*Masashi Kishimoto and Square Enix*

"-_-_-Woman My The Hearst-_- _-"

By

"-_- Ligthting Shun -_-"


Kerajaan Caelum

Sebuah senja terlihat menonjolkan, sisi cremis dan keindahan, pada dunia yang bertabur awan yang berwarna oranye, yang membuat semua mata mahluk hidup kagum akan kecantikanya, Keajaiban ciptaan Tuhan benar-benar sangat luar biasa menciptakan panorama indah dan tak bisa dibeli oleh apa-pun, ya itu 'Langit senja' Yang terlihat di Uvuk barat.

Seorang lelaki berambut 'Emo-hair' dan berwarna 'Black-raven' tengah mendangi langit dari serambi kamarnya dengan expresi masam.

"Sedang melamun?," Sebuah suara terdengar terlihat bersahabat, dirinya yang tersadar, melirik dengan manik 'Bluespira' yang dalam keasal suara seseorang.

"Hmm..!,"Gumanya lalu melirik, seorang pemuda dengan tinggi 170-CM, dan berambut 'Short-cut' sebahu, berwarna 'Black-greend', lalu berjalan mendekati lelaki yang mematung bagai maknekin mahal didekat jendela(?).

"Ada apa Noctis!?,"Pemuda itu menaikan sebelah alisnya, dengan kerut penasaran, iris 'Pureblood' menatapnya jemuh melirik begitu dalam pada pemuda yang dipanggil sebagai Noctis. "Nampaknya Mood-sedang hancur! Bukan begitu Yang mulia?,"Ucapnya lagi.

"Menurutmu!?,"Tanyanya singkat, dengan Jeda terputus begitu saja, iris matanya lalu memandang kembali langit dengan gaya bertopang dagu, seolah tak perduli.

"Apa ini soal perdana mentri?, Ucapan apa lagi yang membuatmu jadi seperti ini,"Tanyanya sambil melirik mata Noctis dalam-dalam.

"Kau benar!, Dia mencoba menyindirku, didepan para petinggi istana, dan membuatku seolah aku tak bisa dan tak memiliki kualitas apa-pun untuk kerajaan ini,"Jawab Noctis dengan tatapan malas, sambil dengan tatapan terus menerawang dan memutar mata bosan, membuat alis rekan Noctis menukik tajam dengan senyum masam.

Pemuda disamping Noctis hanya mendesah, dia menatap iba-sahabatnya, yang adalah seorang Pangeran nomor satu di negeri ini. "Abaikan saja sikap orang seperti itu, dan buktikan pada semua orang nanti saat kau telah mengambil tahta, menjadi raja selanjutnya, kau bisa membimbing kerajaan ini seperti Ayahmu,"Jelas pemuda itu berusaha menghibur sang teman yang dalam posisi sangat tak nyaman.

"Rain! Aku cukup sabar!,"Panggilnya pada temanya itu, lalu terdiam, dan Noctis menatap Rain lalu membuka suara."Aku sudah habis kesabaran menghadapi laki-laki itu,"Ucap Noctis terdiam lalu mengeluarkan ponsel Androidnya, lalu melirik Rain yang masih disana. "Oh ya Aku , Ignis, Gladiolus, dan Prompto, akan pergi 'Venasia' siapakan dirimu, untuk berapa hari, karna kau juga harus ikut dengan kami,"Jawabnya datar.

"A-apa aku juga ikut?,"Tanyanya sambil menyengit alis, sambil menerawang dengan sikap sang pengeran, satu ini.

"Ya, Kau harus!,"Ucap Noctis datar dengan wajah kalem, dan tak suka jika sudah ditolak oleh sahabatya. Noctis Lucis Caelum dari segi-fisik dia dianugrahi wajah ketampanan yang sempurna, memiliki watak pendiam dan sedikit antisosial dia mungkin terlihat sombong dimata orang, dan dingin, namun ini hanya dilakukan untuk menyembunyikan sifat pemalunya pada orang lain. Sebagai pangeran dia bukan lelaki yang mudah didekati atau mendekati orang lain.

"Aku akan menghubungi Gladiolus, kita akan pergi besok, dan kau tak boleh mengatakan 'Tidak padaku',"Jelasnya lalu berjalan menjauh.

