My Broken Flower 'Remake'
Cast : Main! Jongin dan Sehun. Other! Baekhyun, Luhan dan lain-lain.
Pair : Main! KaiHun slight! KaiLu, ChanHun.
Length : Multi chapter.
Genre : Hurt/comfort, Romance, yaoi, boyxboy, death chara.
Rated : T
Summary : Oh Sehun sangat sedih saat mengetahui bahwa kekasihnya, Kim Jongin ternyata seorang playboy. Diam-diam Jongin menjalin hubungan asmara dengan namja cantik, Xi Luhan. Ternyata Sehun berniat membalas dendam kepada Jongin. Namun, dia tak pernah mengira kalau pembalasan dendam itu menyebabkan mata Jongin buta total. Mampukah Sehun bertahan di saat dirinya dilanda patah hati dan penyesalan?
A/N : annyeong! Kita berjumpa lagi. Semoga banyak yang suka. Warning! Typo bertebaran!
.
.
.
.
.
Happy Reading
Chapter sebelumnya
Ternyata aku lemah, pikir Sehun sedih. Aku tak kuasa menahan cemburu dan sakit hatiku. Kau pengkhianat… kau injak-injak perasaan cintaku ini.
.
.
.
.
.
Tak biasanya Baekhyun melihat Chanyeol seceria itu. Diam-diam dia mengintip kakaknya sedang melukis di sanggarnya. Walau berdiri di ambang pintu, namun matanya tak mungkin keliru. Chanyeol sedang melukis Sehun!
"permisi."
Ucapan Baekhyun membuat Chanyeol nyaris terjengkang. Kuas di tangannya nyaris tergelincir. Dia menoleh dengan panik ke arah pintu, dimana Baekhyun berdiri mengawasinya.
"kau ini! Sejak kapan kau mengintip?"
"sejak kapan hyung menyukai Sehun?" Tanya Baekhyun tak peduli.
Chanyeol melongo. "apa maksudmu?" Tanyanya bingung.
"kau tampak terpesona melukis namja di dalam kanvas itu, dan wajahnya persis dengan Sehun." Ekspresi Baekhyun terlihat jahil menggoda. "hyung naksir sama dia, ya? ayolah mengaku saja…."
"aku hanya butuh model untuk lukisanku, dan kebetulan aku mengingat wajah Sehun." Chanyeol menjawab dengan agak gugup.
"hyung mengingatnya karena wajahnya terbayang di kepalamu!" tebak Baekhyun yakin.
"jangan sok tau."
"aku bukannya sok tau, tapi ini hanya instingku saja sebagai namja."
Chanyeol tak berusaha untuk membalas perkataan adiknya. Dia memilih melanjutkan pekerjaannya untuk menyelesaikan lukisan. Diam-diam Baekhyun tersenyum dan melangkah menghampiri kakaknya, kemudian menepuk bahunya dengan penuh simpatik.
"aku berani taruhan. Terserah apa pun jawabanmu, aku pasti mendukungmu, hyung."
Chanyeol menoleh sebentar. "memangnya apa yang akan kau lakukan seandainya aku memang betul-betul jatuh cinta pada Sehun…?"
Baekhyun tersenyum kocak. "aha! Pastinya aku akan berusaha agar hyung dapat memenangkan hati Sehun!"
Ada semburat kemerahan di pipi Chanyeol, menyiratkan suatu harapan.
"tapi sekarang bukanlah waktu yang tepat bagi hyung untuk mendekati Sehun." Baekhyun menarik napas. Dia mengawasi perubahan mimik wajah kakaknya.
Walau tak ada pertanyaan yang terlontar dari mulut Chanyeol, namun Baekhyun yakin kalau kakaknya penasaran apa sebenarnya maksud yang dia ucapkan. Chanyeol masih bungkam dalam usahanya menyelesaikan lukisan.
"hyung tau kenapa Sehun menginap di rumah ini?" Tanya Baekhyun.
"tentu tidak."
