.

.

Aiko Shimazakipresent

Liebeslied

.

Warning : Yaoi, InaSlaine, etc.

Aldnoah Zero (c) A-1 Pictures

.

CHAPTER 1

.

Cuaca pagi ini tidak bisa dikatakan cerah, dengan awan mendung menghiasi segala sudut kota dan angin yang berhembus dengan semangat. Meskipun cuaca pagi ini sedang buruk-buruknya, para manusia yang tinggal di bumi yang indah ini tetap tidak menghentikan kegiatan mereka. Termasuk Kaizuka Yuki yang sudah duduk siap di atas kursi kerjanya, ditemani dengan secangkir cokelat panas untuk menghangatkan diri dari dinginnya cuaca.

Ponsel sewarna batu obsidian miliknya tiba-tiba berdering. Yuki mengambil ponsel itu tanpa berpikir dan langsung menekan tombol 'terima' saat melihat bahwa ada panggilan masuk. "Halo?" Yuki menempelkan ponselnya ke telinga begitu ia menerima panggilan yang masuk ke ponselnya. Bibirnya membentuk lengkung tipis saat suara dari seberang telepon juga menyapanya. "Kabarku baik-baik saja, Tuan Saazbaum."

Tuan Saazbaum tertawa, suaranya khas bapak-bapak dan tawa itu membuat Yuki merilekskan bahunya dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. "Syukurlah kalau begitu," kata Tuan Saazbaum.

"Oh, apakah besok harinya?" tanya Yuki saat matanya tidak sengaja melirik kalender kecil di atas meja kerjanya.

"Apa kau lupa, Kaizuka?" nada suara Tuan Saazbaum sama sekali tidak terdengar terkejut.

Yuki menggigit bibirnya, ia mengacak rambut hitam panjangnya hingga poninya berantakan. "Maafkan aku. Besok aku juga harus ke luar kota. Apa dia tidak apa-apa bersama Nao-kun?"

"Tidak apa-apa, aku sudah memberitahunya. Oh, kau harus kembali bekerja, Kaizuka. Aku tidak yakin kalau kau tidak sibuk sekarang."

Yuki tertawa. "Tidak apa-apa, Tuan Saazbaum."

Lalu panggilan terputus sesaat setelah ia melempar kata 'terima kasih' dan 'maaf'. Yuki membuka ponselnya lagi, hendak menelepon sang adik, namun rencana itu gagal ketika Nina Klein memanggilnya dan mengingatkannya tentang operasi yang akan dilakukan sebentar lagi. Yuki menaruh ponselnya kembali ke atas meja. Ia berdiri dan melangkah menuju Nina yang menunggunya di depan pintu.


Keesokan harinya, Kaizuka Inaho terpaksa bangun lebih pagi karena suara ketukan pintu yang diketuk keras, Inaho sempat berpikir yang mengetuk pintu itu bukanlah seorang manusia, melainkan seekor beruang dari film animasi Rusia sana—maklum, beruang di animasi itu pintar, jadi pasti ia tahu cara mengetuk pintu, hanya saja mengetuknya dengan kelebihan tenaga.

Inaho ingat kalau kakaknya—Kaizuka Yuki—sudah berangkat ke kota sebelah untuk urusan pekerjaan. Dan for God's sake!—ini hari Sabtu! Biasanya Inaho tidak akan sudi membiarkan tidurnya terpotong di hari Sabtu seperti ini. Tapi kakaknya bilang, hari ini ada tamu penting. Jadi Inaho paling tidak harus membukakan pintu untuk tamu itu.

Urusan ia akan tidur lagi atau tidak bisa dikesampingkan.

Tapi sepertinya Inaho tidak akan bisa kembali tidur ketika tahu siapa yang menjadi tamunya pagi ini.

Karena Slaine Troyard berdiri di depan apartemennya—setelah lima tahun mereka tidak bertemu.


Inaho ingin menyumpahi kakaknya, dengan kata apa saja, karena kakaknya tidak memberitahu kalau tamu yang satu ini adalah Slaine Troyard.

Slaine Troyard yang itu. Slaine Troyard yang memiliki rambut pirang pucat dan mata hijau tosca itu. Slaine Troyard yang membencinya itu.

Inaho memijat pelipisnya, sekarang ia berada di dapur sementara Slaine duduk di ruang duduk sambil menghadap TV yang menyala. Inaho sudah mencuci mukanya dengan bersih, jadi tampangnya tidak akan separah waktu ia membukakan pintu untuk Slaine tadi pagi—sebenarnya Slaine sama sekali tidak protes soal penampilannya, sih.

Inaho membawakan secangkir kopi panas dan segelas jus wortel saat kembali ke ruang duduk. Slaine memilih jus wortel ketimbang kopi—Inaho membatin; sepertinya ia menjadi vegetarian sekarang. Ia meletakkan itu semua di atas meja dan duduk di seberang Slaine. "Jadi—kau tamu yang dimaksud Yuki-nee?"

