Cerita ini terinspirasi dari kartun Thinkerbell produksi Walt Disney Picture, tentu jalan ceritanya akan sangat berbeda. Karena saya sangat suka yang berbau Fairy Tail, maka munculah FF ini.

oOo

A SasuNaru Fanfiction

By SafOnyx OTP

oOo

Disclaimer: Semua karakter yang saya pakai disini adalah milik Masashi Kishimoto Sensei, selebihnya adalah milik saya.

Warning: YAOI a.k.a BoyxBoy, Alternative Universe, jalan cerita tidak menarik, Typo, alur terlalu cepat dan berbagai kejanggalan-kejanggalan lainnya!

oOo

oOo

oOo

Peri, Sebuah mitos yang sangat umum di masyarakat. Tidak ada yang tidak tahu peri itu apa, tergantung pada presepsi masing-masing tentang bentuk peri. Banyak yang mengatakan, jika setiap tempat, pohon, tumbuhan, musim dan semua hal yang ada di muka bumi memiliki penjaga, contohnya Peri. Begitulah kira-kira penjelasan tentang Peri yang baru saja Sasuke baca dari buku yang dibagikan oleh, err… Guru biologi-nya yang sangat nyentrik, Orochimaru-Sensei. Lalu apa hubungannya Peri dan pelajaran Biologi? Itulah yang sekarang sedang mengganggu pikiran bocah Raven ini, tak habis pikir untuk apa membahas mitos pada saat jam pelajaran? Bola matanya memutar malas mendengar ocehan gurunya yang berwajah sedikit menyeramkan itu.

"Jadi bagaimana? Menarik bukan?" Tanya Orochimaru dengan senyum mengembang. Ya, guru nyentrik ini memang suka dengan mitologi, lalu alasannya membahas peri pada saat jam pelajaran apa? "Sensei membahas peri hanya untuk menyegarkan pikiran kalian yang baru saja selesai MID semester. Siapa tahu, mitos yang menarik ini bisa membuat pikiran kalian segar kembali, lumayan sedikit meringankan tugasku khukhukhu" Tawanya terdengar aneh, membuat siswa-siswi yang lain menatap Orochimaru heran. Sedangkan Sasuke hanya menatap gurunya datar, sangat amat datar, terlihat sekali dia tidak berminat dengan pembahasan tentang peri ini, mitos ya hanya mitos, apa iya akan ada peri yang menghampiri Sasuke saat ini? Sasuke tertawa mengejek, meragukan kewarasan gurunya tersebut.

oOo

oOo

oOo

"Aish! Cepat sedikit Sakura! Lama sekali! Kau tahu kan aku harus ada di sana sebelum matahari terbit. Lagipula kan ini musimnya bunga sakura mekar, seharusnya kau percepat sedikit langkahmu atau bunga-bunga sakura tahun ini tidak akan mekar!"

Swing!

Swing!

Sayapnya mengepak cantik, melewati dahan-dahan pohon dengan lincah, sesekali mengamati sekitar agar tidak terlihat dan membuat seluruh dunia heboh. Sayap dengan paduan warna orange dan kuning tersebut berhenti mengapak, tepat diatas sebuah pohon. "Ah akhirnya sampai juga, fuih!" Ucapnya lega, dia berhasil sampai ke Pohon tujuannya sebelum matahari terbit, sedangkan gadis yang terkena omelannya tadi masih tertinggal dibelakang, berputar-putar menikmati udara pagi yang terasa sangat sejuk.

"Sakura-chan, kau tahu kan bahwa kehadiran kita sangat diragukan? Bahkan banyak yang tidak percaya dengan kehidupan kita…" Helaan nafas kecewa terdengar, sayapnya yang mengepak semangat terlihat mulai diam.

"Nande? Ah… Naruto. Kau tahu kan jika kita terlihat nyata di hadapan manusia, kita bisa jadi bahan perburuan, percobaan. Dan lagipula jika kita nyata, alam tidak bisa seimbang, karena yang mengatur pergerakan tumbuhan, bumi, air dan kehidupan di bumi itu kita" Gadis bernama sakura itu tersenyum lembut sambil duduk disamping Naruto. Mereka berdua duduk di balik dedaunan, menyembunyikan diri sambil menunggu matahari terbit.

