Disclaimer : Masashi kishimoto (Om Maskish, setelah lama wondergrave hibernasi, kali ini wonder mau pinjem Chara om maskish lagi yaa)

Genre : Drama/romance, Hurt/Comfort, Marriage Life

Pairing : SasuHina | slight GaaHina | slight SasuSaku | slight GaaSaku

Rated : T semi M (always wkwkwk)

Warning : AU, OOC, gaje, typo, dll

Wondergrave Proudly Present :

Miracle in Revenge

Hyuuga Corp adalah salah satu perusahaan besar dengan berjuta-juta saham di Konoha. Kemampuan dalam mempertahankan bisnis mereka patut diacungi jempol, tujuh turunan pun kekayaan mereka tak pernah habis. Cabang perusahaan mereka sudah terkembang ke berbagai daerah. Kesuksesan perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan pakaian ini pun didukung oleh penerus yang kompeten, ulet, bertalenta dan berpandangan luas. Bukan hanya itu saja, namun kerjasama perusahaan Hyuuga dengan Uchiha juga merupakan alasan kesuksesan perusahaan Hyuuga. Kedua perusahaan itu bahkan mendapat julukan sebagai sejoli abadi di seluruh penjuru Konoha.

Seorang gadis bersurai pink dan bermata emerald dengan elegan nya berjalan melewati lobi Hyuuga Corp, beberapa karyawan langsung menunduk dan menyapanya ketika gadis itu lewat dengan sejuta kharismanya.

"Ohayou gozaimasu, Hyuuga-san" sapa para karyawan, dan disambut senyuman oleh gadis bersurai pink itu, kadang ia juga membalas mereka dengan salam yang tak kalah ramah.

"Hyuuga-san, anda telah ditunggu oleh Hiashi-sama. Silahkan saya antar." Ujar seseorang yang wanita bersurai pink itu ketahui adalah sekretaris ayahnya, Hyuuga Hiashi.

"Arigatoo gozaimasu Sizune-san." Wanita bersurai pink itu pun langsung mengikuti sang sekretaris ke lantai 15, tempat sang CEO Hyuuga corp melakukan aktivitas perusahaannya sehari-hari.

Sang sekretaris bernama Sizune itu membukakan pintu untuk wanita bersurai pink itu, mempersilahkan wanita itu untuk masuk ke ruang kebesaran milik Hyuuga Hiashi. Setelah ia pastikan wanita itu masuk, Sizune pun pergi setelah memberi hormat dan dibalas hormat oleh wanita itu.

Wanita itu hanya bisa terkekeh melihat Hyuuga Hiashi yang sedang berkutat dimeja kerjanya dengan beberapa kerutan di dahinya. Wanita itu bisa menebak kalau Hiashi tak menyadari kehadirannya disini, Karena itu wanita bersurai pink itu hanya berjalan pelan menuju meja Hiashi dan kemudian memeluk Hiashi dari belakang dengan erat.

"Otou-san…" Hiashi terlonjak kaget dan langsung menghentikan pekerjaannya. Ia tersenyum lembut begitu mengetahui siapa wanita yang memeluknya dan berani mengganggu diwaktu bekerjanya.

"Sakura, dari kapan kau disini?" Hiashi melepas pelukan Sakura, sedang Sakura tertawa renyah.

"Tou-san sangat workaholic, aku khawatir dan sangat penasaran kenapa Tou-san tidak pulang tadi malam."

"Terima kasih telah mengkhawatirkan Tou-san Sakura, tou-san seperti ini juga karena kamu." Sakura mengerutkan dahinya mencoba mencerna apa yang tou-san nya maksudkan.

"Ohh…. RUPS? Hehe…. Soal itu, tou-san tidak usah khawatir, aku sudah mempersiapkan materinya. Mendengar hal tersebut, Hiashi tersenyum lalu tangannya mengelus puncak kepala Sakura penuh kasih sayang.

"Kau selalu bisa menenangkan tou-san. Kau adalah harta berharga klan Hyuuga." Mendengar apa yang dikatakan ayahnya, Sakura hanya bisa tersenyum dengan mata yang lirih.

"Tou-san, kenapa tou-san tidak mencalonkan Neji-nii?" Sakura bertanya, Hiashi terdiam. Ia malah melengos dan kembali menatap kearah dokumen yang menumpuk diatas mejanya.

"Jangan pikirkan Onii-chan mu. Dia orang yang tidak berguna. Aku tidak bisa menyerahkan perusahaan ini ditangan orang yang tidak bertanggung jawab." Sakura menunduk, pikiran berkecamuk mulai menggerogoti otaknya, dilihatnya kotak bekal yang sedari tadi ia bawa, lalu meletakkannya di meja Otou-sannya.