Rain hanya menghela nafas pelan menghadapi tingkah sang pangeran, lalu menutup tirai istana.

Rain Oliver, hanya seorang pemuda, yang terlahir dari kaum rakyat biasa, yang saat ini bekerja sebagai seorang pelayan istana, dari segi usia keduanya memiliki dengan usia yang sama20 tahun.


Konohagakure

Seorang gadis tengah memandang kertas berisi kertas-kertas dan cacatan medis pasien. Dia nampak larut dalam pekerjaan sehingga, tak menyandari seseorang memasuki ruangan.

"Sakura?,"Panggil seorang gadis dimulut pintu, seorang gadis berambut pirang,h dengan ikat ekor kuda, penampilan yang agak tomboy namun manis perpaduan yang manis pada penampilanya, dengan Tangk-top's ungu dan rok dibawah lutut yang agak mini, kini berjalan kearanya dan langsung menyapa dirinya.

"Ah Ino?," Jawab Sakura, melirik Ino, lalu dua iris 'Jambrut yang lancip melirik jam dinding yang waktunya menunjukan jam 4-sore, lalu menatap Ino lagi, dengan senyum manis diwajah manisnya terlihat sangat mempesona, dengan surai rambut 'Pink-Strawberry' yang dipotong pendek yang memperlihatkan leher yang agak jenjang, tubuh langsing, Atletis dan tingggi sekitar 68-cm, yang saat ini mengenakan blush-longgar abu-abu dan celana pendek ketat ala ninja andalanya.

"Aku dan yang lainya, akan pergi kepesta Yamato-sensei yang Bertunangan dengan Kurenai-sensei, Aku ingin mengajakmu kepesta,"Ucap Ino lalu menarik-narik lengan sang Konochi bersurai 'Pink-strawberry'.

"Ah maaf Ino, Aku tak bisa, hari ini aku harus mengurus tanaman obat yang datang dari Sunagakure,"Ucap Sakura.

"Ayohlah Sakura, jangan begitu, kau harusnya, lebih santai, apa kau tak bisa meninggalkan pekerjaanmu untuk besok," Dengkus Ino.

"Maah-Maag! Maaf sekali lagi Ino,"Ucap Sakura dengan senyum kecut, menatap sahabat dengan atau rival masa kecilnya, yang sekarang diangap kakak perempuanya sendiri.

"Baiklah jika kau sempat, datanglah kesana..oke!,"Ucap Ino lalu memeluk Sakura dan mengangguk, lalu Ino melambay tangan keluar dari ruangan 'Medical Room' meninggalkan Sakura sendiri.

Sakura atau dipanggil Sakura Haruno, konochi cantik dan salah satu Ninja medis yang dianggap sebagai 'Kucup bunga kebanggaan Konoha' Tak seorang pun yang tak mengenal Ninja medis, hasil didikan sang Hokage 5, Tsunade senju yang bergelar sebagai Trio-sanin yang sangat berjasa menjadi penolong diperang neraka 2 tahun yang lalu.

Gadis cantik, 19 tahun yang meniti karir sebagai ketua, Ninja medis saat ini, dan sangat dipuja-puja oleh beberapa kaum adam dari berbagai pelosok luar desa. Benar-benar murid yang sangat membanggakan bukan?.

Usai ditinggal Ino Sakura mendengkus, suasana sore itu kembali tenang, ia melirik kembali catatan kertas berisi laporan-laporan ramuan medis, sambil melirik suasana sore-senja yang sendu, tampa sengaja mengingatkan dia tengan sebuah kejadian 2 hari yang lalu.


Flastback

"Sakura maafkan aku, atas semuanya," Suara Sasuke mengema digendang telinga, Konochi berwarna rambut 'Pink-Strawberry' atau 'Gulali' itu, ucapan sang ninja dari clan terakhir 'UCIHA' itu serentak membuat sakura terdiam sempurna seolah tak percaya, menatap Sang Ninja pelarian dari desa, beberapa tahun lalu mencarinya lagi dan memintanya untuk mengisi hidup sang Uciha. Dengan rasa nyerih membuat ia trus menunggu bahkan terus-terusan mengejarnya dengan perasaan putus-asa.

'Terlambat..kah!'

Namun namanya sudah kepalang kecewa, ada kalanya perasaan seorang wanita sudah tak dapat lagi menyimpan rasa untuk seseorang yang tak memberikan kepastian.