Keduanya terlihat memiliki warna sayap yang berbeda. Sayap? Ya, mereka peri. Mitos yang selama ini berkembang di masyarakat luas, yang dianggap tidak nyata, bualan, sebuah mitos yang tidak dipercayai oleh siapapun. Ada banyak peri di muka bumi ini, peri air, peri angin, peri tahan, peri awan, peri pepohonan, peri bunga, peri hewan dan lain-lain. Sangat banyak! Lalu Naruto dan Sakura peri apa? Mereka berdua termasuk ke dalam jenis peri bunga. Sakura, seperti namanya adalah peri bunga sakura, sayapnya, rambutnya, pakaiannya berwarna merah muda dengan perpaduan putih. Sayap sakura memiliki motif bunga sakura, dengan kerlip-kerlip merah muda ketika ia mengembangkan dan mengepakkan sayapnya. Biarpun bunga sakura sedang tidak mekar, tetapi ia tetap setia menjaga pohon-pohon sakura agar tetap pada siklus bersemi-nya. Sakura-lah yang mengatur kapan bunga sakura akan mekar, gugur dan tumbuh.

Sedangkan Naruto, dia adalah peri laki-laki. Lalu kenapa peri laki-laki menjadi peri bunga? Mungkin tidak terdengar keren, tapi Naruto menyukai pekerjaannya. Naruto bukan peri sembarangan, dia peri bunga Matahari. Kuning, seperti warna rambutnya. Sayapnya pun berwarna senada dengan rambutnya, tetapi dengan aksen orange yang manis, sayap naruto memiliki motif bunga matahari yang cantik. Sama seperti Sakura, jika ia mengepakkan sayapnya maka kerlip-kerlip atau 'debu peri' berwarna kuning akan keluar. Para peri memang sangat cantik.

"Tapi kau tahu tidak? Aku sangat ingin para manusia percaya keberadaan kita, hehehe sedikit menghargai pekerjaan kita. Jika kita tidak mengatur pergerakan tumbuhan maka mereka sendiri yang akan rugi dan terheran-heran. Seperti yang dilakukan Ayahku tahun lalu, beliau sengaja tidak memekarkan ladang bunga matahari di sini, kesal karena manusia seenaknya mengambil tempat tinggalnya, hahaha"

Sakura terdiam, ingat kejadian tahun lalu yang membuat para penduduk desa keheranan, pasalnya ladang bunga Matahari yang seharusnya mekar dan terlihat kuning cantik sepanjang mata memandang, malah tidak terlihat mekar satupun. Tidak mekar satupun. Namun setelah itu, ayah Naruto kembali memekarkan ladang bunga matahari tersebut, kasian katanya. Karena ada penduduk yang bergantung dari mekarnya bunga kuning tersebut, untuk di jual, di ambil benihnya atau sekedar dijadikan hiasan di rumah.

"Tapi, Bukankan bagus jika mereka tidak tahu ada kita disekitar mereka? Aku takut mereka malah akan memburu kita Naruto. Kau tidak takut bangsa kita lenyap? Mau jadi apa bumi jika kita lenyap?" Naruto terdiam mendengar penuturan Sakura. Benar juga. Akhirnya senyum cerah secerah matahari tersebut terkembang, membuat Sakura ikut tersenyum. Musim ini musim semi, semua bunga, buah dan tumbuhan akan tumbuh indah. Tugas dimana para peri harus menumbuhkan mereka. Dan Naruto telah bersiap, menunggu matahari terbit, dengan kerlip cahaya matahari, Naruto mengeluarkan bubuk kuning dari telapak tangannya, menerbangkannya ke seluruh padang bunga matahari di depannya. Seiring dengan terbitnya matahari, bunga-bunga yang ada di padang tersebut bermekaran indah. Naruto tersenyum puas melihat pekerjaannya berjalan sempurna.

