Pertemuan antar keluarga diadakan satu minggu kemudian di Suna. Sasori ikut membantu persiapan untuk menjamu keluarga Uchiha dan bergabung dalam pertemuan penting tersebut. Bagaimanapun, Sasori sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga Haruno.

Tanpa diduga pertemuan keluarga berlangsung hangat. Uchiha Fugaku yang terkenal dengan wataknya yang keras ternyata tergolong pria yang mudah bergaul, ia mengobrol cukup lama dengan Kizashi dan membahas banyak hal diluar topik penikahan.

Para orang tua bersyukur anak mereka ditakdirkan untuk bertemu dan akhirnya bersatu dalam sebuah ikatan, meskipun mungkin awalnya tidak mudah. Pada akhirnya, ternyata Sasuke dan Sakura memang ditakdirkan untuk bersama dengan cara saling menyembuhkan luka karena patah hati yang menyakitkan.

Pembahasan dalam pertemuan keluarga tergolong singkat dan tidak bertele-tele meskipun ada beberapa perdebatan kecil terutama ketika harus menentukan waktu dan tempat diselenggarakannya pernikahan.

Berdasarkan berbagai pertimbangan, para orang tua mengusulkan pernikahan diselenggarakan sekitar empat atau lima bulan kemudian. Sasuke menolak dengan alasan tidak mau menunggu terlalu lama dan Sakura pun menyuarakan hal yang sama, khawatir tidak bisa memakai gaun pengantin karena kandungannya yang semakin membesar.

Maka berdasarkan kesimpulan akhir, pernikahan akan dilaksanakan tiga bulan sejak pertemuan keluarga, yang tanpa terasa ternyata adalah hari ini.

"Sekarang, kita akan memulai pesta pernikahan."

"Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura."

.

.

.

#SASUSAKU Fanfic by yuchida

Inspired : The Proposition by Kate Ashley

All Characters © Masashi Kishimoto

Warning : Mature, Mild Language, AU, Typo(s), OOC

.

.

.

"Mempelai pria, silakan masuk."

Para tamu sudah mengisi meja bundar yang tersedia di masing-masing sisi ruangan dan bertepuk tangan dengan meriah ketika Sasuke berjalan di atas altar, membungkuk hormat berulang kali sebagai ucapan terima kasih kepada semua orang yang telah hadir.

Sasuke berdiri dengan tenang menunggu kehadiran pengantin wanitanya. Dalam balutan tuxedo hitam dan di bawah cahaya lampu membuat Sasuke terlihat menakjubkan dan ketampanannya semakin meningkat berkali-kali lipat.

"Sekarang, mempelai wanita akan memasuki ruangan."

Para tamu secara bersamaan menoleh ke belakang. Pintu besar terbuka dan menampilkan Haruna Sakura yang secantik bunga berdiri dengan gaun pengantin pilihannya. Membuat seluruh mata memandang kagum dan bisik riuh mulai terdengar memuji kecantikan sang pengantin wanita.

Haruno Kizashi yang berdiri di samping Sakura membuka telapak tangannya, menerima sambutan genggaman tangan Sakura dan bersiap untuk menemaninya berjalan di atas altar sebelum akhirnya melepas Sakura pada Sasuke.

"Putriku adalah wanita paling cantik di dunia." Ungkap Kizashi dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangis. Sakura tersenyum haru seraya genggaman tangannya mengerat dan berkata bahwa ia menyayangi Kizashi sampai kapanpun.

"Mari kita sambut kehadiran mempelai wanita!"

Para tamu kembali bertepuk tangan ketika Sakura yang ditemani Kizashi mulai berjalan menyusuri altar yang bertaburan bunga, menuju Sasuke yang sudah menunggu di ujung sana. Ino, Sasori, dan Sai yang duduk satu meja dengan Naruto dan Hinata bertepuk tangan paling keras, mereka bersorak gembira menyambut kehadiran Sakura.

"Sasuke sialan beruntung." Gumam Sasori dengan tatapan yang terfokus pada Sakura dan kedua tangan yang masih bertepuk tangan.

"Ya, sialan beruntung." Naruto yang notabene adalah sahabat Sasuke justru ikut membenarkan. Ia berulang kali berdecak kagum sembari bertepuk tangan karena pengantin wanita sahabatnya tersebut terlihat mempesona.

