For You

.

.

Two –

.

"selamat pagi sayang…" sapa Itachi saat Naruto baru saja membuka kedua matanya, silau sinar matahari pagi yang menerobos masuk melalui jendela membuatnya kembali memejamkan mata.

"uhmm… selamat pagi.." sahut Naruto, ia mendudukkan dirinya dan meregangkan badan sejenak, sebuah uapan kecil lolos dari mulutnya, kebiasaan kecil saat ia bangun tidur. Itachi yang tadi berdiri didekat jendela, mendekat kearah tempat tidur dan mendudukan diri di tepi ranjang.

"morning kiss?" tawar Itachi, tidak lupa seulas senyum terpasang diwajahnya yang tampan. Naruto yang tadinya masih setengah sadar, langsung membelalakan matanya dan menatap Itachi dengan wajah merah.

"nggak... dasar mesum." Gerutu Naruto sambil mengalihkan wajahnya dari Itachi. Melihat reaksi Naruto membuat tawa Itachi lepas.

"kenapa tertawa?"

"habisnya kamu manis..."

"dasar tukang rayu. Kamu menyebalkan!" seru Naruto. Wajahnya cemberut dengan pipi mengembung dan bibir yang mengerucut lucu. Dengan cepat Itachi mengecup bibir mungil Naruto, membuat yang empunya terkejut.

"apa yang kamu lakukan?! Itachi mesum!" amuk Naruto, memukuli Itachi dengan bantal yang dapat diraihnya.

"salah sendiri berwajah seperti itu. Kamu mengerucutkan bibirmu, seolah minta cium. Makanya aku memberimu ciuman kan? Apa aku salah?" goda Itachi, seringai usil terpampang jelas diwajahnya, membuat Naruto makin merona merah.

"tentu saja salah! Aku kan nggak minta cium. Kamu benar-benar menyebalkan! Aku benci Itachi" amukan Naruto semakin jadi, dengan teganya ia memukul wajah Itachi dengan bantal. Meskipun bantal tersebut sangat lembut dan empuk, tapi tetap saja kalau wajah yang kena, sudah pasti rasanya tidak nyaman.

Itachi terbatuk karena saluran pernapasannya yang tiba-tiba tertutup kain dan bulu didalam bantal. Naruto yang mendengar Itachi batuk-batuk, menghentikan amukannya dan meraih bahu Itachi, wajahnya terlihat cemas dan panik.

"Itachi... kamu nggak apa-apa kan? Maafkan aku..." merasa bersalah. Tentu saja Naruto merasa bersalah karena telah membuat Itachi seperti itu.

"aku baik-baik saja. Jangan pasang wajah seperti itu..." Itachi mengusap lembut kedua pipi Naruto, menatap manik biru milik kekasihnya ini. Ah betapa senang dirinya saat ini, karena gadis didepannya ini begitu khawatir dan cemas dengan keadaannya.

"uhh... maaf.." Itachi memeluk Naruto, mengecup puncak kepalanya. Entah sadar atau tidak, kegiatan keduanya sedari tadi diperhatikan oleh Sasuke yang kebetulan lewat. Uchiha bungsu tersebut menatap datar kakak dan istrinya.

.

.

Naruto milik Masashi Kishimoto-sensei…

.

Tapi cerita ini punya Kuu. Asli, nggak jiplak. Tapi kalau idenya sama, harap dimaklum aja ya. Hehehe

.

Rate T

.

Genre Romance

.

Pair ItaFemNaru

.

Happy reading minna!

.

.

Hari ini, dirumah Sasuke, sudah berkumpul Minato, Kushina, Fugaku, Mikoto dan Deidara, bahkan Kurama, rubah kesayangan Naruto juga ikut berkumpul. Mereka semua berkumpul atas undangan Itachi, tentu saja Naruto, Sasuke dan Karin ada didalamnya, karena pokok permasalahan disini adalah mereka.

"langsung saja. Sasuke, tolong ceraikan Naruto secepatnya." ucap Itachi, tanpa basa bsai sama sekali.

"kenapa harus?" tantang Sasuke.

"karena aku akan menikahi Naruto." Jawab Itachi lugas, Karin yang baru mendengar kabar ini cukup terkejut.

"kalau aku tidak mau?" lagi, Sasuke berusaha memancing kemarahan Itachi.

"aku yang akan mengajukan surat cerai." Namun kali ini Narutolah yang menjawab dengan lantang. Bahkan dari suaranya sama sekali tidak tersirat rasa taku sedikitpun. Naruto menatap Sasuke dengan berani dan tatapan datar.

"terserah kalia saja." Jawab Sasuke akhirnya. Naruto menyerahkan surat cerai yang sudah dipersiapkannya pada Sasuke.