"Saku—" Ucapannya terputus, melihat temannya Sakura sudah tidak ada dibelakangnya. Naruto mengedarkan pandangannya dan tersenyum ketika melihat satu persatu pohon sakura mulai bermekaran indah. Tugas mereka berdua berakhir sempurna hari ini.

oOo

oOo

oOo

Tidak terasa, sudah 2 minggu berlalu semenjak Orochimaru sensei membahas peri. Entahlah tapi Sasuke kadang suka waspada tidak jelas, dipikirannya melintas pikiran aneh, mungkin saja peri-peri sedang mengawasi mereka. Dasar Sasuke, katanya tidak percaya pada mitos peri tetapi bertingkah seolah-olah ia pernah melihat peri sebelumnya. Membuat kakaknya, Uchiha Itachi melihatnya heran.

.

Puk!

.

Itachi menepuk pelan pundak adiknya yang kini terlihat sangat idiot. "Hey, kau kenapa? Sakit?" Itachi berucap sambil memperhatikan Sasuke dari atas sampai bawah, dari bawah sampai atas. Heran.

"Hn" Balas Sasuke ambigu. Membuat perempatan siku muncul dikepala sang Kakak, kesal.

"Hey! Aku bertanya, jangan menjawab ambigu seperti itu! Hn hn hn, seperti tidak ada kata-kata lain saja" Ucap Itachi sambil menunjukkan wajah kesalnya. Membuat sang Adik hanya memutar bola matanya bosan, tidak perduli dengan ocehan sang kakak yang sangat Out of Character. Tidak biasanya Nii-san seperti ini, pikir Sasuke.

Mereka sedang bersiap pergi liburan ke desa, ke tempat dimana Itachi dan Sasuke dilahirkan. Mereka pindah ke kota saat umur Itachi 5 tahun dan Sasuke 1 tahun. Jarak kakak beradik itu sekitar 4 tahun. Tak heran kadang mereka berselisih untuk hal sepele, Itachi yang kerap menganggap adiknya itu terlalu cuek dan Sasuke yang menganggak kakaknya tersebut sangat menganggu, seperti lalat yang harus di musnahkan. Setelah mereka selesai berkemas, memasukkan koper-koper ke dalam bagasi mobil, mereka pergi menuju desa Konoha, sebuah desa kecil yang sangat asri. Desa yang dijamin bisa membuatmu melupakan segala penat, stress dan lelah akan pekerjaan serta tugas sekolah hanya dengan menghirup udara segarnya saja.

"Kakak…" Panggil Sasuke dengan suara kecil, hampir samar terdengar. Itachi yang kebetulan mendengar menoleh dengan tatapan heran, tumben adik menyebalkannya memanggilnya dengan mata yang— penuh rasa penasaran.

"Ya? Ada apa dengan wajahmu? Hahaha! Kemana wajah stoic-mu itu, huh? Tertinggal dirumah? Pfftt" Ejek Itachi sambil tertawa, tetapi yang di ejek hanya diam. Tidak menanggapi hal tersebut dan tetap memasang wajah penasaran.

"Kau kan lebih tua dari pada aku, terlihat dari keriput jelekmu itu. Aku mau Tanya, apa peri itu ada?"

.

Twitch!

.

Lagi-lagi perempatan siku-siku gaib muncul dikepala Itachi. Walaupun tidak menanggapi ejekannya tadi, tapi tetap saja kata-katanya itu sangat tajam, benar-benar melukai ketampanannya, pikir Itachi aneh. "Peri? Kau bercanda ya? Peri itu hanya mitos, Sasuke. Mitos yang sejak zaman dahulu sudah ada, berkembang di masyarakat sebagai dongeng. Kenapa tiba-tiba menanyakan hal tersebut?" Itachi balik bertanya, tapi Sasuke hanya diam mencerna ucapan kakaknya, diam dan kembali memandangi lautan tumbuhan yang mobil mereka lewati, membuat Itachi mencengus sebal karena lagi-lagi di acuhkan.

oOo

oOo

oOo

Mereka ber-empat turun dari mobil berwarna silver tersebut, berhenti tepat di depan sebuah rumah tua bercat coklat kayu. Disana sudah menunggu seorang kakek tua yang tersenyum menyambut mereka, Uchia Madara.

"Kakek!" Itachi melambai semangat dari balik mobil, segera berlari kecil melewati pagar kayu yang mulai lapuk, memeluk kakek kesayangannya. "Hahaha, Itachi! Wah, kau semakin besar saja, semakin tampan dan dewasa. Bagaimana dengan kuliahmu?" Madara menepuk-nepuk kecil punggung cucunya lalu tersenyum.

