Road To SasuHina

Disclaimer: Naruto (c) Masashi Kishimotto

Rate: T+ For language

Genre: Parody & Humor yang Garing

Author: Hikari no Aoi

WARNING: OOC akut (karena ikut karakter Road To Ninja), Canon, Typo, dan EYD yang disalahkan. Bahasa amburadul dan cerita ABSURD yang tak dapat dituangkan dengan benar

.

.

.

Don't Like Don't Read Don't Flame!

You've been Hard warned!

.

Road To SasuHina

.

Summary: pernah nonton the movie Road To Ninja? Nah ini adalah Versi SasuHinanya. Selamat membaca! ^_^ #ga bisa bikin summary

.

.

.

Hinata membuka kedua kelopak matanya perlahan, suara Burung yang sedang bertengger tak jauh dari Pohon dekat kemarnya membuat sang sulung Hyuuga itu langsung mengernyit. Cepat sekali, memang sekarang sudah pagi?

Merenggangkan tubuhnya yang tak terbalut selimut, Hinata menatap berkas cahaya Matahari yang sudah menyusup di balik Gorden Jendela kamarnya. Ahh... Hari ini ia ada janji dengan Kiba dan Shino. Sebaiknya ia bergegas, kata terlambat itu gak ada di dalam kamus Hidupnya.

Mengumpulkan kesadaran yang masih tercecer kemana-mana, Gadis beriris Lavender itu segera mengusap kedua matanya dan terduduk. Setelah menguap beberapa kali, ia akhirnya memutuskan untuk keluar kamar untuk sarapan lalu mandi.

Tanpa cuci muka, tanpa sisiran, tanpa merapikan penampilanya yang acak-acakan, Sang Heiress berambut Biru tua itu segera menggeser pintu Fusuma dan berjalan ke ruang tamu yang tak jauh dari kamarnya. ternyata disana sudah ada sang ayah dan Hanabi yang sedang menyiapkan sarapan. Hiashi sangat cocok mengenakan celemek berwarna Hijau Lumut apalagi saat ia sedang menata Piring di atas meja seperti ini, Dia juga dibantu oleh sang adik-Hanabi yang tampak sudah rapi mengenakan Yukata Kuning.

Sedangkan Neji? Oh, si pria mesum itu membantu keluarganya dengan tidak melakukan apapun.

Cerdas.

"Ohayou Hime-sama." Sang kakak sepupu menatapnya dengan pandangan nakal. "Seperti biasa kau sangat seksi," panjang umur, dia barusaja dibicarakan–dalam hati.

"Dia memang anakku, Neji!" sang kepala Keluarga tiba-tiba mengangkat gagang supnya tinggi-tinggi, ia selalu tampak penuh semangat-seperti biasa juga. "Putriku memang cantik seperti ibunya, dia mewarisi kecantikan itu dari istriku! oh Hotaru..."

"Otou-sama, ja-jangan bersedih." Hanabi menepuk pundak ayahnya pelan. "Hinata Nee-sama me-memang sangat cantik!"

Tunggu, semangat yang membara seperti masa Mudanya Guru Kakashi itu bagian yang menunjukkan 'kesedihan'nya ada dimana...

Ya?

"Ja-jangan bersedih ayah, lihat S-semua sudah berkumpul, jadi ayo kita sarapan?" Pandangan berkaca-kaca yang Hanabi tujukan pada Hiashi membuatnya terharu, oh betapa sangat bahagia hatinya memiliki kedua putri yang cantik, baik, berbakti, menggemaskan-pokoknya sangat well ini. Ia benar-benar sangat bersyukur pada Kami-sama. Apa jadinya ia Jika tidak memiliki keluarga yang harmonis seperti ini?

Hiashi Hyuuga mengusap kedua matanya, semakin terharu dengan sikap Putri bungsunya yang sangat anggun mirip ibunya. "Oh Hanabi..."

"Tou-san jangan menangis-hiks," ia merangkul sang ayah yang masih memegangi sendok supnya. "K-kalau tou-san sedih, Hana juga sedih,"

Suara Sesegukan akhirnya mulai terdengar.

"Mau kencan denganku hari ini?"

"K-kalian sudah besar-hiks, ayah akan kesepian kalau kalian sudah menikah."

"Hiks... Otou-san, kami tidak akan me-meninggalkanmu!"

"..."

"Bagaimana kalau ke atas Patung Hokage?"

"Kau akan ikut suamimu, Hana-chan. Ohh Hotaruuuu... mereka akan meninggalkan aku!"

"Hiks, Otou-san jangan berkata b-begitu!"

"B-berjanjilah anakku, bahwa kau akan menemani Ayah!"

"Atau kita kepantai saja, aku yakin Bikini sangat cocok denganmu Hime-sama!"

"I-iya, Nee-sama, kita a-akan berbakti pada ayah kan?"

Sambil Menutup mata, Hinata meneguk kuah supnya. 'Nanti latihan apa, ya?'

"Oh Hinataa... aku terharu! Ayah benar-benar bangga padamu!"

No comment, ah.

"L-lihat kan, a-ayah... ka-kami tidak akan meninggalkanmu!"

Mata Amethyst Neji berbinar, "Yokatta! A-aku akan bersiap-siap, Hime-sama!"

Dan seperti itulah keseharian Hinata setiap paginya. Dipuji oleh ayah yang bangga terhadapnya, di sayangi oleh sang adik yang sangat pengertian padanya. Dan jangan lupa juga di mesumi sendiri oleh saudara sepupunya. Ohh, betapa indahnya hidup ini.

.

Road To SasuHina

.

