HAI BALIK LAGI NIH BAWAIN CERITA DARI SANTHY AGATHA.

REMAKE. HEHE AKU GANTI JUDUL DARI "A ROMANTIC STORY ABOUT SERENA" JADI "A ROMANTIC STORY ABOUT KYUNGSOO"

HOPE YOU LIKE IT.

HAPPY READING.

YANG UDAH BACA PASTI TAU DEH GIMANA SERUNYA NOVEL INI.


SINOPSIS

Dalam hidupnya, impian Kyungsoo hanyalah ingin menjadi perempuan biasa. Dia ingin menikah dengan Sehun kekasihnya, membangun keluarga kecil yang bahagia, lalu seperti akhir kisah klise lainnya; bergandengan tangan di usia senja, melangkah menuju matari terbenam.

Tetapi ternyata apa yang dia inginkan meskipun sedehana, tidak semudah itu menjadi kenyataan. Kecelakaan itu telah merenggut semua yang diimpikannya, merenggut orang tuanya, merenggut rencana pernikahannya dengan Sehun yang kemudian tak berdaya dan membuatnya harus berjuang sendirian, dan menghancurkan semua mimpi-mimpinya yang sebelumnya terbungkus dalam rencana masa depan yang telah tersusun rapi. Semuanya hancur.

Dalam perjuangannya untuk bangkit itulah, Kyungsoo harus berhubungan dengan Kim Jongin, seorang direktur muda yang sombong, arogan, suka memaksakan kehendak, dan memiliki obsesi seksual terpendam terhadap dirinya.

Kyungsoo membutuhkan Jongin demi menyelamatkan Sehun, sedangkan Jongin membutuhkan Kyungsoo untuk memuaskan hasrat obsesinya yang terus-menerus menyiksanya.

Dua manusia yang seharusnya tidak pernah bersilang jalan itupun dipertemukan oleh keadaan. Dua manusia yang saling membenci satu sama lain tetapi dikalahkan oleh hasrat dan kebutuhan.

Hubungan mereka panas membara, luar biasa sampai mereka bisa terbakar habis didalamnya. Mereka menjalin hubungan karena keterpaksaan, yang lama kelamaan menjadi hubungan saling membutuhkan, saling merindukan dan saling memuaskan dan akhirnya menyerah untuk saling mencintai.

Sampai kemudian tiba saatnya Kyungsoo harus memilih antara hasratnya pada Jongin, lelaki arogan yang terus menerus menyakitinya tetapi berhasil merenggut hatinya, atau cintanya pada Sehun, lelaki baik, yang pernah meninggalkannya untuk berjuang sendirian, tetapi tetap menjaga janjinya dalam bentuk cincin pertunangan di jari manisnya.


CHAPTER 1.

"Kenapa dia harus repot-repot menyuruhku menemuinya sendiri hanya untuk mengambil payung? Dia kan bisa menyuruh office boy untuk mengembalikannya, atau jika dia tidak sempat, dia kan bisa menyuruh sekertarisnya untuk mengurus payung itu." Batin seorang gadis bermata bulat. Kyungsoo nama yang tertulis di name tagnya. Gadis itu tau bosnya sangat sibuk, gosip yang terdengar mengatakan presedirnya itu adalah workaholic yang menghabiskan waktu 20 jamnya hanya untuk bekerja.

"Atau.. Kenapa dia tidak buang saja payung itu? Toh aku juga tidak akan berani menagihnya." Kata Kyungsoo menyuarakan isi hatinya. Saat ini Kyungsoo sedang berada didalam lift yang mengarah ke lantai 14, lantai khusus CEO perusahaan. Ini kali kedua dia ke ruangan itu, sungguh tak disangka 1 tahun bekerja disini dia hampir tidak pernah bertatapan langsung dengan sang pemimpin tertinggi yang diagung-agungkan itu, tapi sekarang dua hari berturut-turut dia dipanggul menghadap Mr. Kai. Panggilannya di perusahaan.

Lift terbuka dan dia dihadapkan pada ruang tunggu yang nyaman dan mewah. Sekertaris yang sama, wanita setengah baya yang terlihat kaku dan efisien itu menatap Kyungsoo dengan skeptis, sepertinya dia juga bertanya-tanya kenapa pegawai rendahan macam ini sampai 2 kali dipanggil menghadap langsung pada CEO, padahal setahunya Mr. Kai hanya berkomunikasi dengan anggota direksi, manajer dan kepala bagian unit perusahaannya, itupun lewat meeting resmi perusahaan dan melalui seleksi janji temu yang rumit.