"Kuliahku lancar, hanya terhambat tugas-tugas saja" Itachi tersenyum lembut. Membuat seorang anak laki-laki dengan rambut raven dan mata onyx melihatnya geli, caper sekali batinnya tidak suka. "Oi, Sasuke! Jangan melihatku begitu, cepat kemari dan beri salam pada kakek! Dasar tidak sopan!" Teriak Itachi kesal, sudah sedari tadi ia menahan kesalnya kepada Sasuke, ingin sekali menjitak bocah raven ini, hanya saja ia masih sayang nyawa, ia tidak mau di semprot oleh ibunya. Sasuke berjalan ke arah sang Kakek dengan langkah gontai, kenapa ia harus mengabiskan liburan disini? Ia lebih suka berjalan-jalan di perkotaan sambil melihat perkembangan terbaru yang ada di jepang, baginya desa adalah hal yang sangat kuno. Kecuali jika ia menemukan sesuatu yang menarik, yang membuatnya betah. Mungkin ia akan berpikir lagi untuk tinggal.

"Apa kabar, Kakek?" Sapa Sasuke sopan sambil memeluk Kakeknya yang sudah sekitar 2 tahun tidak bertemu dengannya. Melihat perubahan wajah Sasuke, sang Kakek mengrenyitkan dahi-nya heran. "Kenapa, eh? Tidak suka berada di desa? Hahaha jangan khawatir, Sasuke. Desa ini sudah jauh lebih bagus dari pada saat terakhir kau dan keluargamu datang kesini" Sang Kakek menepuk sayang kepala cucunya, mengusap lembut surai raven cucu ke dua-nya tersebut.

"Ya, aku tidak yakin. Disini memang terlihat tenang dan cocok sekali untuk menghilangkan stress. Tapi… aku mudah bosan, kek"

Madara tersenyum kecil, "Ya, kita lihat saja nanti Sasuke"

Mereka semua membantu mengeluarkan koper dari bagasi mobil, masuk kedalam rumah untuk beristirahat sejenak setelah 5 jam perjalanan menuju desa Konoha.

oOo

oOo

oOo

"Swing~"

.

"Swing~"

.

"Swing~"

.

Sibuk. Itulah salah satu kata yang bisa menggambarkan keadaan disini. Peri-peri berlalu lalang membawa banyak tumpukan buah, ada yang sedang mengecat dedaunan, ada yang asik melukis sayap kupu-kupu ada yang sedang membantu para lebah mengumpulkan madu dan berbagai kegiatan lain yang tampak mengasyikan. Termasuk salah satu Peri berwarna orange cerah, Naruto Uzumaki. Pemuda berambut kuning cerah tersebut sedang asyik menghitung banyaknya bunga matahari yang tumbuh di ladang sebelah selatan, melihat apa ada bunga matahari yang kekurangan gizi, layu atau gagal tumbuh.

"Wah! Selesai juga" Naruto mendesah lega saat pekerjaannya selesai. "Hey, Sai. Sudah selesai melukis sayap para kupu-kupu?" Tanya Naruto pada seorang peri abu-abu bernama Sai, peri dengan corak sayap hitam dan biru tua tersebut hanya tersenyum sambil menunjukkan hasil karyanya, "Lihat, yang ini model terbaru. Aku rasa para kupu-kupu bosan dengan gambar sayap mereka yang seperti itu saja," Terlihat kupu-kupu berwarna pasterl tersebut mengepakkan sayapnya, cantik. "Waahhh! Bagus, ah~ andai saja aku bisa melukis. Aku akan membuat gambar matahari di setiap sayap para kupu-kupu, huehehe" dan Sai yang mendengar penuturan Naruto hanya bisa bersweatdrop-ria.

Naruto memiliki banyak teman, Kiba, Ino, Shikamaru, Chouji, Shino, Hinata, Tenten, Neji, Lee dan masih banyak lagi. Termasuk pamannya yang selalu memakai masker dengan alasan ingin menutupi tahi lalat di bawah dagunya, Kakashi. Mereka semua peri-peri berbakat dan penuh keindahan.