"karena aku yang memintanya untuk menginap di rumah ini.."
"kenapa?"
"nah, itulah. Itulah kenapa aku yang menginap di sini. Dia sedang terpukul."
Kali ini Chanyeol menoleh dan menatap adiknya dengan serius.
"maksudmu?" tanyanya penasaran.
Baekhyun menghela napas sebentar.
"dia sudah punya pacar,. Tapi…. Sepertinya pacarnya tidak serius mencintainya."
"kenapa kau bisa beranggapan seperti itu?"
"karena dia selalu tidak menepati janji, dia juga playboy." Baekhyun menyahut dengan gemas . "kau tau, kemarin aku melihat dengan kepalaku sendiri bagaimana pacar Sehun yang bernama Kim Jongin itu janjian dengan namja cantik di Café Mui-Mui. Terpaksa aku mengadu kepada Sehun, supaya dia tau siapa sebenarnya pemuda yang sudah hampir setahun ini dipacarinya."
Chanyeol terlihat sebal sekali mendengar penjelasan adiknya.
"Sehun sepertinya namja yang setia." Komentarnya. "dia tak seharusnya memiliki pacar seorang playboy."
"dia tak hanya setia, tapi terlalu mempercayai pacarnya sampai-sampai sering omonganku tak digubris olehnya." Baekhyun menimpali. Dia lalu menepuk bahu hyungnya. "lanjutkan melukismu. Aku yakin hubungan mereka berdua tidak akan bertahan lama. Percayalah."
Baekhyun keluar dari ruangan sanggar.
Chanyeol melanjutkan kreativitasnya. Namun sulit baginya untuk berkonsentrasi. Bayangan wajah Sehun dan cerita tentangnya selalu terbayang olehnya.
.
.
.
Baekhyun kaget melihat mata Sehun bertambah sembab, saat mereka berdua bertemu di koridor kampus. Baekhyun menariknya ke tepi koridor. Sehun hanya menunduk malu, dan terlihat jelas kalau dia berusaha menghindari tatapan mata sahabatnya.
"kau menangis lagi, ya?" protes Baekhyun.
Dan Sehun hanya diam saja.
"jawab, Sehun!" Baekhyun menarik lengan sahabatnya dengan tegas.
"mian." Sahut Sehun lemah, dia mulai menoleh dan menatap Baekhyun dengan malu.
Melihat tatapan mata Sehun yang tak berdaya itu, Baekhyun langsung terdiam dengan sendirinya. Dia tak sampai hati untuk mendesaknya lagi.
Ya ampun…, dia terlihat rapuh sekali, pikir Baekhyun iba.
"tak ada yang perlu dimaafkan." Ucap Baekhyun menghibur. "mungkin aku yang kurang peka terhadap dirimu."
"kau memang perhatian padaku." Tukas Sehun.
Baekhyun tersenyum. "kalau begitu, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu?"
"tidak ada. Aku sudah sangat senang kau selalu ada di sampingku."
"aku tipe sahabat yang cerewet, ya?" Tanya Baekhyun spontan, agak cemas.
"ah, tidak juga!" sahut Sehun tak enak hati. "yah… kadang-kadang, sih."
Baekhyun tertawa lepas tanpa malu, sementara Sehun hanya tersenyum .
"kau ini…." Baekhyun mengacak pelan rambut sahabatnya itu.
Mereka berdua terkejut saat sosok Jongin muncul dari balik belokan, dan berjalan ke arah mereka. Namja itu rupanya juga tidak menyangka akan berpapasan dengan Sehun.
Untuk beberapa saat lamanya, terjadi kegugupan di antara Jongin dan Sehun, dan Baekhyun diam membisu di antara mereka. Jongin menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Bagaimanapun juga dia harus bersikap dewasa, tak mungkin dia tak berbuat apa-apa disaat seharusnya dia menyelesaikan suatu permasalahan. Dan permasalahan itu terjadi di antara dirinya dan Sehun.