'Apa haruskah aku melakukanya'

"Aku memaafkanmu Sasuke, tapi aku tak bisa seperti dulu lagi,"Ucap Sakura tersenyum.

'Biarlah begini'

"Maafkan aku Sakura, aku mohon jadilah Kekashiku, aku sangat membutuhkanmu dalam hidupku,"Ucap Sasuke dengan wajah sedih, pemuda itu merunduk tak bisa menutupi rasa kecewanya.

"Maafkan aku Sasuke-kun hati tak bisa, dipaksakan, aku yakin ada orang lain diluar sana yang pantas mendapatkanmu, tapi bukan aku,"Ucap Sakura sambil membukuk perlahan, sambil tersenyum sedih diwajahnya.

Aku takut jika aku memaafkanmu

Aku takut jika kehadiranmu

membuatku menjadi sakit seperti sebelumnya

Aku...Aku tak ingin merasakan rasa sakit itu lagi

Sebaiknya aku menyerah dengan

Perasaanku ini.

Aku merasa cukup, kita tetap berteman

Namun kita tak bisa seperti sebelumnya.

Maafkan aku.

Sakura menghela Nafas menginggat kenangan yang terjadi, dua hari yang lalu saat Sasuke mengutarakan perasaanya, dan dia menolak Sasuke, perasaan Sakura saat ini sangat tak menentu, ia melirik awan berlangit senja dari teras, memantul lewat kaca piran tipis jendela.

'Apa ini sudah tepat?'

Rasa galaunya masih mengerayanginya, hatinya seolah hampa dan terasa mati rasa, menerjang lamban dalam sanubarinya, membuat mata indanya meraut dengan sedihnya.

'Apa itu keputusan yang diambilnya ini'

'Adalah sebuah kesalahan?'

Sakura mengeleng-pelan, lalu mengabaikan kegalaunya lalu mengurus pekerjaanya yang tertunda, dan membuang jauh-jauh rasa sedihnya itu.


Sleep Dream.

"-Sa-Ra!-"

"Sa-Ku-Ra!-,"

Sebuah panggilan memanggil Sakura, berkali-kali gadis itu terhenyak mendapati tubuhnya, melayang ditempat yang, entah dimana, sekelilingnya berwarna putih dan Hampa.

"Dimana ini," Ucap Sakura mendapati tubuh mungilnya, ditempat yang aneh, tak merasakan apa-pun bahkan tak bisa bergerak kemanapun, membuat batin gadis itu bertanya-tanya. Perlahan suasana terkesan berganti begitu saja, perlahan Mata Zambrutnya melebar, menatapi seorang lelaki berambut 'Emo-hair' Sudah ada tak jauh dihadapanya, tertidur dalam Christal berwarna putih transparant yang menyeliputi tubuhnya.

"Sasuke-kun," Ucapnya lalu mencoba mengerakan tubuhnya, seperti saat dia berenang dalam kolam dan cara itu berhasil dilakukanya, ia pun mendekati lelaki itu perlahan.

Namun setelah didekati, terlihat wajah pemuda yang ternyata bukanlah Sasuke.

Rambut 'Emo-hair', yang berwarna 'Black-raven' yang sangat lembut dengan poni menjuntai melebihi mata, Sasuke memiliki model rambut yang sama, namun rambut Sasuke berambut agak kasar, dan berponi belah tengah. Tinggi badan yang sama, namun tubuh pemuda itu lebih kecil dari Sasuke.

"Siapakah kamu sebenarnya!,"Ucap Sakura lalu, menyentuh pinggiran Christal, menatap wajah lelaki tampan dan terlihat lembut yang tertidur dalam damai.

"-Sakura-,"

"-Sa-Ku-Ra-,"

Suara itu datang lagi, Sakura mengendarkan mata Zambrutnya, keseluru pandangan tempat ini, namun dia tak menemukan siapa-pun yang memanggil namanya.

"Siapa!,"Teriak Sakura entah pada siapa, dia memanggil plus dengan sorot mata yang waspada.

"Aku Sakura," Panggil Seorang lagi terdengar dari suaranya, terdengar seperti suara perempuan, Sakura melirik ngeri, karna secara tiba-tiba diatas kepalanya ada sebuah, burung dengan sayap warna-warni berekor merak dengan tuju cahaya disekitarnya menukik bagai meteor dan mendekatinya lalu-.