Kiba, dia peri binatang, tugasnya adalah mengatur kapan saja binatang harus keluar mencari makan atau sekedar membuat para binatang meringankan pekerjaan para peri, contohnya mengambil madu. Warna sayapnya abu-abu sama seperti ai, tapi Kiba berwarna abu-abu murni dengan motif garis zig-zag pada sayapnya. Kiba akan mengeluarkan 'debu peri' berwarna abu-abu saat mengepakkan sayapnya ataupun saat mengeluarkan bubuk untuk melakukan tugasnya.

Ino, peri dengan rambut pirang pucat panjang tersebut peri yang cantik. Ia termasuk kedalam peri bunga. Bunga spesialisnya adalah bunga lonceng ungu. Ino akan mengatur kapan bunga tersebut mekar atau layu, sama seperti peri bunga pada umumnya. Ungu. Itulah warna sayap Ino. Ungu pucat dengan motif bunga lonceng di sayapnya. Tentu saja 'debu peri' yang Ino keluarkan saat mengepakkan sayapnya juga berwarna ungu.

Shikamaru dan Chouji adalah peri daun, terkadang mereka juga ikut mengatur tumbuhnya pepohohan. Shikamaru sangat pintar dalam mendesain bentuk daun, daun berbentuk bulat, lonjong, bergelombang atau bentuk aneh yang manusia belum pernah melihatnya. Sedangkan Chouji akan membantu Shikamaru mencari dedaunan layu yang siap digantikan oleh dedaunan baru. Shikamaru memiliki warna sayap coklat dengan motif daun menyirip di sayapnya. Seperti warna sayapnya, 'debu peri' yang akan dikeluarkan Shikamaru saat mengepakkan sayapnya berwarna coklat. Lain halnya dengan Chouji, peri gemuk yang satu ini memiliki warna sayap perpaduan antara hijau terang dan hijau tua. Sama seperti Shikamaru, motif sayapnya adalah daun menyirip. Dan seperti yang kalian ketahui, 'debu peri'nya akan berwarna hijau terang.

Tenten termasuk peri tomboy, tidak seperti peri perempuan pada umumnya. Tenten termasuk kedalam peri pembuat peralatan kerja, ia akan banyak menghasilkan senjata, alat berkebun atau alat-alat yang akan mempermudah pekerjaan peri lain. Tenten memiliki sayap berwarna merah marun tanpa motif, sayapnya merah marun polos. Karena dia peri pembuatan peralatan, Tenten hanya memiliki 'debu peri' saat mengepakkan sayapnya namun tidak memiliki 'debu peri' khusus untuk membantunya kerja.

Hinata peri yang pemalu. Hinata adalah peri malam, ia yang berjaga sampai matahari terbit. Menjaga tanaman malam seperti beberapa bunga yang tidak akan ditemukan di jepang. Hinata memiliki sayap berwarna Ungu tua pekat dengan motif garis melengkung di sayapnya. 'Debu peri;nya berwarna Ungu tua pekat.

Neji dan Lee termasuk ke dalam peri air. Ah, mereka yang sering mengatur aliran air, memberikan air pada tanaman-tanaman yang sekiranya membutuhkan air. Neji lebih terfokus pada air danau dan Lee adalah peri air Sungai. Neji memiliki warna sayap Coklat tua dengan motif riak air dan 'debu peri' coklat tua. Sedangkan Lee memiliki warna sayap Hijau tua dengan motif riak air sama seperti Neji dan 'debu peri'nya berwarna hijau tua.

oOo

oOo

oOo

"Semuanya bersembunyi! Bersembunyi! Ada manusia! Ada manusia!" Itu adalah suara berat Chouji. Dari arah selatan terlihat para manusia sedang berjalan kearah hutan, lebih tepatnya ke arah ladang bunga matahari. "Cepat bersembunyi!"

"Naruto! Ayo!" Sai sudah melesat terbang duluan ke balik pepohonan dan Naruto masih bertahan di dahan kecil di ujung batang pohon. Sejujurnya peri ceria tersebut sangat penasaran dengan yang namanya manusia. Seperti apa mereka? Bentuk mereka lonjong? Segitiga? Atau bagaimana cara mereka berjalan, apa mereka memiliki sayap? Karena seumur hidupnya Naruto tak pernah di perbolehkan melihat manusia mengingat bagaimana ketatnya penjagaan sang ayah. "Mumpung tidak ada Ayah! Aku akan bertahan disini dan melihat mereka, hehehe" Oke, itu ide buruk sepertinya. Dan Naruto terbang lebih rendah, bersembunyi dibalik semak belukar dekat sungai kecil, memperhatikan para manusia yang sungguh membuat Naruto penasaran.

