Tuhan.
"Woooo! Daebak!" teriak Kai menghancurkan suasana sembari merangkul pundak keduanya. "Sepertinya ini tanda jika sebentar lagi kalian berdua akan menikah."
Apa-apaan ucapannya itu. Aish!—Baekhyun tidak bisa menahan diri untuk tidak salah tingkah. Ia memalingkan wajah. Bermaksud mengalihkan pandangan. Perlahan ia melepaskan tangan dari karangan bunga. Mempersilahkan Chanyeol untuk tetap memegangnya.
Tidak. Chanyeol tidak akan membiarkan tangan yang terkasih terlepas dari sana. Refleks tangannya bergerak, kembali membawa tangan halus Baekhyun menggenggam bunga bersama-sama.
Terkejut?—of course!—sangat terkejut malah. Tingkahnya benar-benar diluar dugaan. Baekhyun pikir, Chanyeol sudah membencinya. Baekhyun pikir Chanyeol sudah—
"Ambil ini." ujar Chanyeol menyerahkan buket bunga itu sepenuhnya pada Baekhyun. Kemudian melenggang pergi.
Hah? Pergi begitu saja? Bayangkan! Rasanya seperti dijatuhkan dari langit ke tujuh. Kau sudah melambung tinggi kesenangan tapi ternyata akhirnya—aargt! kenapa rasanya sakit sekali?
Baekhyun mematung ditempat. Kedua matanya tidak lepas dari sosok Chanyeol yang semakin lama semakin menjauh. Tuhan, dadanya sesak.
Dan rasa sesak itu semakin menjadi saat Chanyeol berjalan mendekati Yeri. Gadis itu merangkul mesra dan membawanya menjauh dari jangkauan mata.
Karma. Ya. Baekhyun yakin—inilah karma. Karmanya karena sudah menolak perasaan Park Chanyeol dan membohongi diri sendiri. Menghindari kenyataan bahwa dia adalah seorang gay.
"Baekhyun." Panggilan Taeyeon membuyarkan pikiran.
Yang dipanggil menatap sumber suara, "Y—ya?"
"Ayo kita pergi makan." Ajaknya sembari memeluk sebelah tangan Baekhyun dan menariknya menjauh tanpa persetujuan.
Baekhyun pasrah. Ia memilih mengikuti keinginan mantan pujaan hati. Makan bersama Taeyeon mungkin bisa menghilangkan rasa sakit di dadanya.
Yeah—mungkin.
.
.
.
.
Duar!—tenang. Itu bukan suara ledakan bom. Melainkan suara kembang api di angkasa. Ah indahnya—seolah menjadi bumbu pelengkap perayaan bahagia. Cahayanya bertebaran layaknya gugusan bintang jatuh.
Siwon ikut bahagia meski masih menyandang gelar—i am single and very happy.
Pasangan gay; Kai—Kyungsoo saling merangkul menatap hingar bingar di atas sana dan larut dalam kegembiraan bersama ribuan orang lainnya. Sesekali meneguk wine yang disuguhkan.
Kai tidak segan mengungkapkan perasaan mendalamnya dengan mencuri ciuman di bibir sang kekasih. Persetan dengan tempat!
Bahkan kekurang ajaran si hitam terus berlanjut hingga memasukkan tangan ke dalam kemeja Kyungsoo seenaknya. Memainkan dua titik sensitif dan meremasnya keras. Sesekali menjilat tengkuk.
"Ah!—Nggh—Uhhh—Hhh!"
Mau tidak mau, itu membuat desahan Kyungsoo lolos begitu saja. Beruntung keadaan diluar sana sangat hingar bingar. Lama kelamaan napsu Kai semakin membuncah. Kedua matanya menatap sayu. Tangannya seolah gatal ingin meremas dan memanja milik kekasihnya yang entah kapan sudah menegang.
Mengerti akan segala situasi yang ada, Kyungsoo berusaha mengambil alih kesadaran. Ia takkan membiarkan napsu ikut menyelimuti otak. Ingat!—ini tempat umum, okay? Dasar kurang ajar! Bagaimana kalau kegiatan bejat mereka dilihat orang. Hell! Itu memalukan!
"J—Jong—ah—hhh!"
"Sssst—diam atau mereka akan melihat kita." Ucapnya dengan seringai lebar.
.
.
Okay, guys. Abaikan dua pasangan absurd diatas. Mari kita beralih pada Park Chanyeol yang terlihat risih memandang arloji di tangan.
Sudah lebih dari lima belas menit, Yeri belum juga kembali dari kamar kecil. Jangan-jangan—tersesat? Gah! Merepotkan. Dengan sangat terpaksa, pemilik marga Park menaruh gelas wine di atas meja dan memutuskan untuk pergi.
I swear, i'll kick her ass later!—batinnya murka.
Namun baru saja ia akan berbalik, ia harus dikejutkan oleh sosok Baekhyun yang berdiri mematung. Ekspressinya—sulit diartikan.
"Baek, kenapa kau disi—"
"Yeol, aku ingin bicara." Potongnya.
Chanyeol mengernyit heran. Bicara? Apa yang akan dibicarakan bocah menyebalkan ini? Apakah ia akan berkata, 'jauhi aku, aku sudah berpacaran dengan Taeyeon-ssi sekarang.'
Membayangkannya saja sudah membuat kepalanya berdenyut.
"Baiklah. Lima menit." Balas Chanyeol datar sembari melipat kedua tangannya di dada. Angkuh sekali.
Yang lebih pendek terlihat gelisah. Kedua matanya bergerak kesana kemari. Chanyeol mendengus tidak suka. Tingkah pemuda ini seperti bocah! Memuakkan.
"Kalau kau terus diam seperti ini aku akan—"
"Tunggu!" cegah Baekhyun lagi. Kali ini ia meremat pergelangan Chanyeol agar tidak pergi. "Sebelum itu—maukah kau ikut aku ke suatu tempat?"
"Ha?"
Kepala Baekhyun mendongak, menatap maniknya dengan tatapan memelas. Tatapan yang tidak bisa Chanyeol tolak selama hidupnya. Dengan sangat terpaksa ia berkata—"Baiklah—baiklah. Terserah."
Jawaban Chanyeol sontak mengundang pekikan senang dari mulut Baekhyun. Bibirnya meliuk merangkai senyum manis. Oh God, bibir itu—pasti manis sekali. Bolehkan aku merasakannya—sedikit saja.
Damn it! Disaat seperti ini masih sempat-sempatnya kau membayangkan hal nista. Terkutuklah kau Park Chanyeol!
.
.
.
.
"Jadi—apa yang ingin kau bicarakan? Lalu—" Chanyeol berdecak pinggang, menatap selidik pada sosok pendek yang sedari tadi terlihat gugup. Sekarang mereka berdua tengah berada disebuah lorong antah berantah. Gelap gulita. Minim cahaya. Sepi.
"—kenapa kau membawaku kemari? Katakan padaku, sepenting apa isi topik pembicaraan itu, Byun Baekhyun?"
Baekhyun tidak tahu harus memulai dari mana. Benar. Ia gugup. Sangat gugup—"Anu, itu—"
Sekali lagi, Chanyeol mengendus. Byun Baekhyun—rupanya kau mau menguji kesabaranku? Baiklah. "Jika tidak ada hal penting aku akan—"
"Maafkan aku."
Maaf? Gah! Jadi Baekhyun membawanya kemari hanya untuk meminta maaf?—lelucon yang sangat lucu. Sangat lucu.
Chanyeol berbalik cepat, menatap Baekhyun yang juga menatapnya—"Hanya itu? Kau hanya ingin mengatakan itu? Meminta maaf? Great!"
Baekhyun tidak menjawab. Ia kembali menundukkan kepala sambil mengigit bibir ranumnya sendiri. Ada apa denganmu Baekhyun? Kau hanya perlu bicara. Yeah—bicara. Kenapa rasanya sulit sekali?
"Aku perg—"
"A—aku mencintaimu!"
