Discalimer©Masashi Kishimoto
rate: T
Just enjoy reading this fic.
Pair: Naruto, FemHaku, AKatsuki
The True Akatsuki
Kekuatan
Sebuah kata mendasar bagi manusia yang mempunyai kemampuan khusus dalam diri mereka. Pada dasarnya manusia dianugrahi kekuatan dalam diri mereka di muka bumi ini. Tergantung oleh manusia tersebut, bagaimana mereka semua menggunakan kekuatannya. Dengan banyak sekali populasi manusia, tentu beragam dari mereka yang menggunakan kekuatannya. Mulai dari membentuk suatu ikatan persaudaraan dan menjalin suatu perdamaian, atau bahkan membuat kerusakan di muka bumi ini sekaligus memberi penderitaan pada mereka yang lemah.
Mereka yang lemah hanya bisa menerima penderitaan ini dari mereka yang mempunyai kekuatan. Didunia ini hanya segelintir orang yang masih mementingkan rasa belas kasih pada mereka yang lemah. Mereka senantiasa membantu orang lemah ketika bahaya datang pada mereka, tanpa meminta sepeser bayaranpun mereka rela melindungi yang lemah. Namun, seiring berjalannya waktu, keberadaan mereka mulai menghilang dengan digantikannya oleh mereka yang haus akan kekuasaan, harta dan juga nafsu. Mereka terpaksa kembali menerima penderitaan ini dari orang seperti mereka, tanpa tahu rasa sakit yang mereka alami sejak dulu. Meskipun begitu, mereka percaya bahwa kelak akan ada manusia yang akan merubah dunia terkutuk ini. Walaupun harapan itu terus menghianati mereka semua… mereka tetap percaya akan hal itu.
Sekian waktu terus berjalan, dunia ini terus saja melahirkan kebencian yang tiada akhir. Benci saling membunuh, dendam, iri hati, bahkan dengki. Semua itu terus saja mengalir layaknya sungai yang sangat deras. Sekuat apapun mereka mencoba menghentikan aliran kebencian yang deras ini, kelak mereka juga akan terbawa oleh arus kebencian yang terus saja mengalir…
…itulah yang kupercayai
Dimuka bumi ini kekuatan yang mereka miliki disebut dengan Cakra, sebuah energi spiritual yang berada didalam tubuh mereka. Dengan Cakra mereka bisa melakukan hal mustahil yang tak bisa dilakukan oleh semua orang, contohnya membuat kembaran mereka sendiri. Bahkan ada segelintir orang yang mempunyai Cakra yang sangat besar. Dengan Cakra sebesar itu mereka mampu mengeluarkan kekuatan mereka dengan intensitas waktu yang lama, namun perlu latihan khusus untuk mengedalikan Cakra sebesar itu.
Didunia ini bahkan ada suatu perkumpulan yang bisa disebut Klan. Mereka yang tergabung dengan Klan biasanya mempunyai kemampuan khusus dalam diri mereka, entah itu tubuh mereka atau anggota badan lainnya. Di dunia ini ada 2 Klan yang mempunyai kekuata pada mata mereka, yakni Sharingan dan Byakugan. Byakugan adalah kemampuan mata yang dapat melihat aliran Cakra seseorang dan bahkan bisa melihat objek dari jarak yang sangat jauh, mata ini dimiliki oleh Klan Hyuga. Sementara Sharingan, adalah mata terkutuk yang dapat member ilusi pada mereka yang melihatnya, bukan itu saja Sharingan juga bisa mendeteksi Cakra, meniru pergerakan orang lain, bahkan melihat 3 detik serangan musuh sebelum mereka akan melancarkan serangannya.
