Part 1

Tittle : "1st Love"

Author : Song Haru

Main Cast :

- Do Kyungsoo ( Girl )

- Kim Jongin / Kai

-Wu Kris

-Xi Luhan ( Girl )

-And other

Genre : School, Romance

Rate : T

Disclaimer : Semua cast adalah milik Tuhan, SMent, dan juga orangtua mereka. Tapi Jongin adalah laki Author #Dilemparpisau#

GENDERSWITCH !

TYPO BERTEBARAN !

PLEASE ENJOY !

HAPPY READING ^^

^^ X.O.X.O ^^

.

.

.

.

.

.

.

.

"GERONIMOOOO !"

Kris berteriak seperti orang sinting begitu turun dari mobil mewah milik keluarganya, dia dan wajah tampannya. Ayah Kris bule dari Kanada dan Ibunya adalah orang China. Jadi Kris langsung mencolok dibandingkan dengan namja – namja lainnya. Tubuhnya tinggi menjulang, kulitnya putih, rambutnya pirang, dan senyumnya menawan. Tapi sebule apapun dia, Kris tetaplah Kris.

Kyungsoo menghela nafas panjang, ikut turun dari mobil dan memandang ke depan sebuah villa besar yang terletak di antara pepohonan mirip rumah jahe Hansel dan Gretel. Villa milik keluarga Kris itu yang akan mereka tinggali selama seminggu ini, dengan banyak darmawisata dan kenalan – kenalan baru. Dan Kyungsoo punya misi sendiri untuk liburan kali ini. Yup ! Dia sudah resmi membuat perjanjian dengan Tuhan dan orangtuanya. Tahun ini usianya sudah 17 tahun dan akhirnya Appanya memberi izin dia untuk pacaran. Villa liburan kali ini, adalah lokasi bersejarah yang cocok untuknya menemukan pacar. Sebut saja Kyungsoo sinting, tapi instingnya berkata bahwa itu akan menjadi kenyataan.

Sementara Kris membuka pagar, ada dua anak lagi yang keluar terakhir dari mobil. Salah satunya adalah sahabat Kyungsoo, Xi Luhan, yeoja berdarah Cina yang kelewat cantik - dan satunya lagi …

Seorang namja berkulit tan yang memakai kaos oblong hitam bergambar Axl Rose sedang menarik keluar sebuah ransel pink dari bagasi dan membuangnya begitu saja ke tanah dengan ekspresi jijik.

"Jangan membanting ranselku, bodoh!" Protes Kyungsoo, memandangnya cemberut.

Namja itu menoleh ketika mendengar protesan Kyungsoo, memandangnya dengan matanya yang menyipit karena panas matahari. Dengan sekilas senyum kecil, ditendangnya ransel Kyungsoo itu sekali ke kanan. Sekali lagi ke kiri. Sekali lagi ke kanan.

"Kim Jongin !" Bentak Kyungsoo marah.

Kim Jongin atau Kai. Kutukan, bencana, teror, masalah, tragedi, dan semua hal yang jelek – jelek ada padanya - ini menurut Kyungsoo. Dia adalah namjachingu Luhan dan Jongin adalah anak kelas 3 Senior High School yang tingkahnya mirip anak TK. Mereka berdua pacaran sebulan yang lalu dan selama itu pula hidup Kyungsoo jadi mimpi buruk. Mengejek dan mengganggu Kyungsoo sudah menjadi tradisinya, dan tidak mencelanya sehari saja mungkin Jongin akan langsung bisulan.

Dengan susah payah Kyungsoo mengangkat raselnya yang kotor dari tanah dan memeluknya erat – erat sebelum Jongin memutuskan merebut dan melemparnya ke Sungai Han. Meski terkadang dia agak takut dengan namja aneh satu itu, tapi Kyungsoo memberanikan diri untuk marah.