Deg!—pernyataan mengejutkan yang keluar dari mulut Baekhyun sontak membuat otot-ototnya menegang kaku.
W—what?! Apa katanya? M—mencintai. Setelah ia membawanya kemari, meminta maaf lalu—bang!—dia bilang dia mencintaiku?
Ya ampun! Ini sudah melewati batas kekonyolan.
"A—aku—aku mencintaimu, Park Chanyeol. Maafkan aku, karena sudah menolakmu. Saat itu aku mencoba untuk mengelak. Aku merasa perasaan itu salah tapi—tetap saja, aku tidak bisa membohonginya. Hatiku selalu merasa sakit setiap melihat kebersamaanmu dengan Yeri-ssi. Aku iri, karena dia bisa membuatmu tersenyum."
Chanyeol seratus persen yakin bahwa dirinya salah dengar. "Kau sedang melucu, Baek? Maaf candaanmu sama sekali tid—"
"Apa aku terlihat seperti sedang melucu di matamu?" Baekhyun memberanikan diri menatap sosok jangkung itu sekali lagi. "Aku serius."
Tidak percaya?—sangat!
Ini pasti halusinasi. Ini pasti fatamorgana. Baekhyun tidak mungkin mengatakan hal—
"Akan kubuktikan!" tantang Baekhyun seraya mendorong tubuh Chanyeol ke tembok dengan gerakan lambat sekaligus sensual.
Tubuh Chanyeol langsung membeku untuk kesekian kali. Kedua matanya terbelalak sempurna ketika napas hangat Baekhyun mulai mendekat menerpa sebagian wajah. Dan mempertemukan bibir mereka. S—sial! Apa yang Baekhyun lakukan? Menciumnya? Kenapa ia berbuat senekad itu?
Hangat, kenyal dan basah. Jujur saja, ini sensasi yang sangat ia rindukan. Sensasi yang membuatnya mabuk kepayang.
"Ummh—Nnh—Mmmnp.." Baekhyun mulai berani bermain dengan bibir bawah si jangkung. Menggigit, menjilat dan menghisapnya rakus.
Awalnya ia hanya berniat memberikan ciuman singkat namun bibir tebal Chanyeol membuatnya gila. Sesaat ia bisa mengecap rasa wine disana. Manis dan menyenangkan. Baekhyun menarik tengkuk pemilik marga Park lebih dekat. Ingin terus dan terus merasakannya.
Chanyeol tidak mengelak. Ia membiarkan sang pujaan hati bermain-main di bibirnya. Tapi tidak bertahan lama karena ia segera menarik kasar kepala Baekhyun menjauh. Membuat sang mpu mengerang tidak suka.
Meski dalam penerangan yang sangat minim, ia bisa membayangkan semerah apakah wajah ukenya. Bibir basah menggoda. Mata sayu—minta disetubuhi.
Byun Baekhyun, selamat kau telah membangunkan singa tidur.
"Sepertinya—itu saja belum cukup membuktikan kalau kau benar-benar mencintaiku." Godanya sembari memainkan bibir basah Baekhyun dengan ibu jari.
Wajah Chanyeol merangkai seringaian. Ia menundukkan tubuh. Menarik dagu kemudian menjilat dan menciumi pipi Baekhyun membabi buta. "Pertama-tama aku akan menghapus jejak menjijikan yang telah Taeyeon torehkan disini."
"Emmh—g—geli. Ahaha!"
Rasa geli dan nikmat tidak bertahan lama setelah yang dominan mengarahkan tangan yang lain untuk turun, meremas keras bongkahan kenyal bokong Baekhyun.
Park Chanyeol, kau sudah mulai kehilangan kendali.
"Nggh—Y—Yeol." Baekhyun melengguh keenakan, tubuhnya tiba-tiba merasa panas. Napasnya memburu. Tanpa sadar, ia menghimpit tubuh Park lebih dalam. Menggesekkan sesuatu yang mulai 'terbangun' di balik celana. Refleks, kedua matanya terpejam, mulutnya terbuka. Ah—nikmat sekali. Ia ingin lebih.
"Hooo!—kau sangat sensitif, sayang. Baru begitu saja sudah tegang? Menarik." Chanyeol menggeram rendah tepat di telinga Baekhyun. Suaranya terdengar begitu seksi. Menghantarkan sensasi aneh yang menggelitik indera pendengaran. Lidah terjulur menjilat dan menghisap daun telinganya gemas.
"Nggh—remas—le—aah!—lebih! Hhh~" desahan Baekhyun membuat libido Chanyeol terpancing untuk melakukan hal lebih. Kabut napsu semakin menyelimuti akal sehat.
"As you wish, baby."
Tanpa aba-aba, ia menarik kasar tengkuk Baekhyun dan meraup bibirnya tidak sabaran. Baekhyun tersentak menerima respon Chanyeol yang begitu mendadak. Ia bisa merasakan bagaimana lidah lincah itu menghisap dan menjilat bibirnya. Seolah meminta izin untuk menjamah lebih jauh.
"Open your mouth."
Baekhyun yang sudah mulai menikmati permainan, langsung mendongakkan wajah dan membuka mulut selebar mungkin. Chanyeol menerima dengan senang hati. Ia melesakkan lidahnya masuk dan mengobrak-abrik mulut Baekhyun tanpa ampun.
Dimulai dari mengabsen deretan gigi sesekali menggelitiki langit-langit mulut lalu mengajak lidahnya berdansa. Saling mencumbu, saling bertukar air liur.
Keduanya sama-sama hebat. Sama-sama agresif. Tapi Baekhyun harus mengakui jika Chanyeol lebih unggul dari yang ia duga. Stamina pemuda itu seperti setan.
"Ummh—mmph—" pangutan Chanyeol semakin liar. Baekhyun dibuat kewalahan. Permainannya begitu cepat dan kasar. Saliva yang entah milik siapa mulai turun membasahi sudut bibir mereka.
Si jangkung tidak memberinya kesempatan untuk bernapas. Ia menarik lidah Baekhyun keluar kemudian menyedot sari-sarinya hingga kering. "Nyyhhh.. Hhhh—"
Demi Tuhan, ini pertama kalinya Baekhyun merasakan sensasi ciuman yang begitu—ah—menyenangkan. Ini akan jadi pengalaman pertama yang tidak akan dilupakan.
Merasa cukup puas, Chanyeol menghentikan ciuman mereka. Benang-benang saliva tercipta tatkala dirinya melepaskan pangutan.
Belum sempat Baekhyun menghirup udara. Sang dominan sudah mencengkram kedua bahu lalu menghempaskan tubuh pendeknya ke tembok dengan keras. Membalikkan posisi.
"Kau Cantik, Baekky." tangannya terjulur membelai lembut pipi kenyal Baekhyun, "Aku jadi tidak sabar menyetubuhimu. Menancapkan milikku ke dalam lubang anusmu yang hangat. Menyemprotkan benih-benihku. Membuatmu mendesah keenakan dibawah kuasaku!"
"Sssh—sentuh—Ayo—s—setubuhi aku—hhh.." racau Baekhyun tidak tahan.
Perkataan kotor Chanyeol membuatnya makin terangsang.
Fuck! Persetan dengan harga diri! Persetan dengan ketidaknormalan! Persetan dengan punggungnya yang sakit! Persetan dengan tempat! Persetan jika seandainya ada yang memergoki kegiatan nista mereka! Persetan semuanya. Ia—ia ingin Chanyeol. Park Chanyeol seorang.
Tawa Chanyeol menggelegar. Ia senang dengan respon Baekhyun yang diluar kebiasaan. "Dasar pelacur. Kau terangsang, eh?" bisiknya sensual. Jari-jari jenjangnya menarik tengkuk Baekhyun mendekat. "Katakan sekali lagi. Katakan kalau kau menginginkanku."