"Mr. Kai sudah ada di dalam, beliau sudah menunggu mu. Aku sudah menginformasikan kedatangan mu lewat intercom dan beliau mempersilahkan kau langsung masuk." Kata sekertaris itu dingin.

.

.

.

Jongin baru saja menyelesaikan meeting penting dengan segera kembali ke ruangannya, mengingat alasan yang membuat dia begitu terburu-buru kembali. Dia sudah menelpon atasan Kyungsoo tadi pagi, menjelaskan alasan keterlambatan gadis itu. Dan atasan Kyungsoo begitu kegirangan karena telponnya, hingga seolah-olah tak peduli lagi kenapa Kyungsoo sampai terlambat.

"Yah mungkin setidaknya gadis itu akan berterima kasih padaku.. Atau malah jengkel?" gumamnya. Jongin tersenyum sinis, menilik sifat gadis itu, sepertinya Kyungsoo akan bertambah jengkel padanya.

Setelah dengan serius mempelajari berkas-berkas yang diantarkan bagian personalia padanya, Jongin termenung.

Gadis itu tidak berbohong, kedua orang tuanya memang sudah meninggal dan alamat tempat tinggalnya memang terdaftar sebagai rumah kost, bahkan gadis itu tidak mengisi nama saudara atau kerabat dekat yang bisa dihubungi.

"Aku tinggal sendirian." Begitu ucapnya tadi.

"Apakah dia benar-benar tinggal sendirian seperti ceritanya. Jika dia tanpa keluarga dan tinggal di kamar kost untuk apa dia meminjam uang sebesar 40 juta won ke perusahaan yang harus dilunasinya dengan memotong gajinya selama bertahun-tahun? Apakah dia sakit?" memikirkan itu hati Jongin langsung merasa nyeri.

"Tidak mungkin. Jika dia sakit dia tidak akan lolos seleksi test kesehatan. Jika begitu dia pasti gadis yang suka menghambur-hamburkan uang." Kata Jongin menyimpulkan. Pemuda itu tersenyum sinis. Kalau begitu semuanya akan menjadi lebih mudah untuknya mendapatkan Kyungsoo. Dia akan memberikan uang sebanyak yang Kyungsoo inginkan asal Kyungsoo mau melayaninya. Jongin sangat kaya dan memiliki gadis seperti Kyungsoo yang benar-benar memacu hasratnya memang layak diberi seidkit pengorbanan.

Lamunannya terhenti ketika intercom berbunyi memberitahukan kedatangan Kyungsoo.

Jongin menunggu penuh antisipasi, seperti seekor singa yang menanti mangsanya. Dia punya menawaran bagus dan jika gadis itu seperti yang diduganya, Kyungsoo pasti tidak akan menolaknya.

"Presedir memanggil ku untuk mengambil payung ku yang tadi tertinggal?" gumam Kyungsoo sopan ketika Jongin mempersilahkannya duduk. Jongin tidak menjawabnya hingga Kyungsoo menatapnya bingung. Pemuda itu sedang menatapnya seolah sedang berkonsentrasi pada sesuatu namun pikirannya tidak ada ditempat itu.

"Mr. Kai?" Jongin mengerjap.

"Oh payung." Gumamnya seolah baru teringat akan hal itu.

"Ada di meja sekertaris ku, kau bisa mengambilnya disana." Katanya. Kyungsoo mengerutkan keningnya.

"Lalu kenapa dia memanggil ku kesini?" batin Kyungsoo. Namun gadis itu tidak mengambil pusing. Kyungsoo bangkit berdiri dari kursinya setelah mengira jika Jongin tidak akan berkata-kata lagi.

"Kalau begitu aku akan segera mengambilnya, terimakasih, permisi ." kata Kyungsoo lalu berbalik hendak meninggalkan Jongin.

"Tunggu Kyungsoo." Kata Jongin lembut. Dengan enggan Kyungsoo membalikan tubuhnya. Pemuda itu ternyata sudah bangkit dari kursinya, memutari meja dan berdiri tepat didepan Kyungsoo.

"Aku melarat ucapan ku tadi pagi," gumamnya misterius. Kyungsoo mengerutkan keningnya.

"Tengtang?" gumam Kyungsoo.

