Rating:

T

Genre:

Humor, little bit romance(?)

Warning:

OOC yang dipaksakan(?). Typo. Absurd. Garing krispi-krispi. Penistaan berlebihan terhadap orang ganteng(?) /hapah. Deskripsi lebay. Bahasa kasar, amberegul, dan sesuka hati author. Dan mungkin hal lainnya yang membuat ff ini sulit dibaca m(_ _)m

TakaAka (crack! x'D). AU!indonesia. Alternative age. Sho-ai aja, nanti pikiran saya tambah nggak polos kalau harus lemon/? /dibunuh

Disclaimer:

Karakter Kuroko no Basuke tetep punyanya Fujimaki Tadatoshi. Author Kousawa Alice cuma author fanfic ini, nggak lebih '-'


Summary:

Berawal dari permintaan sang ibunda, patah hati, dan menemukan sang pujaan hati. / TakaAka. Chapter 1, Prolog. Warning inside. Mind to RnR? ;3


Chapter 1—Prolog.

.

Takao lelah.

Sangat lelah.

Lelah dikatai perjaka ngenes.

Lelah disuruh cari jodoh.

Lelah dicacimaki seluruh teman-temannya karena ia datang ke pesta dansa perusahaan dengan dakimakura kesayangannya.

—lagipula, orang bodoh mana yang akan membawa dakimakura setengah telanjang ke sebuah pesta dansa dimana orang-orang menggunakan tuxedo dan gaun mewah?

Tapi memang begitulah Takao Kazunari—otaknya memang selalu konslet. Mungkin itu juga yang menyebabkan pemuda berusia 22 tahun itu masih menyandang status single sampai sekarang—disaat semua teman seangkatannya sudah punya pasangan. Dan yang paling ngenes dari kenyataan tersebut adalah; pemuda yang sempat ia sukai semasa SMA kini sudah menjadi milik orang lain. Secara sah.

Seorang Midorima Shintaro yang merupakan ultimate tsundere yang akutnya nauzubillah sudah terikat hubungan resmi yang disebut pernikahan. Demi apa.

"Ciyus, Shin-chan?"

"Diem lo, bocah alay. Gue udah gak ada urusan sama lo lagi, nodayo."

"Aku tak percaya Shin-chan sudah menikah!"

"Ho? Perlu kutunjukkan buku nikahnya, nanodayo?" Midorima menyodorkan sebuah buku kecil kepada Takao—buku nikah.

—plis, ngapain coba bawa-bawa buku nikah kemana-mana?

Dan betapa tertohoknya kokoro seorang Takao Kazunari begitu mendapati nama istri Midorima Shintaro terdengar sangat tidak asing di telinganya. Midorima Hayama. Oh, jangan lupakan sepasang foto ukuran 3x4 yang tertempel di bawah halaman yang ditunjukkan Midorima—foto yang membuktikan ke-sah-an hubungan mereka. Takao akan mengatakan 'demi apa' untuk yang kedua kalinya.

Heck. Bukannya itu foto Kotaro Hayama dari SMA Rakuzan? Sekali lagi, DEMI APA.

Pantas ia merasa nama itu tidak asing.

—dan sejak kapan pernikahan sesama jenis itu legal? Tidakkah kau terpikir akan hal itu, Takao?

Takao pun pamit ke toilet dan pundung disana sambil memeluk dakimakura-nya yang bergambar Iqbal Koboisenior(?).

.

.

.

.

.

.

Saat itu, usianya bahkan belum genap 18 tahun, dan ia mendapat telpon dadakan dari mama tercintah.

"POKOKNYA KAMU NIKAH UMUR 23, KAZUNARI. TITIK. NGGAK PAKE KOMA. TAPI SAMBELNYA YANG BANYAK."

Ternyata mamanya Takao salah gaul.

Takao di seberang telpon hanya bisa cengo mendengar pernyataan mamanya yang tiba-tiba, "Loh...? Kenapa, mah...?"

"Kamu itu kelamaan jomblo! Udah bangkotan masih jomblo aja, nggak malu kamu?!" Mah. Takao aja belom lulus SMA ini. Masa', iya, udah disuruh-suruh nikah?