"Makanlah dulu tou-san. Tou-san pasti lapar, aku membuatnya sendiri."

"Sakura, terima kasih. Akan Tou-san makan nanti, kau pergilah ke cabang Hyuuga yang berada di Suna, ada dokumen yang perlu Tou-san tangani."

"Baiklah Tou-san, jangan lupa dimakan yaa." Sakura mencium dahi tou-san nya sebelum benar-benar pergi dari ruangan tou-san nya. Hiashi melihat Sakura hingga ia benar-benar pergi dari ruangannya. Hiashi menghela nafas panjang lalu melihat kearah jendela yang serasa membelah cakrawala, dari lantai 15 Hiashi bisa melihat keindahan kota Konoha. Beban berat bisa ia lepas untuk sementara ketika melihat jendela tersebut.

Sakura berada di parkiran mobil, berusaha mencari dimana ia memarkirkan mobilnya tadi. Ketika itu, smartphone nya pun berbunyi. Senyum ia beri melihat nama yang terpampang di layar smartphone nya.

"Tuan Uchiha, tak baik menelpon ketika jam kerja."

"Kenapa Nyonya Uchiha? Aku hanya merindukanmu, dan sedikit lelah dengan pekerjaan ini. Dimana kau?" suara baritone itu membuat pipi Sakura sedikit memerah apalagi lelaki bermarga Uchiha ini memanggilnya dengan 'nyonya Uchiha'.

"Hentikanlah Sasuke, kau membuatku malu. Aku baru menemui ayahku."

"Ohh… itulah hal kusukai darimu Sakura, kau sempurna. Aku tak sabar untuk 'memakanmu' malam ini. Kutunggu kau dirumah sayang." Dan perkataan itu mengakhiri pembicaraan mereka. Sakura terkikik geli mendengar godaan Sasuke. Suaminya itu memang benar-benar menggemaskan.

Cuaca di Suna dan Konoha sangat berbeda. Daerah Suna adalah daerah padang pasir nan subur dengan cuaca kemarau. Keringat langsung meluncur di pelipis Sakura, namun ia tak menghiraukan hal tersebut lama-lama. Ia pun langsung berjalan untuk memasuki cabang restaurant Hyuuga. Restaurant begitu ramai namun tidak berdesakan, ditandai hanya 2 meja yang tersisa untuk pelanggan. Senyum terlukis diwajah rupawan Sakura.

Perhatian Sakura berhenti ke suatu titik, dimana ia merasa tertarik dengan percakapan yang dilakukan oleh pak manajer dengan seorang pelanggan dengan rambut bewarna merah bata. Pelanggan itu tampak tampan dengan setelan jasnya, membuat Sakura terdiam. Pelan-pelan Sakura mendekat.

"Oh, Hyuuga-san. Aku tidak tau kau akan datang." Percakapan pak manajer dan lelaki itu terinterupsi. Sakura memberi senyum kepada pak manajer, lalu ia memalingkan pandangan kearah lelaki tampan yang melihatnya dengan penasaran juga.

"Ohayou, aku adalah pemilik restaurant ini, Hyuuga Sakura." Sakura menyodorkan tangannya sambil tersenyum manis, lelaki tersebut membalas senyuman Sakura dan menyambut tangan Sakura.

"Aku Sabaku Gaara" ujarnya singkat, namun jujur Sakura amat terpesona dan penasaran dengan lelaki bernama Gaara ini, tapi rasa penasaran ini ia tahan karena ia sudah memiliki suami yakni Uchiha Sasuke. Ngomong-ngomong tadi ia memperkenalkan dirinya dengan marga Hyuuga? Ups…

"Zetsu, kau boleh kembali." Perintah Sakura kepada sang manajer.

"Uhh… tuan Sabaku, apakah anda memiliki masalah? Aku melihatmu kurang puas dengan pelayanan kami. Saya sebagai pemilik, meminta maaf kepada anda." Sakura menunduk sedang lelaki itu hanya menatap Sakura intens.

"Tidak, tidak ada masalah. Aku hanya ingin meminta pastanya ditambah keju yang banyak, karena rasanya terlalu plain. Ahh iya, sausnya juga sangat asam, kau bisa mengurangi tomatnya."

"Ahh, anda mengerti masakan. Saya benar-benar minta maaf, hhee."

"Iya, aku adalah pemilik Restaurant Pasta Blanc. Kapan-kapan jika ada waktu kau harus mampir kesana. Aku dengar Hyuuga corp mengurus makanan juga. Kau bisa memberi penilaian kepada restaurantku." Senyum Sakura tambah mengembang, rasanya dia seperti mendapat jackpot.