Bukan Itu saja…
Ada satu mata yang keberadaannya hanya dianggap sebagai legenda yang tak terwujud, yakni Rinnegan. Mata yang diyakini hanya dimiliki oleh pencipta Cakra dimasa lalu, yakni Rikudou Sennin. Mata ini bahkan melebihi dua mata Klan Uchiha dan Hyuga, yang konon kekuatan mata ini setara dengan dewa. Tak ada yang tahu bagaimana kekuatan dari mata ini, yang jelas kekuatan mata ini setara dengan dewa.
Kekuatan.
Setiap orang selalu mendambakan kekuatan besar dalam diri mereka. Dengan kekuatan tersebut mereka bisa melakukan apa yang mereka mau, termasuk membunuh. Itu memang benar, karena didunia ini kekuatan adalah segalanya. Semua orang rela melakukan apa saja demi mendapatkan kekuatan tersebut, bahkan rela mengorbankan apa saja demi kekuatan.
Karena itulah aku meyakini satu hal… kekuatan adalah segalanya.
Ngomong-ngomong aku belum memperkenalkan diriku atas penjelasan tadi. Aku adalah Uzumaki Naruto, seorang anak yang terlahir didesa Konohagakure yang kebetulan memiliki Klan ternama yakni Uchiha dan Hyuga. Mempunyai rambut merah runcing yang hampir menutupi mata. Serta mata violet yang indah.
Seorang anak yang terlahir dari Rahim seorang ibu bernama Uzumaki Kushina, serta saudara perempuan bernama Namikaze Ayano. Sayangnnya, ketika ibu melahirkan aku dan Ayano, Kyubi yang ada didalam perutnya memaksa pada dirinya untuk keluar. Ayahku yang kebetulan disana bersama ibuku sekuat tenaga menahan segel agar Kyubi tetap didalam perut ibuku. Tapi takdir berkata lain, saat itu juga Kyubi langsung keluar dari perut ibuku, membuat ayahku terpental ketika mahluk itu keluar dari dalam tubuhnya, tapi untungnya ayahku dapat melindungiku bersama Ayano. Kyubi yang sudah keluar langsung menuju desa dan mulai memporak-porandakkan desa.
Melihat desa mengalami kehancuran kami berempat langsung menghilang menggunakan kemampuan ayahku. Mengingat ibuku yang lahir dari klan Uzumaki membuatnya bisa bertahan sedikit lama walaupun Kyubi sudah keluar dari perutnya. Aku tak tahu bagaimana rincian kejadian selanjutnya saat itu. Tapi yang kutahu, ibuku meninggal ketika melakukan proses penyegelan pada Ayano yang akan dijadikan Jinchuriki baru menggantikan ibuku.
Terlahir dari keluarga ternama di Konoha tak membuatku disanjung oleh semua rakyat Konoha. Ayahku yang bernama Namikaze Minato yang menjabat sebagai Hokage ke 4 tidak pernah memberikan aku perlakuan yang istimewa padaku, semua didunia ini hanya untuk Ayano seorang, tak peduli apapun itu.
Memasuki akademi kuharap aku bisa mempunyai apa yang namanya teman, namun tak semudah yang aku harapkan. Memasuki kelas, mereka semua mengagumi Ayano sebagai murid paling popular dikelas, baik laki-laki maupun perempuan. Semua orang yang mencoba dekat padaku seolah aku sudah saling mengenal mereka. Tapi bagiku, mereka semua hanya ingin mendapatkan perhatian dari Ayano. Menjadikan diriku sebagai objek untuk mendapatkan perhatiannya…
Sangat menyakitkan.
Untuk Ayano sendiri memang ia terlahir sebagai perempuan yang sangat cantik. Mempunyai rambut pirang panjang yang mengembang, serta satu helai poni yang melintang sampai pipi. Mata Shaphire birunya yang seindah lautan, serta Syal berwarna merah yang ia lilitkan dilehernya. Itulah penampilannya yang bisa kujelaskan. Terutama sikapnya yang terbuka dan ramah, menambah kesan tersendiri baginya. Belum lagi nilainya di akademi sangat luar biasa, baik teori maupun praktek. Ia dengan mudah mengalahkan Sasuke yang berada dalam Klan Uchiha yang terkenal jenius. Sementara aku berada dua tingkat dibawah Sasuke.