"Hey, mereka sama-sama beruntung! Kalian tidak lihat pria tampan di ujung sana?" Ino mengedip genit dan menyuruh Sasori maupun Naruto untuk menoleh ke arah Sasuke yang sedang berdiri menunggu kedatangan Sakura. "Tidak, lupakan, Sai adalah pria paling tampan di hidupku." Sambung Ino ketika Sai yang duduk di sampingnya melirik dengan tatapan sebal.

Ketika Kizashi sudah berhadapan dengan Sasuke, ia melepas genggaman tangan Sakura dan berganti memeluknya. Jaga putriku dan hiduplah bersama dalam kebahagiaan, itulah yang Kizashi ucapkan ketika ia mengusap punggung Sasuke dan melepas Sakura untuknya. Kizashi turun dan bergabung dengan Mebuki yang sudah menangis terisak-isak bahkan saat prosesi pengucapan janji suci belum dilakukan.

"Kedua mempelai silakan saling memberi hormat."

Sasuke dan Sakura berdiri saling berhadapan sesuai intruksi pemandu acara, kemudian bersamaan membungkukkan badan saling memberi hormat.

"Sasuke, kau sangat tampan."

"Bukan hal baru."

Sakura tersenyum paksa dan menahan diri untuk tidak memukul mulut sombong Sasuke dengan buketbunga yang terdiri dari karangan mawar putih di tangannya.

"Kau tidak memujiku karena hari ini terlihat cantik?"

"Kau setiap hari terlihat cantik."

Kali ini Sakura menyeringai kecil mendengar ucapan Sasuke yang baginya seperti sedang asal bicara, yang sebenarnya adalah Sasuke sudah sejak awal terhipnotis oleh Sakura dalam balutan gaun pengantin. Sasuke bahkan menahan diri agar tidak terus-menerus tersenyum seperti orang sinting hanya karena Sakura yang berdiri di hadapannya dan terlihat begitu indah di matanya.

"Selanjutnya, sambutan dari perwakilan orang terdekat. Pemberi sambutan adalah sahabat dari kedua mempelai, Akasuna Sasori."

Sakura meraih lengan Sasuke dan keduanya kini berhadapan dengan Sasori. Sakura tersenyum ketika Sasori yang meraih mic dan berdeham kecil sebelum mulai memberi sambutan di pernikahannya.

"Aku tidak tahu mengapa kedua mempelai memintaku memberi sambutan. Aku bahkan belum menikah." Gurauan Sasori mengundang tawa para tamu. "Namun, sepertinya karena aku adalah orang yang hampir membuat kedua mempelai tidak ditakdirkan untuk bersama." Sasori tertawa melihat reaksi heboh para tamu.

"Mempelai pria, si breng— tidak, maksudku Uchiha Sasuke." Sasori langsung mengoreksi ketika Sasuke memberinya death glare. "Uchiha Sasuke, sahabatku, dia gila." Ucapan Sasori kembali membuat tawa para tamu di dalam gedung menggema. Sakura sang pengantin wanita pun tidak bisa menahan rasa gelinya dan ikut tertawa. Sedangkan Sasuke sudah menutupi wajahnya dengan satu telapak tangan menahan dengki.

"Dia angkuh dan arogan. Dia selalu menganggap dirinya lebih baik dibanding semua orang dan merasa dunia ini hanya miliknya." Sasori menyeringai. "Namun, ketika ia bertemu dengan Sakura, segalanya berubah. Sasuke akan rela memberikan apapun bahkan ketika Sakura mungkin akan meminta dunia. Ia adalah pria yang bertanggung jawab dan rela mati untuk wanitanya."

"Mempelai wanita, seseorang paling berharga di hidupku, Haruno Sakura," tatapan Sasori kini terlihat lembut ketika beralih pada Sakura, "Seperti namanya, sosoknya pun secantik bunga sakura yang bermekaran di musim semi, yang mampu membuat banyak orang jatuh cinta padanya dengan mudah. Termasuk sang mempelai pria, Uchiha Sasuke."