Baekhyun melingkarkan kedua tangan di leher sang dominan. Menekan 'miliknya' yang menggembul hebat dibawah sana dengan 'milik' Chanyeol yang mulai terbangun. "Mmmh—Ahh—a—aku—ingin—ungh—d—dirimuuh~"
"Good boy." Gumamnya seraya menjauhkan diri dari tubuh mungil Baekhyun yang menatapnya kecewa.
Tenang saja, Chanyeol tidak benar-benar menjauh. Ia hanya ingin mengambil 'sesuatu' dari balik jasnya. Sesuatu seperti—
"B—borgol?" ucap Baekhyun susah payah. Sebelah alisnya terangkat heran. Chanyeol memang selalu membawa hal seperti itu; borgol, pistol—sekedar antisipasi.
"Untuk apa kau—" perkataan Baekhyun terhenti tatkala Chanyeol membalikkan badannya menghadap tembok. Lantas menarik tangannya ke belakang dengan kasar.
"Diam dan nikmatilah." Suara—krek—keras terdengar ketika pemuda Park berhasil menyematkan benda itu pada pergelangan tangan sang submissive.
"A—apa yang kau—Ahh—!" Baekhyun kembali mendesah. Chanyeol kembali melancarkan serangan dengan mengendus perpotongan lehernya. Menggelitik sensor kulit dengan lidah. Menjilat dan mengecap rasa manis keringat.
Hmm—perpaduan antara mint dan strawberry. Tidak buruk.
Sekali lagi Baekhyun dibuat terkejut ketika tubuhnya kembali dibalik, berhadapan. Atasannya dirobek secara sadis lantas menyibaknya hingga sikut. Memperlihatkan kulit mulus tanpa cacat. Leher, dada, nipple pink yang mulai menegang—semua tidak luput dari penglihatan Chanyeol. Begitu menggairahkan.
"Selamat makan."—Hap!—Chanyeol menancapkan deretan gigi di perpotongan leher.
Merasakan manisnya darah Baekhyun. Menghisapnya bagai vampire. Menjilat dan menghisapnya lagi. Terus seperti itu hingga meninggalkan noda merah kebiruan. Memberi tanda bahwa Byun Baekhyun adalah miliknya.
Bukan hanya leher, Chanyeol juga menorehkan tanda menyakitkan namun nikmat itu hampir disekujur tubuh Baekhyun. Sekitar leher, dada, bahkan perut.
Sang submissive semakin menjadi saat nipplenya dipilin, dicubit serta penisnya diremas keras secara bersamaan. Ia yakin, Chanyeol ingin membuatnya gila dengan segala sentuhan menyenangkan itu.
"Akh!—Yeol—angh~" bosan terus meremasnya dari luar, tangan jahil Chanyeol mulai menelusup masuk kedalam celana dalam Baekhyun dan kembali meremas sang adik tanpa mengurangi tempo. Cepat dan bar-bar.
"Kau membuatku menunggu begitu lama dan menolakku begitu kejam. Tapi sekarang lihatlah—" Chanyeol mencengkram penis Baekhyun lebih keras. Membuat pemiliknya mengerang sakit, "—kau mendesah, kau memohon padaku seperti pelacur yang haus sentuhan penis! Kau harus dihukum!"
Bugh!—Baekhyun merasa tubuhnya dilempar kasar ke atas lantai dingin. "Arggth!"—selanjutnya Chanyeol mendaratkan sepatu mahal tepat di selangkangan yang masih terbungkus celana lengkap. Menginjak keras lalu menggeseknya lembut.
"A—a—angh!—a—aaah!" hazel Baekhyun sontak terbelalak lebar. Mulutnya terbuka, tak kuasa menahan rasa nyeri, ngilu sekaligus nikmat.
Tapi mau bagaimanapun perlakuan Chanyeol pada tubuhnya, sekasar apapun dia. Baekhyun tetap suka. Ia tidak bisa menolak. Ia tidak bisa melawan. Lagi pula, kedua tangannya diborgol. Kebebasannya direnggut.
Anggaplah Baekhyun masochist!—yeah dia masocist. Dia menyukai segala perlakuan kasar pemuda Park terhadap tubuhnya. Ia menginginkan lebih. Ia ingin Chanyeol terus menyiksanya.
Chanyeol mendudukkan diri tepat di atas dada Baekhyun. Tidak peduli, jika seandainya bocah itu tersiksa karena kesulitan napas. Fuck that shit! Jari-jarinya merayap, membuka resleting yang sedari tadi memenjarakan kejantanannya.
Dalam hati, Baekhyun merasa was-was. Berkali-kali ia harus menelan ludah paksa. Kira-kira, sebesar apa milik Chanyeol? 9 inchi? 11 inchi? 15 inchi?
Dan benar saja—sesuai dugaan, milik Chanyeol sangat—besar. Baekhyun tidak yakin kalau itu akan muat di—
"Hisap!" titah Chanyeol tegas seraya menyodorkan miliknya yang setengah menegang. Hell! Yang seperti ini disebut 'setengah' menegang?
Biarpun ragu, Baekhyun menyambutnya dengan senang hati. Lidahnya terjulur menjilat dan menghisap dua bola kembar hingga lubang urine sebelum benar-benar memasukkannya kedalam mulut.
Sebenarnya, mulutnya yang terlalu kecil atau milik Chanyeol terlalu besar? Rasanya sulit sekali untuk dikulum seutuhnya.
"Hmmmhh—" Chanyeol menggeram rendah. Suaranya begitu seksi. Baekhyun jadi semakin semangat memompa kejantanan super besar itu di dalam mulutnya.
Erotis.
Satu kata yang menggambarkan suasana mereka sekarang. Chanyeol tidak menyangka, semua angannya terkabul. Bercinta dengan Baekhyun—menakjubkan.
Ini bukan lagi sekedar bayangan, bukan lagi angan-angan mansturbasi. Ini nyata. NYATA! Chanyeol menunduk sejenak. Melihat bagaimana seksinya Baekhyun saat kesulitan menggulum penisnya.
Ah—mulut itu terasa hangat. Sesekali Baekhyun menggesekkan giginya dan menggelitikinya dengan lidah. Nikmat sekali.
"Ssssh—sepertinya kau butuh bantuan." Chanyeol mendorong miliknya lebih dalam, hingga masuk menabrak kerongkongan Baekhyun. Membuat sang mpu terlonjak. Kedua matanya terbelalak sempurna. Perutnya mendadak mual, ingin memuntahkan segala yang telah ia makan.
Milik Chanyeol—tertanam sepenuhnya dalam mulut.
"Ghhh—" Chanyeol tidak bisa menampik, pinggulnya bergetar saat sensasi hangat itu merelungi seluruh kejantanannya. Mulut Baekhyun seperti candu. Menghilangkan akal sehat dalam sekejap mata.
Perlahan tapi pasti, tubuh Chanyeol terangkat—hampir mengeluarkan penisnya. Kemudian menghentakkannya lagi dengan keras. Memperkosa mulut Baekhyun lebih dalam.
"Hmmmphh—Cha—Hgggh!"—Baekhyun mencoba berbicara, namun sodokan Chanyeol tidak mengizinkannya. Si jangkung terus menyerang tanpa mengurangi tempo. Menggagahi setiap celah mulutnya. Brutal dan bar-bar.
Decakan air liur Baekhyun dan milik Chanyeol menggema disudut ruangan. Menunjukkan seberapa panasnya permainan mereka. Peluh mulai bercucuran di tubuh keduanya.
Baekhyun meronta. Namun tenaganya kalah kuat. Chanyeol menghajar mulutnya tanpa ampun sedangkan tangannya diborgol sadis. Kedua matanya terbalik—antara nikmat dan sakit. "Hnngh—Ye—Yeonnhh—Mllphh—"
Ia ingin Chanyeol segera mengeluarkan benda besar itu dari mulutnya.
"Ah—Baekky—lihatlah, sayang!—Hhh—aku memperkosa mulutmu!—Hhh—nikmat!" racau sang dominan dengan suara berat yang khas. Ia semakin memperdalam genjotannya di mulut Baekhyun. Tanpa peduli bagaimana tersiksanya pemuda itu. persetan! Yang penting nikmat.
