TRIP

.

Karena tantangan Kai, Sehun bersikeras untuk mengikuti 'Trip' Klub Pecinta Alam di Hutan. "Sehunnie, tidak usah ikut saja ya?", "Tapi, kan Sehunnie bendahara! Tidak mungkin tidak ikut papa, bahkan sepupu Jongkook yang baru tingkat 1 mengikutinya." –Sehun, "Tahu begini aku menyesal pernah menantangmu, Sehun-ssi" –Kai. KaiHun. Threeshoot. RnR. DLDR. Sho-ai.

.

.

Warn : Yaoi (Boyslove), Typo everywhere, Crackpair, DLDR, Just close your tab if you don't like.

Enjoy, dear!

.

.

"Kau serius akan mengikuti trip ini Sehun-ssi?" Tanya lelaki berkulit tan.

Sehun menatap nyalang, merasa diremehkan. "Harus berapa kali aku harus mengatakan Iya Kim Kai-ssi." Jawab Sehun sambil menggeram.

Lelaki itu hanya tersenyum. "Ya, baguslah. Asal kau jangan merepotkan dan membuat orang-orang di sana kerepotan karena mu saja nanti." Kemudian kembali memperhatikan apa yang di sampaikan ketua klub mereka, saat ini mereka tengah rapat dadakan terkait Trip ke Brazil yang akan di lakukan pekan ini. Brazil man!

Yah... Jadi ketua klub pecinta alam ini adalah anak salah seorang donatur tetap di sekolah swasta yang kekurangan dana ini. Oleh karena itu, jangan heran. Trip ini terlaksana karena proposal yang –mungkin- di ajukan oleh sang ketua ke ayahnya sendiri. Kkkkkk...

"Baiklah... Jadi yang terpilih mengikuti trip kali ini dua belas orang. Saya tahu, banyak yang sudah mendaftar, namun karena berbagaai faktor kita tidak mungkin membawa semuanya kan? Jangan khawatir bagi yang belum terpilih nantinya bisa mengikuti trip tahun depan." Ujar sang ketua.

"Kita bisa melihat daftar nya di dinding mading depan ruangan ini jam 4 sore nanti. Saya juga akan membaginya menjadi 3 Tim." Tambahnya lagi.

.

.

.

.

Setelah rapat berakhir Sehun segera melihat ke mading sekolah. Bukannya ia takut tidak terpilih. Sehun kan bendahara Klub, ia bahkan kemarin ikut memutuskan siapa-siapa saja yang berhak mengikuti Trip kali ini. Tetapi, mengenai pembagian kelompok Sehun murni tidak tahu. Makanya, ia cepat-cepat melihat dengan siapa akan se Tim. Ok, bukan apa. Sehun berharap sekelompok dengan orang-orang yang dapat diandalkan atau setidaknya yang telah berpengalaman, sebenarnya ini pengalaman pertama Sehun. Ya untuk jaga-jaga kan.

Setelah berdesak-desakkan akhirnya Sehun bisa melihat dengan siapa saja ia akan berkelompok.

Dan Sehun..

sekelompok dengan Kim Kai.

.

Tunggu dulu...

Ok, Sehun bukan terkejut karena ia sekelompok dengan wakil ketua osis itu. Sehun sudah memprediksikannya sih sebenarnya. Mereka kan... Ahh Lupakan!

Ada yang aneh...

Kenapa kelompoknya hanya berisi dua orang? Ok.. Sehun jelas-jelas sudah membaca dua kelompok diatasnya yang terdiri dari tiga orang. Mata Sehun kembali menelusur ke bawah, ia membaca keterangan di bawahnya...

*Yang namannya tidak tercatat.. Bertugas sebagai dokumenter dan seksi peralatan.. Atau tugas dapat dikondisikan nanti. Terima kasih.

Mungkin tidak terlalu buruk se Tim dengan Kai. Setidaknya namja itu juga pernah mengikuti trip seperti ini sebelumnya kan?

Ya, meski Sehun agak khawatir jika nantinya namja itu akan bersikap menyebalkan padanya. Apalagi, Sehun kan... Ahh... Sudahlah, lihat saja nantinya.

.

.

