Fifty Shade of Uzumaki
Menjadi pria sempurna adalah mimpi semua orang. Ketika semua hal yang kau mau ada di bawah kakimu dan kau- bahkan tak sanggup melihat kekurangan apa yang ada dalam hidupmu. Itulah yang pasti akan dirasakan pria bersurai blonde itu, kaya, tampan, terpelajar, dan berkharisma, apa lagi yang kurang dari hidupnya?
Diusianya yang baru menginjak 25 tahun, ia telah menjadi entrepreneur dan CEO dari Uzumaki Enterprises Holdings, Inc. Berlatar belakang keluarga pemilik perusahaan besar Uzumaki, Corp. dan Namikaze, Ltd. yang dimilik kedua orang tuanya, hal itu jelas menyokong pria muda itu dalam kancah perbisnissannya, ditambah dengan kharisma dan pengetahuannya yang luas. Uzumaki Naruto, pria tampan dan kaya yang masuk dalam kategori 'pria yang idaman para wanita', dan ya semua hal itu seolah membuatnya berada di atas awan itu yang kebanyakkan orang pikirkan, Uzumaki Naruto adalah salah satu pria sempurna di dunia ini. Apakah kehidupan pria muda ini sesempurna pandangan orang lain?
Winter Esmé Harper proudly present
'Fifty Shade of Uzumaki'
Genre: Romance, Drama
Rate: T/M
Language: Indonesia
'Naruto' Another Univers
Pair: Naruto x Sasuke
Warning: Boys Love, Another Univers, OOC (penyesuaian dengan cerita), Typo, etc
Chapter 1. First Meet
Seorang bersurai malam menandang frustasi penampilannya di depan cermin. Memandang rambut menjulang keatasnya yang seperti ekor ayam dengan wajah kesal- 'rambut sialan' pikir sang pemuda itu, dan well bukan hanya karena rambut itu, pemuda berwajah cantik tersebut berwajah masam. Ya pemuda itu juga kesal pada kakaknya, kenapa Uchiha Itachi harus sakit hari ini dan melemparkan tugasnya pada dirinya- benar benar sebuah cobaan besar dalam hidupnya. Seharusnya kini pria itu, Uchiha Sasuke, tenggah duduk tenang di meja belajarnya dengan segelas kopi hitam hangat, belajar untuk ujian akhirnya rabu depan, tapi well itu bukanlah kegiatan yang tengah ia lakukan- Sasuke kini tengah membetulkan model rambutnya di depan cermin, membuat rambut alaminya yang menantang grafitasi itu untuk turun mengikuti grafitasi. Itu akan sangat menyulitkan mengingat ini adalah 'Style' alanya namun tak mungkin ia muncul dengan 'Style' alanya untuk kali ini. Sasuke kembali mencoba mengatur rambutnya secara frustasi- sampai akhirnya pemuda itu menyerah dan memandang gambaran pada kaca di hadapannya, tak ada perubahan, pria itu mendelik kesal dan putus asa- ia hanya berharap ia setidaknya nampak tampak pantas pergi ke acara itu.
Uchiha Itachi adalah kakak dari Sasuke, dan yah dia telah memilih hari ini dari semua hari untuk terkena penyakit flu.
Karena itulah, ia tak bisa melakukan wawancara dengan CEO mega-industri, Uzumaki Enterprises Holdings, Inc., Uzumaki Naruto, yang telah diaturnya untuk dilaksanakan hari ini, untuk artikel di perusahaannya.
Ya, kakaknya, Itachi adalah seorang wartawan dari sebuah majalah bisnis terkenal, 'Company', dan ya, artikel tentang Uzumaki Naruto akan dengan manis menjadi cover utama majalah tersebut. Ya semua orang tahu akan hal itu.
Jadi Sasuke kini secara sukarela akan menggantikan sang kakak. Tak peduli pada ujian akhir yang harus dilakukannya rabu depan- ataupun esai yang harus diselesaikannya dua hari lagi, dan tak lupa ia juga jelas harus menggajukan cuti dari kerja part-timenya. Sasuke kini harus menempuh ratusan mil ke pusat kota Konoha untuk menemui CEO Uzumaki Enterprises Holdings, Inc., sebagai salah satu calon aset artikel utama dan cover pertama sang kakak. Uzumaki Enterprises Holdings, Inc., adalah perusahan ke 5 terbesar di Konoha. Jadi tak perlu ditanya seberapa sibuk sang CEO dari perusahaan besar tersebut- dan jelas seberapa berharga waktu sang entrepreneur muda, dan jika ia sudah meluangkan waktu untuk Itachi, jelas tak mungkin ia akan menerina kata 'terlambat' maupun 'batal' dalam kamusnya.