"HUAAAAAAA.!,"

"Sakura,"

"Sakura,"

"SAKURA!,"

Sebuah panggilan menyadarkan Sakura, yang mendapati tubuhnya terbangun dengan posisi tertidur tak elit dikursi dengan muka didepan meja dengan tumpukan berkas dimana-mana.

"Ehng...Hokage-sama!,"Sakura lalu dengan setengah melotot, langsung terhenyak menatap Seorang wanita, berambut pirang-platina, dengan berambut dikuncir dua dan, poni belah tengah memandang Sakura sambil melipat tangan didadanya yang sangat besar, wajah cantiknya juga sedikit terkikik menatap expresi Sakura tadi.

'Apa dia nampak terlihat sangat Konyol'

"Ah memalukan sekali dirimu Sakuraaa..!,"Ucap inner Sakura yang nampak Frustasi dan malu, lalu meremas rambut pendeknya kuat-kuat. "Maafkan saya Hokage-sama saya tertidur disini,"Ucap Sakura lalu berdiri dari posisi duduknya.

"Apa kau begadang lagi! Ini sudah kesekian kalinya kau tertidur disini,"Tanya Tsunade.

"I-ia saya habis mencek, beberapa Stok obat yang dibawakan oleh regu pencari dan obat dari Sunagakure sudah datang tadi malam,"Ucap Sakura mantap lelah, lalu menyerahkan sebuah map-abu-abu pada Tsunade.

"Nah! Kau memang bisa diandalkan, Hummm tapi aku ingin kau pulang dan istirahat sekarang Sakura,"Ucap Tsunade.

"Saya pulang Hokage-sama,"Sakura melotot menatap sang Hokage.

"Ia Sakura, kau kuizinkan untuk cuti dua hari, biar Zizune dan Hadayaka yang mengurus disini,"Ucap Tsunade sambil tersenyum. "Kau butuh isterahat, selama seminggu kau sibuk mengurusi beberapa misi penyelamatan di-desa Otoshikure dan di-desa Sunagakure, jadi aku minta kau istirahat," Tsunade menepuk kepala Sakura.

"Baik Hokage-sama,"

Sakura berjalan perlahan melewati jalan, didaerah toko-toko, dan area desa keadaan sangat ramai, mungkin akan ada acara untuk memperingati ulang tahun Desa yang diadakan musim panas setiap tahun, semua warganya gotong-royong mengadakan Festival daerah.

"Sakura-chan,"Sebuah panggilan seorang pemuda berambut, jabrik, pirang tersenyum melambai dengan riang gembira padanya bersama seorang gadis bersurai Indigo disampingnya.

"Hai Naruto/ Hinata-chan!,"Sapa Sakura dengan senyum manisnya lalu keduanya mendekati Sakura.

"Sakura-kun, Ini! untukmu,"Ucap Hinata, menyerahkan pada Sakura sebuah kantung plastik.

"Ah! Apa ini,"Ucap Sakura membuka kantung plastik yang ternyata berisi : NATSUDON SIPUT yang masih panas, terlihat dari uapnya yang nampak baru dimasak beberapa menit yang lalu didalam tempat makanan dilapisi kantung plastik. "Waw Udon-siput, aku suka ini, Terimakasi Hinata,"Ucap Sakura ceria.

"Eh! Sama-sama tadinya aku mau kekantor Hokage-sama untuk menemuimu, tapi kau sudah ada disini,"Ucap Hinata dengan senyum manisnya.

"Aku yakin makanan ini pasti buatanmu Hinata-chan, Karna kutahu kau paling Ahli soal beginian,"Ucap Sakura dengan senyum.

"Ah! Eh! Tak sepenuhnya aku kok, aku dibantu Tenten-kun, karna ibuku saat ini ada di rumah keluarga 'Yamanaka',"Jelas Hinata dengan muka memerah dan malu sekali, membuat Sakura mencubit pipi merah Hinata yang Chuby, dan membuat Naruto ikut tertawa keras, obrolan mereka berbuntut panjang pagi itu.

+++OOO+++OOO+++

Hari yang nyaman Di pagi konoha, dan Suasana yang Sunyi di Caleum Subuh.