"Dengan senang hati tuan Sabaku. Terima kasih juga telah memberi masukan kepada pasta di restaurant ini, kami akan memperbaiki sausnya. Merupakan suatu kehormatan anda mau datang kesini." Lama Sakura dan Gaara saling memandang, mata mereka saling menyelam satu sama lain, acara pandang memandang mereka terinterupsi ketika Gaara menyodorkan sebuah kartu nama kepada Sakura.

"Kau bisa menghubungiku jika kau ingin mampir, aku akan dengan senang menyambutmu. Kalau begitu aku permisi." Gaara kembali tersenyum sebelum kemudian berlalu meninggalkan Sakura yang masih mematung sambil menatap kartu nama Gaara. Sakura merasa bahwa dirinya hilang akal, rasa panas dipipinya tidak pantas merambat karena lelaki lain, getaran dihatinya juga seharusnya muncul ketika melihat Sasuke. Sakura menggeleng-gelengkan kepalanya kuat untuk kembali ke akal sehatnya. Ditepisnya segala bayangan tentang Gaara, lalu iapun berjalan menuju ruangan manajer untuk mengambil data yang ayahnya butuhkan.

Kring….

Bunyi lonceng kuno itu selalu berbunyi ketika pelanggan datang ke restaurant pasta blanc. Tapi, kali ini bukanlah seorang pelanggan yang datang, melainkan seorang wanita yang mampu mengundang tawa bagi setiap orang yang sedang melakukan santap siang di restaurant ini. Wanita itu terlihat sangat culun dan aneh, badannya buntal seperti ikan buntal, dengan surai indigo yang diikat seperti dango serta kacamata tebal dan bulat. Dengan riangnya wanita itu berlari sambil memanggil nama seseorang. Wanita itu mendapat sapaan ramah dari para karyawan, sontak dibalas juga olehnya dengan sangat riang.

Tok tok tok

Wanita itu mengetuk-ngetuk pintu ruangan yang bertuliskan 'CEO'. Tak lama terdengar suara mengizinkan masuk dari dalam ruangan tersebut, dengan tidak mengurangi frekuensi senyumnya, wanita itu masuk keruangan.

"Hinata-chan, kau datang?"

"hheehehe… Gaara-kun, maaf mengganggumu." Gaara langsung menutup dokumen yang berada diatas mejanya, dan memperhatikan wanita yang bernama Hinata didepannya. Hinata membawa rantang yang Gaara yakin isinya adalah makanan.

"Tadinya aku ingin pergi ke apartment mu, tapi aku harus menjaga okaa-san malam ini. Jadi, aku akan memberikan kepadamu sekarang saja."

Hinata meletakkan rantang tersebut keatas meja Gaara, lalu membukanya dengan hati-hati dan Gaara bisa mencium serta melihat betapa lezatnya makanan yang tersaji dihadapannya.

"Aku kira ini bisa menjadi menu baru di restaurantmu Gaara-kun." Hinata mengambil sumpit lalu mengambil sedikit dari hidangannya dan menyuapkan kepada Gaara.

"Aaaaa…" ujar Hinata lemah lembut, Gaara pun membuka mulutnya menyambut makanan yang disuapkan Hinata. Hinata tampak riang melihat raut kepuasan dari wajah Gaara.

"Oishi…. Kau bisa memberiku resepnya nanti. Terima kasih." Gaara memberi senyum kepada Hinata lalu kemudian kembali berkutat kepada dokumennya. Hinata menghela nafas panjang, lalu ia berjalan mendekati Gaara, ia pijit pundak Gaara sehingga membuat Gaara kaget.

"Pasti lelah harus mengurus restaurant ini sambil mengurus perusahaan." Gaara tersenyum manis lalu melingkarkan tangannya kepinggang Hinata sehingga menimbulkan rona merah diwajah Hinata. "G-Gaara-kun?"

"Ia, memang sangat lelah, apalagi kalau kau meninggalkanku. Karena itu, jangan tinggalkan aku." Gaara pun menyenderkan kepalanya diperut Hinata sambil tetap memeluk pinggang Hinata. Hinata tersenyum, ia lalu mengelus puncak kepala Gaara dengan penuh kasih sayang.

"Kalau Gaara mau, restaurant ini dipindahkan saja ke Konoha, agar Gaara tidak bolak balik."

"Apa tidak masalah? Itu akan merepotkan, Hinata."

"Tidak apa, lagian ibu juga membutuhkan pengobatan yang lebih, rumah sakit di Suna menyarankan agar ibu dipindahkan saja. Soal tempat tinggal…" Hinata menggantungkan perkataannya, membuat Gaara menengadah kearahnya, menunggu lanjutan perkataan Hinata.