"Tentang kau bukan tipe ku dan aku tidak mungkin tertarik pada mu. Sebenarnya selama ini aku memperhatikan mu karena tidak tau kenapa kau bisa membuat ku sangat bergairah." Mulut Kyungsoo menganga dan dia tidak mampu berkata-kata, pernyataan itu begitu mengagetkannya, bagaikan petir disiang bolong.

"Aku ingin kau menjadi kekasih ku. Mm bukan kekasih apa ya istilahnya di Seoul? Wanita simpanan mungkin?" Jongin tampak sangat bersemangat dengan tawarannya sehingga tidak memperhatikan ekpresi shock Kyungsoo.

"Kau hanya perlu melayani ku di ranjang, memuaskan aku." Suara Jongin menjadi rendah dan merayu.

"Dan kau tidak perlu khawatir akan rugi, kau tau aku kekasih yang murah hati, aku kan membelikan mu apartemen mewah sehingga kau bisa pindah dari temoat kost kecil mu itu. dengan begit aku bisa leluasa mengunjungi mu setiap malam, dan aku akan menanggung biaya kehidupan mu. Apapun yang kau inginkan akan aku berikan, mobil mewah, perhiasan mahan, naju-naju rancangan designer terkenal, perawatan disalon terkemuka. Aku tau kau menyukainya Kyungsoo, karena gaya hidup mu sepertinya sangat mahal sampai-sampai kau harus berhutang puluhan juta pada perusahaan. Bahkan mungkin kalau kau bisa menyenangkan aku, hutang mu itu akan ku lunasi. Bagaimana Kyungsoo? Aku akan memenuhi semua permintaan mu dank au hanya harus ada saat aku membutuhkan mu." Jongin akhirnya mengakhiri pidatonya. Kyungsoo sudah sangat pucat sampai tidak bisa berkata-kata. Tawaran itu memang amat sangat menggoda apabila ditawarkan pada pelacur atau wanita yang tidak punya harga diri! Tapi pemda itu menawarkan padanya? Kepada Kyungsoo? Berani-beraninya pemuda itu! Berani-beraninya dia merendahkan Kyungsoo sampai seperti itu

"Kenapa kau diam saja? Kau tidak perlu sok malu-malu atau sok suci, aku tau wanita seperti apa kau dibalik sikap mu yang sok menjungjung moralitas…."

PLAK.

Tamparan itu begitu keras sampai kepala Jongin terlempar kebelakang, suara tamparan itu menggema diruangan yang luas ini.

"Berani-beraninya kau!" nafas Kyungsoo terengah-engah.

"Berani-beranunya kau menawarkan sesuatu yang begitu menjijikan kepada ku! Kau pikir aku wanita seperti apa? Kau benar-benar sesuai dengan apa yang aku pikirkan. Pemuda tidak bermoral, bejat, menjijikan, dan…." Suara Kyungsoo terhenti melihat ekspresi Jongin.

"Menjijikan kata mu?" jika tida Jongin tidak marah dengan tamparan Kyungsoo, sekarang dia benar-benar marah.

"Jika menurut mu aku menjijikan…" Jongin mengepalkan kedua tangannya sampai buku-buku jarinya memutih.

"Jika menurut mu aku menjijikan….."

Entah bagaimana Kyungsoo mengetahui kapan kedali diri Jongin lepas, dengan panic dan takut Kyungsoo setengah berlari menuju pintu, tapi terlambat, Jongin bergerak secepat kilat menerjangnya. Kyungsoo berhasil membuka pintu sedikit ketika dengan kasar Jongin mendorongnya kembali tertutup.

Jongin menghimpit Kyungsoo dipintu, desah nafas mereka bersahutan, yang satu ketakutan yang lainnya bergairah.

"Le… Lepaskan aku! Atau aku akan berteriak dan menuntut kau atas pelecehan.." Jongin tidak peduli, lagi pula ruangan ini kedap suara. Dengan gerakan impulsif, dibaliknya tubuh Kyungsoo, bibir Jongin mencari-cari bibir Kyungsoo, tubuhnya makin menekan Kyungsoo ke pintu. Kyungsoo menggelengkan kepalanya menghindar dengan membabi buta hingga bibir Jongin hanya menempel pada rahangnya. Dia mencoba meronta melepaskan diri tapi tubuh Jongin menghimpitnya ke pintu dengan tangan mencengkram kedua tangan Kyungsoo dikiri dan kanan kepalanya.

Mereka bergulat beberapa saat, tetapi Jongin tidak mau menyerah dari perlawanan Kyungsoo. Sampai kemudian Kyungsoo membuka mulutnya untuk berteriak, Jongin memagut bibir itu.