Membiarkan Resleutingnya Jaketnya terbuka, gadis berambut Indigo itu tak merasa risih dengan gaya busananya. Bahkan cuaca Konoha yang sedang memasuki Musim panas malah membuatnya nyaman dengan Hotpants setengah lutut yang ia kenakan. ah hari ini dia ada Latihan, baguslah daripada seharian dirumah malah diganggu oleh Neji yang berisik-oh iya, ngomong-ngomong soal pemuda itu... dia sedang berada di'langit ketujuh' kalau kamu tanya.

'Kok bisa?'

Penasaran kenapa?

'Iy-enggak jadi deh'

Serius pengen tahu?

'Enggak!'

Ya udah kalo enggak.

'Hah? Kok bisa-'

Aku gak baca pikiranmu kok.

'Kok kamu-'

Kenapa malah kesel?

'Gak jela-'

Oke-hentikan, dia lagi dirawat sama Hanabi karena Nekat ngintip Hinata yang lagi mandi. Jadi jangan salahkan sang Hime yang walaupun-diam-tapi-mematikan bergerak secara 'refleks' untuk memberi pelajaran sang kakak yang mesumnya ga ketulungan. Kadang Hinata berfikir, apakah Neji ia suruh berguru pada Jiraya-sensei saja ya? Soalnya Sannin berambut Putih itu ilmu spiritual agamanya lumayan tinggi juga lho, karena dia yang paling suka BertapaKetimbang Tsunade dan Orochimaru yang memilih 'jalan lain' sebagai Hokage dan kepala Lab. penelitian.

Khukhukhu ide yang bagus.

"Oi, oi, kau telat semenit Hina-chan," suara Kiba yang begitu Hinata kenal membuat sang Souke itu mendengus. Sial, karena terlalu senang berkhayal membuatnya terlambat.

Semenit.

Dalam Hati, Hinata bersumpah.

Tak akan. Terulang. Lagi.

"Daripada kau yang selalu telat karena kutu," Gadis bermata Amethyst itu bersedekap tangan, mencibir Kiba yang telah menghinanya.

Uhm, menghina darimana...

Ya?

"Aku setuju, Hinata. Serangga itu hewan yang merepotkan." Shino Aburame menyembulkan kepalanya dari balik Pohon, kemudian mangut-mangut. "Untuk latihan hari ini, aku sudah membawa dua kaleng semprotan anti-serangga."

Kiba langsung merengut, kedua tanganya tertekuk di depan dada.

"Miaww, yang penting aku menggemaskan!"

KRAUKKK!
Dan kepala sang Inuzuka itu sudah masuk sepenuhnya kedalam mulut Akamaru yang entah darimana datangnya, Hinata hanya mengangkat bahu acuh lalu berjalan keluar desa, menuju tempat latihan mereka yang ada di luar desa Konoha. "Ayo berangkat." Katanya.

Terabaikan. Entah mengapa, di dalam Hati Shino merasa selalu seperti itu. Apakah hanya firasatnya saja, atau memang benar adanya jika keberadaanya di 'dunia' macam apapun tidak akan diperhatikan?

Auk ah.

Sang Aburame muda itu akhirnya tak mau terlalu memikirkanya, ia lebih mengikuti Hinata dan merogoh Kaleng semprot yang ada di Saku Jaketnya. Berjaga-jaga kalau ada serangga yang lewat di depan matanya.

"Hinataaaa- Sh-Shinoooooo!"

"Grrr!"

"Gelaaappp!"

Menuju ke Hutan tempat latihan Team Delapan itu memerlukan waktu sekitar Setengah Jam, itu kalau semuanya lancar lho ya. Masalahnya beda lagi kalau ada yang menghalangi jalannya seperti ini. Mungkin jadi sekitar... satu jam?

Hinata mendecih tidak suka. berdiri di atas atap pos pengawasan, Hinata menatap si biang kerok yang menghalangi jalanya keluar Gerbang. Sialan, padahal jalan kebenaran -?- sudah ada di depan mata. Ck!

Lagi-lagi si Uchiha!

"Uuhh, Sasu-kun tampan sekali!"

"Jadikan aku pacarmu, Sasu-kun!"

"Ah, kalian ini wanita yang manis sekali," pemuda Uchiha itu memilin-milin setangkai Mawar yang ada di tanganya. "Tapi, aku milik kalian semua, jadi bagaimana?"

"Kyaaa! Dia tersenyum!"

"Sugoi, aku rela dibagi!"

"Sasuke-kun, besok Nikah yuk?!"

"Kyaaa, aku mau kau jadikan istri kedua, Sasu-kun!"

"Tidak apa-apa, aku mau dimadu!"

"Pokoknya aku mau sama Sasu-kun!"

"Uchiha jelek,"

"..."

"..."

"..."

Dan Keributan itu langsung menghilang. Digantikan dengan kesunyian yang mencekam, juga terasa menusuk. Bahkan Hinata bisa merasakan aura membunuh dari mereka semua yang ditujukan spesial hanya kepadanya. Oh, sudah biasa.

"Minggir dari jalanku, Uchiha." Sang Heiress Hyuuga berkacak pinggang, menatap rendah pemuda yang saat ini tengah menjadi pusat perhatian para wanita labil. Menjijikkan.

"Ara, ara, kau selalu tegang Hinata." Sedetik kemudian, si gadis Hyuuga berjengit karena pemuda itu tahu-tahu sudah berada di sampingnya, bahkan merangkul pundaknya.

Brengsek!

" . ." ia mendesis tajam. Masih mencoba sabar dengan memperingatkan si Bungsu Uchiha yang tingkahnya sudah kelewatan. Hinata tidak akan memukul orang tanpa peringatan, Bahkan saat Sakura sedang jalan bareng dengan Narutopun ia masih memberikan Toleransi dengan ancaman Byakuganya. Uhm, Itu di Road To Ninja, ini beda ceritanya ya...