"Keduanya mungkin bertemu dan tumbuh dengan banyak perbedaan sifat dan pendapat. Namun pada akhirnya dipersatukan karena hati yang memilih untuk bersama. Jadi, aku berharap semoga kalian selalu menjaga hubungan berdasarkan hati yang sudah saling terkait. Terima kasih."

Tepuk tangan kembali terdengar ketika Sasori selesai dengan sambutannya dan turun dari atas altar. Agenda selanjutnya adalah pengucapan janji suci. Hari yang dinantikan akhirnya datang, hari dimana Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura mengucap kesetiaan untuk sehidup semati.

Akhirnya, Sasuke dan Sakura telah sah sebagai suami istri dalam ikrar janji suci.

Semua orang bersorak ketika Sasuke meraih pinggang Sakura dan membuat keduanya berdiri saling berhadapan. Sakura mengalungkan tangan di leher Sasuke ketika pria yang kini berstatus sebagai suaminya itu mulai mendekatkan wajah.

"Istriku." Sasuke bergumam pelan dan membelai wajah Sakura dengan jemari tangannya.

"Suamiku." Sakura memejamkan mata dan tersenyum ketika Sasuke menempelkan bibirnya, menciumnya dengan lembut dan keduanya larut dalam kebahagiaan di pernikahan mereka hari ini.

.

.

.

Sejak kecil, Sasuke selalu mendengar bahwa pernikahan adalah akhir bahagia untuk setiap pasangan. Maka ketika nanti ia menemukan orang yang tepat, Sasuke akan langsung mengajaknya untuk hidup bersama dalam sebuah ikatan dan mencari kebahagiaan tersebut meski awalnya ia bukan tipe menikah.

Sasuke sebenarnya sudah mendapatkan contoh nyata dari akhir bahagia tersebut, yaitu Itachi yang setiap hari seperti mabuk cinta karena ditakdirkan untuk hidup selamanya bersama Hana ataupun kedua orang tuanya yang selalu saling mengasihi di usia senja.

Kini mungkin sudah saatnya Sasuke merasakan hal tersebut, dan ia akan mendapatkannya bersama Sakura—

"Sasuke,"

"Kali ini apa lagi?!"

—yang ternyata tidak semudah itu.

Sasuke seketika bangun dari tidurnya dan duduk di atas ranjang dengan gusar. Ia menggaruk rambutnya yang sedikit berantakan dengan kedua mata yang menyipit karena menahan kantuk.

"Kau ... baru saja membentakku?"

Sialan. Menikah itu tidak mudah, sialan.

"Tidak." Sasuke memberi tatapan seolah tidak bersalah, membuat Sakura semakin merajuk dengan tidur memunggunginya dan satu bantal menutupi kepalanya. "Sakura, kau akan sesak nafas." Sasuke mencoba menarik bantal namun Sakura dengan sigap menahannya, lalu menggunakan bantal tersebut untuk memukul kepala Sasuke dan membuatnya mengaduh.

Ada apa ini? Kenapa ternyata tidak semudah yang dibayangkan?

Sasuke berpikir menikah adalah persoalan mudah. Ia hanya perlu menjadikan kekasihnya sebagai istri, memiliki banyak anak, lalu hidup selamanya sampai tua. Namun sepertinya ia melupakan satu hal penting yang sering terjadi ketika menikah yaitu pertengkaran, yang padahal sering Sasuke dan Sakura lakukan bahkan sejak awal pertemuan.

Sasuke dengan naifnya mengira jika sudah menikah, maka hanya akan diisi oleh canda tawa dan percintaan sampai mabuk kepayang. Pernikahan Sasuke dan Sakura baru berjalan selama satu bulan namun entah mengapa banyak sekali pertengkaran yang sudah terjadi.

Contoh pertengkaran kecilnya adalah ketika Sakura yang sering membangunkan Sasuke di malam hari seperti ini karena mengidam, dan untuk hal besarnya adalah ketika Sasuke melarang Sakura untuk bekerja, ia bahkan sampai harus mengeluarkan surat pemecatan pegawai karena Sakura yang tidak mendengarkan perintahnya sebagai seorang suami.

"Kau tidak akan minta maaf, Sasuke?"

"Tidak."