"aku sudah menandatanganinya. Maaf Sasuke, aku nggak sanggup kalau harus bertahan lebih lama lagi dengan pernikahan ini. Kamu memiliki cinta yang lain, akupun juga, jadi kurasa perceraian ini adalah jalan yang terbaik." Jelas Naruto sambil menatap Karin. Itachi yang duduk disebelah Naruto, merain tangan gadis tersebut dan mengenggamnya lembut.

"hn." Sasuke membuka map berwarna kuning tersebut dan membaca sekilas surat cerai yang ada didalamnya. Setelah itu, Sasuke menandatangani surat cerai tersebut.

"terima kasih Sasuke." Ucap Naruto. Kini mereka tinggal menunggu persidangan perceraian keduanya. Itachi terlihat lega, begitu juga Deidara. Kedua orang tua Naruto menatap putrinya dengan tatapan teduh, mereka juga merasa lega. Sedangkan Fugaku menatap tajam kearah putra bungsunya, betapa malunya kepala keluarga uchiha ini memiliki putra sebrengsek Sasuke. Tapi segala perasaannya tersebut tertutupi wajah datar andalan keluarga Uchiha.

"sudah selesai kan? Boleh aku pergi sekarang?" ucapan Sasuke yang menggampangkan masalah ini hampir saja membuat Deidara dan Fugaku meledak, tapi Mikoto dan Kushina berhasil mencegah keduanya.

"hm, dan masalah tempat tinggal Naruto, mulai hari ini dia akan tinggal bersamaku, jadi kau nggak perlu khawatir untuk membawa wanitamu itu menginap disini." Sahut Itachi, menatap Karin dengan datar, yang ditatap hanya memasang wajah tenang.

"hn, ayo Karin." Sasuke pergi dari ruang tamu dengan menggandeng tangan Karin.

"anak itu benar-benar..." geram Fugaku.

"tou-san... ini bukan salah Sasuke kok, tidak ada yang salah disini. Jadi kumohon, tou-san jangan membenci Sasuke maupun Karin." Teguran dari Naruto ini membuat emosi Fugaku lenyap. Laki-laki paruh baya yang terkenal dingin dari keluarga Uchiha ini menatap sang menantu lembut.

"kamu terlalu baik Naruto."

"nggak kok, aku hanya berpikir diwaktu sekarang saja. Kalau saja dulu aku nggak menikah dengan Sasuke, aku pasti nggak akan tau perasaan Itachi yang sebenarnya, dan perasaanku sendiri…"

"hmm, kamu benar. Sepertinya aku harus berterima kasih pada Sasuke untuk itu." Sahut Itachi,

"sudahlah Fugaku... biarkan anak-anak kita yang menyelesaikan masalah mereka. Kita sebagai orang tua hanya bisa mempercayai mereka bukan?" Minato menatap sahabat karibnya tersebut dengan senyukm yang terpampang jelas.

"kalian ini terlalu santai menanggapi masalah mereka." Gerutu Fugaku, akhirnya mengalah.

"kita juga harus menghadapinya dengan santai dan tenang sayang.." Mikoto mengusap bahu Fugakku kecil, menyetujui metode yang digunakan Minato dan Kushina, dan semua yang ada diruang tamu tersebut tertawa bersama. Setidaknya satu masalah telah terselesaikan.

.

.

Akuma-Kurama

.

Itachi menemani kekasihnya bersantai di halaman belakang kediaman tersebut. Naruto duduk bersandar pada bahu bidang Itachi dan menatap kearah hamparan kebun bunga yang memang sudah ia rawat sejak dulu.

"rasanya aku akan merindukan taman ini..." gumam Naruto lirih, kedua lenganya memeluk sebelanh lengan Itachi manja.

"kalau kamu mau kebun bunga, aku bisa membuatkannya untukmu. Kamu bisa menanam tulip, lily, mawar atau bahkan bunga matahari.." sahut Itachi, mengusap lembut surai pirang Naruto.

"uhm..."

"mau melihat rumah kita?" tawar Itachi. Siapa tahu saja gadisnya ini ternyata tidak menyukai rumah yang sudah ia rencanakan.

"sekarang?" Itachi mengangguk kecil menanggapi pertanyaan Naruto.

"uhmm... baiklah. Ayo pergi sekarang..." Naruto melepaskan pelukannya dilengan tachi dan berdiri dari duduknya, diikuti Itachi yang kini sudah berjalan disamping Naruto, menggenggam tangan mungil milik kekasih hatinya.

"mau ajak Kurama sekalian?" tawar Itachi.

"boleh? Ayo ajak Kurama... aku kangen sekali dengan dia.. ah, aku harus bawakan banyak apel untuknya nanti, dia pasti senang kubawakan apel." Celoteh Naruto riang. Itachi yang melihat tingkah kekasihnya, tersenyum tulus.