"Apa kau tidak punya kerjaan lain yang lebih bermanfaat ? Seperti … minum racun atau gantung diri mungkin ?" Sindir Kyungsoo sinis. "Ransel ini penuh novel, yang merusaknya sama saja dengan kafir. Setiap lembar halamannya sangat berharga."

"Oh ya, untuk apa ?" Jongin terkekeh. "Lap bokong ?"

"Dasar … " Kyungsoo mau saja langsung memukul wajah sombong namja tinggi berkulit tan itu dengan ranselnya yang lebih berat dari bobot ikan paus, kalau saja Luhan tidak buru – buru melerai mereka berdua.

Luhan merangkul lengan namjachingunya itu dengan mesra, bersandar di bahu Jongin sambil tersenyum lebar.

"Sudahlah Kai, jangan terus – terusan menganggunya. Orangtua Kyungsoo baru saja mengizinkan dia pacaran tahun ini. Jadi dia kesini mau berburu pacar pertamanya."

Jongin mencibir. "Lihat saja dia, umur sudah 17 tahun tapi masih suka bermain boneka dan menyimpan uang di celengan babi. Namja mana yang mau dengan yeoja model begini ?"

"Ada ! Dan pacar pertamaku di jamin masuk surga," bantah Kyungsoo sambil berkacak pinggang menantang. "Akan jauh berbeda dari makhluk sepertimu."

Buru – buru Kyungsoo membalikkan badannya dan berjalan menyusul Kris yang menunjukkan kamar tidur di lantai 2. Sedetik saja dia lebih lama dengan makhluk menjengkelkan seperti Jongin, Kyungoo bisa mati muda karena hipertensi. Oke, dia harus tenang. Hufffth

Nama lengkapnya Do Kyungsoo, umur 17 tahun dan dibesarkan dalam keluarga yang mengajarkan jika semakin tinggi mimpimu itu semakin bagus. Karena idolanya adalah penulis novel Barbara Cartland yang selalu bercerita tentang dahsyatnya cinta pertama, gandengan tangan pertama, dan apapun yang pertama, maka impian Kyungsoo pun tidak jauh – jauh dari hal itu. Dia hanya ingin menemukan cinta pertamanya.

"Nah, ini kamarmu, Kyung," Kris membukakan pintu sebuah kamar berpintu putih untuknya. Sebuah kamar yang kelihatan bergaya klasik dengan gorden berenda dan juga replika lukisan Picasso di dindingnya. Sambil melongo Kyungsoo pun meletakkan ranselnya di lantai dan langsung masuk. "Indah sekali … serasa ada di dalam novel …" Gumamnya sambil berputar – putar ala putri raja.

"Kupanggil saat makan malam nanti ya, Kyung," tegur Kris menghentikan putarannya. Dia masih bersandar di pintu dengan senyum yang dipaksakan.

Kyungsoo membungkukkan badannya seperti memberi hormat sebelum dansa. "Merci," jawabnya dengan senyum lebar sebelum Kris meninggalkannya sendirian di kamar.

Dia langsung mengelilingi kamarnya, memeriksa lemari, meja, lampu hias, dan kamar mandi yang lebarnya tiga kali lipat dari kamar mandi di rumahnya. Ckck, orang kelewat kaya memang berbeda …

"Kau tahu bedanya dirimu dan orang gila ?" seseorang tiba – tiba bersuara dari arah pintu dengan nada sinisnya. "Tidak ada."

Sontak saja Kyungsoo berhenti menari – nari, menoleh kaget dan buru – buru mencoba menjaga sisa wibawanya. "Bisa tidak sih kau berhenti muncul terus dihadapanku ?" Dengus Kyungsoo jengkel.

Jongin mengangkat bahu. "Apa boleh buat, sejak kecil aku gemas sekali dengan amphibi."

"Tidak lucu."

"Lalu kenapa aku tertawa ?"

"Karena kamu sinting !" Ejek Kyungsoo lalu meraih gagang pintu dan membanting menutupnya keras.