Itachi masih tertidur di ranjangnya- suhu tubuhnya adalah 39,8°C- ya pemuda itu tengah menggalami demam tinggi.
"Sasuke, aku minta maaf karena aku jadi membebanimu. Aku butuh waktu sembilan bulan untuk mendapatkan waktunya untuk melakukan wawancara ini. Dan ini akan memakan waktu enam untuk menjadwal ulang, dan kau tahu jelas aku tak sabar membuat artikel tentang CEO Uzumaki Enterprises Holdings, Inc. terlebih deadlineku yang mempet jadi tolong aku, ya Sasuke?" Itachi memohon pada Sasuke dengan suara serak sakit tenggokkannya.
Itachi jelas tak mungkin melakukan wawancara tersebut- suaranya benar-benar parah, belum lagi suhu tubuhnya yang panas... jelas mustahil bagi Itachi bahkan untuk beranjak dari ranjangnya.
"Tentu saja aku akan pergi, Itachi. Kau harus kembali istirahat. Apakah aku harus mengambilkan obat?"
"Tak perlu Sasuke, aku sudah meminumnya tadi. Ini-" Itachi menyerahkan sebuah amplop"-adalah pertanyaan dan perekam suara. Cukup tekan di sini untuk merecord. Kau cukup merecordnya lalu membuat beberapa catatan, aku akan mendengar recordnya, membaca catatanmu lalu menulis artikelnya nanti."
"Aku tahu apa-apa tentang dia." Sasuke berkata pada kakaknya- ia memang tak menaruh minat lebih pada artikel majalah- terlebih soal bisnis- itu bukan 'Style'nya.
"Kau hanya perlu bertanya tentang pertanyaan-pertanyaan yang telah aku berikan. Pergilah. Ini akan menjadi perjalanan panjang. Aku tidak ingin kau terlambat, Sasuke."
"Oke, aku akan pergi sekarang. Kembalilah beristirahat. Aku sudah membuat sup untukmu, bila kau ingin makan tinggal kau panaskan saja nanti." Sasuke menatap Itachi agak cemas. Sebenarnya ia cukup ragu meninggalkan kakaknya yang tengah sakit sendirian, tapi ya ini permintaan sang kakak- Sasukepun pasrah melakukannya.
"Tentu- aku akan memanaskannya bila lapar- Good luck anyway- and seriously again i must say thanks to you- kau benar benar penyelamatku- seperti biasa."
Sasukepun merapihkan berkas-berkas yang harus dibawanya. Senyum terakhir sebelum meninggalkan rumah mereka- Sasuke berjalan ke arah mobil sport Mercedes CLK yang terparkir cantik di depan pintu rumah mereka. Sasuke benar-benar tak percaya ia akan mewawancarai orang- ia memang bukan tipe socialis dengan jiwa sosial yang tinggi seperti kakaknya. Tapi ya kita bicara soal Itachi- kakaknya selalu dapat membujuk semua orang untuk memenuhi permintaannya. Dan di sini lah dia- menggantikan sang kakak.
Sasuke tak menemukan kesulitan selama dalam perjalanan menuju pusat kota Konoha. Kini pemuda itu telah berada di depan kantor utama Uzumaki Enterprises Holdings, Inc., bangunan ini adalah bangunan besar dengan 30 lantai- terbuat dari kaca dan baja. Sebuah papan bertuliskan Uzumaki House berada pada pintu utama gedung tersebut.
Sasuke melirik jam tangannya- masih setengah dua, dan ya jelas masih lebih awal setengah jam dari jadwal perjanjiannya, jam 2 seingatnya.
Sasuke memasuki gedung yang didominasi warna hitam dan abu-abu tersebut. Sebuah meja resepsionis menyambutnya. Di belakang meja tersebut berdiri seorang wanita muda berambut pirang dengan senyum ramah, menyapa Sasuke.
"Selamat Siang."
"Aku di sini untuk bertemu Mr. Uzumaki. Dengan Uchiha Sasuke atas nama Uchiha Itachi."
"Tunggu sebentar, Mr. Uchiha." Sang wanita masih tersenyum ramah seperti sebelumnya. Sang wanita nampak mengambil teleponnya lalu berbicara dengan seseorang di telepon tersebut.
"Mr. Uchiha?" Sang wanita lagi tersenyum, "Mr. Uzumaki telah menunggu anda, Mr. Uchiha. Anda silahkan berjalan menuju lift terakhir di sebelah kanan, lalu tekan lantai tiga puluh." Dia lagi tersenyum ramah.
Wanita itu memberikan Sasuke kartu bertuliskan 'Visitors' di bagian depan. Menunduk hormat ketika Sasuke masuk ke dalam menuju lift yang harus ia tuju. Di depan lift lagi-lagi dua orang pria- yang nampaknya adalah bodyguard, tersenyum ramah pada Sasuke, sebelum pemuda itu masuk kedalam lift.