"Minna, Lihatlah gadis ini, bukankah dia terlalu tegang karena sibuk bekerja?" Sasuke menyeringai, dan hal itu benar-benar membuat Hinata jengkel. "Bagaimana jika kita ajak bersenang-senang?"

Para Fansgirls Sasuke langsung mengeluh tidak suka, dari sekian banyak dari mereka mengapa Justru Hinata yang malah dirangkulnya? Wajah manis mereka yang tadinya sumringah langsung berubah cemberut dan diselimuti kabut cemburu yang semakin pekat. Apanya yang kurang dari Mereka Hingga Sasuke lebih memilih untuk 'memeluk' gadis ber-piippp- besar mirip tante-tante itu?

Serentak, mereka semua menunduk.

"..."

Sial.

Kecil.

"Bagaimana manis?" diulurkanya Mawar Merah itu pada sang Gadis yang tengah mengepalkan kedua tanganya dengan kuat. "Mawar ini sama dengan dirimu, Begitu menggoda."

Bughh!

Set!
satu tinjuan mentah dari Hinata nyaris saja mengenai wajah mesum yang menjijikkan itu. sial, gerak Sasuke itu cepat juga.

"Seperti biasa kau begitu agresif, manis." Dilihatnya dengan tatapan penuh Amarah si pemuda berambut Gagak yang kini sudah berada di tengah kerumunan lagi. Dasar pemuda menjijikkan! "Maaf Gadis-gadis, aku ada urusan dengan cewek Galak itu. Aku akan menghubungi kalian kalau sudah selesai, ne?" pemuda itu mengedipkan sebelah matanya. Seketika itupula Hinata merasa mual.

"Hinata, gak bisa lewat lagi?" Shino datang dan mengambil posisi di samping sang Sulung Hyuuga. Matanya yang terlindungi Oleh kacamata Hitam tak membuatnya kesulitan dalam mencari sosok Sasuke yang tengah ditarik-tarik Fansgirlnya kesana-sini.

"Shino, mana obat anti seranggamu?"

Pria berusia Tujuh Belas tahun itu menoleh, wajahnya terlihat datar. Namun dalam hati, ia sangat serius mempertimbangkan. "Maaf, tapi persedianya tidak cukup. Aku tidak mau ada serangga sewaktu lati-."

"Berisik, cepat berikan!"

Shino mundur selangkah, "Tidak, jangan itu!"

Hinata semakin ndongkol, direbutnya dengan paksa benda kaleng yang masih di pertahankan oleh si empunya. "Jangan kekanakan, Shino!"

"Aku benci serangga, Hinata!" sang pria berkacamata itu melindungi 'Barang berharganya' dengan kedua tanganya, ia mundur lagi untuk mengambil jarak aman dari Hinata yang semakin mendekat. Oh, lebih baik ia kabur.

"Shino!-" barusaja Hinata akan menyobek Jaket sang 'sahabat', Gadis berusia Enam Belas tahun itu kembali dikejutkan dengan tarikan kuat di perutnya yang membuat Tubuhnya benar-benar 'melayang'.

"Hinata izin latihan hari ini, ya!"

Seketika itu pula Shino dengan ikhlas melambaikan tanganya. Kali ini, ia benar-benar berterimakasih pada Sasuke yang sudah menyelamatkan nyawanya. Well, ternyata dia tidak seburuk yang dia kira. "Aku akan bilang ke Kurenai-sensei!"

Ahh, ternyata si Uchiha bungsu itu baik juga ya? Dia bahkan mau menganggap keberadaanya. Mungkin ia juga bisa berteman akrab denganya?

"Gelap! Gelap! Shino, Hinata, kalian dimana? Lepaskan aku anjing Bodoh!"

"Wauff! Grrrrr!"

Dan Putra semata wayang penerus klan Aburame itu hanya memutar bola matanya sebal.

.

Road To SasuHina

.

Hinata menepis tangan Sasuke dengan kasar, gadis Hyuuga itu menajamkan kedua Lavendernya yang terlihat nyalang, tidak suka pada pemuda di hadapanya ini. "Apa maksudmu?"

Tatapan tajam yang diberikan Hinata kepadanya malah membuat Sasuke penasaran akan gadis satu-satunya yang berhasil kebal dengan pesonanya. Hinata itu benar-benar berbeda. "Kau cemburu, sayang?"

Hinata mendecih. dengan penuh percaya diri, ia bersedekap tangan. Seolah menentang segala Magnet yang menariknya untuk terjerembab kedalam pelukan pemuda itu.

Tidak akan pernah.

"Menjijikkan," Sasuke malah menyeringai, tanganya yang terulur hendak meraih wajah ayu itu ternyata dapat ditampik dengan mudah oleh sang Heiress Hyuuga. Gadis itu dapat mengimbanginya dengan baik. Namun tenang saja, tidak secepat itu seorang Sasuke putus asa. "Jangan pernah menyentuhku dengan tangan kotormu."

"Katakan saja jika kau cemburu," pemuda berambut Raven itu memilih untuk duduk dibawah Pohon tempat mereka berbincang 'panas' saat ini. memeluk kedua lututnya, Sasuke mendangak untuk melihat Ekspresi wajah Hinata. "Wah, dari bawah kelihatan dengan jelas."

Dughh!
tendangan yang Gadis itu berikan mampu Sasuke tahan dengan satu tangan kananya, meski begitu, rasanya lumayan juga. Sakit. Ia tidak akan meremehkan gadis ini lagi.