"Uhh… a-ano, k-k-kalau g-Gaara-kun t-t-ti-tidak k-k-ke-keberatan, a-a-aku b-b-bo-boleh t-t-tinggal d-d-dirumah g-g-Gaara u-untuk sss-ssementara?" muka Hinata sekarang sangat memerah seperti tomat, Gaara menyeringai mendengar perkataan Hinata, ia pun melepaskan pelukannya dan melepas kacamata bulat yang Hinata pakai, Hinata mengedipkan matanya berkali-kali untuk menyesuaikan pandangannya.

"Tidak masalah buatku Hinata, asalkan itu dirimu." Hinata tidak bisa merasakan apa-apa, kekagetan melandanya ketika tengkuknya ditarik dan bibirnya merasakan benda lembut menyentuh bibirnya. Ciuman yang singkat namun penuh perasaan, Hinata sangat menyukai kehangatan dari Gaara. Baginya, Gaara sangat pengertian dan mungkin Gaara memang lelaki yang ditakdirkan untuknya.

Paprika bewarna merah, daging cincang, telur 2 butir, daun seledri, semua bahan-bahan tersebut menari dengan indahnya ketika Sakura mengolahnya. Malam ini ia akan memasak Omurice. Makanan yang sebenarnya dibuat untuk sarapan menjadi makan malam karena suaminya memberontak minta dibuati Omurice tomat. Sakura tidak menyadari bahwa suaminya sedang tersenyum sambil bersandar didinding, melihatnya memasak dengan sangat kyusu'. Sakura terlihat sangat cantik, itulah yang ada dipikiran Sasuke saat ini. Sasuke paling suka ketika melihat Sakura memasak. Dirinya sendiri sebenarnya bisa memasak, tapi ia sudah lama tidak melakukannya, karena ia memiliki trauma yang amat dalam ketika memasak.

Tiba-tiba, pikiran nakal melintas diotaknya. Ia pun berjalan pelan mendekati Sakura. Dipeluknya Sakura dari belakang sehingga membuat Sakura terkesiap.

"S-Sasuke? Tunggu diruang makan saja, sebentar lagi selesai." Sakura menepis lengan kekar Sasuke dari pinggang rampingnya, namun Sasuke tak mau mengalah.

"Kau tidak ingat, apa yang kukatakan di telepon tadi?" muka Sakura sontak memerah mengingat apa yang Sasuke katakan.

"H-hentikan, aku ingin membalik telurnya, nanti gosong. Lepaskan." Sekali lagi Sakura menepis tangan Sasuke, dan Sasuke pun akhirnya melepaskannya. Sasuke tersenyum jahil.

"Coba jelaskan kepadaku, kenapa kau ingin mengurangi tomat di pastanya?" pertanyaan Sasuke membuat Sakura teringat kepada tuan tampan mempesona bernama Gaara lagi. Benar saja, dengan susah payah ia berusaha melupakan tuan tampan itu namun bayangannya selalu terngiang diotak Sakura.

"Tidak ada alasan spesifik. Tadi ada pelanggan yang tidak puas dengan pastanya Sasuke-kun."

"Ohh…. Pelanggan resek itu pasti tidak tau kalau pasta itu punya banyak tomat karena menu itu menu special dari suamimu. Khikhikhi…" Sasuke kembali memeluk Sakura, namun kini lebih dari memeluk, tangan Sasuke mulai jahil.

"Bisa kita pindah sekarang Sakura?" deru nafas Sasuke sudah terdengar berat. Sakura hanya bisa sweatdrop dengan suaminya. "Bagaimana dengan omuricenya sasu-kun?"

"Aku tidak peduli dengan Omurice sialan, aku ingin langsung ke menu utama." Sakura mematikan kompor setelah itu badannya sudah diangkat oleh Sasuke ala bridal style.

Beginilah Sasuke, setiap malam selalu meminta menu aneh-aneh namun akhirnya tidak akan dimakannya, dan yang malah di'makan'nya adalah Sakura.

Pagi hari, seperti biasa, Sakura selalu bangun terlambat karena kelelahan oleh aktivitas malamnya bersama Sasuke. Sasuke selalu saja pergi ke kantornya duluan tanpa membangunkan Sakura, padahal seharusnya ia bertanggung jawab, karena ulahnya, Sakura selalu kecapekan. Sakura masih berbalut selimut, dia terdiam melihat keluar jendela. Lama ia menatap jendela, smartphone nya pun berbunyi, langsung diangkatnya dan ternyata itu adalah telepon dari kantornya, sekretarisnya lah yang menelponnya, Sakura mengangguk-angguk mengiyakan apa yang dikatakan sekretarisnya lalu kemudian setelah menelpon, ia bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Ketika Sakura sedang memilih milih jas, sebuah kartu nama jatuh, ia pun menunduk mengambil kartu nama tersebut. Lagi, itu adalah kartu nama Sabaku Gaara. Sakura memijit pelipisnya.