Suhu udara musim dingin, terasa pada sel kulit setiap warganya, yang nampak sudah terbiasa dengan keadaan musim yang berkepanjangan, namun Negeri dengan sebutan 'The-Eden' Atau 'Chirstalya' memiliki daya unik tersendiri yang mampu menyegarkan hati setiap orang yang datang.

Suasana kota era moderen dengan arsitektur luar biasa dan ternama dapat mempercantik negri ini, lampu-lampu tinggi dinegri itu, malam harinya seperti sebuah permata yang mengkilap dalam kotak permata. Sebuah Limosen berwarna hitam terlihat berjalan lambat keluar dari kota Eden baru saja memulai perjalanan dari kota Caleum, mereka memasuki area dalam kota kecil yang agak sepi pada jam yang menunjuk jam 5 pagi, terlihat mobil ditumpang 5 lelaki, yang mengunakan baju berwarna hitam.

"Ah! Akhirnya kita jalan-jalan,"Ucap Seorang Pemuda, dengan wajah tampan, berpirang plondex yang duduk dibangku kedua dari depan.

"Pelankan Suaramu Prompto, kau berisik!,"Umpat seorang lelaki yang duduk dibangku pengemudi dan mengerutkan alisnya, hingga kacamatanya sedikit melorot.

"Hey!, aku hanya bilang begitu, Suaraku tak besar-besar amat, Ignis,"Ucap Prompto dengan muka kesal yang terlihat lucu.

"Ya kau memang kau bicara tak sekeras biasanya! Tapi tetap saja suaramu dapat membuat gendang telinga kami tuli seketika,"Kikik seorang pemuda disamping kanan Rain yang duduk ditengah diantara Noctis dan pria besar itu.

"Jangan menambah lagi! Gladiolus,"Ucap Noctis sambil membuang muka, membuat Gladiolus terkikik sendiri. Suasana dalam mobil sangatlah ramai meski kadang, tampa adanya Rain pun. dan mereka hanya berempat pun, susana mobil sangat ramai, membuat terkadang keempatnya selalu ricuh dalam mobil.

"Bisahkah, kalian sedikit tenang!, bisa-bisa mobil ini dilempar batu karna membuat masalah, lihat jam berapa sekarang!,"Ucap Rain sambil mendengkus, sikap ricuh mereka malah pernah membuat mobil ini menabrak (pohon, pondok-padi atau pembatas jalanan) namun mereka selalu sehat dan selamat dari luka, dan mobil ini tetap hidup meski sudah diservis berkali-kali karna masalah yang sama.

(Author : Yeah! Masalah yang sama : Menabrak apa-pun yang ada dihadapan mereka.-_-")

"Noctis butuh dua hari kita sampai 'Venisia', apa kita istarahat 'Ixaya',"Tanya Ignis, lalu melirik Peta 'Elektronica' yang ada layar kecil depan pengemudi.

"Apa kita akan tidur dan membangun tenda atau menginap dimotel,"Tanya Gladiolus.

"Aku tak mau menginap dihotel,"Jawab Noctis datar "Bagaimana kita dihutan dan membuat tenda disana, Lebih jauh dari Awak media menyebalkan,"Jawab Noctis dan mendapat senyuman manis dari Prompto, mengingat gunungan kilatan lampu cahaya kamera, dengan wajah wartawan haus berita membuat Noctis muak.

"YEAAAH! KITA KEMPING!,"Teriak lelaki pirang dengan semangat.

"Aku jadi bisa berburuh, 'Cowbissep',"Ucap Gladiolus. "Kau tahu Dagingnya berukuran besar, padat dan renyah, untuk dipanggang, dengan saus tiram sebagai saus, membuatku sangat lapar,"Ucap Gladiolus pada Rain.

"Yeah! Tapi kita harus hati-hati disana ada Malboro yang bisa saja menjadikan kita makanan penutup untuk tubuh dgan akarnya,"Jelas Ignis.

"Aku akan mengurusnya,"Ucap Gladiolus sambil Menyeringai.

"Dan Chimera,"Jelas Rain, lalu merapal Sihir ditangan kirinya membentuk segel dan tiba-tiba muncul sebuah buku ditanganya, dan membacanya.

"Hey! Buku apa itu?,"Tanya Prompto.