Sasuke memilih kembali berbaring di samping Sakura dan memejamkan mata. Kini keduanya tidur dengan saling memunggungi satu sama lain. Sasuke harus bangun pagi seperti biasa karena bekerja dan saat ini tubuhnya terasa sangat lelah, ia hanya ingin tidur namun Sakura beberapa kali membuatnya terbangun.

"Kalau begitu aku yang minta maaf."

Sasuke langsung membuka mata ketika Sakura bergumam pelan. Tubuhnya setengah berbalik dan menoleh ke belakang, mendapati istrinya yang mulai berbicara namun masih memilih untuk tidur memunggungi.

"Maaf karena aku bersikap menyebalkan. Awalnya aku hanya memintamu untuk memelukku sambil mengusap perut. Aku tidak akan meminta hal lain lagi dan merepotkanmu. Aku berjanji." Sakura mengacungkan kelingking sebagai tanda pinky promise pada Sasuke yang masih ia punggungi.

Sasuke sesaat menghela nafas, sekarang ia yang merasa bersalah pada Sakura karena bersikap sedikit kasar.

"Sakura,"

"Tidak, tidak, jangan minta maaf. Aku yang salah." Sakura langsung menyela cepat. "Aku juga ingin tidur, Sasuke. Tapi rasanya sulit. Aku selalu merasa gelisah ketika mencoba untuk memejamkan mata. Mungkin karena kandunganku?"

Sebenarnya saat ini Sakura merasa sangat sedih. Entah mengapa Sakura merasa dirinya menjadi lebih emosional, bahkan terkadang bertingkah selayaknya drama queen. Sakura mungkin akan menangis hanya karena Sasuke yang tidak memeluknya malam ini. Namun senyumnya mengembang ketika satu tangan Sasuke kini melingkar di pinggang dan mengusap lembut perutnya.

"Maafkan aku." Sasuke mengecup tengkuk leher Sakura pelan. "Maaf karena aku egois dan tidak memikirkan perasaanmu. Selama ini kau pasti kesulitan."

Sejak menikah, Sasuke memutuskan untuk membeli sebuah rumah untuk ditinggalinya bersama Sakura. Ketika ketika Sasuke berada di kantor, Sakura akan sendirian di rumah. Itulah alasan mengapa Sakura bersikeras untuk tetap bekerja, ia tidak ingin mati kebosanan di dalam rumah besar yang bahkan ruang tamunya saja mungkin bisa digunakan untuk pertandingan sepak bola.

Sebenarnya Mikoto mengajak Sakura untuk tinggal bersama di kediaman Uchiha, ia akan dengan senang hati merawat Sakura seperti saat Hana masih mengandung. Namun Sakura merasa ia akan merepotkan karena saat ini pun di dalam kediaman Uchiha sudah ada Kouji yang usianya baru beberapa bulan dan membutuhkan perhatian ekstra.

Sakura masih memiliki kedua orang tuanya yang datang seminggu sekali untuk melihat keadaannya meskipun sebenarnya Sakura merupakan tipe wanita yang mandiri. Sakura merasa masih mampu untuk merawat dirinya sendiri. Ia hanya sering merasa bosan. Sakura tidak mungkin meminta Sasori dan Ino datang karena kedua sahabatnya itu sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

"Aku baik-baik saja, Sasuke. Aku juga minta maaf karena sering membuatmu kesulitan." Sakura perlahan memejamkan mata. Ia baru menyadari malam ini sudah membangunkan Sasuke sebanyak lima kali untuk memenuhi beberapa permintaan anehnya. Jadi seharusnya ia mengerti mengapa Sasuke sedikit emosi.

"Tidak masalah. Untuk anakku." Jawab Sasuke pelan, merasa kedua matanya kembali berat karena kantuk dan perlahan ia memejamkan mata.

"Sasuke, boleh aku bertanya sesuatu padamu?"

"Hn."

"Sejak kapan kau mulai menyukaiku? Atau kau awalnya menikahiku karena takut pada ayahku?"

Saat itu juga kedua mata Sasuke langsung terbuka lebar. Ini adalah pertanyaan penting, sama pentingnya seperti seorang wanita yang bertanya pada prianya apakah hari ini ia terlihat gendut atau tidak. Jawaban yang akan Sasuke berikan menentukan hidup dan matinya. Sakura mungkin akan mengusirnya keluar kamar jika ia salah berbicara.