'Apa semua kariawan di gedung abu-abu itu senang sekali terenyum?'
Lift naik dengan cepat sampai ke lantai tiga puluh. Pintu geser lift itupun terbuka, dan lagi Sasuke menemukan lobi besar lain - dengan meja resepsionis yang serupa. Dan again- Sasuke berhadapan dengan meja recepsionis dengan wanita lain yang juga berambut pirang- walau agak pirang muda kali ini, masih dengan senyum yang sama ramahnya menyambut Sasuke.
"Mr. Uchiha, bisa Anda menunggu di sini sebentar?" Wanita itu menunjuk ke area duduk dari kursi kulit putih.
Pandangan Sasuke memandang pada sekelilingnya. Di balik area duduk tersebut terdapat sebuah ruangan berdinding kaca yang nampaknya merupakan ruang pertemuan yang luas, dihiasi dengan meja kayu gelap yang seolah sama luas dengan ruangan itu dan sedikitnya dua puluh kursi yang mengelilingi meja rapat tersebut. Di luar itu, tedapat sebuah jendela besar dari lantai ke langit-langit dengan pemandangan cakrawala Konoha yang terlihat menakjubkan. Sesaat Sasuke lumpuh oleh pandangan yang sangat 'Wow' tersebut.
Setelah selesai memandang sekelingingnya, Sasuke memilih duduk lalu mengambil berkas-berkasnya. Ia cukup gelisah ketika mengingat ia harus mewawancarai orang yang tak dikenalnya- Ia memang bukan orang yang berjiwa sosial tinggi- Sasuke akan lebih memilih bersama benda mati seperti itouchnya/consol gamenya daripada harus berinteraksi dengan manusia lain.
Dilihat dari banguanan yang di miliki Mr. Uzumanki, Sasuke menerka bahwa Uzumaki Naruto adalah minimal akhir 50an dengan wajah bekeriput berpakaian necist namun dengan senyum yang ramah- setidaknya.
Seorang wanita elegan berambut pirang lain keluar dari sebuah pintu. Sasuke berdiri lalu menarik nafas dalam,
"Mr. Uchiha?" Sang wanita memanggilnya.
"Ya?" Sasuke menjawab dengan suara parau sambil berdeham. "Iya." Sasuke kembali menjawab lebih tegas kali ini.
"Mr. Uzumaki akan menemui Anda dalam beberapa saat. Mungkin saya bisa mengambil coat Anda?"
"Tentu." Sasuke membuka coatnya lalu memberikannya pada wanita itu.
"Apakah Anda pernah ditawarkan minuman?"
"Um -. Tidak ada"
Pirang nomor dua (yang baru saja keluar dari ruangan) mengerutkan kening dan menatap wanita muda di meja resepsionis.
"Apakah Anda ingin teh, kopi, atau air?" Blonde nomor dua bertanya, mengalihkan perhatian kembali sasuke.
"Segelas air. Terima kasih."
"Renya, ambil Mr. Uchiha segelas air." Peringah sang blonde nomor dua tegas. Blonde nomor satu yang masih terdiam di belakang meja reseptionis itupun segera berlari ke pintu bertuliskan 'Pantry'.
"Saya minta maaf, Mr. Uchiha, Renya masih baru baru ini magang disini. Sepertnya ia lupa menawari anda minum. Ah ya! Silakan duduk. Mr. Uzumaki akan menemui dalam lima menit."
Renya kembali dengan membawa segelas air es.
"Silahkan ke arah sini, Mr. Uchiha." Sang blonde nomor dua menunjukkan jalan.
"Terima kasih."
Sang blonde membukan pintu untuknya.
Sasuke memandang ke sekeliling ruangan itu- jelas ruangan itu sangat besar untuk menjadi tampat kerja bagi satu orang. Dengan sebuah sofa berbentuk L di kedua tepi ruangan. Di tengah ruangan nampak sebuah meja kerja yang cukup bagi 3 orang untuk bekerja. Ruangan itu juga dihiasi oleh jendela besar dari lantai sampai ke atap. Ruangan itu di dominasi warna kelabu kecuali beberapa batu mozaik hitam yang terdapat di bagian yang memiliki sofa.
"Mr. Uchiha?"
Seorang pria muda bersurai blonde mengalihkan perhatian Uchiha bungsu itu dari ruangan yang tengah di pandangnya.
"Saya Uzumaki Naruto, senang bertemu dengan anda Uchiha Itachi."