Chanyeol semakin mempercepat gerakannya dan itu semakin membuat Baekhyun gila. Ia sudah pasrah akan segala perlakuan semenya.
Sepasang hazel menunduk, menatap wajah panas Baekhyun. Rambut acak-acakan, pipi memerah hebat, kedua mata yang terbalik, mulut yang meneteskan cairan precum dan saliva.
Shit!—Chanyeol sudah tidak tahan lagi. Kejantanannya berdenyut hebat, bersiap menumpahkan seluruh hasrat terpendam di mulut sang submissive.
"A—aku keluar—khhh!—terima ini—" erangnya lagi ketika cairan putih kental menyembur, memenuhi mulut dan organ pencernaan Baekhyun dengan sperma. Begitu banyak, sampai membuat sebagian meluap keluar.
Meski terasa getir dan aneh, Baekhyun menelan cairan itu dengan senang hati. Napasnya terengah, memburu seperti habis dikejar penjahat. Awas kau, Park Chanyeol!
"Permainan belum berakhir, sayang."—sekali lagi, Byun Baekhyun harus menerima kenyataan bahwa kegiatan mereka memang belumlah berakhir.
Chanyeol bangkit berdiri, melepaskan kejantanan dari pagutan bibir Baekhyun. Tidak bisa dipungkiri, permainan mereka cukup melelahkan dan panas. Tanpa basa-basi pemuda Park langsung menanggalkan kain yang membalut tubuh atas dan membuangnya ke sembarang tempat.
Dada bidang, leher jenjang, otot lengan yang terbentuk sempurna dan—
"Hhh—S—sejak kapan kau memiliki tatoo?" tanyanya tidak percaya. Ia menatap deretan huruf bergaya old english yang bertuliskan 'love that shit!' terpatri di bahu kiri Chanyeol.
Chanyeol terkekeh pelan sebelum memerangkap tubuh mungil Baekhyun dengan kedua tangan—"Memangnya kenapa? Hum? Kau tidak suka?"
Bibir Baekhyun mengerucut, sebal—"Jangan membalas pertanyaan dengan pertanyaan, Yeol!"
"Baiklah—baiklah." Chanyeol mengalah, "Aku menatto bahu tak lama setelah kau menolakku. Kau tahu, kan? Ini semua salahmu. Aku sangat frustasi." Keluhnya dengan wajah yang dibuat semiris mungkin.
Ya—ya—ya ini semua salah Byun Baekhyun. Puas kau?
Tangan terjulur, membelai deretan huruf tatoo kemudian turun membelai dada bidang Chanyeol dan terus turun hingga berhenti di perut enam pack yang terlatih sempurna. Membelainya begitu halus dan penuh cinta.
"M—maafkan aku."
"Minta maaf saja tidak cukup. Sekarang kau harus merasakan hukumannya."—Glek!—Baekhyun kembali meneguk ludah paksa. Ia tahu apa yang akan Chanyeol lakukan selanjutnya. Membayangkannya saja sudah membuatnya merona hebat hingga telinga.
"Nyaaah~" desahan lega Baekhyun melolong ketika celana serta underwear dilepas paksa dan dibuang ke sembarang arah. Membebaskannya dari rasa sesak.
Chanyeol menjilat bibirnya sendiri memperhatikan junior Baekhyun yang berdiri tegak menantang gravitasi dengan tetesan precum keluar dari ujungnya. Jangan lupakan lubang merah muda yang berkedut minta segera dimasuki. Sangat menggiurkan.
"Hhhh—Yeol, kenapa hanya menatapnya? Nggh—sentuh—hhh—sentuh aku lagi." goda Baekhyun sengaja membuka lebih lebar kedua kaki. Mengundang Chanyeol untuk segera menjamahnya.
Tanpa diminta pun Chanyeol segera melesakkan mulutnya menghisap junior Baekhyun kuat-kuat. Ia berniat memerah seluruh sarinya hingga kering. Sesekali menjilat dan mengelitiki lubang urinnya menggunakan lidah. Manis—rasanya manis. Sesuai dugaan.
Puas dengan penis, lidah Chanyeol bergerak menjilat anal Baekhyun tanpa rasa jijik. Sebelum memasukan lidahnya, si jangkung terlebih dulu memasukkan satu jarinya kedalam. Sekedar memperlebar akses.
Sempit, rapat, hangat. Begitulah yang Chanyeol rasakan saat benda tak bertulang itu melesak masuk. Lubang Baekhyun benar-benar mencengkramnya. Ia bisa membayangkan, betapa nikmat ketika penisnya dimanja disana.
Tidak hanya itu, ia juga mengarahkan tangan lain menuju nipple tegang yang sejak tadi dianggurkan. Memilin dan mencubitnya keras dengan gerakan berputar. Gemas.
"Akh!—Mmmnn—Sssh—Khh.." Mendapat kenikmatan di dua tempat sekaligus membuat diri Baekhyun merasa terbang ke langit ke tujuh. Nikmat sekali. Ia tidak menyangka—bercinta dengan sesama lelaki bisa senikmat ini.
Sekarang aku mengerti perasaan kalian, Kai—Kyungsoo.
"Aaah—Ah.." tangan yang semula memanja nipple kini turun menekan twins ball Baekhyun keras. Memaksa penis itu untuk segera menyemburkan cairannya. Sedangkan tangan lainnya mulai diarahkan untuk mengobrak abrik lubang sang uke tanpa ampun, malah bukan hanya satu jari.
Chanyeol tak tanggung-tanggung langsung memasukkan tiga jari sekaligus. Kejam. Si jangkung langsung bergerak menabrak prostatnya tanpa pemanasan. Cepat dan bar-bar seperti biasa. Membuat Baekhyun tidak bisa menahan erangan. Entah sakit atau nikmat. Mungkin keduanya.
"Arrgt! Khh—haaah—aah.. Yeol—akuuhhh—a—aku ingin—nggh—keluaarhh.."
"Sudah mau keluar, eh?" seringainya meremehkan, "Cepat sekali."
Tepat setelah pinggul Baekhyun mengejang, Chanyeol malah menarik jari-jarinya dari lubang candu. Tentu saja itu membuat Baekhyun sangat tersiksa.
Dan rasa tersiksa itu jugalah yang membuat Chanyeol merasa senang. "Kenapa? Tersiksa? Hm?" seringainya sembari menjilat ketiga jari yang semula bersarang di anus Baekhyun dengan sensual, "Perlu kau tahu, Baek. Seperti itulah perasaan seseorang yang ditolak orang yang dicintai."
"Enggh—Yeol—hhh—j—jebal."
"Jebal—jebal—jebal?" Ejek Chanyeol. Diam-diam ia meraih sesuatu yang terselip dibalik punggung. Sekarang apa lagi?—"Aku akan membuat permainan ini semakin 'menyenangkan'."
Kedua mata terbelalak sempurna ketika Chanyeol mengarahkan pistol padanya. "K—kau—mau apa kau?" selidik Baekhyun mulai beringsut mundur. Pistol?—untuk apa Chanyeol mengarahkan pistol padanya. Balas dendam, kah?
Tidak!—aku belum mau mati. Tuhan, lindungilah aku—doanya dalam hati.
Chanyeol terkekeh pelan dengan kepala tertunduk. Sejenak, Baekhyun jadi ingat sebuah film horor yang pernah ia tonton bersama Kyungsoo bulan lalu. Dimana adegan seorang psikopat terkekeh gila sambil mengasah pisau sebelum menancapkannya pada tubuh korban.
Holly motherfuck!—ini bukan Park Chanyeol. Seseorang, tolong aku.
Kedua matanya terbelalak horor saat Chanyeol kembali memenjarakan tubuhnya. Baekhyun semakin was-was. Ia bisa merasakan sensasi dingin ketika benda mengerikan itu mulai menggesek pelan pipi putih mulusnya dengan lembut.
"Menurutmu—apa yang akan kulakukan setelah ini, hum?"