Trip nya akan dilaksanakan lusa. Mereka harus ke bandara pagi-pagi sekali. Jarak Korea-Brazil itu tidak dekat, demi Tuhan. Sebenarnya Sehun agak ragu juga untuk mengikuti Trip ini. Tapi, mau bagaimana lagi, posisinya di Klub kan bendahara. Tidak mungkin ia malah menolak ikut.

Sehun juga sudah bersiap-siap. Bukan Sehun, tapi papanya Kyungsoo. Sehun dan papanya sempat berdebat mengenai hal ini. Papanya bersikeras tidak mengijinkan Sehun ikut dengan alasan khawatir akan keselamatan putra semata wayang nya itu. Tapi, setelah mendengar alasan Sehun dan mendapat dukungan Kris Daddynya, Kyungsoo dengan sangat terpaksa mengijinkan Sehun ikut. Sehun juga sudah berjanji pada kedua orang tuanya akan menjaga diri, mengikuti intruksi yang di perintahkan, dan berhati-hati.

Tapi, tetap saja di dasar hatinya yang terdalam, Kyungsoo masih agak ragu.

"Sehunnie... Tidak usah ikut saja ya. Papa bisa minta ijinkan pada ketua klubmu itu, papa kenal dengan orang tuanya. Papa bisa beralasan nantinya kalu Sehun tidak bisa tinggal di luar lama-lama seperti itu." Kyungsoo, lagi-lagi merengek pada putranya. Sore ini Sehun sedang dikamarnya. Mengecek benda-benda apalagi sekiranya yang akan di bawa.

"Papa... Sehun tidak mungkin tidak ikut. Tenang saja, selama ini Sehun juga sudah mendapat pelatihan bertahan di Hutan. Jadi, papa tidak usah khawatir. Kita sudah menyepakatinya kan kemarin." Balas Sehun meyakinkan. Kyungsoo hanya menundukkan kepalanya. Sehun melihatnya agak sedih. Tekadnya sudah bulat, Sehun benar-benar akan mengikuti trip kali ini.

Sehun memeluk papanya. Papanya ini sangat protektif dan perhatian pada Sehun, jadi wajar jika papanya bersikap seperti itu. Tapi, mau sampai kapan? Sehun bukan bayi lagi yang selalu bergantung pada orang lain. Suatu saat ia harus mandiri juga kan? Itu juga menjadi salah satu alasan Sehun mengikuti Trip ini.

"Papa... Jangan menangis. Sehun juga sedih. Sehun janji akan pulang dengan Sehat dan Selamat. Jadi, jangan khawatir."

Kyungsoo mengangguk dan melepas pelukan pada putranya. Sehun menyeka air mata Kyungsoo dan memberikan senyuman cerah yang ia punya.

"Sehun... Papa, menaruh jaket anti hujan nya di Tas besar ini. Di dalam sana juga ada beberapa baju hangat, selimut tipis, pakaian dalam, dan sapu tangan. Di dalamnya juga ada biskuit gandum, bisa Sehunnie makan saat lapar." Tunjuk Kyungsoo pada Tas Sehun.

"Dan di saku-saku kecil sekitar Tas, Papa taruh cream untuk kulit, dan perlengkapan mandi. Jaga kesehatan ya sayang. Jangan tinggalkan lecet sedikitpun di kulitmu. Oh, ya... Di dalam tas besar juga ada p3k kecil, jika terluka bisa menggunakannya."

Sehun mendengarkan dengan seksama penjelasan papanya.

"Papa.. ke belakang dulu. Jangan telat makan malam nanti, okay." Ucap Kyungsoo, kemudian berlalu meninggalkan Sehun di kamarnya.

"Iya, Papa cantik."

.

.

Satu hari menjelang keberangkata Sehun. Papanya tak henti-hentinya menasihatinya ini itu. Bahkan malam tadi, papanya tidur sekamar dengan Sehun.

Lain pula papanya lain pula daddynya Kris. Jika Kyungsoo terkesan menghalang-halangi, maka Kris sangat mendukung kegiatan Trip yang akan diikuti Sehun. Jika saja lelaki itu tidak ingat usia mungkin ia akan mendaftarkan diri mengikuti Trip Klub pecinta alam sekolah Sehun. Lelaki Kanada-Chinnese itu menyiapkan perlengkapan-perlengkapan untuk bertahan saat di hutan nanti. Bukan makanan yang banyak Kyungsoo bawakan. Tapi, berupa peralatan seperti alat pancing, pisau yang juga ada mata gergajinya di sisi lainnya, tali tambang, plastik dlsb. Yah... Intinya kedua namja sejoli ini menyiapkan dengan matang perlengkapan untuk Sehun di hutan nanti.