Sasuke tergun- pria ini jelas tak mungkin berusia di akhir 50tahunan- seumuran dengannya mungkin. Pria itu, Uzumaki Naruto, adalah seorang pria yang menawan. Tubuhnya semampai- jelas kemeja putih dan jas abu-abu yang pria itu pakai tak menghilangkan dengan jelas bahwa di balik pakaian itu terdapat sebuah tubuh bidang dan berotot yang sexy berkulit tan. Naruto menggunakan dasi hitam yang mempertampan penampilannya. Ditambah mata safir yang menatap intens lawan bicaranya. Ya- pria itu nampak menawan.
Naruto kembali tersenyum. Lalu mengulurkan tangannya.
"Salam kenal Mr. Uchiha."
Sasuke balas menjabat tangan Naruto. Sebuah senyum menawan kembali di pertontonkan Naruto.
"Silahkan duduk."
Naruto membawa Sasuke untuk duduk di salah satu sofa di tepi ruang kerjanya tersebut. Sasuke duduk mengikuti arahan Naruto. Setelah Sasuke duduk, Naruto kini ikut duduk pada sofa single yang berada di seberang sofa Sasuke.
"Sebenarnya-" Sasuke menundukkan kepalanya. Okay pikirannya tadi terlalu macam-macam- Naruto paling hanya tua beberapa tahun diatasnya, well ia tentu sadar bahwa ia sangat Envy dengan sosok di hadapannya. Bagaimana tidak? Mereka seumuran- jelas, namun Naruto disini telah menjadi CEO diusiannya yang sangat muda. Pria mana yang tak merasa minder bicara dengan Naruto? "-Uchiha Itachi sedang sakit jadi saya menggantikannya. Saya harap anda tak bermasalah dengan itu."
"Lalu siapa kamu?" Naruto kembali tersenyum- nada suaranya jelas bersahabat. Namun Sasuke mengerti Naruto mungkin sebenarnya tak tertarik dengan hal ini, pria itu hanya berusaha sopan. Mungkin?
"Uchiha Sasuke- aku adik dari Ita- Uchiha Itachi."
"I see." Naruto membalas singkat. Pandangan Sasuke kembali beralih pada sekelilingnya- ruangan itu nampak bersih dan teratur, nampaknya CEO muda itu adalah tipe orang perfectionis. Nampak sebuah lukisan potrait menghiasi salah satu dinding kelabu tersebut.
"Lukisan keluargaku." Naruto seolah mengerti ke arah mana pandangan Sasuke.
"Ia memiliki saudara." Sasuke berbisik- sangat pelan, namun nampaknya Naruto menangkap bisikan lirih Sasuke dengan suara lembut dan senyuman menawan Naruto menjawab pernyataan Sasuke, "Ya, aku memiliki seorang kakak laki-laki."
Well- bahkan pria lurus akan belok bila melihat senyum menawan tersebut- apa lagi dia yang sudah belok? Sasuke jelas menemukan dirinya sedikit tertawan oleh senyuman itu. Sasuke menggelengkan kepalanya berusaha menahan diri dan mengalihkan perhatian, agar tak tertawan pada pesona pemuda yang duduk di depannya tersebut. Sasuke mengambil Mini-recordernya dan kertas Questioner yang telah dipersiapkan Itachi. Sasuke agak gugup- walau ya wajahnya tak menunjukkan perubahan berarti. Tapi jelas Sasuke cukup gugup- ia hampir saja menjatuhkan mini-recorder itu ke atas meja. Nampaknya Naruto menangkap kegugupan Sasuke atas kejadian tersebut, namun ia menilih tak bicara. Sasuke mencuri pandang pada CEO muda tersebut, Naruto dengan tenang mengamatinya- ia memosisikan dirinya pada sofa itu secara relax, ia tak sama sekali nampak gugup.
"Saya harap anda tak keberatan pembicaraan kita ini saya rekam."
"Sure." Naruto tersenyum, sejenak Sasuke kembali terpaku pada pria menawan dihadapannya. "Aku tak keberatan." Naruto menambahkan. Yang akhirnya kembali menyadarkan Sasuke ia tengah dalam sebuah interview.
"Apa It- apa Uchiha Itachi telah menjelaskan untuk apa interview ini dilakukan?"
"Yes. Sebagai artikel di majalah 'Company'."
"Baiklah- mari kita mulai wawancaranya." Sasuke mengambil sebuah kertas dan pulpen untuk memberi note.
"Bisa jelaskan biodata singkat anda?"
"Nama saya adalah Uzumaki Naruto. Jenis kelamin-" Naruto memegang dagunya dengan jemarinya"- pria. Tanggal lahir saya adalah 10 Oktober. Saat ini usia saya adalah 25 tahun. Saya adalah putra bungsu dari Namikaze Minato dan Namikaze Kushina, saya memiliki seorang kakak laki-laki bernama Namikaze Kyuubi. Well- apakah itu cukup?"