"Anggap saja buku ini, sebuah buku saku yang selalu kubawa-kemana-mana,"Jelas Rain lalu membaca bukunya, membuat Noctis dan Gladiolus ikut-ikutan membaca.

"Chimera memiliki ukuran tubuh yang sama dengan Dead-Eye's, namun Elementalisnya begitu merepotkan,"Ucap Gladiolus sambil membaca buku Rain.

"Jadi?,"Tanya Noctis.

"Dan kurasa itu tak masalah, untuk itulah kita selalu berpergian, keberbagai Negara untuk membuat tubuh dan fisik kita lebih kuat lagi, jika kelak kita akan membantu sebagai pelindung anda kami harus , menjadi Guardian kuat dan terbaik untumu, Yang-mulia!" Ucap Ignis melirik Noctis dari kaca mobil depan.

"Bisakah kalian menghilangkan kata-kata itu, sekarang juga,"Ucap Noctis, dengan muka mengkerut.

"Baiklah Noct,"Ucap Ignis sambil tersenyum, Noctis memang sangat benci dengan gaya sifat keluarga kerajaan yang kaku, membuatnya lebih suka dianggap sebagai pemuda biasa saja, yang tak harus berbicara Formalitas didepan rekan-rekanya. Mobil pun melaju kencang ketika sampai diperbatasan Eden.

OOO++++OOO+++OOO

Sakura melirik apartemenya yang sunyi dan agak berdebu, sudah dua minggu dia meninggalkan rumah karna ada misi kedesa lain, disini-pun dia hanya sendirian tinggal dirumah ini semenjak dua tahun lalu pasca perang-neraka dikonoha, ribuan penduduk beserta Ayah dan Ibunya meninggal dunia pasca perang.

"Astaga aku harus mengurus rumah ini sekarang juga,"Umpat Sakura lalu menyalakan lampu, dan menganti bajunya, menjadi baju rumahnya, hari untuk mengawali paginya dirumahnya adalah membersikan rumahnya yang kotor.

Mulai dari Pakaian-pakaian kotor yang dilipat kedalam kantung pelastik dan dikirim kelondri, atau kaleng sampah bekas makanan yang belum dibuang, menyapu dan mengepel rumah hingga selurunya bersih.

"Melihat seluruh rumah yang nampak bersih, ia tersenyum puas dan menjatuhkan diri disofa, rasa lelanya benar-benar terlihat dari cairan keringat, yang membanjiri dipori-pori wajahnya. Sakura menatap Keluar melirik berada terdapat burung sekitar delapan ekor bertengger diterasnya.

Jarang sekali Baginya menatap Hewan berunggas itu bertenger diterasnya, Sakura berjalan kearah teras dan anehnya, burung itu tetap ditempat sambil bercicit ria, seperti akan ada sesuatu yang akan terjadi dihutan sebelah timur Konoha.

'Ada apa sebenarnya'


Seorang wanita berambu-ikal berwarna pink berdiri kokoh dengan tatapan tajam. Wanita berambut Pink, dan mengunakan baju Armor kokoh dan rendahan bulu bagai kapas bertengger di Paha kirinya, terlihat sangat luar biasa.

"Kau masih saja tak menyerah 'Sang Kesatria Etro,"Jawab seorang lelaki tak jauh dari wanita itu, nampak tersenyum sinis disamping lelaki terdapat tiga mayat penduduk Konoha yang tak bersalah, meregang nyawa.

"Aku tak akan berhenti menghentikanmu, jika selamanya kau tak akan membuat onar dan dengan berani membunuh orang tak bersalah, Aku akan melawanmu sampai titik darahku habis! Caius,"Handrik sang wanita mengeluarkan pedang merahnya.

"Kau tak pernah berubah Light!, Kau dan Etro, Dewi menyebalkan itu masih saja keras kepala, dimata tuanku,"Jawabnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Itu memang tugasku,"

Baik Light dan Caius adalah Kesatria dari Dewa, dari kubu yang berbeda. Dan tugas mereka adalah menyelesaikan fokus yang Sang-Dewa berikan, dengan iming-iming dapat kembali ke dunia mereka. Atau tidur, sebagai christal dan menunggu ratusan tahun lagi hingga akan terbangun dan mendapat tugas baru yang lain.