"Aku pasti sudah gila." Ujarnya yang kemudian menyimpan kartu nama tersebut ke dompetnya lalu kembali bersiap-siap.

Rapat hari ini membuat Sakura menjadi gila. Ia butuh produk baru untuk perusahaan makanan Hyuuga. Tentunya ia butuh penasehat makanan. Mungkin Sakura bisa bertanya dengan koki-koki di cabang daerah, namun sepertinya akan susah untuk melakukannya dalam waktu yang singkat, pastinya mereka sangat sibuk. Bagaimana kalau bertanya kepada Sasuke? Ahh… benar, Sasuke pasti akan membantu. Dengan sigap, Sakura pun mengklik kontak Sasuke dan menelponnya, namun sayang, sepertinya Sasuke sangat sibuk, smartphone nya pun tidak aktif. Cukup menyebalkan bagi Sakura. Sakura mencoba berpikir siapa yang bisa menolongnya. Pikirannya kini hanya bisa memikirkan satu nama yakni Sabaku Gaara. Dengan ragu-ragu diambilnya kartu nama dari dompetnya, ia klik yang tertera disana, lalu menunggu telpon tersebut diangkat oleh Gaara. Tidak butuh lama, hanya 2 nada sambungan langsung dijawab oleh sang empunya.

"Moshi moshi" suara baritone Gaara membuat Sakura menegang. Ia bisa merasakan jantungnya berdetak lebih kencang.

"A-ano, moshi moshi Gaara-san, ini aku, Hyuuga Sakura." Mengetahui Sakura yang menelpon, Gaara menyunggingkan senyumnya.

"Maaf mengganggu, apa kau sedang sibuk?" Gaara melirik tumpukan dokumen yang berada disampingnya lama, lalu kemudian menatap dokumen yang sedang ia kerjakan, dengan santainya, ia tutup dokumen tersebut.

"Tidak, aku tidak sibuk Sakura-san."

"Ah… baguslah. Aku ingin meminta bantuanmu, bisa kita bertemu siang ini?"

"Tentu, dengan senang hati. Kau ingin bertemu dimana?"

"Emm… di restaurantmu, boleh?"

Gaara tampak berpikir, "Sepertinya jangan direstaurantku. Karena sekarang restaurantku baru pindah, jadi akan sibuk. Bagaimana kalau kita ke café saja. Kau tau café bagus di Konoha?"

"Aku tau, akan aku sms alamatnya ya. Terima kasih Gaara-san." Gaara tampak tersenyum puas setelah mematikan smartphone nya.

Seketika ia meletakkan smartphone nya dan ingin beranjak, pintu ruangannya terbuka, ia tau sekali siapa wanita yang membuka ruangannya.

"Gaara-kun, restaurant nya sudah beres."

"Bagus, terima kasih Hinata." Gaara memasang jas nya, Hinata tampak heran melihat Gaara yang terburu-buru.

"Gaara-kun, kau ingin pergi? Apa ada rapat?"

"Iya, aku harus menghadiri rapat itu, kau uruslah restaurant ini untuk sementara, aku akan kembali. Ah iya, kode apartment ku tanggal lahirmu. Aku pergi ya." Gaara mencium dahi Hinata sebelum kemudian pergi meninggalkan Hinata yang masih mematung. Tak pernah ia lihat Gaara sesemangat ini sebelumnya.

Disinilah mereka berdua berada, café rose. Sakura mengganti pakaiannya sebelum datang, membuat Gaara aneh melihatnya, Sakura juga merasa dirinya aneh.

"A-ano, Gaara-san, bisa kita mulai?"

"Boleh"

Sakura pun mulai membicarakan masalah mengenai produk terbaru. Gaara mendengarkan dengan seksama, tak cuma mendengarkan, Gaara juga menatap Sakura intens, entah mengapa ia merasa bahwa Sakura sangat cantik, dia gadis yang special dan membuatnya penasaran. Sebenarnya, Gaara tidak terlalu tertarik dengan dunia masak memasak, namun karena divisi perusahaannya saat itu dalam keadaan kritis, ia butuh biaya tambahan untuk memajukan divisinya. Dan saat itu ia bertemu Hinata, wanita yang tergila-gila dalam dunia memasak dan memiliki restaurant pasta yang sukses. Gaara tidak bermaksud ingin mengambil kekayaan Hinata, namun wanita itu sendiri yang menawarkan kerja sama dengan Gaara dan menyerahkan restaurantnya ke pihak manajemen Gaara, dan alhasil ia berhasil menyelamatkan perusahaannya dan sekarang mulai menjalin hubungan yang lebih dengan Hinata, tapi sayangnya Gaara tidak memiliki perasaan apapun kecuali mulut manis yang selalu ia gunakan untuk mempertahankan Hinata.