Kalau dingat lagi itu adalah Syal yang kuberikan pada Ayano ketika tempo dulu, aku tak ingat kapan aku memberikannya. Itu adalah pertama kalinya aku memberikan hadiah pada lawan jenis, meskipun ia saudariku. Walaupun aku jarang berbicara pada siapapun disini, namun ia sesekali mengajakku berbicara, entah itu dirumah atau dikelas. Walaupun bicara dengannya sebentar aku tetap menghargainya, hanya saja…
Aku tak bahagia…
Yah memang aku tak merasakan apapun ketika ia mengajakku bicara. Baik ketika ia sedang gembira, kesal atau yang lainnya. Aku hanya selalu menjawabnya dengan nada seperti tak peduli padanya, namun tidak menyakiti perasaannya. Memang, aku jarang sekali bicara dengan siapapun disini, bahkan dengan ayahku pun jarang, atau tidak pernah sama sekali. Walau begitu, ia dengan senang hati terus mengajaku bicara dengannya, seolah aku memang menikmatinya… namun tidak.
Walau ia memang hebat di setiap mata pelajaran di akademi ini tak membuatku murung untuk tidak menjadi hebat seperti dirinya. Aku berusaha berlatih sekeras mungkin agar kelak aku bisa sejajar dengannya. Namun, sejauh aku berusaha untuk melampauinya… aku tak bisa. Tanganku saja bahkan tak bisa menggapai dirinya, ia terus saja berdiri didepanku. Setiap kali ku berusaha untuk bisa melampaui dirinya, ia malah semakin menjauh dari. Aku memang tak bisa menggapai dirinya… menyedihkan.
Ketika mempunyai waktu senggang aku menyempatkan untuk mengunjungi sebuah tempat didesa. Dengan Berbekal 5 bunga lili merah aku pergi menuju tempat itu yang tak lain adalah… sebuah makam.
Yah itulah kebiasaan yang terbentuk dalam diriku. Lebih tepatnya seminggu sekali aku selalu datang ketempat ini. Jika biasanya anak berumur 10 tahun mengerjakan sesuatu dengan teman sekelasnya. Kalau tidak, mungkin berlatih bersama dengan ayah mereka untuk mempelajari sebuah jutsu baru. Namun tidak bagiku yang setiap minggu pergi kemakam hanya sekedar untuk mengunjungi makam seseorang, lebih tepatnya makam ibuku.
Sampai dimakam ibuku aku langsung menaruh kelima bunga lili ditanganku ini pada sebuah batu nisan bertuliskan "Uzumaki Kushina". Berbeda dengan Ayano yang menggunakan nama marga "Namikaze", sementara aku menggunakan marga "Uzumaki". Aku tak tahu kenapa nama marga kami berbeda, tidak sama seperti yang lainnya yang bermarga sama dengan ayah mereka. Bagiku yang memikirkan hal ini memang tak ada gunanya, toh nama ini juga tidak menggangguku, malahan namaku sama seperti ibuku.
Selesai menaruh bunga lili, aku tak lupa menyempatkan doa untuk ibuku disana. Aku memang tak tahu bagaimana wujud ibuku saat melahirkanku, namun yang kutahu ia memiliki rambut dan mata sama sepertiku. Bagiku itu sudah cukup.
Kalau diingat lagi kunjungan pertamaku kesini aku selalu menyempatkan untuk mencurahkan semua isi hatiku, dan setelahnya aku mulai menangis di atas makamnya. Karena tekanan dari desa mungkin aku sudah sedikit gila karena aku berbicara dengan makam seseorang, walaupun itu ibuku. Aku tak menganggap diriku gila karena aku bicara seorang diri pada makam, malahan aku percaya kalau ia mendengarkan semua ceritaku di alam sana. Mungkin aku memang sengaja melakukan hal ini sebagai media untuk lari dari kenyataan hidup.