Pertarungan yang mereka lakukan sudah melampaui batas dimensi, ruang dan waktu, sudah banyak orang tak bersalah menjadi Korban dalam pertarungan itu.

"Tak aku biarkan kau bertindak sesukamu, itu janjiku sampai kapan-pun,"Ucap Light sudah siap dengan kuda-kuda tubuhnya.

"Layani aku kalau begitu! Jangan membuatku Bosan,"Ucap Caius dengan wajah sinis, namun dibalik sikap brutalnya sejujurnya dia menganggap Light lebih dari seorang Rival, dari tatapan penuh makna, yang penuh teka-teki.

Pedang bertemu pedang, Suara gelisan terdengar redup ditutupi angin serta derasnya air terjun membuat orang-orang tak sadar tentang apa yang terjadi disana.

TANG!

TANG!

TANG!

"Apa yang kalian lakukan!,"Bentak Seseorang, tampa diduga Sakura sudah berada disana, dan melompat dari atas dahan, menatap Light dan Caius, dengan kaki sudah menapak tanah.

"To-tol-ong,"Suara pelan mengema mendapati seorang lelaki, dari tiga mayat tadi ternyata, masih ada yang hidup disekitarnya.

Sakura menatap Horor tiga orang lelaki bersimbah darah ditanah dan satunya masih hidup meskipun sangat sekarat.

"Jadi masih Hidup ya?,"Ucap Caius lalu mengarahkan pedangnya lalu terucap sebuah mantra Majic. "Firaga!,"Ucapnya mengarahkan kepulan api dari pedangnya pada orang itu.

"APA YANG KAU LAKUKAN!,"Handrik Light, Wanita itu baru saja melangkah, namun Sakura sudah disana dan menahan api itu dengan tubuhnya. Bahkan hal luar biasa terjadi, Caius membelalakan mata menatap Sakura dengan tubuh tampa terluka sedikit pun, bahkan api itu menghilang seketika.

"Mahluk macam apa kau!,"Ucap Caius menyengit menatap Sakura, dan gadis itu tak perduli dengan ucapan Caius, Sakura berlari kearah Lelaki tadi dan memperbaiki posisi sang korban dengan membaringkanya, Sang-Korban yang masih bertahan rupanya adalah seorang kakek tua, yang berumur 60-tahunan, dan hal itu sangat luar biasa jika beliau mampu bertahan. Sakura menatap miris dan tampa sesi memeriksa terlebih dahulu mengambil tindakan untuk mengobatinya dengan Cakra-Medisnya, tak perduli dengan kedua mahluk dengan dandanan aneh tengah mematung disana.

"Ah- Ahk- Ahk,"Suara lelaki itu terputus dengan tersendak, dan tertahan seperti ingin mengatakan sesuatu pada Sakura.

"Kakek jangan bicara dulu! Tenanglah bernafaslah dengan nyaman aku akan mengobatimu! Teruslah untuk sadar!,"Ucap Sakura dan dibalas anggukan susah dan pasra dari lelaki tua itu. Ia tak sanggup bicara lagi, karna Nafasnya yang semakin Tipis dan tubuhnya semakin dingin antara Hidup atau dijemput ajal.


-_Tapi ada hal yang aneh_-

Tubuh sang lelaki tua lebih menghangat dari sebelumnya nampak luka fatal mulai dapat tertutup dengan sangat cepat. Bahkan Sakura pribadi tak menyangka bahwa bisa mengobati lelaki yang hampir mati dengan waktu secepat itu.

'Apa yang terjadi sebenarnya'

'Seperti sesuatu yang tak beres pada tubuhnya'

"Ah! The-himakshi,"Ucap Lelaki tua itu dengan nafas masih tersengkal, menatap Sakura sayu namun sudah lebih baik dalam waktu singkat, lalu lelaki tua itu. Sakura lalu mengambil sebutir obat tidur dalam kantung ninjanya dan membantu kakek itu minum, dengan seketika sang kakek tertidur namun bukan mati. Light melirik memandang Para burung berterbangan dan burung liar bercicit seolah bersorak untuk Sakura.