"Itachi! Kemarilah, kau harus melihat ladang bunga matahari disana!" Suara Mikoto —Ibu Itachi menginterupsi. Disebelah kanan mereka terlihat hamparan kuning bunga matahari yang terlihat indah. "Sasuke, kenapa kau terlihat lesu?" Mikoto hanya menggelengkan kepala melihat anak bungsunya hanya asik dengan komik yang dia pegang dan komi tersebut adalah komik tentang peri —ulangi, tentang peri. Sejak kapan pemuda stoic tersebut tertarik dengan peri? Tanyakan Orochimaru-sensei. Sedangkan yang ditanya hanya ber—'hn'— ria tanpa memperdulikan Ibunya.

.

"Sret!"

.

"—Kakak kembalikan komikku!" Sasuke berteriak saat Itachi merebut paksa komik Sasuke. Sepertinya mode jahil Itachi sedang ON. "Apa?" dan—

"Hey! Kenapa kau lempar komikku ke ladang bunga matahari?! Ah kau mencari mati ya! Sial!"

"Ups, tidak sengaja Sasuke" Itachi memperlihatkan senyum tanpa dosanya. Sasuke mengeraskan wajahnya dan misuh-misuh merutuki Kakaknya yang kelewat 'sayang' pada adiknya tersebut. "Kau! — argh!" Sepertinya Sasuke benar-benar kesal, ia nekat memasuki ladang bunga matahari tersebut. Tentu dengan tidak sadar ia sedang di awasi oleh 'seseorang' dibalik semak.

.

"srek! — krak!"

.

"Bunga mataharinya patah, cih. Dimana komikku? Sial!" Kaki jenjangnya menelusuri setiap inchi ladang bunga tersebut, dan tentu saja ia mematahkan banyak bunga matahari. Mata onyx kelamnya bergerak liar mencari komik yang sedang ia baca, tentu saja penasaran dengan kelanjutan ceritanya. Setiap patahan bunga matahari tersebut terdengar jelas oleh telinga Naruto, ia nyaris menangis. Hey, mendengar patahan bunga yang kau rawat selama 6 bulan penuh tentu menyakitkan!

"Psstt! Hey Naru, ayo keatas! Nanti kau ketahuan!" Suara Ino menginterupsi sang blonde. "Naru, nanti Ayahmu memarahimu!" Lagi suara Ino memanggil Naruto. Kedua blonde tersebut sibuk bercekcok mulut, tidak menyadari bahwa hampir 6 meter panjangnya banyak bunga matahari patah.

"Nanti saja— Hwaaaaa!" Sungguh mata Naruto seakan lompat dari kepalanya. Air matanya benar-benar turun deras. Tanpa ba bi bu Naruto terbang dengan beringas menuju pemuda yang sedang merusak ladang bunganya "Hey! — astaga! Kau ingin mati ya?!" tapi Naruto masih tak mendengarkan. Wajahnya benar-benar garang, siap mengomel dengan segala sumpah serapahnya. Jangan kau kira peri tak bisa marah, kawan.

.

.

"Swing~! Swing~! Swing~!"

.

.

Naruto terbang liar di depan wajah Sasuke sambil menunjuk-nunjuk wajahnya. Ia terlihat sangat kecil, seukuran Ibu jari. Sebenarnya Naruto sedang memarahi sang raven, namun tentu suaranya yang kecil tentu tidak akan terdengar oleh Sasuke. Sedangkan Sasuke—

"Astaga!"

To Be Continued

Hai, ini FF ber-chapter pertama say. Well, saya kurang suka FF berchapter karena menunggu chapter selanjutnya itu tidak mengenakkan dan kadang ada banyak yang memfollow FF chapter tapi tidak mereview. Sadar atau tidak, review kalian itu membuat sang Author bersemangat melanjutkan chapter selanjutnya. So, bagaimana? Tertarik membaca kelanjutan kisah aneh ini? Please, read and review :)