Namun, hal seperti itu sudah lama aku hentikan sampai saat ini. Saat itu juga aku meyadari satu hal yang memang tak ingin kusadari. Malahan aku berharap kalau aku tak akan pernah menyadarinya. Sekian lama aku melakukan itu aku tahu satu hal…
Orang yang sudah mati tak akan pernah bicara…
Yah sekian lama aku mencurahkan isi hatiku pada makam ibuku akhirnya aku sadar, ia tak pernah membalas semua yang kukatakan. Tak peduli walau aku berteriak dengan marah, kesal, frustasi, bahkan jika seluruh dunia mendengar semua teriakanku padanya… ia hanya diam. Dari sekian waktu aku mencurahkan semua isi hatiku padanya, pasti selalu berakhir dengan keheningan. Rasa hening ini membuat hatiku semakin hampa saja. aku bahkan tak tahu bagaimana mengisi lubang kekosongan hati ini. Lubang besar dihatiku ini… tak akan pernah tertutupi.
Lagipula apa yang kuharapkan pada sebuah makam? Jikalau pun ia membalas semua ceritaku mungkin saat itu juga aku akan lari ketakukan. Tak terbayang bukan sebuah benda mati tiba-tiba bisa bicara padamu. Benar-benar hal mustahil yang menyakitkan.
"Orang yang sudah mati tak akan pernah bicara' kah?". Ucapku lirih.
Kali ini awan mendung mulai menghiasi langit Konoha, entah akan hujan atau tidak. Awan mendung ini bagaikan isi hatiku yang selalu suram, tak pernah ada kebahagiaan didalamnya. Ketika aku mengadahkan pandanganku keatas, ku bisa merasakan rintikan air menghujani wajahku. Rintikan air ini perlahan-lahan menjadi deras membasahi tubuhku dan desa ini.
Diam.
Itulah yang kulaukan saat ini, membiarkan air hujan terus membasahi tubuhku hingga akhirnya seluruh pakaianku basah. Ku hiraukan rasa dingin yang perlahan menusuk kulit ini, walaupun tubuhku merasakan rasa dingin, tapi tidak dengan jiwaku. Saat itu juga air mataku kembali mengalir, hujan ini entah kenapa membuatku kembali mengingat hal-hal menyedihkan yang terjadi padaku. Mengingat itu semua, aku menangis dalam diam. Bahkan bagiku, langit ini sedang menangis ketika melihat semua penderitaanku. Yah itulah aku.
…The True Akatsuki…
Aku selalu bertanya pada diriku sendiri, kenapa hal sekejam ini bisa terjadi padaku?. Jikalau ini memang takdirku untuk menerima ini semua, aku menolaknya. Aku tak mau terus-terusan menderita seperti ini dalam sisa hidupku. Aku sama seperti anak kecil lainnya yang mengingikan kebahagiaan, hidup penuh kasih sayang dalam dekapan sebuah keluarga. Apa aku memang tak berhak menerima itu semua?. Jika aku memang tak berhak menerimanya, kenapa… kenapa aku tak pantas?.
Ketika aku membuka mataku aku menyadari satu hal, aku tak berada didalam sebuah rumah. Terbangun dari posisi tidur, aku mendapati diriku bukan berada didalam sebuah kamar, melainkan berada ditempat terbuka. Dengan wajah Shok aku langsung berdiri dan mencari tahu aku berada dimana. Sejauh mata memandang hanya ada dataran kosong yang menghiasi tempat ini. Aku hanya bisa menyimpulkan satu hal kenapa aku bisa berada ditempat ini…
..
..
..
Aku dibuang.