"Aku tidak tahu." Tapi Sasuke tetaplah Sasuke. Ia hanya berbicara sesuai dengan apa yang ia pikirkan saja, dan akhirnya kembali dibuat mengaduh ketika Sakura langsung menyikut perutnya sebagai balasan.

"Kau tidak tahu?!"

"Ya, Sakura."

"Sedikitpun?!"

Sasuke menghela nafas. Jika sudah seperti ini, mau tidak mau ia harus memaksakan diri untuk menjelaskan panjang lebar.

"Aku tidak tahu. Meskipun sejak awal aku tertarik padamu, aku tidak pernah berpikir akan jatuh cinta padamu, bahkan pada akhirnya menikahimu. Memangnya aku sudah tidak waras?" Kali ini Sasuke mengaduh keras dan meminta ampun ketika Sakura langsung mencubitnya, sebuah cubitan maut di pinggangnya. "Bukankah kau pun begitu?! Kau bahkan menyiramku, Sakura."

"Benar, aku pun begitu." Sakura terkekeh pelan, merasa tidak enak sudah mencubit Sasuke.

"Jika aku sudah membayangkan akan menikahimu, sejak awal aku akan mencalonkan diri sebagai calon suami, bukan sebagai pendonor sperma."

Sakura diam setelah mendapat penjelasan dari Sasuke. Entah mengapa hal tersebut justru membawanya kembali ke ingatan di masa lalu, ketika Sakura untuk pertama kalinya bertemu dengan Sasuke. Sakura menahan tawa, siapa yang akan menyangka justru ia akan berakhir menikah dengan pria yang ia siram dengan air itu?

"Sasuke, biarkan aku kembali bertanya." Sakura menepuk-nepuk tangan Sasuke yang masih berada di atas perutnya, "jika anak kita sudah lahir, apa aku boleh kembali bekerja?" Sakura bertanya penuh harap.

"Boleh, ketika usia anak kita sudah beberapa tahun."

Sakura mengulum senyum, senang karena Sasuke yang memberinya izin untuk kembali bekerja. Selagi ia masih muda dan merasa mampu, Sakura akan memilih untuk tetap bekerja karena menjadi wanita karir yang sukses adalah impiannya. Namun walaupun begitu, anak akan selalu menjadi prioritas utamanya.

"Jangan pecat aku lagi."

"Baiklah. Sekarang tidur."

Sasuke dan Sakura akhirnya dapat benar-benar tertidur saat pukul tiga pagi. Mungkin hanya beberapa jam bagi Sasuke sampai waktu bangunnya, namun setidaknya ia bersyukur karena Sakura bisa ikut terlelap bersamanya dan kesalahpahaman sebelumnya dapat diselesaikan dengan baik.

Pernikahan ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Namun selagi masih bersama, mau untuk saling terbuka, dan berkomunikasi dengan baik, masalah apapun pasti bisa di selesaikan. Bukankah begitu?

.

.

.

4 tahun kemudian, bersama Uchiha Sarada.

"Mama! Aku pulang!"

Sakura yang sedang menata makan siang di atas meja langsung menoleh ketika mendengar suara nyaring putrinya, Uchiha Sarada.

"Pelan-pelan, Sarada." Itu suara Sasuke, memperingati Sarada yang melepas sepatunya dengan terburu-buru. Sepertinya putrinya tidak sabar untuk datang menghampiri Sakura dan langsung memeluknya.

Hari ini adalah hari pertama Sarada mengenyam pendidikan anak usia dini. Karena itu, ia terlihat bersemangat ketika pulang. Banyak yang harus Sarada ceritakan pada ibunya.

Di hari pertama sekolah, Sasuke yang menemani Sarada. Bahkan sejak awal, Sasuke yang mengurus semua seperti pendaftaran dan keperluan Sarada ketika nanti masuk sekolah. Sasuke ingin mengontrol langsung dan mengetahui perkembangan gadis kecilnya.

"Bagaimana hari pertamamu?" Sakura berjongkok di hadapan Sarada, ia meraih tas punggungnya dan melihat apa saja yang sudah Sarada kerjakan di buku tulisnya.