Setelah dirasa cukup menikmati fasilitas kamar barunya, malam harinya Kyungsoo bersiap – siap untuk turun makan malam. Dia memakai celana jeans pendek dan kaos panjang biru muda yang bergambar Mickey Mouse ditengahnya.

Saat melewati tangga dia bisa melihat teman – temannya sibuk dengan kegiatan masing – masing. Kris bermain PS, Luhan yang sibuk mengikir kukunya, dan Jongin yang iseng melihat – lihat album foto yang entah didapatnya dari mana.

"Makan malamnya mana ?" Tanya Kyungsoo, menepuk bahu Kris

Masih asyik menekan stick PS nya, Kris sama sekali tidak menoleh. "Belum ada, kami semua menunggumu turun untuk masak, Kyungsoo."

"Aku ?" sela Kyungsoo bingung. "Disini tidak ada pembantu ?"

"Kamu kan bisa masak, untuk apa pembantu. Ayo cepat sana, aku sudah lapar sekali, Kyung."

Kyungsoo menggeram jengkel. Dasar, ternyata tujuan dia diajak kesini hanya untuk meladeni perut mereka saja. Tapi mau bagaimana lagi, kalau dia tidak menurut itu artinya dia juga tidak akan makan malam.

Sekarang Kyungsoo sedang mengiris kentang tipis – tipis saat mendadak saja Jongin masuk ke dapur dan berdiri disebelahnya. "Kau sedang apa ?" Tanyanya sambil memain – mainkan ujung rambut yeoja bermata bulat itu dengan telunjuknya.

"Main hulahop." Jawab Kyungsoo ketus, menepis tangan Jongin agar sesegera mungkin melepaskan rambutnya sebelum keburu kusut. "Kau tidak lihat apa ? Ini namanya masak, masukkan bahan makanan di minyak lalu di goreng. Kalau sudah matang, bisa langsung kau makan untuk menutup mulutmu."

Jongin melirik panci dengan merinding. "Itu makanan hewan."

"Bagus, berarti kau bisa makan kan ?"

"Kau terlalu banyak mengkonsumsi semak belukar, omonganmu makin pedas saja."

"Kau sendiri ngapain sih disini ?" Kyungsoo mendorong tubuh Jongin agar menjauh. "Pacarmu kan disana ! Jangan mendekatiku terus ! Kau tidak takut kena karma apa !"

Jongin membantu membawa beberapa piring kosong ke meja makan, mengacuhkan yang lainnya dan terus saja mengikuti Kyungsoo. "Kau ini, sudah dibantu malah tidak tahu terima kasih. Dasar pendek !" umpat Jongin, menjambak beberapa helai poni Kyungsoo sampai salad di mangkok yang sedang dibawanya kontan tumpah di lantai dapur. Namja itu mendengus jengkel sambil berjalan meninggalkan Kyungsoo begitu saja.

Kyungsoo menggeram melihat nasib salad yang dibuatnya dengan susah payah. "Jongin Menyebalkaaaann !"

Setelah melewati perjuangan menyiapkan makan malam sendiri, akhirnya kini Kyungsoo dan ketiga temannya duduk mengitari meja makan. Suho berdeham. "Kai, ayo pimpin doanya."

Jongin mengangguk dan kemudian mulai komat kamit tidak jelas dengan doa sebelum makannya.

"Tuhan, terima kasih atas makanan yang Kau berikan hari ini. Semoga saja tidak ada dari kami yang berakhir di Rumah Sakit karena memakan semak belukar buatan yeoja pendek itu. Dan semoga juga tidak ada namja yang cukup sial Yin Yang – nya untuk terjerat di sarang laba – laba seorang Do Kyungsoo." Jongin mengusap wajahnya yang tersenyum meremehkan. "Amin …"

Kris dan Luhan menanggapi doa Jongin dengan tertawa cekikikan, sama sekali tidak memperhatikan reaksi Kyungsoo yang tersinggung. Dasar Kim Jongin sialan, aku doakan semoga kau mati kesedak saat makan !