Sasuke menggagguk sambil menulis beberapa catatan pada notesnya- Naruto hanya 3 tahun lebih tua darinya- kini Sasuke berusaha duduk secara tegak- setidaknya ia harus bersikap profesional.
"Diusia anda yang terbilang masih sangat muda ini anda telah berhasil mendirikan sebuah perusahaan yang masuk kedalam 10 perusahaan terbesar di konoha. Apakah siasat anda dalam mencapai kesuksessan anda?" Sasuke mencuri pandang pada wajah pemuda di hadapannya, jelas Naruto nampaknya agak kurang menyukai pertanyaan ini. Senyumnya agak dipaksakan dan jelas ada kekecewaan di raut akhirnya.
"Bisnis adalah tentang interaksi sosial, Mr. Uchiha, dan saya cukup yakin dengan kepandaian saya dalam bersosialisasi. Saya dapat menilai orang dari gestur dan percakapan yang tengah kami lakukan. Saya bisa membuat mereka kagum dan mempercayai saya. Saya bisa menerka apa yang bisa membuat mereka terinsprirasi sehingga kinerja kerja mereka bisa maksimal. Saya hanya akan memperkerjakan orang yang pantas dan saya memberikan hal yang pantas pula, pada apa yang mereka berikan pada saya." Naruto terdiam sejenak sambil menatap mata onyx Sasuke dengan mata safirnya. "Saya percaya pada skema kerja yang saya rencanakan. Saya adalah pemimpin dalam perencananan itu karena itu saya mengetahui apapun tentang rencana yang saya buat secara detail. Saya bekerja keras- sangat keras untuk memenuhi hal itu. Saya hanya akan membuat keputusan berdasarkan logika dan kenyataan yang ada. Dan saya mendapat berkah natural insting yang membuat rencana saya berjalan lancar."
"Mungkin anda hanya beruntung." Well kata-kata ini memang tak ada dalam list dari Itachi- tapi menurud Sasuke jawaban dari Naruto terlalu sombong. Naruto terbelalak sejenak, nampak kaget.
"Saya tak percaya pada keberuntungan dan kebetulan, Mr. Uchiha. Semakin keras saya bekerja- semakin besar peluang saya untuk dapat beruntung. Ini semua adalah tentang orang yang tepat dalam timmu dan peminpin yang dapat memimpin dengan baik, karena itulah kami berdiri di pencapaian kami sekarang. Saya rasa Harvey Firestonewho pernah berkata 'The Growth and Development of People is the Highest Calling of Leadership'."
"Kau terdengar seperti gila mengatur." Kata kata itu begitu saja muluncur dari bibir Sasuke tampa bisa ia hentikan. "Saya berlatih mengontrol apapun dalam hidup saya, Mr. Uchiha." Naruto kembali tersenyum datar. Sasuke terdiam menatap senyum itu- kenapa senyum semenawan itu harus dimiliki pria seperti pemuda di hadapanya ini. Tanpa Sasuke sadari Naruto menatap intens pada Sasuke dan ketika pandangan mereka bertemu- jantung Sasuke berdetak lebih cepat dari biasanya.
Pemuda di hadapan Sasuke itu telah sukses mengacak-acak pikiran Sasuke dalam beberap waktu saja- Naruto seolah menjadi candu sekejap bagi Sasuke. Entah itu karena wajah Naruto yang rupawan atau cara Naruto tersenyum atau cara mata safir itu memandang dengan tajam atau bahkan cara pemuda itu menggesekkan jemarinya pada bibir sensualnya. Sasuke hanya berharap Naruto menghentikan tingkah menggodanya tersebut.
"Selain itu- pernah dinyatakan bahwa kekuatan besar dapat diperoleh bila kau menyakinkan dirimu sendiri bahwa kau dilahirkan untuk memiliki kekuatan mengontol sesuatu." Naruto menambahkan, kali ini dengan nada lembut dan senyum yang agak berbeda.
"Jadi menurud anda, anda memiliki kekuatan yang besar?" Rasanya Sasuke ingin memutar bola matanya- namun jelas itu tak sopan jadi ia hentikan. Pria di hadapnnya ini benar-benar gila mengontrol.
"Saya menpekerjakan lebih dari enam puluh ribu orang, Mr. Uchiha, itu tentu memberi saya tanggung jawab akan sebuah kekuasaan. Coba anda pikirkan bila saya memutuskan untuk tidak tertarik pada bisnis komunikasi dan menjualnya. Akan ada tiga puluh ribu orang yang akan berusaha membayarkan hipotek mereka setelah satu bulan atau lebih."