"Baru perkenalan saja." Sasuke menjawab ketika melihat Sakura yang membuka lembaran kertas dan mencari sesuatu. Ia kemudian memilih masuk ke dalam kamar berniat untuk mengganti pakaian. Hari ini Sasuke bahkan mengambil cuti dari kantor demi mengantar Sarada ke sekolah.

Demi putrinya, apapun akan Sasuke lakukan.

"Kalau begitu sekarang kita bersiap untuk makan. Nanti ceritakan semua apa yang Sarada dan Papa lakukan di sekolah, ya?" Sakura menggendong Sarada dan memindahkannya di atas kursi ruang makan.

Sasuke bergabung beberapa menit kemudian dan mereka mulai makan siang bersama, hal yang jarang dilakukan mengingat Sasuke pasti akan berada di kantornya ketika hari kerja.

"Ibu guru memintaku untuk memperkenalkan diri di depan kelas. Sangat menyenangkan." Ujar Sarada dengan mulut yang sibuk mengunyah nasi.

Sakura tersenyum sembari menggelengkan kepala. Sakura berpikir, sepertinya ketika ia masih seusia Sarada dan disuruh melakukan hal yang sama, rasanya ia akan langsung merengek meminta pulang. Namun Sarada justru berkata bahwa hal tersebut sangat menyenangkan. Terkadang Sakura bersyukur Sarada tumbuh dengan gen maupun sifat yang lebih condong ke arah Sasuke.

"Begitukah?" Sakura bertanya dengan tatapan yang melirik Sasuke, pria itu tidak banyak bereaksi seperti biasa. Terlihat tenang dan memilih makan dalam diam.

"Hum!" Sarada mengangguk dengan semangat. "Guru-guru berkata namaku sangat bagus. Lalu bertanya, apa arti namaku. Aku tidak tahu, tapi papa berbisik sesuatu. Jadi aku bisa menjawabnya!" Sarada sampai menggebrak meja dengan kedua matanya yang membulat dan terlihat berbinar cerah.

"Eh? Papa bilang apa?" Sakura mulai terlihat penasaran. Sesungguhnya, Uchiha Sarada adalah pemberian nama dari Sasuke. Ketika Sakura bertanya apa arti maupun makna dari nama tersebut, Sasuke berkata bahwa Uchiha Sarada memiliki arti sebuah anugerah.

"Kata papa, Sarada artinya salad. Papa dan mama suka salad. Jika bukan karena salad, aku tidak akan lahir. Jadi ... aku adalah sayur, Ma?" Sarada dengan wajahnya yang polos menatap kedua orang tuanya secara bergantian.

Untuk sesaat Sakura diam. Dahinya mengernyit karena berusaha keras mengerti maksud dari ucapan Sarada— hingga kemudian wajahnya memerah padam. Ia langsung mendelik tajam pada Sasuke yang kini justru menahan tawa seolah sedang mempermainkannya.

Salad— Salad sayur. Benar, dulu Sasuke selalu membawakan salad sayur ketika berkunjung ke apartemen Sakura. Mereka akan mengobrol banyak dengan ditemani salad sayur. Sakura yang hobi diet dan Sasuke yang mencintai tomat segar.

Mungkin jika sampai disitu, semua terasa wajar. Namun jika diingat lebih dalam lagi, maka maksud Sasuke memberi nama Uchiha Sarada akan terlihat jelas.

Jadi ... Mari kita mundur ke momen ketika mereka bertengkar hebat di apartemen Sakura.

Jika saat itu Sakura tidak melempar Sasuke dengan salad sayur, Sasuke mungkin akan tetap memilih pergi keluar dari apartemennya. Jika saat itu Sakura tidak melempar Sasuke dengan salad sayur, Sasuke tidak akan membalikkan badan dan kembali berhadapan dengan Sakura yang emosi, kemudian Sasuke tidak akan memagut bibirnya, dan Sasuke tidak akan membawa Sakura ke dalam kamar dan yang terjadi selanjutnya—

"Aku adalah sayur?"

"Eh?"

Reaksi terkejut Sakura justru membuat Sasuke tidak bisa lagi menahan tawanya, yang langsung Sakura beri hadiah berupa injakan keras di kakinya. Sedangkan Sarada yang tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di bawah meja memilih kembali melanjutkan makan dengan hati yang riang gembira.