"Wah, ini enak sekali, Kyung," Puji Luhan yang selesai makan. "Besok masak seperti ini lagi ya ?"

Meski terpaksa, Kyungsoo mengangguk juga. Dia membereskan piring – piring setelah memastikan semua selesai makan dan mencucinya malas – malasan. Belum selesai mencuci semua piring kotornya, perhatiannya beralih pada pemandangan di luar jendela yang ada tepat di depannya.

Villa ini memang bagus sekali. Kyungsoo bisa melihat lampu neon di sepanjang jalan menuju gerbang dan kunang – kunang yang terbang mengelilingi pohon. Seperti tersihir, dia pun meninggalkan piring kotornya dan langsung keluar villa tanpa sepengetahuan yang lain. Dia memandangi sekeliling dengan takjub. Pandangannya berhenti saat melihat sebuah sinar bulat yang makin lama makin mendekat. Itu sinar senter.

Dan tiba – tiba saja muncul sosok asing yang memegang senter itu, seorang namja yang berjalan mendekati Kyungsoo. "Hai," Sapanya dengan nada suara berat.

Kyungsoo mengamati namja berkemeja putih yang berhenti tepat di anak tangga. Gila, tampan sekali ! Sebentar saja menatapnya, Kyungsoo sudah bisa melihat bayangan masa depannya dengan namja ini. Dari wajahnya, kira – kira umurnya sekitar 25 tahun. Apa ini namja kiriman Tuhan untuknya ?

"H-Hai … " Balas Kyungsoo dengan gugup.

"Aku Myungsoo, tinggal di villa sebelah," ujarnya sambil memasukkan senter kecilnya ke dalam saku celananya sementara tangan yang satunya membawa segelas minuman. "Jadi, apa yeoja manis yang aku ajak bicara ini punya nama ?"

"Kyungsoo … " jawab Kyungsoo malu – malu.

Myungsoo tertawa kecil melihat sikap yeoja manis bermata bulat didepannya ini. Dia kemudian mengulurkan segelas minuman yang dibawanya. "Aku dan teman – temanku datang untuk berliburan kesini. Silahkan, ini khusus ku bawa untukmu. Anggap saja sebagai perkenalan kita."

Kyungsoo memandangi gelas tersebut dengan ragu. "Ini minuman apa ?"

"Menurutmu apa ?"

"Ehm … Jus ?"

Dan sontak saja Myungsoo tertawa. "Aku sudah kuliah, bukan anak SD. Temanku yang bartender membuat campuran ini. Martini dan entah apalah tadi. Coba saja, ini enak."

Buru – buru yeoja itu menggelengkan kepalanya. "Gomawo, tapi aku masih belum bisa minum yang seperti itu."

Wajah Myungsoo berubah cemberut, lucu sekali. Dia mendekatkan wajahnya dan mengerutkan alisnya menggoda. "Bahkan demi aku ?"

Kyungsoo terdiam, bingung ingin menjawab apa. Orangtuanya pasti akan mencincang dirinya jika tahu dia pernah minum alcohol, namun Myungsoo yang kelewat tampan ini susah untuk di tolak. Dengan ragu akhirnya tangannya pun terulur menerima gelas tersebut. "Ehm … Baiklah … Sedikit saja ya … "

"Nona Do, MASUK !"

Tiba – tiba saja seseorang berteriak memanggilnya.

Aduh, suara itu. Suara yang sama sekali tidak ingin didengar Kyungsoo sekarang,

Kyungsoo menoleh, batal menerima minuman dari Myungsoo dan memfokuskan dirinya pada seorang Kim Jongin yang berdiri menatapnya tajam di dekat pintu.

"Ada apa Jongin ?" tanya Kyungsoo dengan suara semanis mungkin. Sebisa mungkin dia harus sabar di depan Myungsoo. Tidak lucu jika dia disebut manis oleh Myungsoo namun di detik berikutnya dia justru menebas kepala Jongin. Iya kan ?