Gaara mulai berbicara, pelan namun pasti ia memecahkan masalah yang menjadi beban pikiran Sakura. Sakura tersenyum didalam hatinya, melihat Gaara menjelaskan seperti melihat malaikat yang sedang memberi pencerahan, Sakura merasa bahwa dirinya sangat berdosa dengan kelakuannya ini. Namun, Sakura tidak bisa mengelak dari kehangatan yang Gaara beri kepadanya. Ia tidak pernah mendapatkan kehangatan seperti ini dari Sasuke. Lelaki yang memiliki gelar sebagai suaminya itu, adalah lelaki yang berasal dari pernikahan perusahaan Hyuuga dan Uchiha. Kalau bukan karena pernikahan bangsat itu, mungkin Sakura akan tetap melajang sampai sekarang. Jujur, Sakura menyesali persetujuannya untuk menikahi Sasuke.

"Terima kasih Gaara-san. Aku sangat terbantu."

"Dengan senang hati. Ahh, kalau kau mau, panggil saja aku Gaara atau kau bisa menambahkan suffix 'kun'. Kau tau, Gaara-san itu rasanya sangat formal, lagian kita lagi tidak ditempat kerja."

"Kalau begitu aku panggil Gaara-kun saja."

"Sakura, boleh aku bertanya sesuatu?"

"Tentu, anggap saja balasan dari yang tadi."

"Apa kau sudah menikah?" mata Sakura membelalak, ia pun menatap Gaara yang sepertinya bertanya dengan serius. Kini Sakura bingung, apakah ia harus jujur atau tidak. Diliriknya cincin yang bertengger manis dijari manisnya, dengan pelan, iapun melepas cincin tersebut dan menyimpannya dikantungnya. Ia berharap agar Gaara belum melihat cincin tersebut.

"K-kalau seandainya aku sudah menikah, apa pendapatmu Gaara-kun?"

"Hmm.. kurasa aku akan merebutmu, jika kau tidak merasa bahagia." Gaara mengatakannya dengan senyum menggoda, Sakura sampai terdiam dibuatnya.

"Tapi, jika kau bahagia. Aku tidak akan membawamu kabur Sakura."

"A-apa maksudmu Gaara-kun?"

"Singkatnya, aku sudah tertarik kepadamu dari pertama kita bertemu." Gaara mengambil cangkir espresso yang ia pesan, lalu menyesapnya dengan pelan. Sakura tau, jawaban ini akan menentukan masa depan Sakura. Ia harus memilih, hidup dalam dosa atau kembali berbohong kepada dirinya sendiri. Sekali lagi, ia melirik Gaara yang masih menyesap espressonya dengan tenang. Ia tak ingin kehilangan Gaara, namun ia juga tak ingin membahayakan kerjasama perusahaannya.

"Gaara-kun, a-aku…." Gaara tampak menunggu, Sakura menggigit bibir bawahnya. "A-aku juga tertarik kepadamu." Dan ia pun memilih untuk berbuat dosa.

Gaara tersenyum puas, ia pun menyambut tangan Sakura yang bebas dimeja, digenggam nya tangan mungil Sakura. Sakura merasakan kehangatan menjalar ke seluruh tubuhnya ketika Gaara menyentuhnya. Kegiatan mereka terinterupsi ketika smartphone Sakura berdering, elihat siapa yang menelepon sontak Sakura menganga, cepat-cepat ia raih smartphone nya, lalu beranjak meminta izin kepada Gaara untuk mengangkat teleponnya.

"S-Sasuke-kun, ada apa?"

"Kenapa dengan nada bicaramu Sakura?"

"A-ah, aku tidak apa-apa. Katakan apa yang ingin kau makan malam ini."

"Sebenarnya, aku ingin memakanmu lagi Sakura, tapi sepertinya aku tidak akan pulang untuk beberapa hari. Aku akan melakukan perjalanan bisnis. Jangan merindukanku ya, Sakura."

"Ah.. iya, aku akan menunggumu Sasuke. Jangan lupa untuk makan ya."

"Baiklah sayang, kau juga jangan melirik lelaki lain kecuali aku ya." Glek… Sakura menelan saliva yang tercekat ditenggorokannya, ia pun membalas perkataan Sasuke seadanya. Setelah menutup teleponnya, ia pun merasa lega karena terbebas dari kungkungan Sasuke. Tak lupa, ia juga merasa lega karena ia bisa mendekati Gaara.

Sudah merupakan kebiasaan dari Hinata untuk mengunjungi ibunya. Setelah bertanya kepada resepsionis, ia pun segera mencari ruangan yang ia cari. Sebelum membuka pintu, Hinata mengintip ibunya dari kaca pintu, ia tersenyum melihat ibunya yang tampak masih terjaga. Dengan tidak membuang waktu, ia pun memasuki ruangan tersebut.