"M—membunuhku?" jawabnya berdigik ngeri. Lagi pula—apa yang akan dilakukan si jangkung selain—membunuhnya, mungkin?
Lagi-lagi Chanyeol terkekeh. Kali ini lebih keras. Jawaban Baekhyun yang kelewat polos dan ia menyukainya—"Yeah kurasa kau benar." Ujarnya dengan seringai jahil, "Aku akan membunuhmu."
"Chanyeol, a—aku minta maaf aku sudah menolakmu. Aku—aku—"
"C'mon babe, don't be mad. I'm just kidding, okay? Kau naif sekali." Chanyeol menundukkan diri semakin dalam lalu mencubit hidung sang submissive gemas. "Mana mungkin aku membunuh orang yang kucintai."
Sekarang Baekhyun merasa lega. Pipinya bersemu merah. Tapi rasa lega itu tidak bertahan lama setelah Chanyeol mengarahkan moncong pistol ke arah holle dan melesakkannya masuk tiba-tiba.
"Aku hanya ingin memperlebar akses masuk. Kau tahu—milikku sangat besar sedangkan hollemu sangat sempit. Bahkan tiga jari pun tidak membuatnya melebar. Kurasa pistol ini akan membantu."
"Hgggh!—Mnngh—s—sakitthh—"
Perih, sakit, panas—semua melebur menjadi satu. Ini adalah pengalaman pertama. Baekhyun yakin, lubangnya berdarah sekarang.
"Tenang saja, nanti akan menjadi nikmat." Bisiknya mulai membuka kaki Baekhyun semakin lebar dan menggerakan benda mengerikan itu dengan brutal. Tubuh si pemuda Byun tersentak keatas-kebawah.
Semakin lama, erangan sakit berubah menjadi desahan nikmat saat benda laknat itu menabrak sesuatu di dalam sana. Sesuatu yang membuatnya mengejang nikmat.
Baekhyun harus mencatat baik-baik dalam otak, bahwa seorang Park Chanyeol sangat sadis dan tidak terduga ketika sedang bercinta.
"L—lebih dalam sayang—ungh—aah—angh—hhh—sodok terusssh.."
Sesuai permintaan, Chanyeol melesakkannya lebih dalam. Suara becek antara pistol dengan holle, juga ekspressi ketagihan Baekhyun mau-tidak mau membuat miliknya terbangun lagi.
Plak!—Chanyeol menampar 'milik' Baekhyun keras. "Bayangkan, Baek! Bayangkan penisku yang mengobrak abrik lubangmu seperti ini!"
"Akkh! Kkkh—"—Baekhyun tidak sanggup membalas ucapan Chanyeol. Yang bisa ia lakukan hanya mendesah, mengiris dan mendesah. Refleks, kedua mata terpejam, merasakan kenikmatan. Fucking awesome!
Pinggulnya kembali mengejang. Sepertinya ia akan—
"Sepertinya sudah cukup." Chanyeol menarik keluar pistol yang sudah basah dengan cairan lubricant alami dari lubang Baekhyun lalu membuangnya ke sembarang arah. Sang mpu mengiris tidak suka. Lagi-lagi Park sialan menunda acara klimaksnya.
"Kau hanya boleh ejakulasi oleh milikku. Mari kita ke menu utama."
Baekhyun bukan anak polos pecinta lolipop warna-warni. Ia tahu—apa itu 'menu utama.'—"Cepatlah—hh~" kakinya terjulur meraih pinggang Chanyeol dan melingkarkannya. "A—ayo~"
Yang lebih tinggi lagi-lagi terkekeh kecil. Meski mengaku bukan bocah, tapi tingkah Baekhyun layaknya bocah yang sedang merajuk minta dibelikan ice-cream. Menggemaskan.
Chanyeol jadi semakin senang menggodanya. Bukannya menurut, ia malah melepaskan pangutan kedua kaki Baekhyun dari pinggang.
Punggungnya disenderkan disisi tembok lantas mendudukkan diri. Santai. Jujur saja, melakukan hal nista itu lumayan menguras tenaga. Mungkin ia butuh istirahat. Yeah—istirahat.
"Jika kau ingin penis ini—" seringai Chanyeol seraya menunjukkan barangnya yang sudah kembali tegang, "—kemarilah. Dan lakukan sendiri."
Baekhyun bangkit susah payah. Dengan tangan terikat seperti ini membuatnya kurang nyaman. Namun berterimakasihlah pada kabut napsu yang sudah menuntunnya hingga bisa merangkak dan berhasil duduk dipangkuan sang dominan.
'Uke on top'—bukan posisi yang buruk, bukan?
"Yeol—hhh.." hazelnya menatap Chanyeol sensual. Membuka pahanya selebar mungkin. Pelan-pelan ia menggerakkan pinggulnya ke atas-kebawah dan menggesekkan benda ekresi itu ke bongkahan kenyal pantat.
Awalnya, Chanyeol diam tidak bergerak. Ia memperhatikan tindak tanduk Baekhyun dengan kedua tangan terlipat di dada. Membiarkan bocah itu melakukan 'tugasnya'.
"Yeol—mnggh—j—jebal. A—aku tidak bisa—hnnh—memasukkannya. Ini—hh—sulit."—yeah dengan tangan terikat dibelakang. Memang sulit.
Mata yang mengeluarkan liquid, peluh bercecer, bibir ranum yang membengkak hebat, dan bercak merah kebiruan di sekitar leher dan dada. Fantastic! Tidak ada yang mengalahkan keerotisan Byun Baekhyun sekarang.
Chanyeol yang tidak tahan karena penisnya terus digesek dan digoda, akhirnya langsung mencekram pinggul Baekhyun dan melesakan seluruhnya dengan kasar. Sesuai dugaan, anusnya benar-benar sempit.
"A—aaaaaaaargtt!—Sakithh.."—teriak Baekhyun dengan tubuh melengkung bagai busur. Ia tidak menyangka akan sesakit ini. Baekhyun berani bersumpah, rasanya lebih sakit ketimbang dipukuli para penjahat.
Untuk beberapa saat ia memutuskan untuk diam sejenak. Mengadaptasikan diri dengan 'milik' Chanyeol. "Y—yeollie—a—appohhh!" ucapnya dengan nada bergetar.
"Ssssh—lubangmu menjepitku. Khh—sempitth—akh!"—sensasi lubang Baekhyun ternyata jauh lebih nikmat dari bayangannya selama ini. Chanyeol melengguh keenakan lalu berbisik tepat di telinga Baekhyun. "Ssssh—cepat bergeraklah. Aku tidak tahan."
Diturutinya perkataan si jangkung. Dengan sekuat tenaga ia mengangkat pinggulnya ke atas—hampir membuat kejantanan Chanyeol keluar kemudian menghentakkannya keras.
"Ah~" Kedua mata Baekhyun terbelalak, mulutnya terbuka dengan saliva bercucuran, napasnya tercekat sesaat. Penis Chanyeol yang besar dan panjang sontak langsung menabrak sweet spotnya. Menghantarkan getaran listrik kenikmatan.
Jauh lebih nikmat dari pistol sialan.
Chanyeol menyeringai puas, "Hoo—jadi disana ya—hhh."
"A—ah~Yeol.. Penismu—e—nnnh—enakkh—Ungh—haah.. ah~" Baekhyun mulai menaikkan temponya menjadi lebih cepat dan bar-bar.
Enggan berdiam diri, tangan jenjang itu bergerak menarik punggung Baekhyun mendekat lantas melahap sebelah nipplenya ganas seperti bayi kehausan. Sesekali menjilat dan mengigitnya gemas.
Seluruh persendian Baekhyun seolah lemah. Meleleh oleh pesona seorang Park Chanyeol. Kepalanya mendogak dengan mulut mengangah dan napas memburu. Kabut napsu semakin menggelapkan kedua mata. Ia menekan kepala itu semakin dalam.