Bungsu Uchiha itu kembali menyeringai, menatap Hinata yang saat ini memandangnya dengan Byakugan memang memberikan sensasi tersendiri. Ia sebenarnya hanya ingin bertanya, bagaimana bisa Hyuuga ini tak mampu Tertembus oleh pesonanya?

"Jaga mulut –piiippp-mu, Uchiha!"

"Sasuke."

Hinata mengernyit. kakinya yang ditahan Sasuke malah menjadi titik lemahnya saat pemuda itu menariknya dengan kuat. Memaksanya untuk duduk diatas pangkuan Pemuda berambut Gagak yang sangat ingin dibunuhnya.

Hah?

Serius?
"Panggil Namaku, Hinata sayang."

Gadis berambut Biru tua itu semakin marah dengan sikap menyebalkan sang Bungsu Uchiha. Kapan pemuda ini akan kapok hah? Apa-apaan juga dengan yang dilakukanya ini?

"Lepaska-."

"Terimakasih."

Eh?

"Terimakasih, Hinata." Tangan kekar Sasuke malah memeluk punggung sang Souke Hyuuga dengan erat, hal itulah yang membuat Hinata membelalakkan matanya. Kenapa... ada apa dengan pemuda aneh ini?

Otaknya Konslet

Ya?

"Terimakasih sudah menyelamatkanku."

Gadis bermarga Hyuuga itu hanya terdiam membeku, kedua tanganya yang sudah siap dengan kunai tajam-tergantung begitu saja di udara, Hinata mencoba mengingat-ingat kejadian yang berhubungan dengan pemuda bergaya rambut aneh ini. Apa gerangan yang telah ia buat hingga Sasuke berterimakasih padanya?

Hinata bahkan tidak terlalu mengenalnya.

Satu bulan yang lalu.

"S-sial, mereka ada dimana-mana." Bergumam pelan, Sasuke Uchiha mengintip sedikit melalui semak-semak rimbun yang menjadi tempat persembunyianya. Kuso, kalau ketahuan benar-benar bisa mati dia. "Mereka itu sudah keterlaluan."

Mendesah nafas pelan karena gerombolan Fansgirlnya sudah agak menjauh, Sasuke menyandarkan tubuhnya pada batang Pohon yang tak jauh dari semak-tempatnya bersembunyi. Syukurlah, kali ini ia selamat.

"Apa yang mereka lakukan? Dasar Wanita gila." mengambil cermin kecil dari Saku celananya, Sasuke menatap wajahnya yang sudah penuh dengan lipstick, Lipgloss, Lipbalm, Lipice, dan lip-lip yang lainya pokoknya.

Horror.

Ngeri.

Hiiiihhh...

Wanita itu mengerikan.

Sedang sibuk-sibuknya membersihkan 'Noda membandel' yang ada di wajah tampanya-uhuk, Sasuke di kejutkan dengan sebuah suara yang semakin mendekat. Sial, mereka datang lagi! Kok cepet banget sih?

"Disana, disana! Aku merasakan keberadaan Sasuke-kun!"

"M-maaf, tapi a-aku yang merasakanya."

"Urusai Karin, sama saja pokoknya!"

"Ne, Karin-chan, disebelah mana Sasuke-kun sekarang?"

"Saki, jangan mencuri start!"

"Terserah, Yuzu! Toh kita juga minjem kekuatanya Karin!"

Yuzu mrengut, bibirnya mengerucut. "Pokoknya aku yang ngasih ide buat nyari Sasuke-kun Pake Karin, jadi kalau ketemu ya Sasuke-kun jadi milikku!"

"Gak bisa, Sasuke-kun harus dibagi jadi dua!"

"A-ano-."

"BERISIK!"

Karin diem.

Ngelu.

Melihat tiga orang fansgirlya yang berjalan mendekat, Mata Onyx Sasuke terbelalak. shit... ia harus kabur secepatnya! Kurang dari Tiga menit tuh cewek udah pasti nemuin dia! Kusoooo, kok wajah Tampanya ini gak ada obatnya juga sih-uhuk. Malah, makin lama makin ganteng! Ck, emang susah jadi orang berkharisma tinggi ya?

Menoleh ke samping dengan cepat, Sasuke dikejutkan dengan posisinya yang terjepit oleh Tembok besar sebuah Klan. Jalan satu-satunya yang bisa ia gunakan untuk melarikan diri adalah arah dimana Fansgirl itu datang.

Siaaalll! Ia kejebak!

Masak iya seorang Uchiha Sasuke Uchiha Nebras Jalan?

Nggak, itu sama sekali gak elit, man!

Tenang Sasuke, Tenang. Oke, sekarang relaks dan fikirkan jalan keluarnya. Apa yang biasanya dilakukan saat terjebak di saat-saat genting seperti ini?

Ambil Sn*ck*rs, Nolong lo di saat kelaparan!

Gilak! BUKAAAN! Ini bukan masalah perut yang laper trus berubah jadi orang Tua, ini masalahnya nyawa, bro! Nyawa!

Uhm, tes dicoba. Serius, serius! Oke, Sekali lagi ya? Baiklah, apa yang biasanya dilakukan oleh seorang Ninja disaat yang terdesak seperti ini? kadang kalau keadaannya sangat mengancam nyawa dan berbahaya, biasanya sih tokoh Utama akan mengadakan sebuah Sayembara kan? Ehem, ada baiknya di coba. Siapa tahu mujarab juga.

Tunggu, ini zaman Ninja apa Baheula?

Dear Kami-sama, kalau ada yang menolongnya dari FansGirl gilanya ini, Jika Cowok akan ia angkat jadi Saudara. Jika cewek, akan ia angkat jadi pacar.

Puhhh...

Amin.