"Okaa-san, Hinata datang"

Sang empunya menoleh, dan tampak senang ketika Hinata datang. "Hi…na…ta…" ibunya tampak menggapai-gapai namun tak sampai. Hinata mendekat dan menyambut ibunya, digenggamnya tangan ibunya.

"Ibu, hari ini, aku melihat Gaara-kun sangat semangat. Baru kali ini aku melihatnya sesemangat itu. Hehe, aku penasaran apa yang membuatnya semangat sekali."

Walau sebanyak apapun Hinata berbicara, ibunya hanya bisa menatap Hinata dengan air mata yang tak jarang mengalir dari sisi mata ibunya. Ibunya sudah lama sekali terkena stroke dan cacat karena kecelakaan yang menimpa dirinya dan ibunya ketika ia berumur 5 tahun. Ibunya hanya bisa berkata satu kata yakni, 'Hinata'. Hinata sendiri tidak mengingat apa-apa, 'Hinata' itu sendiri ia tidak yakin kalau itu adalah namanya. Hinata lupa ingatan dengan dirinya dan keluarganya serta kehidupannya. Lucu sekali bukan? Tapi Hinata tetap bersyukur, ia bisa memiliki tempat curhat yang menerimanya kapan saja. Dari dulu hingga sekarang, orang selalu mengatakan bahwa dirinya gila akan masakan, gadis menyedihkan, dll. Tapi, ibunya dan Gaara telah memberinya kekuatan, tanpa mereka berdua, mungkin dia akan putus asa.

"Ibu, saat ibu sudah sembuh nanti, ibu harus katakan masakan yang ibu sukai. Hinata akan memasakkannya untuk ibu. Jadi, ibu harus cepat sembuh."

Lagi, ibunya mengeluarkan air mata, Hinata menatap ibunya lirih, ia mencoba menahan air matanya agar tidak keluar, ia tak ingin ibunya melihat ia menangis.

Hinata pun mengambil bubur yang terletak disamping tempat tidur ibunya, dengan pelan ia menyuapi ibunya, setelah selesai, ia membenarkan selimut ibunya. Menunggu ibunya tidur, sedang ia kembali bercerita tentang kehidupan sehari-harinya dari ia bangun sampai kembali tidur. Ketika merasa bahwa ibunya terlelap, Hinata pun beranjak tapi kemudian Hinata tidak jadi untuk pergi karena ibunya menahan tangannya. Hinata menghela nafas panjang, lalu tersenyum lembut.

"Ibu sangat merindukanku ya? Baiklah, aku akan menginap. Aku akan menelpon Gaara dulu ya." Ibunya mengangguk pelan, Hinata tersenyum sambil mengambil smartphone nya. Ditekannya kontak Gaara, ia tunggu nada sambungan dan anehnya no. Gaara mati. Ketika mencoba untuk menelponnya kembali, panggilan tersebut tidak diangkat. Hinata mengernyitkan dahinya.

"Sepertinya Gaara sibuk. Aku akan meng-sms nya saja." Dengan hati tenang, ia kirim pesan teks kepada Gaara.

Matahari pagi mengintip dari sela-sela gordyn dan ventilasi di salah satu kamar yang berada di apartment lantai 10. Sinar matahari itu berhasil membangunkan seorang wanita bersurai pink yang sekarang tengah menatap lelaki yang bersurai merah bata disampingnya yang tampak masih tertidur pulas. Melihat kelelapan lelaki tersebut, Sakura terkikik pelan, biasanya kalau sedang bersama Sasuke, ia adalah orang yang terbangun terakhiran. Senyum Sakura memudar ketika mengingat percakapan dia dan Gaara tadi malam, ketika Gaara merasakan dirinya untuk yang pertama kalinya. Gaara bertanya mengapa dirinya tidak perawan lagi, Sakura hanya menjawab bahwa dia memberinya kepada cinta pertamanya, Lagi…. Sakura berbohong. Sakura tidak tau kapan ia harus mengungkapkan statusnya, tapi satu hal yang ia yakini, ia tak ingin kehilangan Gaara. Entah setan apa yang merasukinya. Melihat jam menunjukkan pukul 9 pagi, Sakura memilih untuk mendiamkan Gaara dan bersiap-siap duluan, tak lupa Sakurapun menyiapkan sarapan dan meninggalkan memo untuk Gaara.

Sakura tersenyum begitu keluar dari apartment Gaara, ia berjalan menuju lift dan menunggu agar lift sampai ke lantainya.