Sasuke yang kali ini terbelalak. Mengunpat dalam hati soal betapa kurangnya kerendahan hati Naruto.
"Apa kau tak takut di demo?" Sasuke menatap Naruto agak jijik.
"Saya seorang pemilik perusahaan. Saya tak perlu menjawab mereka."
Sasuke benar-benar habis akal akan pemuda arogan di hadapannya. Benar-benar tak bisa ditangani lagi. Naruto terlalu arogan dalam setiap jawabannya.
"Jadi apakah anda memiliki aktifitas lain selain bekerja?" Sasuke mencoba mengganti topik.
"Saya memiliki aktifitas yang bervariasi, Mr. Uchiha." Naruto kembali mengusap bibir bawahnya dengan jemarinya."Sangat bervariasi." Sasuke merasa agak risih dengan tatapan Naruto kali ini- seolah ia bisa mencium ada beberapa pemikiran jahat dalam benak pemuda di hadapannya. Semoga itu hanya perkirannya.
"Jika anda bekerja keras, apa anda tak pernah bersantai?"
"Bersantai?" Naruto membeo sambil tersenyum, mempertontonkan gigi gigi putihnya. Lagi kali ini Sasuke harus menahan nafasnya. Naruto benar-benar menawan, tak seharusnya ada pria sesempurna itu.
"Untuk bersantai seperti yang anda katakan- saya biasa berlayar atau terbang atau melakukan berbagai aktifitas fisik." Naruto menggubah posisi duduknya lalu menyilangkan kakinya. "Saya orang yang sangat kaya, Mr. Uchiha, saya punya hobby yang mahal dan beraneka ragam."
Sasuke kembali melirik list pertanyan dari Itachi.
"Anda berinvestasi di bidang manufsktur. Kenapa?"
Sasuke benar-benar ingin sesi tanya jawab ini segera berakhir, ia jelas merasa tak nyaman- entah kenapa.
"Saya suka membangun. Saya ingin tahu bagaimana cara kerjanya. Bagaimana cara membangun dann mendekonstruksi. Saya memiliki kecintaan pada kapal. Well apa yang bisa saya katakan?"
"Kedengaranya hati anda lebih banyak mengambil alih dari pada logika dan fakta, untuk kasus satu ini."
Naruto kembali menatap dengan tatapan menyenangkan pada sasuke .
"Mungkin. Well- walaupun ada orang yang mengatakan saya tak memiliki hati."
"Kenapa mereka berkata demikian?"
"Karena mereka mengetahui saya terlalu baik." Sebuah seringai tipis bertengger di bibir Naruto.
"Apa teman anda pernah mengatakan anda orang yang mudah dikenali?" Sasuke sebenernya agak menyesal menayakan hal itu- pertanyaan itu tidak ada di list pertanyaan Itachi.
"Saya orang yang menjaga privasi, Mr. Uchiha. Saya akan melakukan apapun untuk menjaga keprivasian saya. Saya sering tidak memberikan waktu saya untuk di wawancarai."
"Kenapa anda setuju untuk wawancara ini?"
"Karena ini akan menjadi wawancara yang pertama dan terakhir dari saya bagi majalah 'Company', saya juga menghargai usaha keras Mr. Uchiha Itachi yang terus mengunjungi PR saya. Saya menghargai keulettannya"
Well Sasuke kenal kakaknya- betapa uletnya Itachi- jika ia tak tahu mana mungkin ia akan mau menempuh ribuan mill, meninggalkan waktunya untuk belajar dan melemparkan diri pada interview konyol ini.
"Sepertinya anda juga berinvestasi dalam teknologi pertanian- mengapa anda melakukannya?"
"Kami tak bisa makan uang, Mr. Uchiha, dan lagi banyak orang di planet ini yang kekurangan makanan."
"Terdengar sangat philanthropic- apakah anda menemukan sangat menyenangkan untuk memberi makan orang miskin di dunia?"
Naruto terdiam- kemudian mengangkat bahunya. Well agak sedikit tidak berkomitmen.
"Ini adalah peluang bisnis yang baik." Guman Naruto akhirnya- entah apa isi benak pria itu. Sasuke merasa mungkin Naruto tidak jujur. Rasanya tidak masuk akal antara memberi makan orang miskin dengan peluang bisnis yang baik? Sasuke bahkan tak menemukan satupun benefit dari peluang bisnis tersebut.
'Benar-benar pria yang aneh.' Benak Sasuke, Sasuke menatap pertanyaan berikutnya.
"Jika anda memiliki filosofi- apa kah itu?"