"Sehun." Ucap Jongin pelan. "aku harus bicara empat mata denganmu." Diliriknya Baekhyun sejenak.
Baekhyun menghela napas sabar. "baiklah, aku akan pergi dari sini." Katanya.
"oh, tidak perlu!" potong Jongin. "aku dan Sehun yang pergi dari sini."
"kalau begitu kita sama-sama pergi menjauh!" cibir Baekhyun sambil bergegas menjauh.
Secara mendadak dan seolah memiliki daya kekuatan yang sulit untuk dikalahkan, tangan Jongin yang begitu kekar langsung menggenggam pergelangan tangan Sehun. Mereka berjalan dalam diam menyusuri koridor dan berhenti di tangga yang sepi tanpa dilewati banyak mahasiswa.
"Sehun." Kata Jongin datar, sesaat setelah mereka berdua berhenti di bawah anak tangga. "sudah sepatutnya aku terbuka padamu."
Sehun mendongakkan wajahnya dan memandang mata Jongin. Sulit menguak kejujuran dari mata itu, namun Sehun berani memastikan kalau mata itu menyiratkan keseriusan.
"apa yang ingin kau bicarakan…?" Tanya Sehun dengan suara bergetar.
"tentang kesehatanku."
"ada apa dengan kesehatanmu…?" desak Sehun penasaran. Apa maksudnya namja ini ingin membahas tentang kesehatan…?
Jongin menarik napas dalam-dalam, lalu memandang Sehun. Namja tampan itu meraih kedua tangan Sehun dan menggenggamnya.
"kemarin, kau pasti mengira kalau aku selingkuh, ya"
"menurutmu, apakah aku tak pantas mengira begitu?"
"ya, itu karena aku sedang memakaikan cincin ke jari Luhan."
"aku tak perlu tau siapa namanya." Sahut Sehun berusaha sengit, namun justru malah terdengar getir.
"tapi kau perlu tau siapa dia." Jongin menyahut tegas. "dia bukan hanya sahabatku, tapi dia juga seorang dokter yang selalu memantau penyakitku."
Jongin memalingkan wajahnya dengan segera. Sehun menatapnya dengan serius.
"penyakitmu? Apa maksudmu…?"
Napas Jongin memburu, bahunya naik-turun dengan cepat.
"aku…," ucapnya ragu-ragu. "aku mengidap kanker otak yang cukup ganas."
Rahang Sehun membeku dalam keterkejutan hatinya. Rasanya dia kurang mempercayai pendengarannya sendiri. Tak mungkin itu terjadi pada Jongin! Kanker otak?
"Jongin… lekas katakan… kau pasti berdusta… kau pasti tak benar-benar serius mengatakannya," desak Sehun panic. "dokter muda itu pasti salah diagnosa!"
"aku serius, Sehun!" sahut Jongin dengan serius. "aku yakin Luhan tak salah mendiagnosa, karena aku sendiri beberapa bulan terakhir ini mengalami gejalanya. Aku selalu pusing tak karuan."
"apakah orangtuamu sudah tau penyakitmu? Jongin, ini tak main-main. Kau harus segera mengatasi penyakitmu!"
"orangtuaku sudah tau. Mereka sangat terpukul mengetahui hal ini." Jawab Jongin lirih.
Tiba-tiba saja Jongin merasakan pelukan di sekeliling tubuhnya. Pelukan itu berasal dari Sehun. Namja itu menyandarkan wajahnya di bahu Jongin.
"maafkan aku!" pinta Sehun lirih. "tak seharusnya aku mencurigaimu."
Tubuh Jongin membeku di pelukan Sehun, namun dia segera berusaha melepaskan diri, sampai Sehun merasa kaget. "Lepaskan aku!"
Sehun terkejut sekali. Jongin sedikit mendorong tubuhnya, seolah pelukannya akan membuat penyakitnya semakin parah.
"jangan peluk aku lagi." Pinta Jongin. "kau sebaiknya mulai melupakanku dan mencari penggantiku."