Udah, moga aja tu doa pakai Titipan Kilat, jadi cepat sampainya. Amin.

Menengadahkan kepalanya ke atas untuk mencari jalan keluar, Sasuke malah dikejutkan dengan pandangan menusuk dari Neji Hyuuga yang tiba-tiba berdiri tepat pada tembok di atasnya.

Hah?

Cepet banget doanya dikabulin? Kekuatan sayembara itu emang Dahsyat!

#Don't Try this at home, anak-anak. Tadi adalah ajaran sesat.

"Kau penyusup, Uchiha? Ingin mengintip Hime-sama, ya?"

Hah?

"Kenapa diam? ketahuan ya?"

Hah?

"Dasar cabul."

HAH?

"KYAAA! SASUKE-KUN ADA DI BALIK SEMAK!"

H-HAAH?

"Pedofil."

HAAAHHH?!

"YUZU, ITU DIA-ITU ITU...KYAAAA SASUKE-KUUUNN!"

"Humu."

HAAAAHHH?!

"KYAAA, I LOVE YOU SASUKE-KUN!"

"AYO KITA SERET KE KUIL, SAKI! KITA AJAK NIKAH!"

"AYOOOO!"

HHHAAAAAHHHH?!

"..."

"Bejat-."

Brugkhhhh!

Tahu-tahu, Neji sudah tersungkur dengan posisi Terlentang ke halaman Hyuuga. Dan jangan lupakan Juga dengan Sasuke yang saat ini tengah menindih Tubuhnya.

Big HAAHHHH?

Apa yang barusan terjadi?
"OI, APA YANG KALIAN LAKUKAN?!"

Mereka berdua refleks menoleh ke sumber suara yang saat ini tengah berlari terengah-engah.

Hinata.

Neji mimisan.

Souke Hyuuga itu mendecih. Tak perduli dengan handuk yang masih melilit tubuhnya, di dekatinya para penyusup yang sedang memanjat tembok kediamanya. Berani sekali mereka menyusup kediaman Hyuuga dan membuat kerusuhan, huh? Hinata akan memberi mereka pelajaran!

"SEDANG APA KALIAN, HAH!?"

"Hentai, Muhu! Humu!" dan Neji langsung menjauhkan tubuhnya dari Sasuke yang masih belum ngeh dengan apa yang sedang terjadi.

"K-kami ingin Sasuke-kun kembali!"

"Hehh? Siapa?"

"S-Sasuke-kun! Kembalikan dia!"

"Aku tidak tahu siapa yang kalian maksud! Pergi atau aku siksa Dengan Byakuganku!"

Uhuk, maaf... itu Sharingan.

"KYAAA! Kau wanita jahat!" Yuzu menjerit Histeris. "Akan ku adukan kau ke Fansgirl Sasuke yang lain!"

"D-dasar Nenek lampir!"

Lalu, mereke berdua kabur. Menyisakan Karin dengan wajah kalemnya. "A-aku tidak tahu apa-apa, nee."

"Dasar bocah kurang ajaaaarrrr!"

Tuing! Tuing!

Perasaan ini...
"Grrrr! NEJI! JANGAN MENGINTIPKU, ANIKI BAAKAAAAA!"

.

Road To SasuHina

.

"Bodoh."

"Maaf."

"Gak berguna."

"Maaf."

"Maniak."

"Maaf."

"Penjahat –piiippp-."

"Maaf."

"Tukang intip."

"Maaf."

"Ahh, kalian bosenin."

"Maaf."

"Gak seru."

"Maaf."

"Ga ada kata selain maaf?"

"Gomen."

"Ahhh, kalian kuno!"

"Iya."

"Gak asik."

"Maaf."

"Gak bisa dimainin."

Croottt!
Neji Makin mimisan hebat, sedang Sasuke malah kebalikanya. wajahnya udah pucet kaya kena Anemia akut. Well, dia hanya kaget aja ketemu Hinata yang mulutnya puedes kaya gini. Apalagi ini pertama kali. Ditambah lagi, kenyataan bahawa Hinata yang telah menolongnya membuat Sasuke susah untuk menelan ludahnya. Ia lupa, biasanya habis mengadakan sayembara itu kadang hasilnya gak sama dengan yang di harapkan. Jadi... beneran gadis yang sedang duduk di hadapanya ini akan jadi pacarnya?

YANG BENAR?!

Cewek jutek, galak, judes ini? Cewek ini yang jadi pacarnya?!

Kami-sama, ia nyesel ngadain sayembara ga jelas yang hasilnya absurd juga. Hanya saja, pasti ia juga ga bisa menarik perkataanya, kan? Iya kan?

Tapi... kalau di lihat-lihat dia lumayan, sih. Dia cantik, manis dan juga dia memiliki #^a(!$ & -sensor. Wah, bisa #^a(!$ & -sensor nih!

MAKSUDNYA AAPA, AUTHOR?!

Duduk dengan bertopang dagu, Hinata memposisikan tubuhnya dengan 'ala kadarnya'. setelah ganti baju dan mengeringkan Rambutnya, Heiress Hyuuga itu akhirnya 'mengadili' dua pemuda yang tadi sempat mengganggu acara mandinya. Ada apa dengan kedua cowok abnormal ini, huh?

"Jadi, siapa namamu?"

"S-S-Sasuke."

"Klan?"

"U-U-U-Uchiha."

"Anak?"

"K-ke-ke dua."

"Status Ninja?"

"S-singel."

"BUAKA!" Hinata menggebrak meja, Matanya mendelik ke arah Sasuke dengan tajam. "Statusmu di Akademi, maksudnya!"

"J-jounin, Hime-sama."

Hinata mengusap-usap dagunya, well... ia juga gak terlalu kenal pemuda ini. Jadi sebelum ada masalah lagi, lebih baik ia pergi.