"Sebenarnya saya tak memiliki filosofi. Hmm.. mungkin seperti prinsip- Carnegie: 'Seorang pria yang memperoleh kemampuan untuk memiliki kemampuan penuh atas pikirannya sendiri, mampu memiliki hal lain yang ia inginkan.' Saya orang yang sangat tunggal- saya suka mengontrol, baik itu diri saya sendiri ataupun orang di sekitar saya."
"Anda ingin menguasai?"
'Ugh... setelah semua yang telah Naruto miliki pria itu masih ingin mengontrol lebih banyak? Dasar gila kekuasaan.' Sasuke mengunpat dalam hati.
"Saya merasa pantas memiliki mereka tapi- ya pada intinya saya ingin."
"Kau terdengar seperti konsumen akhir dalam rantai makanan."
"Saya setuju dengan frase anda." Naruto kembali tersenyum.
Okay- jelas dalam kaliamat itu, sekali lagi semua perkataannya bertentangan dengan keinginannya untuk memberi makan pada orang miskin, Sasuke menerka apakah Naruto tengah membicarakan hal dengan maksud lain? Sasuke merasa agak tegang- ia merasa suhu di sekitarnya meningkat- ia ingin tahu lebih banyak soal pria itu. Sasuke kembali pada list pertanyaannya.
"Kenapa marga anda adalah Uzumaki- sedang kedua orang tua anda bermarga Namikaze?"
"Saya rasa ini adalah masalah cacatan publik, Mr. Uchiha, saya sudah pernah menjawab pertanyaan ini." Tampaknya Naruto agak kesal dengan pertanyan ini, salah Sasuke juga tak melakukan penelitan sebelum menemui pemuda itu. "Uzumaki adalah nama keluarga ibu saya sebelum ia menikah- saya menggunakan marga ini atas permintaan nenek dan kedua orang tua saya." Jelas Naruto singkat akhirnya.
Tak memanjang waktu lagi Sasuke kembali bertanya, "Pekerjaan membuat anda mengorbankan kehidupan berkeluarga anda."
"Itu bukan pertanyaan." Naruto berkata singkat.
"Maaf." Sasuke benar-benar mati kutu ketika berhadapan dengan pria seperti Naruto. "Apakah anda harus mengorbankan kehidupan berkeluarga anda untuk bekerja?"
"Saya memiliki keluarga. Seorang kakak laki-laki, dua orang tua dan dua pasang kakek nenek. Saya belum berminat memperluas keluarga saya."
"Apakah anda seorang gay, Mr. Uzumaki?"
Sasuke ikut terkejut ketika pertanyaan itu baru saja ia lontarkan. Sial- seharusnya ia berhati-hati sebelum mengajukan pertanyaan. Itachi sialan- bagaimana mungkin ia ingin Naruto menjawab hal seprivasi ini?
Sasuke sudah menggira Naruto akan marah- setidaknya menatap kesal ke arahnya. Namun Sasuke cukup kaget ketika malah menemukan seringai di bibir sang Uzumaki.
"Saya bukan Gay- Sasuke."
"Well maaf... ini tertulis disini."
Jantung Sasuke kembali berpacu- ini pertama kalinya Naruto menyebut namanya. Dan entah kenapa seringai itu nampak sangat menawan- jangan-jangan Naruto sudah tau tentang orientasi seksualnya? Sasuke menerka-nerka dalam panik.
"Kenapa kau melakukan wawancara ini?" Kini Naruto yang balik bertanya.
Tunggu seharusnya Sasuke yang mewawancarai Naruto- kenapa malah kini Naruto yang bertanya padanya?
"Dia tengah sakit jadi- aku hanya menggantikkannya. Semua pertanyaan ini dia yang membuat"
"Well-" Naruto berkata seolah paham akan sesuatu. Mata kami kembali bersimbukkan- Naruto menatap dalam mata onyx Sasuke.
Sebuah ketukkan mengalihkan pandangan kami. Pirang nomor dua dengan anggun memasuki ruangan.
"Mr. Uzumaki- maaf menggaggu anda tapi rapat berikutnya akan dilakukan dua menit lagi."
"Kami belum selesai disini, Rinnata. Batalkan pertemuan berikutnya."
Rinnata menatap ragu pada Naruto. Jelas ia agak bingung harus bagaimana. Naruto menatap Rinnata sambil tersenyum. Pipi gadis itu nampak agak memerah. Ah ternyata bukan Sasuke seorang yang di buat nervous oleh Naruto.
"Baiklah, Mr. Uzumaki." Rinnata keluar dari ruangan itu- pandanggan Naruto kembali tertuju pada Sasuke
"Sampai mana tadi kita, Mr. Uchiha?"
Naruto kembali memanggil nama keluarganya.
"Bila anda sibuk saya bisa segera pulang." Sasuke agak tidak enak hati pada Naruto- rapat itu pasti penting, Rinnata saja sampai ragu begitu meng-iyakan perintah Naruto.