.

.

.

END

.

.

.

A/N

SELESAAAAAAAAAAI :")

Terima kasih untuk semua teman-teman yang sudah membaca dan memberi banyak masukan maupun semangat dari chapter 1 sampai chapter 12. Terima kasih juga untuk semua teman-teman yang masih mau meluangkan waktu untuk baca The Proposition yang bahkan awalnya sempat ditinggal author-nya menghilang T_T

Terima kasih banyak!

Dengan berakhirnya The Proposition, saya mungkin akan memilih rehat sejenak :D Kemungkinan besar, kalaupun saya tiba-tiba kepikiran mau buat cerita baru, saya mau coba upload di WP. Tapi saya sekarang masih kagok dan gaptek sih sama tempat sebelah itu hahaha sedih banget T_T

Sebelum pamit, saya mau balasin semua review sesuai janji! Untuk yang login, saya balas lewat PM ya nanti pagi :D Maaf ya aku ketik ulang ga copas, karena ngeliat reviewnya dari handphone. Ada kendala buat buka di PC T_T Aku akan tulis semua balasan buat review dari para guest dengan isinya yang macem2. Semua aku tulis karena review kalian gimanapun isinya, sangat berharga buat aku. T_T

Jadi, buat yang males baca bisa langsung scrool aja ya karena kemungkinan akan panjang xD

.

.

.

Guest: "Thank you for this story, thank you." (chapter 11)

X: Gatau kenapa, aku terharu banget baca kata-kata ini. Terima kasih juga, terima kasih banyak! T_T

Guest: "Huwaaaa nyesek dan bahagia suka sama Sasuke yang mendadak gila karena Sakura wkwkwk semangat kak." (chapter 11)

X: AHAHAHA sama, aku juga seneng kalo bikin Sasuke jadi gila #LOH.

Mikyo: "Udah lama ga lanjut baca fic ini.. udah mau tamat aja sekarang. Semangat author san." (chapter 10)

X: HUHUHU iya nih maaf ya baru update lagi setelah berhenti di chapter 7. Akhirnya sekarang tamat #terharusendiri.

Shiraisi: "Kuharap last chapter moment SasuSaku full ya kaaa. Jangan setengah2. Lebih romantis dan ada lemonnya." (chapter 10)

X: Halo Shiraisi-san! Untuk moment SasuSaku sudah kuusahakan diperbanyak hohoho. Tapi buat lemon.. maaf ya aku ga bikin T_T

Guest: "Mual karena hamil dong..." (chapter 10)

X: Yap! Betul hamil XD

Guest: "Gak sabar nunggu kelanjutannya" (chapter 10)

X: Sudah tamat nih ;;

Hahahiakabska: "Type your review here. Semangat thor, ahh love you." (chapter 10)

X: LOVE YOU TOO! #heboh sendiri hahaha.

Guest: "Sedih mau berakhir. Tapi gapapa, lanjut lanjut lanjut." (chapter 10)

X: Aku juga sedih bikin ini selesai ;; #LOH.

Cakulachan: "coba publish di wattpad thor, dan rajin up yaa thor! (chapter 1)

X: Nanti aku coba ya. WP ku yuchidax #Promosi.

Guest: "Lanjut lanjut lanjut." (chapter 9)

X: Sudah selesai nih T_T

Pinky: "Love your story. Semangat upnya thor." (chapter 9)

X: Thank you so much! #love

Guest: "Agak menyesal ga nahan diri buat ga baca chapter ini huhuhu but thank you for this chapter uwuwu." (chapter 9)

X: M-menyesal kenapa T_T semoga chapter akhir ga menyesal ya UwU

Father: "Ohh." (chapter 9)

X: O-OH APA MAKSUDNYA... T_T #Nangis

Guest: "Lanjutkan kak? Aku suka sama karakternya tiap tokoh kuat banget dan unik. Alurnya juga mudah dimengerti. Uwu sekali kak." (Chapter 8)

X: ...MAKASIH BANYAK, pendapatmu bikin terharu loh. Maap alay T_T #Nangis

Guest: "Bagoos kali kak. Lanjutin yap, kutunggu~" (chapter 8)