Tapi kata 'bangkotan' dan 'jomblo' itu menusuk dalam sekali. Perih. "Tapi, mah, Takao belom lulus SMA—"

"YAUDAH, BURUAN LULUS!" Suara mama Takao menggelegar. Takao jadi curiga mamanya kesambet—entah kesambet, entah PMS, atau mungkin keduanya, Takao tak tahu.

Anjrit, emak macam apa ini, Takao sweatdrop.

"Mah, Kazu nggak mau nikah muda—"

"PERINTAH EMAK MUTLAK, KAZU!" Jir. Sejak kapan mama jadi absolut begini?

"Tapi, mah—"

Tut, tut, tut.

Kamu kebanyakan 'tapi', Takao.

.

.

.

.

.

.

Tapi, Takao tiba-tiba merasa kalau harapan sang mama agar Takao menikah di usia 23 tahun harus ditunda.

Ya. Tentu saja alasannya karena satu-satunya orang yang ia sukai sejak SMA sekarang telah menikah. Midorima Shintaro tercinta kini telah bersama yang lain.

—dalam kata lain, harapan Takao harus pupus di tengah jalan.

Takao mewek kalau harus memikirkan itu lagi.

Iapun merebahkan tubuhnya diatas single bed empuk di kamar kosnya tersebut.

Tidak, pembaca sekalian. Anda tidak salah baca. Takao memang ngekos. Alasannya, sih, biar hemat. Demi menghidupi sang istri di masa depan, dia, 'kan, harus punya tabungan banyak.

—padahal sehari-harinya foya-foya beli figure bishoujo. Ni orang minta digigit.

Untuk menambah kesan dramatis, Takao memandangi langit-langit dengan tatapan sayu.

"Ah... Dimana aku bisa mendapatkan seorang pujaan hati?" Takao mulai monolog. "Dunia saja seluas ini, mana mungkin aku tahu siapa jodohku."

Tiba-tiba hujan turun—menambah dramatis keadaan. Takao sekarang juga pengen hujan-hujanan biar pundungnya lebih dramatis—biar mirip iklan cewek mewek sambil teriak 'pilih dia atau aku?! pilih dia atau aku?!'.

"Mah, Kazu mau bunuh diri aja..."

Takao beranjak dari kasurnya dan berjalan keluar. Setiap langkahnya penuh dengan hawa-hawa negatif yang mengerikan. Ia keluar dari kosnya, berjalan menuju jalan raya yang penuh kendaraan lalu-lalang.

Disaat dirinya melihat sebuah mobil berkecepatan tinggi, saat itu juga otaknya memerintahkan 'ini saatnya'. Takao tersenyum tipis. Yah, tidak apalah aku mati sekarang, daripada jadi perjaka ngenes selamanya, begitulah pikiran Takao saat itu.

Sampai akhirnya—

DUAAAAK!

"AW!"

"Itu bahaya, bodoh!"

"Hah?"

Takao membuka matanya perlahan. Kepalanya masih terasa berat karena serangan tiba-tiba yang sukses membuat kepalanya itu membentur trotoar dengan 'cantik'nya.

Manik kelabu Takao menangkap warna merah yang terlihat dominan.

Ia mengerjap lagi.

Kali ini pandangan Takao mulai fokus dan mendapati manik di depannya yang warnanya belang nggak jelas.

Masih tidak yakin dengan pengelihatannya, ia mengerjap beberapa kali.

Dan akhirnya ia mendapati seorang pemuda dengan sosok seperti yang digambarkan sebelumnya—mata belang dan berwarna dominan merah—sedang menindih Takao dengan posisi ambigay.

Iya. 'Menindih'. Anda tidak salah baca, wahai pembaca sekalian.

Ada hening lama diantara mereka—efek Takao yang masih pusing—sementara entah kenapa mereka berdua sama sekali tak punya niat untuk bergeser dari posisi yang dapat membuat orang salah paham—membuat author curiga bahwa pelaku penindihan itu adalah tukang modusan.

.

.

.

.

"Ah?"

.

.

.

.

Takao mengerjap lagi.

.

.

.

.

"Eh?"

.

.

.

.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHH!" Takao tiba-tiba ngejerit bak bunga desa hendak diperkosa. Ia langsung bangkit tanpa ingat ada orang diatasnya, membuat orang itu kepentok jidat Takao yang mulus berponi belah tengah itu—dan sekarang gantian mendarat di trotoar.