"apa maksudmu?"
"karena tak lama lagi aku akan mati!"
Sehun hanya tertegun bingung ketika Jongin membalikkan badannya dan pergi.
.
.
.
Walaupun mereka berdua kuliah di satu kampus yang sama, namun sudah tiga hari ini Jongin sulit sekali ditemui. Sehun sampai mengira kalau namjachingunya itu tidak masuk kuliah dikarenakan sakit. Dia sampai berani menanyakannya kepada teman sekelasnya, namun ternyata Jongin baik-baik saja dan selalu hadir.
Kalau memang dia kuliah, seharusnya dia mudah ditemui seperti biasanya, bukan…? Tapi kenapa…? Ah, sudahlah, Sehun tidak mau berpikiran macam-macam tentang namjachingunya.
Baekhyun rupanya menyadari kegundahan yang dirasakan sahabatnya. Dan dia sudah pandai menebak siapa yang berada di pikiran Sehun. Pasti Jongin. Siapa lagi kalau bukan dia?
"bagaimana hubunganmu dengan Jongin? Sudah ada perkembangan, belum?" Tanya Baekhyun basa-basi saat mereka berdua berjalan berdampingan sepulang kuliah menuju halte bus.
Sehun menggeleng lesu. "aku bahkan jarang menemui dia akhir-akhir ini."
"tapi kau sudah membicarakan sesuatu setelah peristiwa hari minggu yang lalu? Apa pendapat dia?"
Mereka berdua berhenti di halte. Sehun tampak ragu-ragu untuk menyampaikan sesuatu kepada sahabatnya itu, namun setelah cukup lama menimang-nimang, akhirnya dia mau juga membuka suara.
"menurutmu apa yang harus aku lakukan kalau namjachinguku seorang pengidap kanker otak?" pancing Sehun.
"maaf, kau sedang membicarakan siapa…?" Tanya Baekhyun gelagapan.
"siapa lagi menurutmu? Tentu saja Jongin!" balas Sehun getir.
"dia…? Astaga tak mungkin…!" gumam Baekhyun prihatin. "dia mengidap kanker otak?"
"dia mengaku begitu. Dan namja yang bersama dia di café beberapa hari lalu, ternyata adalah dokter yang mendiagnosa penyakitnya."
"maaf, kau percaya begitu saja dengan pengakuan Jongin?" selidik Baekhyun.
"apa maksudmu?" Sehun terlihat agak tersinggung.
"aku… jujur, aku belum mau mempercayai kalau dia mengidap kanker otak. Aku punya firasat kalau dia membohongimu."
"membohongiku? Untuk apa?"
Kali ini Baekhyun tidak malu mengeluarkan senyum di hadapan sahabatnya, tak peduli dianggap melecehkan perasaannya. Sebab dia memang gemas dengan sifat Sehun yang menurutnya terlalu naïf! Mengapa dia dengan mudahnya mempercayai begitu saja kalau Jongin mengidap kanker otak?!
"ya, selalu ada kemungkinan, kan?" tukas Baekhyun. "bisa saja dia berusaha mengalihkan kecurigaanmu. Dia janjian dengan namja lain di sebuah café. Kau mencurigainya berselingkuh. Kalau dia ingin membela diri, dia pasti akan melakukan cara apa pun termasuk membohongimu, agar dia tak dianggap salah!"
"tapi mana mungkin dia senekat itu, sih?"
"semua akan terjawab apakah dia berbohong atau tidak. Aku punya saran untukmu."
"apa…?"
Bus sebentar lagi singgah, Baekhyun akan menjawabnya di dalam bus. Mereka berdua naik ke dalam bus.
.
.
.
.
.
.
TBC
Maaf updatenya lama banget. Tapi karena sibuk, jadi gak sempat update plus juga agak males, hehehe :D dan makasih untuk review kalian. Jangan lupa direview ya? FenFen butuh kritik dan saran kalian di kotak review. Sampai jumpa di chapter selanjutnya. Bye bye!