Kenapa, kenapa harus aku?. Kenapa kau selalu memperlakukanku seperti ini? Kenapa kau sangat membenci diriku, apa kelahiranku ini tidak diterima karena ibu meninggal. Lalu aku ini apa bagimu?.
Brukhh!
Kakiku tak kuasa menahan beban diriku, hingga aku jatuh ketanah dengan lutuku sebagai tumpuannya. Aku hanya bisa tertunduk disana dengan kepalan tanganku yang mengeras. Luapan emosi dalam tubuhku serasa ingin meledak, dengan rahangku yang mulai mengeras.
"Kuso!... Kuso!... KUSO!... kenapa, kenapa aku harus berakhir seperti ini!". Aku hanya bisa memukuli tanah dengan amarahku yang meluap-luap.
Air mata kembali meluap dari pelupuk mataku, membasahi wajahku yang dipenuhi amarah. Aku hanya bisa memukuli tanah sekuat tenaga, membayangkan kalau tanah ini adalah wajahku ayahku. Hingga akhirnya aku berhenti memukul tanah yang sedikit retak, dengan tangan ku yang memar mengeluarkan sedikit darah. Dalam keadaanku yang sangat frustasi, aku merasakan suatu perubahan pada diriku. Aku tak tahu apa itu. Tapi aku bisa merasakannya. Sebuah kekuatan yang terbangun dalam diriku.
Beberapa waktu sudah berlalu dengan diriku yang menjadi seorang gelandangan. berjalan tanpa tahu arah dan tujuan, hanya berbekal pakaian yang aku pakai saja. Aku terpaksa harus mencuri untuk mendapatkan makanan, hingga akhirnya aku berkahir dengan sebuah luka pada tubuhku. Sebenarnya mungkin aku bisa memakai teknik Shinobi agar aku bisa mencuri dengan mudah, tapi aku urungkan itu. Jika mereka tahu aku seorang Shinobi mungkin mereka akan membunuhku.
Kali ini aku sedang berjalan di suatu reruntuhan yang sepertinya bekas suatu pertarungan. Dengan keadaan tempat ini yang selalu diguyur hujan dan awan mendung pekat, aku berada di Amegakure. Aku sudah tak mempunyai banyak tenaga lagi untuk berjalan, bahkan penglihatanku sudah mulai memudar. Dengan langkahku yang mulai sempoyongan akhirnya aku ambruk.
Aku tak tahu apa yang akan terjadi sekarang, mungkin aku akan segera mati. Cahaya mataku ini perlahan mulai redup dengan kegelapan yang datang menghampiri. Ibu semoga aku bertemu dengamu disana, semoga kau mau menerima ku sebagai anakmu. Aku ingin melihat bagaimana parasmu itu…ibu.
dan akhirnya kesadaranku hilang saat itu juga.
..
..
..
..
…The True Akatsuki…
Membukakan mataku dengan perlahan, aku bisa melihat sebuah cahaya oranye yang bersinar. Aku mencoba untuk menyesuaikan pandanganku dengan cahaya ini. Hingga aku tahu aku sedang berada disebuah ruangan. Dengan keadaan terbaring di sebuah ranjang dan beberapa tubuh diperban. Aku tak tahu ini dimana, kukira aku akan mati saat itu juga.
"Sudah bangun ya?. Apa kau merasa baik-baik saja sekarang?".
Aku mendengar sebuah suara laki-laki yang menanyai keadaanku. Mataku bisa melihat seorang pria dengan rambut oranye jigrak, karena cahaya temaram ini aku tak bisa melihat wajahnya. Ia pun kemudian berdiri dan melangkah kearahku, hingga akhirnya ia duduk disampingku. Aku bisa melihat perawakan orang ini yang ternyata masih muda, mungkin baru berumur 16 tahun.
"Bagaimana keadaan tubuhmu sekarang?. Apa sudah mulai baikkan?". Ia kembali bertanya padaku.