Ting…

Lift itu terbuka, Sakura menatap ke dalam lift dan menemukan seorang insan bersurai indigo. Dengan santainya, wanita itu melewati Sakura yang terdiam. Sakura mematung, hingga liftnya menutup. Tas yang ia pegang pun terjatuh, menimbulkan bunyi keras yang membuat wanita bersurai indigo tersebut kembali menoleh kebelakang melihat kearah Sakura. Sakura perlahan menoleh kearah wanita itu lagi. Lama mereka saling berpandangan, mata ametysnya bertemu dengan emerald Sakura. Sakura pun berusaha mengatur nafasnya yang mulai sesak, badannya mulai gemetaran, namun Sakura berusaha untuk kembali ke akal sehatnya, cepat-cepat ia ambil tasnya yang terjatuh dan mengklik lift untuk datang kembali kelantai 10. Tak butuh waktu lama, Sakura pun memasuki lift yang kosong itu, sedang wanita bersurai indigo itu masih terdiam bingung. Tak mau menghabiskan waktu yang lama, wanita bersurai indigo itu menuju kamar dimana pujaan hatinya tinggal. Dengan hati yang riang, dikliknya kode apartment dengan tanggal ulang tahunnya, senyum menghiasi wajahnya ketika pintu apartment berhasil dibuka.

"Gaara-kun, tadaima"

Apartment Gaara tampak sepi. Wanita itu heran, dan hidungnya berhasil mengendus bau masakan yang sepertinya baru dibuat.

"Apakah Gaara memasak? Hmm…" wanita itu pun melangkah menuju dapur. Dapur terlihat kosong, tak ada siapapun melainkan masakan yang tampaknya baru dimasak, terlihat dari asap yang masih mengepul diatasnya.

"Gaara-kun? Kau dimana?" wanita itu mendekati masakan tersebut, dan mencicipi masakan tanpa menggunakan sendok dan sumpit, alias ia langsung mencomotnya. Matanya membelalak ketika mencicipi masakan tersebut, diambilnya lagi masakan lain dan mencicipinya.

"Siapa yang memasak semua ini? Pasti bukan Gaara, aku tau rasa masakan Gaara bagaimana." Mata wanita itu dengan liar menjelajahi dapur dan ia berhasil menemukan sebuah kertas disudut meja makan. Sebuah memo.

Gaara-kun, jangan lupa sarapan. Aku harap kita bisa bertemu lagi nanti, jangan berterima kasih karena aku membuatkan sarapan ini, aku dengan senang hati bisa membuatkanmu masakan dan sangat senang jika kau memakannya. Aku akan menghubungimu lagi, bye.

Hinata tidak ingat dirinya pernah membuat memo dan masakan ini.

"Hinata, kaukah itu?" Hinata kaget, ia pun melepaskan memo yang berada ditangannya, ia menoleh kearah Gaara, yang ternyata hanya memakai boxer. Hinata terkena sindrom triple shock seketika, tak menyangka Gaara akan muncul dengan keadaan seperti itu. Tapi, tunggu! Hinata mencoba berpikir mencerna semua kejadian ini, sekali lagi ia menatap kearah masakan, memo dan juga Gaara.

"G-Gaara-kun…. K-kau?"

Gaara menyandarkan dirinya kesisi pintu sambil melipat tangannya. "One night stand…" ujar Gaara santai namun ada ketegasan diantaranya.

Hinata yang masih shock, menutup mulutnya dengan tangannya. "Ti-tidak… mungkin"

©MIRACLE IN REVENGE—WONDERGRAVE—TBC©

#NB : hellloooouuuwwww….. ada yang merindukan wondergrave? #nyengir kuda hehe, maaf ya reader, wondergrave udah lama gak muncul dan menampakkan kegaje-an nya, dan hasilnya gini deh, fict hancur muncul lagi. Ohh iya, wondergrave mau minta maaf, soalnya MY CEO gak apdet-apdet. Ada yang ingin wonder katakan… sebenarnya, MY CEO filenya pada ilang semua, kemaren lapie nya diservis sehingga mengakibatkan semua file dan memori terhapus dengan mudahnya dari lapie … dan wondergrave sangat sedih, gimana dong ini? Sepertinya MY CEO terancam DISCONTINUED! HUWEEEEEEE…tapi kalau misalnya wondergrave dapat ilham diwaktu dekat untuk melanjutkan MY CEO, wonder akan lanjut, tapi kalau misalnya ceritanya tetap gak nyambung yahh.. terpaksa DISCONTINUED TT_TT

Oh iya, reader tercinta, fict wonder kali ini aneh juga ya…. "Hyuuga Sakura" hehehehe, pasti udah pada bisa menebak kan? Maaf deh kali ini ceritanya pasaran binggooo….. dan mau minta maaf soalnya sakura bakal jadi sangat jahat di fict ini, yang suka sakura dan gak tega sakura jadi jahat gak usah dibaca ya, tapi baca aja dulu deh, kali aja ntar sukaaa… heeeeee

Okehhh…. So far…..

RnR, RnF, RnFav!