X: AAAH makasih banyak! Ini sudah lanjut sampai tamat ya UwU

Nyuzao: "Uwu akhirnya update seneng banget." (chapter 8)

X: Halo, terima kasih ya Nyuzao-san sudah menunggu xD

Sasusakuthebest: "Adududu... author pengen rasanya bikin authornya cepet update ye kann secepet kilat biar bisa mengatasi rasa haus akan cerita ini ilang yee apa lagi ni aku baca pas mau UTS jadi gimana gitu. Yang semangat yah author lanjutin ini cerita selalu ditunggu kok. Aduh ini cerita bikin baper amat." (chapter 8)

X: HALOOOOO. Gimana UTSnya? Lancar kah? Semoga hasilnya juga bagus ya! Maaf banget nih dibikin nunggu lama ;; tapi sekarang udah tamat loh :')

Naniko: "Seperti pernah membaca fanfic seperti ini.. tapi sasukenya tidak playboy. Aku lupa judulnya. Mungkin ada yang tau?" (chapter 8)

X: Hmm... apa ya... kalau aku sendiri sih ga pernah baca T_T Kalau sudah tau judulnya boleh kabar2in biar ada bacaan baru UwU

Sasika: "Pliss lanjut." (chapter 8)

X: Sudah lanjut nih, sudah tamat juga T_T

Yaya: "Semangat kak, aku selalu menunggu fic ini." (chapter 8)

X: Makasih banyak buat selalu nungguin ff ini ya ;;

Iresandine: "Heeh. Sempet lupa ni ff. Klamaan maen ke sasusaku disini ga serame dulu. Btw Sakura akhirnya berhasil lepas dari yahiko. Mengikhlaskan perasaannya. Tapi gimana dengan Sasuke yang masih cinta sama Hinata. Kalopun nanti masih buat bayi berhasil yakin banget aku kalo Sakura udah pake perasaan sama Sasuke. Tapi kasian Sakura kalo Sasuke masih kejebak cinta pertamanya." (chapter 8)

X: Bener... aku juga baru tau setelah update ch8, sudah ga serame dulu ya? Tapi gapapa, yang penting fanfic ini masih tetep jalan sampai akhir xD terima kasih ya buat reviewnya. Jangan khawatir, sekarang SasuSaku sudah bahagia bersama Sarada UwU

Tsubaki Michio: "Walo agak lupa detailnya, tapi tetep inget kok ceritanya. Arigatou udah update #terharu. Usul nama kouji yang artinya jalan kebahagiaan, atau yuuji jalan kebebasan, Ichirou anak pertama wkwk banyak bener. Semangat kakak." (chapter 8)

X: TSUBAKI-SAN! Terima kasih banyak ya untuk ide namanya T_T aku sempet galau sih antara Ichirou sama Kouji, dan akhirnya milih Kouji XD

Uri yong-sang: "Kapan lanjut up nya thor ditunggu ya." (chapter 8)

X: Sudah tamat nih UwU

Vichan: "Ditunggu kelanjutannya. Semangat." (chapter 8)

X: Sudah tamat huhu terimakasih ya!

Yuraaa: "Lanjut min. Suka banget sama fanfic ini." (chapter 8)

X: Halo, Yura-san, terimakasih sudah suka sama fanficku x)

Annis874: "Hai author. Sempet kaget karena ternyata cerita ini lanjut lagi. Tapi makasih banget loh. Semoga sampe end hehehe. Ah terkadang kenyataan itu menyakitkan yah. Ckckckck." (chapter 8)

X: Hai, Annis-san! Bener banget deh, kenyataan itu kadang menyakitkan ;; #Curhat. Sudah end ini akhirnya xD

Sesshura: "Masih setia menunggu updatemu thor. Senang sekali akhirnya ada chap yang baru. Semangat terus thor." (chapter 8)

X: Pasti semangat dong! Makasih ya, ini sudah selesai ;;

Gatau kenapa sampe ketawa2 sendiri waktu ngetik review dari pada guest. Kaya ada suara kalian gitu di kepala :"D Maaf ya kalau ternyata ada yang terlewat. Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih banyak! Sampai berjumpa di lain waktu! *lambai-lambaitangan

30 Maret 2020

Salam hangat,

[yuchida]