Sehun diantarkan oleh papanya ke sekolah sekitar jam 5 pagi. Sebelum, ke bandara mereka sepakat untuk berkumpul terlebih dahulu.

Sebenarnya Sehun agak risih, hanya dia mungkin satu-satunya yang diantarkan oleh Papanya. Anak-anak lain bahkan pergi sendiri-sendiri. Jongkook pun begitu. Anak itu sekarang malah terlibat pembicaraan dengan Papanya.

"Jongkook-ie ikut juga ya?" Basa-basi Kyungsoo, padahal ia sudah tahu dari Sehun.

"Iya..Paman." Jawabnya cerah.

Kyungsoo tersenyum, "Kalau begitu, Paman titip Hyung mu.. Yah? Jaga dia... Bantu Hyung kalau sedang kesulitan, arra?" Pinta Kyungsoo.

Jongkook, mengangguk malu-malu. Sehun Hyung itu sangat manis menurut Jongkook, ia akan sangat senang mendapat tugas ini.

"Tentu saja, Paman. Aku akan menjaga Hyung. Jangan Khawatir." Jawabnya lantang. Kyungsoo hanya mengangguk.

"Papa, pulanglah.. Kami akan segera ke bandara dan Take off." Perintah Sehun. Iya, mereka memang akan segera berangkat, ketua klub baru saja mengumumkan tadi.

Dengan tidak rela Kyungsoo mengangguk, dengan terlebih dahulu memeluk putranya dan menciumi kedua pipinya. Ia masih tidak rela dan khawatir... Sehun itu kan ceroboh... Bagaimana jika anak itu terpelesat di jurang... tenggelam di sungai... ia tidak bisa membayangkan lagi.

Seolah bisa membaca pikiran papanya Sehun berbisik. "Aku akan menjaga diri, Papa. Take your time."

Karena terlalu lama dengan acara peluk memeluk dengan papanya, salah seorang anggota Klub menegur Sehun agar segera berangkat.

"M-mmaaf... Sehun-ssi. Kita harus segera berangkat." Ucap Kai.

Pelukan mereka terlepas. Kyungsoo berbalik dan mendapati Kai yang tersenyum kaku padanya.

"Kai-ssi, tolong lihat-lihat Sehun ya? anak itu sedikit ceroboh." Pinta Kyungsoo.

Mengerti dengan maksud Kyungsoo. Kai hanya tersenyum dan mengangguk mengiyakan. Sedangkan Sehun menunjukkan wajah masamnya, kenapa Papanya selalu berkata seperti itu dengan teman-teman se klubnya. Ahh... Sehun malu, Sehun cukup manly juga untuk menjaga dirinya sendiri. Dia Namja, dia kuat, hanya sekedar bertahan di Hutan seminggu tidaklah sesulit yang papanya bayangkan. Tidak ingin drama ini berlanjut, Sehun segera mengikuti Kai dan mencium pipi papanya untu terakhir kali.

.

.

Perjalanan yang melelahkan, selama di pesawat hanya Sehun habiskan dengan tidur. Sesampainya di bandara Brazil, tim mereka segera meluncur menuju lokasi melalui jalan darat. Perjalanan ang panjang kan?

Sehun kira perjalanan darat hanya menghabiskan waktu beberapa jam. Ia berpikir seperti itu saat kendaraan yang mereka tumpangi berhenti di pasar ikan. Sehun pikir sudah sampai di hutan ternyata mereka hanya ingin membeli peralatan memancing. Untung Daddy nya sudah mempersiapkan semuanya jauh-jauh hari, jadi Sehun tidak perlu repot-repot untuk mencarinya lagikan.

Mereka sampai di Hutan saat siang hari sekitar jam 1. Mereka langsung berjalan beriringan dengan Tim nya masing-masing. Jongkook yang sedari tadi selalu berada di dekat Sehun mendengus kecewa karena ia bagian dokumentasi dan harus meliput Tim Ketua Klub.