"Saya ingin tahu lebih banyak tentang anda, Mr. Uchiha- saya rasa itu adil mengingat tadi anda sudah bertanya mengenai saya."
Naruto menatap Sasuke penuh minat dan rasa ingin tahu.
"Tidak banyak yang perlu anda ketahui."
"Kau juga seorang jurnalis?"
"Bukan aku masih berkuliah- jurusan sastra."
"Apa rencanamu setelah lulus nanti?"
Sasuke mengangkat bahu- yang jelas nantinya Itachi dan dirinya akan pindah ke pusat kota Konoha- mencari pekerjaan? Mungkin? Sasuke belom benar-benar memikirkannya.
"Saya belum membuat rencana apapun Mr. Uzumaki. Saya harus melewati ujian akhir saya terlebih dahulu."
Ya Sasuke harusnya kini belajar dengan giat- tidak seharusnya ia malah sedang duduk di sofa sebuah ruangan CEO dengan kantor kelabu dan ditatap abstrak oleh sang CEO muda.
"Kami menjalankan program magang dengan sangat baik disini." Naruto berkata pelan- menghayati tiap kata yang keluar dari mulutnya. Sasuke cukup kaget- apa itu maksudnya, Naruto menawarkan pekerjaan padanya begitu?
"Aku akan coba memikirkannya." Sasuke menjawab ragu, "Aku rasa aku tak akan cocok bekerja disini."
"Kenapa kau berkata demikian?" Naruto kembali menyunggingkan senyum.
"Bukankan sudah jelas?" Ia tak rapih- agak tak teratur maupun tertata dan ya dia tidak pirang- rambutnya hitam pekat.
"Tidak bagiku." Naruto menatap Sasuke intens. Sasuke kembali terpaku pada mata biru itu- wajah dengan rahang kokoh itu. Jemari lentik yang pasti akan mengetarkan bila bermain di atas tubuhnya. Sasuke membungkukkan diri kemudian mengambil recordernya. "Saya Permisi."
"Ingin lihat-lihat dulu?"
"Emm... saya yakin anda sibuk, Mr. Uzumaki- dan lagi saya harus pulang."
"Kau kembali ke kotamu?" Naruto agak terkejut- sayup sayup tersirat kecemasan. Ia melirik ke jendela. Langit sudah mulai gelap. "Sebaiknya anda berhati-hati dalam berkendara- sudah agak gelap." Naruto menasehati dengan nada agak tegas, berwibawa- tak lupa dengan senyum.
"Apa anda susah mendapat yang anda perlukan?" Naruto berkata sambil berdiri dari sofanya.
"Yes, Sir." Sasuke memasukkan perekam pada amplop. "Terima kaish untuk waktu anda, Mr. Uzumaki."
"The pleasure all is mine." Naruto berjalan mendekati Sasuke. "Sampai bertemu lagi, Mr. Uchiha."
Naruto mengikut Sasuke sampai meja recepsionis, mengantarkan pewawancaranya sampai ke lobby lantai 30. Saat tiba di lobby Renya dan Rinnata tampak kaget dengan keberadaan Naruto di belakang Sasuke.
"Kau menggunakan coat?"
"Ya."
Renya bermaksud memberikan coat itu pada Sasuke. Namun sebelum coat itu sampai di tangan Sasuke, Naruto mengambil coat itu lalu memberikannya pada Sasuke. Naruto meletakkan tangannya pada bahu Sasuke sambil menekan tombol pemanggil lift. Sasuke reflek kaget dan agak sedikit menjauh. Naruto tak berkomentar. Sasuke merasa agak canggung. Ketika lift tiba- Sasuke segera memasuki lift tersebut. Ketika Sasuke berbalik ia menemukan wajah menawan itu tengan menatapnya. 'Sasuke- kau harus sadar kalian berbeda- dia bukan gay.' Rapal Sasuke dalam hati untuk mengingatkan diri. Kenapa dari semua orang di dunia ini- ia harus meleleh pada mata safir itu.
"Sasuke." Naruto memanggil sebagai tanda perpisahan.
"Naruto." Jawab Sasuke bertepatan dengan pintu lift yang tertutup.
TBC
A/N: Okay First Chapter- First FFN of this fandom ._. aku ga banyak berharap soal ffn ini- ffn ini tercipta murni keegoissanku. Ceritanya jelas njiplak Fifty Shade of Gray dan saat aku nulis entah kenapa aku merasa ini peran ketuker mustinya CEOnya si Sasuke- i'm aware. But i just love it so well- i write it down :v about next issu maybe will not be this 'same'. But well- dont know too xD well review please ._.
Next Chapter 2. Second Met