"Nii, antar dia pulang."

"APA?!" Keduanya menjerit bersamaan.
"Dia? Hentai ini? Tapi s-siapa yang akan menjaga anda Hime-sama!"

"Kau lebih hentai daripada Hentai!"

Cep. Neji diem.

"T-tidak, aku lebih milih pulang sendiri daripada diantar banci ini!"

"Apa?!"

"Apa, gak terima?"

"GRRR, UCHIHAAA!"

"HYU-."

"Ehem, aku juga Hyuuga."

Cep. Sasuke diem.

"Ahh, sudah terserah kalian, hari ini aku ada misi." Dan Hinata lebih memilih untuk beranjak dari tempatnya, bersiap-siap berangkat dengan Team Delapan kesayanganya. Urusan cowok aneh itu sudah ia anggap selesai, toh Hinata juga gak kenal dia, dan terlalu malas buatnya untuk ikut campur terlalu jauh. Jadi... ayo lupakan saja masalah ini dan Fokus ke misi, keep Fighting Hinata! Kau harus cari banyak uang buat beli sake!

.

Road to SasuHina

.

"Sudah ingat, sayang?"

Hinata mendelik. dengan kekuatan penuh, didorongnya tubuh Sasuke agar bisa menjauh darinya. Sekarang Hinata sadar, untuk apa Sasuke mengganggunya selama ini? "Apa maumu, Uchiha?" ujarnya ketus. "Apa yang kau rencanakan?"

Mendengar kalimat Hinata yang seakan menusuk, Sasuke menunduk. seringai kemenangan yang sempat menghiasai wajahnya tiba-tiba saja menghilang entah kemana. Ia terlihat kacau.

"Maaf." Ujarnya parau.

Hinata hanya menatap Sasuke dalam diam, ia bermaksud untuk memberinya kesempatan menjelaskan semua ini. Apa maksudnya mengahalangi jalanya untuk latihan, lalu menculiknya ke tengah Hutan begini huh? Kalau sampai alasanya konyol, Hinata bersumpah akan berubah jadi cewek pemalu.

"Aku ingin minta maaf." Sasuke sadar, bahwa selama ini kehadiranya yang tulus malah mengganggu kenyamanan Hinata. Sejujurnya, ia hanya ingin berterimakasih dan menepati Nadzarnya. Hanya saja... semua ini terjadi begitu saja. Menyisakan rasa yang tertinggal begitu dalam. Sakitnya tuh disini.

Oke, semua ini berawal di Seminggu pertama Sasuke ingin berterimakasih pada Hinata, tapi Gadis itu malah mengacuhkanya dan tidak melirik sedikitpun keberadaanya. Meski hasilnya 0 besar yang di dapat, Pemuda itu gak perduli, karena ia sudah terlanjur membuat janji, dan sebagai Lelaki yang gentle maka ia harus menepati! Gak perduli dengan halang rintang hang sudah menanti-lebay lo. Pokoknya, motto Sasuke di awal-awal masih semangat, yakni maju terus pantang mundur buat mendekati Hinata! 'Ganbarimasu, Ganbarimasu!'
ujar Sasuke dalam hati untuk menyemangati dirinya sendiri.

Memasuki Minggu kedua, Sasuke tetap mengejar sang Hyuuga meski semangatnya mulai luntur karena terus saja diabaikan dan dianggap sebagai penguntit.

Penguntit bray katanya.

Pada Minggu ketiga, Sasuke masih tak kehilangan akal. Dengan memanfaatkan fansgirlnya, ia mencoba mendekati Hinata dan berharap bahwa Heiress itu akan melihat keberadaanya dan menolongnya lagi. Sayangnya, Itu adalah senjata terakhirnya.

Dan di Minggu keempat, Sasuke benar-benar putus asa. Sudah jatuh tertimpa tangga, sialnya juga ia malah terjebak dengan para fansgirl yang paling ingin ia Hindari. Dan tanpa ia sadari pula, Pribadinya malah terbalik seratus depalan puluh Derajat menajadi Playboy Ulung se Konoha. Reputasinya tercemar, harga dirinya terluka karena hanya ada satu wanita yang benar-benar menolak keberadaanya.

Dan semua ini, hanya karena satu orang bernama... Hinata.

"Aku tahu, aku malah membuatmu jadi membenciku." Sasuke menatap gadis yang tengah bersedekap tangan itu dengan pandangan mata bersalah. Namun, ia juga ingin menyelesaikan semua ini. "Tapi, aku benar-benar ingin meminta maaf dan berterimakasih padamu."

Hinata menarik Nafas panjang, lalu menghembuskanya dengan pelan. meski enggan, diposisikanya tubuhnya untuk duduk di samping si Uchiha muda itu.

"Kalau begitu, kenapa tidak bilang dari dulu?"

"Sudah kucoba! Tapi kau malah mengabaikanku!"

"Oh ya?" Hinata malah memasang wajah tak berdosa. "Habis yang kulihat, kau malah seperti 'musuh' di depan mataku."

"Tuh kaaan!"

"Lagipula, aku sudah menolongmu dari Fans gilamu itu, tapi kau malah kembali dan seperti menikmati perlakuan mereka. Itu yang membuatku sebal."

Sasuke menoleh, menatap Hinata yang saat ini tengah memandang kosong rerumputan di hadapanya.

Ia menahan nafas.

"Dan sikapmu yang menjijikkan itu semakin membuatku kesal."

"K-kenapa?"

"Kau pikir aku wanita macam apa, hah?"

"Tapi, Hinata..." gadis itu menoleh, gantian dia yang menatap Sasuke. "Aku sudah berjanji."