Pinggulnya bergerak naik-turun. Menghajar prostatnya sendiri dengan tempo tetap. Sesekali Chanyeol membantu dengan ikut menggerakkan pinggulnya ke arah berlawanan. Menyodoknya semakin brutal dan nikmat.
"Hhh—doggy style, sayang!" perintah Chanyeol disini adalah mutlak.
Baekhyun tidak bodoh. Ia tahu apa itu'doggy style'. Berterimakasihlah pada Kai yang selalu mencekokinya dengan film yadong.
Sesuai permintaan sang dominan, ia menjauhkan tubuh sejenak, melepaskan penis Chanyeol yang tertanam dan mengganti posisi. Pipi kanannya bertumpu di lantai dengan bokong menungging.
"C'mon, babe—hhh—masukan lagi—mnggh.." bisiknya menggoda. Sesekali menggoyangkan bokong—minta dijajah untuk kedua kali. Fuck! Kenapa kau begitu nakal dan menggoda, sayang?
Chanyeol menyeringai puas. "Aku masuk, babe—hh."
Tidak ingin membuat kekasihnya menunggu, ia segera menancapkan miliknya lagi kedalam rektum hangat Baekhyun dengan sekali hentakan. Posisi ini sangat pas dan tentu saja akan memudahkan serangannya. Doggy style—hell yeah!
"Arrrggt!" meskipun sudah pernah dimasuki. Tetap saja rasanya tetap sakit di awal. Oh Park Chanyeol kenapa milikmu begitu besar? Baekhyun yakin, setelah semuanya berakhir ia takkan bisa berjalan esok hari.
Melihat ketidaknyamanan Baekhyun, Chanyeol menjambak kasar rambut Baekhyun. Menarik paksa bibirnya dan menghujami dengan ciuman panas. Berusaha mengalihkan rasa sakit.
Namun entah kenapa, di benak Baekhyun. Justru itu semakin membuatnya tersiksa.
"Mnngh—mmppph—nh." Perang lidah kembali mengisi permainan. Decak liur, lengguhan dan erangan dari keduanya bercampur merdu. Dan tanpa disadari, Chanyeol kembali menancapkan serangan. Tidak ada aba-aba maupun peringatan—lubang Baekhyun kembali dibobol cepat.
Park sialan!
"Oh—Nggh—Aaah—" rasa sakit terganti nikmat dalam sekejap. Baekhyun mendesah hebat ketika Chanyeol menghajar lubangnya tanpa ampun. Gerakannya jauh lebih cepat dari sebelumnya.
Si pemilik marga Byun bingung, dari mana Chanyeol mendapatkan tenaga sebesar itu?
Tidak disangka, bocah menyebalkan namun lugu—ternyata hebat dalam hal bercinta. Baekhyun rasa, dialah dewa seks yang sesungguhnya.
"Damn you!—fuck, Baekky!—hmmmh—akh!"
Tanpa sadar, Baekhyun ikut menggerakkan pinggulnya. Membuat sodokan itu lebih dalam. "Aahh—kau suka, Yeol? Emhh—Nhhngh—kau suka diremas oleh lubang anusku?—Haa—Aahh~"
"Hhh—yeaah!—aku suka—k—kau fantastis—hmm—kau nikmat dan—hhh—erotis. S—sempithh." Chanyeol menggeram nikmat sembari menundukkan tubuh. Deru napasnya terdengar begitu cepat. Remasan dinding rektum Baekhyun menghilangkan akal sehat. "Aku jadi ingin—hhh—bercinta denganmu—hhh—sampai mati."
"Kalau begitu—Ummngh—hajar aku lebih—mmmng—lebih, Yeol. Uaah!—gagahi akuuuh—aah—aaah—sodok t—terussh—sampai mati, Yeol. Ahhh—mnggah—sampai mati!"
Baekhyun bisa merasakan tubuh Chanyeol yang semakin erat, memeluknya dari belakang. Menanamkan benda besar itu terus dan terus. Lebih dalam, lebih cepat, lebih sadis.
Suara becek, lengguhan, desahan, erangan seolah menjadi musik pengiring kegiatan panas keduanya. Siapapun yang melihat pasti mengacungkan jempol. Sayangnya, tidak ada siapapun disini selain mereka.
Padahal Chanyeol berharap akan ada yang menyaksikan adegan panas mereka. Merekamnya kemudian menyebarkannya ke media massa. Menunjukkan pada dunia, bahwa Baekhyun hanya miliknya seorang. Okay, itu gila.
"Youre mine, Baekky—hhhhgh—ingat itu!" sebagai pembuktian atas ucapannya, sang dominan kembali menciptakan kiss mark di sekitar pinggung mulus Baekhyun. Menorehkan maha karya indah.
"Y—yaaah—a—aku hanya—Haahhh—milik—kh—mu—ah—tubuhku—nggh—jiwaku—hhh—semuanya—Haaah mmh!" balas si lawan bicara terbata, menahan deraan nikmat yang membuat hasratnya menggebu-gebu. "M—masukkan seluruh spermamu—Aaah—di—dalam tubuhku—hamili aku!—gggh—fuck me—hhh—harder!"
Sudut bibir Chanyeol terangkat, menciptakan seringai puas. Puas bisa memiliki Byun Baekhyun seutuhnya. Dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Berani merebutnya?—kalian harus mengucapkan selamat datang pada kematian.
"Y—Yeol—Ahh—enak, Yeol—mngghh—faster—aaanghhh—deeper—mmmngh—ah!"
Mencapai puncak kenikmatan merupakan prioritas utama. Sekeras apapun desahannya. Sekeras apapun erangannya. Baekhyun sama sekali tidak peduli.
Hentakan demi hentakan. Tusukan demi tusukan berlangsung cukup lama. Keduanya sangat menikmati sensasi masing-masing. 'Remasan' dan 'sodokan'. Dunia seolah milik berdua. Tidak ada yang bisa menghalangi mereka.
Kejantanan Baekhyun mengejang tak tertahankan. Sontak ia membuka paha lebih lebar. Mungkin ini sudah waktunya—"Y—Yeol, Akh! Ak—aku mau keluar—aakh—lepasssh—kkkh!" desahan Baekhyun tertahan ketika jari jenjang Chanyeol menyumbat lubang urinnya.
"Tidak secepat itu, Baekky—hhh—kita akan keluar bersama—hh—" tidak ingin membuat Baekhyunnya tersiksa lagi, si pemuda Park mengangkat tubuh ringkih Baekhyun berdiri bersender di tembok dingin tanpa melepas 'persenggamaan'.
Tangan-tangan jenjangnya mencengkram pinggul Baekhyun erat kemudian menyodok lubang kenikmatan itu lebih cepat dan lebih dalam. Kesetanan.
Baekhyun menjadikan tembok sebagai tumpuan. Tubuhnya tersentak hebat. Ke depan-kebelakang. Sesekali menggesek dinding tatkala raksasa dibelakangnya terus melancarkan serangan yang membuat otak kalang-kabut tidak karuan.
Tengkuk dicium ganas. dijilat, dihisap, digigit, dilumat. Penisnya dikocok dengan gerakan memutar cepat. Jangan lupakan sodokan nikmat di belakangnya. Fuck!—tubuhnya dimanja dan disiksa secara bersamaan.
"Sayang—nggh! A—aku tidak—kkhhh—kuat—uuh~"
"Sssh—hh—sebentar lagi, sayang—nggh—sebentar lagi—hh—tahan, okay?" ucap Chanyeol menenangkan.
Tak lama setelahnya. Otot-otot perut Chanyeol mulai mengejang. Bersiap menanamkan seluruh benih cinta ke dalam perut Byun Baekhyun. Ia tahu, sebentar lagi klimaksnya segera tiba.
"Aaah—Chanyeol—aah—a—ku mencintaimu—aaahh!"
"Baekhyun—kkh! A—aku lebih mencintaimu—hghh!"
"Aaaaakhh—" seiring dengan klimaks, keduanya mendesah bersama. Chanyeol memenuhi liang hangat itu dengan spermanya. Sedangkan Baekhyun menumpahkan seluruh cairannya di atas lantai. Selebihnya terciprat di dada, sekitar perut dan dinding.