Misi mereka kali ini adalah menemukan lokasi dimana mereka akan tinggal dan mendirikan tempat untuk mereka tidur dan beristirahat. Mereka akan di bekali dengan gps untuk menemukan Lokasi. Tim Sehun dan Kai berjalan ke arah utara sedangkan tim ke dua dan ke tiga mereka tidak tahu, karena dari awal mereka menyusuri sungai dengan perahu boat, mereka sudah di pisah.

.

.

Sehun mengerucutkan bibirnya. Ia kesal tentu saja. Hutan brazil benar-benar menyebalkan. Basah dan berlumpur. Belum beban berat di punggungnya. Dan di tangan kanannya.

Baru separuh jalan, Sehun terus menggerutu ini itu. Membuat partner nya merasa kesal juga.

"Aku sudah bilang jauh-jauh hari kan? Jika tidak sanggup jangan mengikuti tantanganku. Aku tahu, kau tidak akan sanggup. Aku hanya bercanda saat itu." Ucap Kai kesal, iya kesal dan risih sebenarnya karena sedari tadi mendengar gerutuan Sehun tentang ini itu.

Sehun melemparkan death glare nya pada Kai, "Tidak. Aku tidak menyesal ikut. Kau perhatikan saja jalanmu, kenapa kita malah berhenti." Sehun mendecih.

Kai menggelengkan kepalanya dan melanjutkan jalannya lagi, sesekali ia memperhatika GPS di tangannya menyesuaikan arahnhya. Sementara Sehun mengikuti di belakang.

Mereka jalan dalam keheningan. Dalam hitungan Sehun mereka sudah dua jam berjalan. Dan kalau boleh jujur, kakinya juga sudah lemas, inginnya istirahat, tapi ia gengsi jika meminta itu pada Kai. Pasalnya lelaki berkulit tan itu terlihat masih bersemangat sekali.

Sehun menghela napas lelah, sungguh Kakinya benar-benar butuh istirahat sekarang.

"Kai..." Rintih Sehun. merasa di panggil Kai menoleh ke belakang dan memandang Sehun tajam.

"Wae?" Tanyanya dingin.

"Bisakah kita istirahat sebentar?" Tanya Sehun dengan nada memohon.

Kai berhenti sejenak. Melihat ke sekeliling, hari mulai menggelap memang. Jarak mereka juga tidak terlalu jauh lagi dengan lokasi.

"Ini hampir malam Sehun. kau tidak bisa berjalan sedikit lagi. Kita harus sampai di sana malam ini juga. Jika tidak kita tidak punya tempat untuk tidur." Jelas Kai panjang lebar.

Sehun menunduk. Kemudian berjalan dengan pelan. Ia tidak menjawab tidak atau iya.

Menyadari jalan Sehun yang sangat lamban Kai berbalik. "Apa masalahmu?"

"Huh?" Ucap Sehun spontan.

"Kemarikan Tasmu.." Tunjuk Kai pada tas punggung besar Sehun.

Sehun hanya diam, tetapi tangan Kai menjangkau Tas punggungnya dan membawanya di punggungnya. Sehun tidak mengerti. Kai barusan menolongnya ya?

Hahaha.. Baguslah...lagipula punggung Sehun sudah sakit membawa beban –yang menurut sehun berat- di punggungnya.

.

.

Akhirnya mereka berdua menemukan lokasi yang tepat untuk mendirikan tenda –Menurut Kai sih-,

Sementara dalam pikiran Sehun mereka hanya akan tinggal beristirahat dan tidur. Tapi, pikiran itu musnah saat yang ia lihat cuma tanah kosong, maksudnya di sini belum ada tanda-tanda keberadaan Champ yang sehun bayangkan.

"Kai, tendanya mana?" Tanya Sehun slow motion.

Kai melemparkan smirk. "Tenda kau bilang? Kita akan membangunnya sendiri, menggunakan kayu hutan!" Tekan Kai.

Harusnya Sehun tidak menolak Tenda yang akan di bawakan papanya kemaarin, meski ia harus lelah-lelaah membawanya.

Sehun tidak mengerti. Mana yang lainnya? Bukankah mereka semua akan berkumpul di suatu lokasi, begitukan?

"Kai yang lain mana?" Tanya Sehun sambil melihat ke sekliling penerangan yang minim sama sekali tidak membantu.