"Beraninya Kau melakukan ini!,"Ucap Sakura lalu berdiri meninggalkan Tubuh Sang kakek yang tertdur dan memandang Caius tajam, "Apa kau tak punya, Hati nurani?,"Ucap Sakura sambil mengertakan gigi, lalu mengeratkan sarung tangan Hitamnya ditanganya dan Caius terdiam. "Tak ada jawaban? Yah! Bagiku tak masalah, dan sekarang giliranmu! Untuk mendapat balasan yang sempurna,"Ucap Sakura mengambil kuda-kuda dan berlari keara Caius, tampa memandang Light.

"SHANAROOOOO!"

BUM!

Pukulan sakura tak mengenai Caius, karna lelaki bersurai indigo itu sudah menghindar dari sana, akan tetapi efek pukulan Sakura membuat tanah itu retak dengan sekali pukulan, Sakura juga mampu menumbangkan pohon besar dengan sekali tendang.

Light yang memang ada disana sangat kagum dengan kemapuan yang Sakura miliki. Diliriknya dua mayat lain tak jauh dari sana, dan dilemparnya sesuatu sebesar kelereng kearah keduanya.

'Semoga masih sempat'

"LIFE!" Teriaknya, cahaya berwarna Merah sebesar kelereng memasuki mulut dua lelaki itu beberapa menit sebuah cahaya merah transparan menyelimuti kedua lelaki itu, dan membuat kedua itu hidup kembali, sambil mengerang lemah dan terbatuk. Sakura yang melihat itu hanya berhenti menyerang dan menatap Light.

"Perempuan Kurang Ajar!," Caius mendengku kasar. Lalu siap melebarkan kuda-kudanya untuk menebas Sakura.

"AWAS!,"Teriak Light.

"GYAAAAAAAAAAAAAAAAA!," Sakura memandang Horor karna waktunya tak cukup untuk menghindari sabetan pedang besar Milik lelaki itu.

BLIZZNG!

PARK!

Sakura menatap horor menatap pedang yang harusnya menyabet tubuhnya. Kini terbelah menjadi dua.

"MUSTAHIL!,"Caius memandang Horor dengan sesuatu yang saat ini terjadi, pada Pedangnya yang patah!

Patah!

Patah!

PATAH!

Matanya beralih pada Sakura, dan sekali lagi dikejutkan oleh sesuatu disana.

Seekor burung jelmaan dari Dari Dewi Resk atau sebutan lainya The Queen Phoenix dengan sikap anggun tengah dalam posisi terbang dibelakang Sakura dan Sayap meraknya yang berbulu merah semerah darah nampak begitu indah luar biasa. Dewi dari segala burung dan Dewi kehidupan, tengah melebar sayapnya yang begitu sempurna, bersama ketujuh cahaya indah melayang disekitar Sakura, seolah memberikan perlindungan yang luar biasa dan melindunginya.

"Kau yang dalam mimpi waktu itu,"Sakura terbelalak sempurna, iris hijaunya melirik Burung yang beriris merah menatapnya dengan penuh kekaguman namun agak takut sedikit pun.

"Tak mungkin pedang dari maha-dewa Bunibvelze, bisa patah!, dasar bedebah!,"Ucap Caius, dengan mata berapi-api lalu dengan tangan mengeluarkan Aura hitam legam, dan dilancarkanya pada Sakura dan.

"AUDARK!,"

"AAAAAAAAAAAAAAAAA!,"


Ledakan sangat luar biasa, terjadi disana selama beberapa menit, bagai bom nuklir versi kecil yang bisa menghancurkan manusia bermil-mil jauhnya, ledak dasyat dan suara itu terdengar jelas dari Konoha dan menimbulkan kepanikan dimana-mana.

Berapa menit setelah kejadian para Anbu dikerahkan oleh Hokage untuk mencari informasi. Para anbu yang tadinya memeriksa memberitahukan bahwa hampir ratusan bukit dikonoha hancur bagai debu tampa meninggalkan jejak sedikit pun tertinggal. Namun terdapat sebuah lempengan besi yang terjatuh disekitar abu, berlambang Ninja Konohagakure dari Konoha dengan Kain merah panjangnya.


Hutan 'Ixaya'

"Ahk," Disaat yang berbeda Sakura menyengit kesakitan memengang kepalanya yang gilu, mendapati tubuhnya terbaring di Hutan dan keadaan yang menujukan waktu akan malam hari, dihutan belantara.

"Dimana ini?," Sakura menyengit alis menatap sekitarnya, ini bukan Hutan Konoha dimana dia sekarang.


Bersambung