Kening Hinata mengernyit. Seingatnya, ia tak memiliki janji apapun yang harus ditepati pada pemuda itu. Apa ia lupa, ya?

"Ap-?!"

Tep!
tanpa banyak bicara, di bungkamnya bibir ranum Hinata menggunakan telapak tangan kanan Sasuke. Dan Tak lama kemudian, pemuda yang terlanjur Jatuh hati pada Hinata itu, menciumnya.

Mata Onyxsnya yang Hitam bagai kegelapan malam tengah terpejam menikmati Ciuman secara tidak langsungnya. Sedangkan iris Amethyst itu malah terbelalak dengan wajah yang sudah merona seperti Saus Tomat.

Apa ini... bisa disebut ciuman?

Untuk beberapa saat, Sasuke yang mengendalikan permainan. Pemuda Uchiha itu bahkan baru sadar bahwa sebagai pemula, First kiss tidak langsungnya bisa sekeren itu juga. Wow.

"Jadilah pacarku."

.

Owari

.

Cerita ini hanya fiktif belaka yang terinsiparasi dari 'Driving License' saya T_T fictnya absurd yang alurnya juga ngabsurd, maaf kalau tidak memuaskan. Ini hanya sebagai Parody belaka ^^ semoga terhibur minna! cerita ini KHUSUS untuk menyemarakkan Event #Ethernaloveforsasuhina

dan di dedikasikan juga untuk Ryuu-san, senpai Hika dalam mengetik Fict yang baik dan benar. maaf kalau mengecewakan :( demo, Hika harap Ryuu-san tetap semangat dan jangan menyerah oke? Hika akan menunggu Ryuu-san kembali, jangan lupa bahwa Hika dan yang lainya selalu mendukung Ryuu-san ^^ Fictmu benar-benar KEREN, Hyuuga Ryota-san! :D cepat kembali dari Hiatusnya

semangaatt! ,

terimakasih juga sudah membaca fict gajelasku Minna tinggalkan kesan dan pesan kalian di review ya ^^ Arigatou Gozaimasu! #bungkuk.

Sampai jumpa di Fict selanjutnya! Salam Hangat, Hikari No Aoi. ^^

Omake

.

Shikamaru Nara menguap lebar, beberapa saat kemudian ia kembali fokus pada daftar menu yang ada di dalam genggaman tanganya. Ia bingung mau memesan apa.
"Apa tidak apa-apa kita makan di sini? Barbeque itu terlalu banyak mengandung Kolestrol dan lemak Lho." Chouji menatap Ino Yamanaka yang masih memilih-milih menu untuk mereka bertiga.

"Da-daijoubu, sesekali kita harus makan daging." Jawabnya anggun. Mata Aquamarinenya yang cerah sibuk memilih menu Terbaik untuk mereka semua. "Chouji-kun apa sedang diet?"

"Tidak."

"Minna, Kalau aku pesan Tonkatsu seharga 450 Yen dan... dan uh, ditambah Takoyaki seharga 300 Yen, jadinya berapa ya?" Pemuda berkuncir mirip Nanas itu kemudian menghitung menggunakan jemarinya. Empat ditambah Tiga hasilnya Tujuh, masih setengah itu... apa kalau ditambah itu berubah jadi dibagi ya? Berarti... "350 Yen, ya?"

Ino terseyum kembut, dengan pelan, ia menggelengkan kepalanya. "Tidak, bukan seperti itu Shika-kun."

"Kau ini bagimana, Shikamaru? Totalnya jadi 750 Yen, tahu!"

"Etto, ngomong-ngomong pelayannya mana, ya?"

"Dijepit Hina-hime, jangan di tekan!" sontak, mereka bertiga Mengedarkan pandangan matanya ke sumber suara. Uh... Apanya yang Dijepit dan ditekan?

"Kuso! Ini susah, tahu!"

"Makanya pegangnya yang benar." Sasuke mendengus kesal. "Sini aku beri contoh."

Team 10 itu saling berkedip dengan reaksi yang beragam. Shikamaru yang tidak mengerti, Ino yang terharu dengan sikap Romantis Sasuke, dan Chouji yang harus memberitahukan hal ini kepada Neji.

Ahh... betapa indahnya Hidup ini.

"Kenapa aku harus melakukan hal ini?"

"Karena kau akan bertemu dengan keluargaku, jadi hilangkan sedikit sikap Tsunderemu itu, Hinata sayang."

"Kau tidak menerimaku apa adanya?"

"Kau mau berusaha, kan?"

Kembali, kedua pasangan yang berpacaran hampir Satu tahun itu berdebat dengan masalah sepele yang tidak ada ujungnya. Meski begitu, anehnya mereka tetap langgeng-langgeng saja dengan mencintai dan menerima apa yang ada pada pasangan mereka. Sedikit banyak, sepertinya hubungan mereka berdua membawa dampak yang positif.

"Lihat, ini mudah." Sasuke memberikan contoh pada Hinata tentang bagaimana cara menyumpit Daging barbeque yang masih dipanggang, kemudian membaliknya. Onyxs itu menatapnya dengan pandangan yang teduh dan menyemangatinya tanpa menyerah. "Ayo, berusahalah."

Hinata mendengus, dengan dua batang Sumpit yang ada di tangan kananya, ia akan berusaha semampu yang ia bisa. Seorang Hinata Hyuuga itu pasti bisa melakukan apa yang menjadi tantangan dalam Hidupnya, sesulit apapun itu, Hinata pasti akan bisa menaklukanya! Yosh, semangat!

Mendekatkan Sumpit itu pada Daging yang masih mengepul asapnya di atas alat Pemanggang, Hinata mencoba untuk menjepitnya, kemudian membaliknya, ayo ini mudah!