Kedua kakinya bergetar seolah tidak bisa menyangga berat tubuh. Terlalu lelah dan pegal. Perlahan, Baekhyun merosot jatuh di dinding bersamaan dengan raksasa di belakangnya. Napas keduanya memburu liar. Berusaha untuk menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.
"Hah—hhhh—hhh!"
Posisi mereka saat ini adalah tubuh Baekhyun yang menungging di lantai dengan kepala bertumpu di tembok. Sementara Chanyeol yang masih setia memeluk partnernya dari belakang menyenderkan kepala di celuk leher tanpa berkenan melepaskan penisnya yang sudah lemas dari gua hangat Baekhyun.
Dengan sisa tenaga yang dimiliki, si pemuda Park menarik Baekhyun ke dalam pelukan hangat kemudian mendudukannya diatas pangkuan.
Chanyeol kembali menghirup wangi tubuh sang kekasih. Perpaduan keringat, strawberry, mint dan sperma. Awesome!
Oh tidak—tidak sudah cukup, jangan sampai tegang lagi.
"Yeol?" tanya Baekhyun menoleh dengan senyum susah payah.
Tangan Chanyeol terangkat membelai wajah letih itu dengan cinta, "Ada apa, sayang?" ucapnya lembut.
Pipi Baekhyun merona merah. "Ugh—bisa kau lepaskan err—penismu."
Chanyeol terkekeh geli lantas menuruti permintaan Baekhyun. Terdengar suara—plop—kecil saat penis lemasnya keluar dari lubang hangat si pendek.
"Ah~" Baekhyun memejamkan kedua mata. Menikmati setiap kelegaaan yang ada. Ia merasa ada sesuatu keluar dari dalam sana. Sesuatu seperti—cairan putih kental yang meluber sebagian dari dalam lubang mengangah. Benih cinta Chanyeol terasa hangat saat menyentuh sebagian kulit paha.
"Ada yang kau inginkan lagi, hum? Katakanlah." Tutur Chanyeol masih dengan nada lembut. Nada yang paling ia rindukan selama sepuluh tahun terakhir. Baekhyun mengangguk pelan.
"A—anu—bisakah kau lepaskan borgol ini dari tanganku. Rasanya—ugh! Tidak nyaman." Mohonnya ber-puppy eyes ria.
Chanyeol tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum. Kekasihnya benar-benar manis. Ia memasukkan kembali penisnya sendiri kedalam zipper. Kemudian mengambil kunci dari dalam saku sebelum membebaskan kedua tangan Baekhyun dari cengkraman borgol sialan.
Tidak ada pergelangan putih mulus. Yang ada hanyalah pergelangan yang memerah lecet dan Baekhyun harus mengiris sakit karenanya. Matanya menatap nyalang si pelaku. Yeah—siapalagi kalau bukan si idiot Park.
"Yak! Kau harus bertanggung jawab!"
Tanpa perlu berteriak seperti itu pun Chanyeol sadar akan kesalahannya. Ia menarik tangan Baekhyun lantas menjilat pergelangannya bergantian, penuh perasaan.
Bukannya mengobati tapi malah membuatnya semakin sakit. Apa-apaan ini? Belum puaskan menyikasanya dengan permainan penguras tenaga.
"Ssssh—y—yak—Chan—!"
"Ssst.. tenanglah, baby." Potong Chanyeol lembut tanpa melepas pangutan dari pergelangan tangan, "Air liurku adalah obat paling mujarab."
"Kau—apa?" Baekhyun membuang muka ke sembarang arah, bermaksud menyembunyikan rona merah di pipi—"Dasar gila!" ujarnya sesekali mengiris.
Lawan bicara tidak menggubris. Ia hanya tersenyum simpul dan terus fokus pada luka Baekhyun.
Suasana hening menyelimuti atmosfer cukup lama. Tidak ada percakapan lagi setelahnya. Hanya terdengar suara decak air liur dan kulit, juga ringisan sakit di sekitar.
"Yeol." Chanyeol menghentikan aktivitas sejenak. Ia menarik kepalanya menjauh dan menatap lurus manik hazel Baekhyun.
"Apa lagi? Hmm?"
Baekhyun bergerak gelisah, "Kau—kau yang pertama bagiku. Tapi dilihat dari kemampuan bercintamu—kau terlihat lebih professional." Katanya menunduk lesu, tidak sanggup menatap iris Chanyeol.
"Aku—apakah aku juga yang pertama bagimu?"
"Tentu saja." jawaban mantap yang keluar dari mulut Chanyeol sontak membuat kepala Baekhyun mendongak, menatapnya tidak percaya—"Kau yang pertama."
"Tapi—"
"Sssst—" desis Chanyeol tidak membiarkannya berbicara lebih jauh. "Kau yang pertama, Byun Baekhyun. Tidak dengan Kim Yeri, tidak dengan siapapun. Well, soal kemampuan bercintaku, aku mempelajarinya dari film-film porno, komik hentai dan majalah dewasa."
"Tapi kau dan Yeri—"
"Tidak ada tapi-tapian, Baek. Aku dan dia hanya—"
.
.
"Kami tidak berpacaran." Suara lembut seorang gadis menginterupsi. Membuat keduanya terlonjak kaget. Mereka menoleh dan mendapati sosok Yeri berjalan mendekat dengan kedua tangan terlipat.
Sontak Baekhyun langsung menutupi tubuhnya yang penuh kiss mark dengan kedua tangan menyilang di dada.
Sedangkan Chanyeol—ia terlihat tidak peduli. Tangannya terjulur meraih garmen yang tergeletak di tempat terdekat lalu memakainya dengan santai.
"Huuh~disini panas sekali. Kau menghajarnya terlalu kuat. Aku tidak menyangka, kau bisa seganas itu, Yeollie." godanya sembari mengipas wajah dengan tangan.
"Dari mana kau tahu keberadaan kami?" ketus si jangkung.
Yeri terkekeh pelan, "Hohoho jawabannya adalah—setelah kembali dari toilet. Tadinya, aku ingin menemuimu namun langkahku terhenti saat melihat Baekhyun-ssi berdiri di sana dan berkata 'ada sesuatu yang ingin dibicarakan'. Aku penasaran, kemudian memutuskan untuk mengikuti kalian sampai kemari. Menguping pembicaraan dan melihat kalian bercinta."
—omo! Jadi sejak tadi gadis ini terus mengawasi mereka—aish! Memalukan.
Chanyeol mendengus geli dengan wajah memerah hebat. Terkutuklah kau, wahai titisan penyihir.
"Anu—apa maksudmu dengan—'tidak berpacaran'." Tanya Baekhyun memecah keheningan.
"Tentu saja, aku dan Park Chanyeol—hubungan kami tidak lebih dari sahabat." jelasnya riang.
"Tapi kalian terlihat sangat—"
"Oh ayolah, Baby Byun~hentikan ocehanmu, okay? Asal kau tahu, aku sudah mempunyai kekasih. Anggap saja aku sedang membantu sahabatku mendapatkan 'pujaan hatinya' dengan menerima tawaran bodoh seperti—bersedia berpura-pura menjadi sepasang kekasih idiot. Aku turut senang akhirnya usahaku berhasil."
"Dan—oh jangan lupakan kemampuan kedua mataku. Sejak pertama kali bertemu, aku memang sudah mengira—ada yang tidak beres denganmu. Dengan menunjukkan sikap cemburu; aku sudah tahu jika kau menyukai Chanyeol. Itu membuatku semakin semangat untuk menjahilimu." Jelas Yeri panjang lebar. Layaknya rumus persegi panjang.
What the heck! Apa yang dia katakan? Jadi semua yang ia lihat selama ini hanya rekayasa? Selama ini Park Chanyeol dan Kim Yeri tidak lebih dari sekedar akting. Great! Akting yang bagus. Baekhyun jadi merasa bodoh. Yeah—sangat bodoh karena bisa tertipu dengan mudah.