"jadi kita mampir ke toko buah dulu?" Naruto mengangguk kecil. Keduanya berjalan menuju ke mobil mercedez metalic black milik Itachi yang sudah terparkir rapi. Itachi membukakan pintu untuk Naruto, sebelum dirinya memasuki kursi kemudi.

"siap?"

"uhm! Ayo berangkat!" seru Naruto, mirip sekali dengan tingkah bocah kecil. Membuat Itachi tertawa kecil. Gadisnya ini benar-benar unik. Sulung Uchiha itu segera menjalankan mobilnya dengan santai, tidak mau buru-buru. Bukankah lebih asik menikmati waktu berduamu dengan seseorang yang kau cintai? Itulah yang ada dipikiran Itachi saat ini.

.

.

Akuma-Kurama

.

Didalam mobil warna metallic black tersebut, Naruto mengelus sayang kepala Kurama yang melongok kedepan. Rubah berbulu orange tersebut terlihat senang bisa berada di dekat Naruto. Sesekali Itachi memperhatikan interaksi keduanya dari ekor matanya. Kini mereka tengah menuju ke rumah yang sudah Itachi siapkan untuk kehidupannya dengan Naruto kelak. Sekitar 30 menit lagi, barulah mereka akan sampai di Otto, desa dimana rumah milik Itachi berada.

Pemandangan hijau nan asri mulai menyapa pengelihatan begitu mobil yang membawa ketiganya keluar dari jalan raya, Itachi mulai melajukan mobilnya dengan santai.

"hijau sekali..." gumam Naruto dengan nada kagum yang tersirat jelas. Senyum cerah juga tidak lepas dari wajahnya yang manis tersebut.

"kamu suka?"

"uhm! Apa rumah kita juga memiliki pemandangan seperti ini, Tachi?" tanya Naruto antusias, tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela mobil. Bahkan Kurama yang tadi dimanjanya sekarang terlihat ikut menikmati pemandangan tersebut.

"tentu. Aku yakin kamu akan suka dengan rumah kita nanti. Sebentar lagi kita sampai kok." Sahut Itachi, konsentrasi pada jalanan yang sedikit sempit. Mungkin dilalui dua truk tidak akan muat. Naruto mengangguk kecil, dia kembali mengeluskepala Kurama dan menikmati pemandangan yang tersaji disekitarnya tersebut.

Waktu terasa cepat, dan saat sadar, Naruto sudah dapat melihat sebuah bangunan yang berdiri kokoh didepannya, rumah tradisional gaya jepang, pekarangannya pun sangat luas dan penuh dengan pohon. Dari gerbang masuk, ada banyak pohon sakura yang berdiri kokoh yang memisahkan jalan masuk dan pekarangan. Dipekarangan sendiri berdiri pohon meaple, pinus dan pohon apel.

'sepertinya Kurama akan sangat betah bermain di pekarangan' batinya saat matanya tertuju pada sederet pohon apel.

"kita sudah sampai... bagaimana menurutmu?"

"indah sekali, nyaman dan sejuk... aku suka."

"syukurlah. Mau melihat kedalam rumah?" Naruto mengangguk. Itachi membukakan pintu untuk Naruto dan mengamit tangan gadis tersebut untuk berjalan bersamanya kedalam. Sedangkan Kurama memilih untuk berlarian dipekarangan.

Naruto dibuat terkagum dengan rumah yang Itachi pilih untuk mereka. Rumah tradisional jepang tersebut sangat indah dan klasik, berkelas. Bahkan didalamnya terdapat taman yang ditanami bunga-bunga. Yang paling banyak adalah bunga Matahari dan Tsubaki. Ditaman tersebut juga berdiri pohon sakura berukuran sedang yang ditata sedimikian rupa sehingga terlihat indah.

"suka?"

"sangat… ini terlalu indah Tachi…" Naruto memeluk Itachi dari samping, menyampaikan rasa senangnya. Sulung Uchiha tersebut membalas pelukan ringan tersebut dan mengecup puncak kepala Naruto.

"yang terindah untuk istriku tercinta…" sahutnya enteng.

"calon. Aku masih calon istrimu, Tachi…" tegur Naruto.

"bagiku, kamu adalah istri dan belahan jiwaku. Sejak kamu menerima cintaku, Naru.." Itachi kembali mendaratkan ciuman, kali ini tepat di bibir ranum Naruto.

"dasar gombal."

"hm, aku akui itu."

"Itachi..!" seru Naruto saat tangan Itachi dengan nakal meremas bongkahan pantatnya dengan gemas. Itachi terkekeh kecil mendapati reaksi Naruto atas perlakuannya itu.

.

.

.

.

To be continued...

Maaf pendek. Kuu mentog ini. Nggak ada ide dan jalan cerita sama sekali. Kuu harap kalian mau membaca dan memberikan respon kalian. Terima kasih… :)