Slaine mengangguk, belum menyentuh gelas berisi jus wortelnya. Matanya tidak menatap Inaho, melainkan menunduk dalam. "Yuki-san belum memberitahumu?"

"Yuki-nee hanya memberitahuku kalau ada tamu penting hari ini," Inaho menatap Slaine datar, walaupun begitu Slaine tahu kalau Inaho sama sekali tidak mengira dirinya lah yang akan menjadi tamu penting di sini. "Jadi, kau ada perlu apa denganku—atau Yuki-nee? Perlu kau tahu saja, Yuki-nee tidak ada hari ini. Ia keluar kota dan baru akan kembali besok pagi."

"Eh? Jadi Yuki-san benar-benar hanya memberitahumu tentang tamu penting itu saja?" Slaine mengerjap tidak percaya, kali ini matanya bisa menatap Inaho. Dan Slaine langsung cepat-cepat menundukkan kepala lagi. "Kau tidak diberi tahu kalau aku akan—"

Inaho menunggu.

"Aku—akan tinggal di sini selama musim dingin ini."


"Apa?" Inaho merasa ia harus memeriksakan telinganya ke dokter THT hanya untuk memastikan telinganya tidak memiliki masalah apapun dan bebas dari penyakit apapun. Otaknya tidak mau menerima hasil yang didengar oleh sepasang telinganya, otak Inaho menolak mengakui kalau yang didengarnya itu adalah nyata.

Kaizuka Yuki tertawa diujung telepon sana. "Nao-kun, kau tidak salah dengar. Jangan khawatir. Tidak perlu berpikir untuk pergi ke dokter THT," ejeknya, dan entah bagaimana caranya, Yuki bisa menebak apa yang dipikirkan Inaho. Pasti kakaknya ini cenayang.

"Tapi, Yuki -nee. Kau menyuruh Slaine Troyard—sekali lagi, Slaine Troyard yang itu, untuk tinggal di sini? Di apartemen kita?"

"Hm-mm."

"Kau sudah gila?"

"Aku belum gila, Nao-kun," jarang-jarang Yuki tidak marah setelah diejek oleh Inaho, Inaho semakin yakin kalau kepala kakaknya sudah terbentur oleh linggis atau tiang listrik sehingga jadi seperti ini. "Slaine-kun akan bekerja di toko kue di ujung jalan dekat apartemen kita. Slaine-kun baru akan membeli apartemen tiga bulan lagi. Uangnya belum cukup. Karena aku tahu keadaannya, jadi aku menyuruhnya untuk tinggal di apartemen kita."

"Tunggu," Inaho menyela, merasa ada yang ganjil, "bagaiamana kau bisa tahu semua itu?"

"Aku sering bertemu Slaine-kun." Yuki menjawab tanpa dosa.

Inaho ingin sekali menepuk jidatnya, namun ia urungkan karena itu bisa merusak imej yang selama ini ia jaga. Ia segera memutuskan panggilan tanpa ingin tahu bagaimana Yuki dan Slaine bisa bertemu. Lelaki itu beranjak dari tempatnya berdiri dan kembali ke ruang duduk, mendapati Slaine yang melamun menghadap TV.

"Bat."

Slaine nampak terganggu karena panggilan Inaho yang ditujukan padanya. Oh, ayolah, ia bukan kelelawar yang bisa dipanggil dengan sebutan Bat dengan sesuka hati. Namun Slaine tetap menoleh meskipun enggan. "Apa?" sahutnya, niat hati berkata ketus, tapi suara yang keluar malah terdengar seperti cicitan tikus.

Ini merupakan rahasia terbesar Slaine dalam sejarah hidupnya, bahwa Kaizuka Inaho adalah kelemahannya. Nyali Slaine bisa langsung menciut hanya karena Inaho berdiri di depannya, seperti sekarang.

Slaine menebak-nebak apa yang akan dikatakan Inaho padanya—halah, paling-paling sesuatu yang tidak penting seperti tadi. Namun khusus untuk kali ini, ia tidak menyangka di antara banyaknya kalimat pertanyaan, pertanyaan inilah yang ditanyakan Inaho padanya.

"Apa kau membenciku?"

Slaine tidak tahu harus menjawab 'ya' atau 'mungkin'.

.

.

to be continued.

Author's Note :

Ahem, jadi gini, padahal besok UNAS tapi saya malah nge-post fanfic. Yakali, gapapa kan~?

Ini, karena sedikit banget fanfic di fandom Aldnoah, saya nyumbang satu dan Multi-chap. Ceritanya drama banget. Yakali, saya spesialis drama :''D

Maaf yah kalau misalnya ide cerita ini gampang banget ditebak. Dan itu jangan tanya kenapa Slaine dimudahkan sekali tinggal bertiga sama Kaizuka bersaudara. Si Slaine sama kakak iparnya udah deket /plak/

Chapter dua udah selesai dibuat loh sebenernya, tapi ya liat respon readers saja lah :3

Oke, akhir kata, silakan kritik dan sarannya Anda taruh di kotak review~