Kai menoleh, setelah meletakkan Tas dan bawa-bawaan lainnya di gundukkan tanah yang lebih tinggi. "Mereka di jalan Sehun. Kita memiliki misi masing-masing, cukup turuti setiap instruksi dan kau bisa dapatkan nilai lebih untuk ekskul Pecinta Alammu." Terang Kai.

Sehun menggeram, Apa-apaan ini, kalau bukan aturan sekolah bodohnya mengenai nilai ekskul wajib diatas B sebagai syarat kenaikan kelas, Sehun pasti akan beribu kali memikirkan mengikuti Trip ini atau tidak. A, ketahuilah itu salah satu alasan Sehun yang lain.

.

Hari semakin menggelap mereka harus segera mendirikan Tenda untuk mereka tidur malam ini. Sementara itu rintik hujan mulai mengguyur, Sehun sudah memprediksikan hal ini, Papanya searching di Google dan mengatakannya pada Sehun. Hutan hujan Brazil memiliki curah hujan yang tinggi dalam sehari bahkan bisa tiga kali Hujan.

Hal pertama yang dilakukan oleh Kai adalah membuat api. Dan Sehun bertugas untuk melindunginya. Mereka akan membuat tenda di antara pohon-pohon yang akan dijadikan penopang, mereka membuat tenda dengan panggung sebagai tempat tidur, karena tanah di sekitar mereka berair dan rerawa.

Kai tak henti-hentinya memotong kayu-kayu yang akan dijadikan landasan. Sehun berniat membantu, tapi Kai menyuruhnya untuk menjaga api kan. Jadi, ia hanya menjaga api dengan jaket Hujannya dan sesekali memperhatikan Kai.

Sehun semakin kedinginan, Hujan semakin deras dan tenda mereka baru separuh jalan. Kai baru menyelesaikan bagian alasnya, mulai menyusun dedaunan untuk dijadikan atap.

"Kai.." cicit Sehun.

"Hmm.. " Gumam Kai.

"Daddyku membawakan plastik Kimchi di Tas, mungkin kita bisa menggunakannya sebagai atap."

"Bisa kau ambilkan." Kai dalam posisi memanjat sekarang, menyusun dedaunan sebagai atap mereka yang entah sampai kapan akan selesai.

Sehun bangkit dari duduknya, sebelumnya ia menancapkan kayu-kayu kecil di sekeliling Api dan meletakkan Jaket hujan diatasnya.

"Ini... Apa cukup?" Sehun menyerahkan plastik kepada Kai.

Kai mengangguk. "Coba kau rentangkan dulu."

Sehun menurut, dan merentangkan plastiknya, ukuran cukup lebar sekitar 3 meteran mungkin. Ahh... Papanya memang hebat, Sehun bahkan tidak kepikiran untuk membawa plastik seperti ini.

Beberapa menit kemudian mereka selesai dengan Tenda mereka. Setelah meyakinkan atapnya tidak akan lepas tertiup angin.

"Sehun... naiklah..." Perintah Kai. Sehun menurut dan beranjak dari duduknya menunggui api di bawah tenda mereka.

Perlahan Sehun menaikinya.

"Kayunya kuat. Sangat kuat untuk menahan tubuh kerempengmu." Ledek Kai.

Sehun hanya mendengus malas.

Setelah merasa kayu yang ia duduki kuat, dengan perlahan Sehun menuju tasnya, mencari selimut tipis, udara lumayan dingin disini, Hujan masih mengguyur. Segera setelah menemukannya, Sehun membungkuskan dirinya dalam selimut. Kai hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Sehun.

Sehun semakin mendekatkan tubuhnya pada Kai. Ia kedinginan, kondisi tubuhnya juga tidak terlalu fit, mungkin terforsir oleh perjalanan panjang mereka yang tanpa henti.

"Kau tidak sakitkan Sehun?" Tanya Kai was-was.

Sehun menggeleng , "Aku kedinginan... dan lapar.." Jawabnya dengan volume kecil.

Kai menoleh, "Lupakan... Jika kau tidak ingin hujan-hujan seperti ini mencari makan di hutan."

"Huh... Siapa juga yang mau mencarinya. Aku bawa makanan, asal kau tahu."

Kai menggelengkan kepalanya, dalam hatinya 'apa saja yang anak ini bawa dalam tas besarnya itu'

Sehun mulai mencari-cari kantung plastik yang berisi makanan. Ia berharap semoga makanannya tidak basi, sehingga ia bisa menuntaskan hasrat laparnya.