Ciuman itu dari awal sudah sangat sensual karena bibir mereka terbuka, Jongin melumat bibir Kyungsoo seolah sudah tak ada lagi hari esok. Mulutnya sangat liar dan lapar mengecap, melumat dan menikmati bibir Kyungsoo yang selembut madu.

Kyungsoo terpana merasakan ciuman yang sangat intin ini, yang baru pertama kali dirasakannya. Dan hal itu memberi kesempatan Jongin untuk mencium semakin dalam. Seluruh tubuhnya menempel ditubuh Kyungsoo, semakin mendorong Kyungsoo ke pintu, setelah menjelajahi dan mencicipi seluruh rasa bibir Kyungsoo, lidah Jongin mulai mengecap dan mencoba memulai membelai masuk kedalam bibir Kyungsoo.

Kyungsoo mengerang mencoba menolak, dia tidak pernah berciuman seperti itu! tapi Jongin begitu lembut dan begitu lidahnya masuk ciumannya menjadi semakin bergairah, lidahnya menjelajah masuk, menikmati seluruh rasa dan manisnya mulur Kyungsoo. Jongin mengerang dalam ciumannya.

"Ya Tuhan nikmat sekali." Katanya dalam hati. Dan gairahnya naik begitu cepat bagaikan roket. Kyungsoo terasa begitu nikmat, begitu manis dan menggairahkan. Sekujur tubuh Jongin menginginkan gadis ini, sangat menginginkannya! Tangannya merayap naik dan menyelinap diantara jari Kyungsoo sehingga jari-jari mereka saling bertautan. Jongin mencengkramnya erat-erat seolah itu pegangannya untuk hidup.

Sejenak Kyungsoo merasakan matanya gelap, semua itu begitu aneh dan mengejutkan dan ciuman ini begitu asing dan tak terduga, rasa ciuman ini. Ya Tuhan, Sehun tidak pernah menciumnya dengan cara sekurang jar ini, Sehun… Ya Tuhan.

Kyungsoo mengerahkan segenap kekuatannya dan seluruh kendali dirinya untuk melepaskan bibirnya dari pangutan Jongin, mulut Jongin yang lapar masih mencari-cari, masih memangutnya. Sekali lagi Kyungsoo mendorongnya kuat-kuat hingga bibir mereka terlepas.

Suasana ruangan itu begitu hening, hanya desah napas memburu bersahutan. Kyungsoo bahkan tidak tau itu napas siapa. Jongin masih mencengkram kedua tangannya disisi kepalanya. Bibirnya begitu dekat dengan bibir Kyungsoo, hingga napasnya yang panas menyatu dengan napas Kyungsoo. Mata Jongin tampak berkabut, tapi ketika menatap mata Kyungsoo sinarnya begitu tajam.

"Kau menikmatinya kan? Aku merasakan dari bibir mu yang melembut ketika lidah ku melumat mu. Kau bisa berbohong dengan kata-kata tapi tubuh mu tidak bisa berbohong…." Dengan tiba-tiba Kyungsoo mendorong Jongin hingga mundur beberapa langkah. Ditatapnya Jongin dengan mata marah menyala.

"Dasar bajingan! Kau bermimpi kalau aku menginginkan mu. Kau tidak akan pernah bisa menyentuh tubuh ku lagi! Kau begitu menjijikan!" suara Kyungsoo semakin serak karena menahan tangis.

"Jangan! Kau jangan menangis Kyungsoo! Dia akan semakin merendahakan mu jika kau menangis." Desisnya dalam hati. Jongin memandang Kyungsoo dengan pandangan tajam merendahkan.

"Saat ini kau boleh menghina dan menolak ku. Tapi aku yakin, nanti kau akan datang pada ku, merangkak dan memohon agar ku mau menerima mu."

"Lebih baik aku mati!" Kyungsoo setengah berteriak. Setelah itu dia buru-buru melangkah dan membanting pintu dibelakangnya.

Sang sekertaris memandangnya sambil mengerutkan kening, dan Kyungsoo yakin saat ini menampilannya patut dipertanyakan. Rambut kusut dan wajahnya merah padam dengan mata berkaca-kaca menahan Kyungsoo tidak peduli lagi, yang dia inginkan hanya menjauh secepatnya dari tempat itu!

Dengan langkah menderap Kyungsoo memasuki lift meninggalkan ruangan itu.

TO BE CONTINUE.

SORRY FOR TYPO