"Iya, sudah benar."

Daging itu sudah berhasil ia jepit dengan kedua Sumpitnya, sekarang... adalah bagian yang tersulit. Oke, ia harus bisa membaliknya! Fokus, fokus! Ayo Konsentrasi Hinata!

"Awas, jangan terlalu tegang."

Mata Lavender itu menyipit. Ia berkonsentrasi penuh pada telapak tanganya yang sedang menggenggam sumpit itu dengan kuat. Oke... sedikit lagi, tinggal di balik!

Daaannn...

Ctak!

Sumpitnya patah-lagi.

Sasuke memijit keningnya, Hinata menggeram kesal, dan team 10 Yang berada tak jauh dari mereka masih terdiam. Bagaimana kelanjutan Hubungan mereka berdua yang... agak mengkhawatirkan?

"Aku gagal." Kata Hinata kemudian. Sasuke mendangak, menatap pacarnya yang saat ini tengah memandangi kedua sumpitnya yang sudah patah menjadi dua. "Sepertinya aku akan jadi menantu yang buruk."

"Kenapa?" tahu bahwa suasana Hati Hinata sekarang tengah berubah, Sasuke menggenggam tangan Hinata, lalu tersenyum lembut. Ia tidak akan pernah meninggalkan kekasih Hatinya ini meskipun mereka berdua akan terjatuh dan tertimpa masalah lebih banyak lagi. "Pasti ada jalan. Kita gunakan saja Garpu, oke?"

Hinata menatap Onyxs itu lekat-lekat, pandangan matanya Melembut. "Kenapa kau menyukai orang sepertiku, huh?"

Pemuda berambut Raven itu menyeringai saat Hinata selalu menayakan hal yang tak pernah membuatnya bosan untuk menjawabnya. "Karena kau sudah menyelamatkanku." Sasuke mengambil jeda. "dan kau, sudah menjadi satu-satunya spesial di hatiku saat kau berulang kali menolakku."

Hinata mendecih, lalu memutar bola matanya kesal. Meski begitu, apa yang ia lakukan saat ini adalah untuk mengalihkan perhatianya karena kata-kata Sasuke yang selalu berhasil membuatnya tersipu. Selalu. Pemuda yang lebih Tua satu tahun darinya itu sudah banyak berubah semenjak pengakuan cintanya Satu tahun yang lalu. Ia jadi lebih dewasa. Dan secara perlahan... Sasuke juga membimbingnya untuk menjadi 'wanita' yang sebenarnya.

"Mau ku katakan lagi, hm?"

"Hentikan omong kosongmu itu."

"Well, lihat siapa yang tengah merona sekarang?"

"D-diam, Sasuke!"

Bungsu Uchiha itu tergelak. Dengan cekatan, dibaliknya daging panggang itu menggunakan Garpu agar Hinata bisa mengikutinya. Menjalin Hubungan dengan gadis galak ini ternyata tak seburuk yang ia kira. Sikapnya yang berani dan terkesan apa adanya malah semakin membuat Sasuke jatuh hati padanya. "Hei, Hinata..."

Gadis yang tengah mengamati gerak-gerik Sasuke itu menatapnya dengan pandangan yang bisa diartikan sebagai jawaban; 'apa?'. Hinata sedang berada di mood yang buruk sekarang, jadi ia malas untuk sekedar berbasa-basi.

"Percayakah kau bahwa aku mencintaimu karena sebuah sayembara?"

Sebelah alis Hinata terangkat, Sasuke dulu pernah berkata hal yang sama kepadanya. Namun Hinata hanya menanggapinya sebagai Guaruan saja. Memangnya di dunia ini, hal seperti itu ada?

Sebuah ulasan senyum mulai terukir di wajah Hinata yang terpoles oleh Make up Tipis, gadis yang penampilanya menggunakan Yukata Biru muda itu menatap Sasuke dengan pandangan mata yang meremehkan. Sebuah sayembara katanya? Memangnya Sasuke fikir ia akan mempercayainya begitusaja, huh?

"Aku percaya." Sasuke sedikit terkesiap mendengar jawaban Hinata barusan, namun ia berhasil menguasai dirinya kembali dengan baik kemudian. "Asal kau mau menceritakan semua dari awal."

Adik Itachi itu menyeringai. "As you wish baby." Katanya kemudian. "Tapi aku akan bunuh siapapun itu yang mendegar cerita ini selain kamu."

Sontak, Ino dan Chouji saling berpandangan, mereka berdua langsung celingukan. Restoran yang sepi padahal saat ini jam ramai, tidak ada satu orangpun pelayan yang menghampiri mereka sedari tadi, dan tidak ada pelanggan lain selain mereka bertiga Membuat Ino terbelalak tak percaya.

Restoran ini sudah di booking secara Pribadi, jadi bagaimana bisa mereka bertiga masuk kemari?!

"Jadi, saat itu aku sedang bersembunyi." Mati, mati, mati, mati! Jika ingin selamat, Mereka harus keluar dari sini!

"Chouji-kun k-kita lewat mana?"

"Sialnya, aku terkepung oleh fansgirlku."

"Depan saja, posisi mereka yang tidak tahu tempat duduk ini menguntungkan kita." Jawab Chouji tak kalah berbisik. "Aman asal kita tidak berisik."

"B-baiklah, Shikamaru-kun, kalau kita ketahuan nanti Gunakan jurus bayanganmu, ya?"

"Yosh, ayo mulai rencananya!" Ino mengangguk, dengan mengenda-endap, mereka bertiga mulai meninggalkan restoran aneh ini dengan cepat.

"Apa kita tidak jadi makan Barbeque?"