Sehun harap-harap cemas, ia pun membuka bekal yang tertutup rapat oleh kotak bekalnya. Ia menciumi nasinya, dan menghela napas lega mendapati nasinya belum bau... Syukurlah...

Kemudian membuka kotak bekal satunya yang berisi sosis goreng dan nugget, ia yakin itu tidak akan basi. Papanya memang benar-benar hebat mempersiapkan segalanya.

Sehun pun memakan dengan lahap, beberapa kali menawari Kai tetapi lelaki berkulit tan itu hanya menggelengkan kepalanya.

"Kai... kau benar-benar tidak lapar? Papa... membawa kan bekal sangat banyak... karena tahu aku sekelompok denganmu, sayang kalau harus di buang, aku juga sudah kenyang." Ujar Sehun untuk terakhir kalinya.

Kai memandang ke arah kotak bekal Sehun. Sehun agak kesal dibuatnya. Lelaki ini dari tadi sok bahwa ia hanya akan memakan makanan hutan selama di hutan. Sungguh, memangnya apa salahnya membawa bekal? Kai berkata seperti itu seolah-olah menyindir Sehun. ia jadi sebal sendiri.

"AAA.." Sodor Sehun pada Kai.

Lelaki berkulit tan itu menolak. Namun, Sehun terus menerus memaksanya.

"Jangan membuatku membuang makanan Kai, kita hanya sarapan tadi pagi. Itu pun kalau kau sarapan, siang tadi kita hanya sibuk berjalan dan berjalan. Aku tahu kau lapar, kenapa harus membuang makanan sedangkan di sini ada orang yang membutuhkan makanan. Ok, aku janji setelah malam ini, kita aka mencari makan di hutan."

Kai menoleh, Sehun benar, mereka memang tidak ada makan dari siang tadi, bahkan pagi tadi Kai hanya memakan roti selai sebagai sarapannya. Kalau boleh jujur, perutnya memang sangat kelaparan. Ia hanya gengsi saja sebenarnya. Tapi, kali ini saja mungkin ia akan menyerah pada gengsinya dan menuruti perkataan Sehun.

"Ya sudah kalau kau tidak mau. Aku akan membuangnya."

Tangan Sehun terulur untuk melempar setengah dari makanannya namun, Kai segeraa menghentikannya.

"Baiklah... janji untuk malam ini saja. Besok kita harus memakan makanan hutan, ok!"

Sehun tersenyum, akhirnya ia tidak jadi membuang makanannya.

"Tapi... Kau harus menyuapiku. Tanganku kotor."

Andai saja penerangan bagus, Sehun pasti bisa melihat dengan jelas kai blushing saat mengatakannya.

.

.

Malam pertama mereka di hutan Kai sama sekali tidak memejamkan matanya. Melewati malam bersama Sehun untuk pertama kalinya terasa canggung. Kai merelakan pundaknya sebagai sandaran kepala Sehun. tangannya juga memeluk erat Sehun dari samping. Lelaki itu tidak bisa tidur jika tidak ada yang bisa ia peluk atau seseorang yang memeluknya. Bahkan tadi malam, lelaki itu hampir menangis saat ia lupa memasukkan boneka pinku nya ke dalam Tas. Iba sekaligus tidak ingin terganggu lebih lanjut Kai menawarinya pelukan dan menyuruh Sehun bersandar di pundaknya. Esok hari, mereka akan melewati hari yang panjang, mereka harus tidur cukup. Dan orang-orang seperti Sehun sepertinya akan mudah lelah jika harus begadang.

Nyatanya, Kai terlelap sejenak saat hari menjelang pagi. Ia bangun kemudian, matahari telah menyingsing di ufuk timur, memencarkan cahaya remang-remang fajar. Kai perlahan memindahkan kepala Sehun di Tas. Kai ingin mengecek lokasi sekitar. Ia pun turun dan belum sampai ia berjalan sepuluh meter suara Sehun sudah mengagetkannya.

"KAIII...KAU DIMANAAA? KAIII"Teriak lelaki berkulit pucat itu.

Kai hanya bisa memijit pelipis nya kasar.

Tahu begini, Kai benar-benar menyesal pernah menantang Sehun ikut Perjalanan ke Hutan.

"Iya Sehunn... aku di sini."

.

.