"DIMANA AKU?! INI SURGA, YA?!" Takao beneran nggak nyante.

"Ano..."

"JANGAN-JANGAN TADI AKU UDAH KEGILES MOBIL SEDAN YANG LEWAT!"

"Hei..."

"YAAMPUN, MAAAAK, MAAPIN KAZUNARI, MAAAAAAAAAK! TADI KAZU CUMA BERCANDA! KAZU BELOM PENGEN MATIIIIIIIIIII!"

Plak!

Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Takao. "ELU EMANG BELOM MATI, KAMPRET."

Takao sadar dari ratapannya. Akhirnya ia menatap balik orang di depannya yang tengah mengusap-usap belakang kepalanya yang sakit akibat bertabrakan(?) dengan trotoar. Dan tiba-tiba—

Blush!

"Ngh? Kenapa wajahmu memerah?" tanya orang tersebut, mengerenyitkan dahinya.

Tiba-tiba Takao menjatuhkan dirinya dan memeluk orang di depannya itu.

"Woi! Lepasin! Njir, urat malu lu udah putus, ya?!" Orang tersebut berusaha memberontak.

Takao—yang emang udah dari sononya nggak punya urat malu—langsung mencium pipi orang tersebut, "CINTAKUUUU, AKHIRNYA AKU MENEMUKANMUUUUUU~~~~"

Duagh!

Zrat. Zrat. Zrat.

.

.

.

.

Headline News: Mayat Seorang Pemuda Berusia Sekitar 20 Tahunan Ditemukan Bersimbah Darah dengan Gunting-Gunting Merah Bertebaran Disekitarnya

.

.

.

.

End?

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Nggaklah. Baru juga prolog.

Oh? Takao?

Tenang, dia hidup lagi—meskipun dengan cara yang misterius. Mungkin dia abis di-edotensei sama Madara dari anime sebelah.

—oke. Nggak penting. Kembali ke Takao.

2 hari setelah kejadian tragis yang membuat Takao masuk headline news, iapun mengetahui siapa orang yang menolongnya itu. Awalnya ia hanya memanggil orang itu dengan sebutan cabe—yang mungkin kalau orangnya dengar, Takao akan kembali berakhir bersimbah darah—karena ia berwarna merah. Tapi belakangan ini, setelah mencari informasi ke pak RT, iapun berhasil mengetahui namanya.

Akashi Seijuuro. Anak kedua dari pemilik salon simpang komplek. Pantesan waktu itu dia bawa-bawa gunting, batin Takao.

Mendengar kata 'anak kedua', Takao jadi makin semangat. Alasannya simple aja; dia bisa mulai dengan pedekate-in kakaknya biar direstui, terus kakaknya itu mungkin akan merekomendasikan dirinya sebagai menantu om Akashi, setelah itu baru, deh, ngelamar.

Dan Takao ngakak nista dengan muka mesum—membuat pak RT sweatdrop.

.

.

.

.

.

.

Sayangnya, kenyataan memang tak seindah ekspetasi.

.

.

.

.

.

.

Tebece~!


A/N: APAAN NIH— /NJERIT/

BANG AKASHI BARU MULAI AJA UDAH SAYA BIKIN OOC, SETERUSNYA GIMANA INI— /JOGET/

Aih, padahal masih ada 2 multichap yang on-going di fandom sebelah, saya malah nambah proyek ;w;

—yaudahlah, mumpung lagi rajin, keknya bikin banyak-banyak juga gapapa /no

Oke. Crack macam apa ini. Kenapa saya suka ShutokuxRakuzan? Kenapa? Kenapa? KENAPA? Saya bingung— /nyudut/
Sebaiknya anda sekalian mengabaikan crackpair norak MidoKota, itu hanya selingan. Iya. SELINGAN. SAYA TETEP CINTA MIDOTAKA~ /terbang/

Baiklah, saya nggak tau mau ngomong apa lagi dan saya udah diplototin yang punya laptop. Ya, emang nasib lappie pakai bersama ;v;

Sekian~ Mind to review-ssu~? :3

Tebar cintah,

Kousawa Alice.