"Hentikan, bodoh! Kau membuat kekasiku mematung kaku." Chanyeol memeluk Baekhyun posesif. Ah—betapa manisnya mereka. Yeri tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum.
"Selamat atas hubungan kalian." Yeri menepuk pundak Chanyeol dan Baekhyun secara bergantian. "Ngomong-ngomong mereka juga ingin memberi selamat." Tunjuknya pada keempat sosok misterius dibalik tembok.
Mereka?—jangan bilang kalau—
"Yo! Park Chanyeol, selamat atas hubunganmu dengan Baekhyun." Teriak Kai yang mulai keluar dari persembunyian. Diikuti Kyungsoo, Siwon dan Taeyeon.
TAEYEON?!—DEMI NEPTUNUS! Katakan kalau ini hanya mimpi. Jadi mereka juga ikut menyaksikan pembicaraan dan kegiatan—aish memalukan. Baekhyun tak kuasa menyembunyikan wajah di pelukan Chanyeol.
"Well—sungguh aku tidak menyangka, ternyata nafsumu besar ju—aw!" lanjutnya langsung mendapat sikutan keras dari Kyungsoo. Tidak membiarkannya meneruskan perkataan vulgar yang mengundang kontroversi.
"Hooo~ jadi ternyata ini yang membuatmu membenciku, tuan Park." Timpal Taeyeon seraya berdecak pinggang lengkap dengan senyum jahil yang ketara, "Perlu kau tahu, aku sama sekali tidak berniat merebut Baekhyun dari sisimu. Aku hanya menganggapnya sebagai adik dan—" perkataannya terhenti. Tangannya merangkul mesra Siwon.
"—kami sudah berhubungan lebih dari lima tahun. Maaf sudah menyembunyikannya. Kuharap tidak ada salah paham lagi."
W—what? Pria yang selama ini disangka menyandang gelar—'bujang lapuk'. Diam-diam menjalin hubungan dengan Kim Taeyeon? Daebak!
Kai tersedak salivanya sendiri, Kyungsoo terbelalak lebar, Baekhyun mematung ditempat. Sedangkan Chanyeol, ia menatap Taeyeon dengan mata memicing—penuh selidik.
"Benarkah? Tapi sepertinya tidak." bantahnya dingin. Chanyeol memeluk Baekhyun semakin erat. "Aku melihat semuanya, kau mencium 'kekasihku' di atap kantor dan mengajaknya pergi bersama ke pesta. Jika kau dan seonsangnim benar-benar memiliki hubungan—kenapa tidak pergi dengannya saja, hm?"
Taeyeon tertawa renyah sembari menatap Yeri dengan ujung mata, "Gadis itu yang menyuruhku." Tunjuknya pada sosok yang dimaksud.
"Ha?"
"Kami bekerja sama. Tentu saja dengan izin Siwon. Lagi pula, aku tidak tega terus melihat kekasihku yang tampan pulang dengan wajah mengenaskan. Dia sangat lelah melihat kalian berdua yang kerjanya hanya bertengkar dan bertengkar. Jadi aku memutuskan untuk menerima tawarannya. Jujur saja, saat mendengar Baekhyun menyukaiku—aku sedikit terkejut dan merasa bersalah."
Dunia memang penuh tipuan. Tapi setidaknya Chanyeol merasa bersyukur. Berkat semua tipuan menggelikan itu—ia bisa memiliki Baekhyun. Seutuhnya.
Taeyeon tersenyum lembut seraya menepuk pundak keduanya. "Ngomong-ngomong, selamat. Aku turut senang."
"Selamat ya~" timpal Kai dan Kyungsoo secara bersamaan.
"Selamat, anak muda. Maaf sudah merebut Taeyeon dari pelukanmu." Cengir Siwon memeluk mesra pundak Taeyeon.
Baekhyun mendengus geli, "Tidak masalah, seonsangnim." Ujarnya melirik Chanyeol dengan hangat.
"Akhirnya kau bisa jujur pada perasaanmu, Baek. Aku sangat bangga." Sahut Kyungsoo memeluk Baekhyun tanpa memperdulikan tatapan mematikan Chanyeol.
"Yeah, ini semua berkat kalian."
.
.
.
I do believe all the love you give..
All of the things you do..
Love you, love you..
I'll keep you safe, don't you worry..
.
.
.
-Kantor Kepolisian Gangnam, pukul 09.00 pagi-
.
I wouldn't leave, wanna keep you near..
Cause i feel the same way too..
Love you, love you..
Want you to know that i'm with you..
.
"Yeollie, ayo buka mulutmu. Aaaa~" tidak ada suasana gaduh atau pun pertengkaran hebat. Tidak ada caci maki dan sumpah serapah. Tidak ada pertengkaran. Yang ada hanya cinta. Ya, hanya cinta.
Chanyeol menyambut sendok kecil berisi nasi kare yang disodorkan sang kekasih dengan senang hat—
Brak!—Choi Siwon, bisakah kau membuka pintu sedikit lebih tenang?—Baekhyun langsung panik memberi segelas air pada Chanyeol yang tengah tersedak hebat seraya menepuk pundaknya pelan.
Great, Mr Choi! Kau merusak suasana bahagia sepasang kekasih baru.
"Semuanya ayo ikut aku!"—oh yeah, misi suci menyebalkan.
"Yes, sir!" jawab Kai dan Kyungsoo bersamaan.
"Tunggu seonsangnim, kami—"
"Bergegas atau kubunuh." Potong si pria maskulin sembari mengasah pistol. Baik Chanyeol maupun Baekhyun—mereka tahu. Perkataan Choi Siwon sama sekali tidak bisa dibantah. Dengan sangat terpaksa mereka menunda acara makan penuh cinta dan melenggang pergi menumpas kejahatan.
Baekhyun memutar bola mata, jengah. "Huh! Menyebalkan."
.
.
.
I will love you and love you and love you..
Gonna hold you and hold you and squeeze you..
I will please you for all time..
.
I don't wanna lose you and lose you and lose you..
Cause i need you and need you and need you..
So i want you to be my 'lady'..
You've got to understand my love..
.
You're beautiful, beautiful, beautiful, beautiful, beautiful, beautiful boy..
You're beautiful, beautiful, beautiful, beautiful, beautiful, beautiful boy..
.
.
.
Penantian panjangku akhirnya terbalas.
.
.
Byun Baekhyun, saranghae yo..
.
.
.
-END-
.
.
.
Akhirnya cerita ini berakhir secara tidak elit dan sangat gaje hehe.
OH TIDAAAAAK! Lemonnya ancur dan gagal banget -,- *sembunyi dalem ember* gua rasa ini lemon paling abal dan kampret sedunia wkwk maap ya kalo kalian ga puas hehe.. jujur, pas ngetik tu lemon ane ngakak-ngakak sendiri. Panas dingin, idung kempas-kempis pula, kebingungan meraja lela wkwk :'v
Buat para pemirsah sekalian.. yang udah riview, favorite, follow maupun silent reader. Makasih udah mau baca cerita kampret saya di waktu luang kalian. Saya sangat sangat sangat sangat berterimakasih. Berkat kalian semua, saya bisa nyelesaian chapter ini. *peluk satu-satu* aku sayang kalian. Kalian semua membuatku semangat, desu~ ;*
Btw, kata-kata terakhir diatas ane ambil dari lagu love songnya Baekhyun feat Chanyeol. mereka so sweet banget waktu duet bareng. Si Baekhyun yang nyanyi dan si Chanyeol yang ngegitar. Berasa gimana gitu. Nyehehe.
Okay, segitu aja dari Kuro. Kalo tidak ada yang kurang berkenan, maap karena Kuro hanya manusia biasa. Bukan ultraman, bukan ultraviolet, bukan ultrasonic dan ultra-ultra lainnya. Hehe sampai bertemu di cerita-cerita Kuro yang lainnya, guys. Bye bye! See you next time! :* *kecup basah*
Riview please..