"Kami mau belanja makanan di supermarket terdekat disini, cepat masuk dan pakai jaketmu."

"Aku tidak ikut Jongin, aku disini saja."

Jongin berdecak malas, menendang pintu lebih lebar sambil jalan menghampiri yeoja itu. Digenggamnya tangan Kyungsoo dan tanpa permisi langsung menariknya dengan kasar. "Aku tidak mengajak, tapi memerintahmu – Bodoh." Ujarnya ketus, membuat Kyungsoo memberontak ingin melepaskan tangannya. Tapi semakin dia meronta, tangan Jongin semakin mencengkeramnya dengan kuat.

Jongin melirik Myungsoo, membaca kebingungan di wajah namja itu dan memutuskan memberinya senyum kecil sinis. "Maaf, tapi anda tidak ingin dilaporkan ke Polisi karena merayu anak di bawah umur kan ? Nikmati saja sendiri minuman anehmu itu dan … selamat malam." Pamitnya kemudian menutup pintu dengan kasar.

Sampai di dalam villa, Kyungsoo langsung berani berontak.

"Lepaskan, Jongin !" Bentaknya, menendang kaki Jongin hingga akhirnya namja tan itu melepaskan tangannya. Luhan dan Kris memandang mereka heran, tapi Kyungsoo tidak peduli. Wajahnya merah padam karena marah, kali ini perbuatan Jongin sudah keterlaluan.

"Puas kau ? Kenapa kau selalu saja merusak impianku ?"

"Impian ?" sahut Jongin. "Namja itu hampir saja membuatmu mabuk !"

"Cuma satu gelas !"

"Satu gelas ditambah bubuk perangsang sudah cukup membuatmu pulang ke rumah dengan calon bayi di perutmu !" ujar Jongin panjang lebar. " Lagipula kau harusnya berkaca, kau tidak seberapa cantik tapi bermimpi dirayu. Apa kau tidak curiga sama sekali?"

Kyungsoo memandangnya tersinggung. "Jadi menurutmu namja yang mendekatiku hanya ingin memperalatku, karena mereka pikir aku tidak cukup cantik untuk disukai ? Begitu ?"

"Syukurlah jika kau sadar," ujar Jongin ketus.

Kyungsoo terdiam, memandang lekat namja paling munafik dan tidak berperasaan yang pernah ditemuinya sepanjang 17 tahun dia hidup. Sangking marahnya sampai dia merasa tidak bisa bernafas. Tapi pada akhirnya dia hanya bisa diam dan membalikkan badannya, berlari ke tangga menuju kamarnya.

"Nona Do ! Aku belum selesai bicara !" panggil Jongin setengah berteriak.

Luhan dan Kris saling memandang keheranan. Bertanya – tanya ada angin apa hingga Jongin semarah ini. Namun keduanya memutuskan untuk tetap diam, karena mereka tahu bagaimana bahayanya Jongin jika sudah emosi.

.

.

.

Tengah malam, pintu kamar Kyungsoo dibuka dan Luhan masuk sambil menyanyikan sebuah lagu China. Kyungsoo tetap pura – pura tidur dan menghapus tangisnya cepat – cepat dengan selimut.

Luhan meletakkan sebuah tas plastik di meja samping ranjang Kyungsoo.

"Kyung, kau sudah tidur ? Aku membawakan coklat kesukaanmu. Tadi Jongin membelikannya untukmu di supermarket, aku letakkan disini ya ?" Luhan mencium kepala Kyungsoo sekilas.

Begitu Luhan keluar dari kamarnya, Kyungsoo mencoba memejamkan matanya,

Entah mengapa, dia mendadak menyesal mengikuti liburan ini. Hari pertama saja sudah kacau seperti ini. Kyungsoo hanya bisa berdoa semoga saja besok bisa lebih baik.

.

.

.

Tbc