Perlahan aku bangkit dari posisiku yang tertidur menjadi duduk. Aku tak tahu siapa orang yang telah menyelamatkanku. Dilihat dari pandanganku sepertinya ia orang yang baik. Aku hanya mengangguk untuk membalas jawabannya, hingga ia kembali bertanya.
"Jika seperti itu baguslah. Kalau boleh tahu siapa namamu, nak?".
Aku yang mendengar ia menanyakan namaku sedikit terdiam, apakah aku harus menjawabnya atau tidak. Terlebih lagi apa aku harus menyebutkan margaku ini? Dengan margaku sebagai Uzumaki aku takut ia akan melakukan hal buruk padaku. Tapi, jika dipikirkan lagi lagi silahkan saja. Aku sudah tak peduli lagi dengan hidupku sekarang.
"Naruto… Uzumaki Naruto". Jawabku dengan lirih, dengan kondisiku seperti ini aku sulit untuk berbicara dengan keras.
"Naruto ya. Nama yang bagus". Ucapnya sedikit memuji.
Untuk pertama kalinya ada orang yang mau memuji namaku, Meskipun itu orang asing sekalipun. Entah kenapa ada sedikit rasa senang dihatiku. Pintu kamar kembali dibuka, menampakkan 2 sosok yang masuk kedalam. Yang satu berambut biru yang memiliki origami diatas kepalnya, sementara satu lagi memiliki rambut merah panjang dengan poni yang hampir menghalangi wajahnya.
"Oh sepertinya kau sudah mulai baikkan. Bagaimana keadaanya sekarang Yahiko?". Ucap pria yang berambut merah.
"Dia sudah bisa bicara Nagato. Mungkin ia masih kelelahan untuk saat ini". Ucap Pria yang kuketahui bernama Yahiko.
Orang yang bernama Nagato entah kenapa rasanya ia sama seperti diriku. Dengan rambut merahnya, apa ia juga berasal dari Klan Uzumaki sepertiku. Di memiliki mata merah menyala seperti Ruby, sama seperti rambutnya.
"Ano, terima kasih sudah menyelamatkanku. Aku tidak bisa membalas kebaikan kalian, aku hanya bisa berterima kasih saja. Sekali aku ucapkan terima kasih". Ucapku dengan menundukkan kepala
Mereka hanya terdiam disana melihatku berterima kasih pada mereka. Seperti yang kukatakan tadi aku tak bisa membalas kebaikan mereka.
"Tak perlu sungkan seperti itu. Lagipula berterima kasihlah pada Yahiko. Untung dia menemukanmu dirimu ". Ucap wanita ini padaku, bisa kulihat ia membawa nampan berisi makanan yang sepertinya untukku.
"Sekarang lebih baik kau makan saja dulu. Setelah itu ceritakan pada kami kenapa kau ada disana sendirian". Ucapnya seraya menyuruhku untuk makan.
Aku bisa melihat nampan yang membawa roti yang panjang, satu mangkuk bubur dan segelas air. Mengingat aku sudah 2 hari belum makan, aku dengan lahap memakan makanan yang diberikan wanita ini padaku. Selang beberapa waktu akhirnya aku bisa mengisi perutku ini. Seperti yang sudah dikatakan oleh wanita ini aku akan menceritakan hidupku. Aku tak berniat untuk menutupi semua kehidupanku, jika kau ingin mengetahuinya silahkan saja, bagiku itu semua tak ada apa-apanya bagiku Mulai dari saat aku didesa Konoha yang tak pernah dianggap, bahkan oleh keluargaku. Menyadari bahwa aku sudah dibuang oleh ayahku dan menjadi gelandangan, hingga aku akhirnya bertemu mereka.
Wanita berambut biru yang aku ketahui bernama Konan nampaknya merasa bersalah, bukan hanya Konan tapi mereka bertiga juga. Mereka kemudian memberitahuku kalau mereka bertiga adalah anak yatim piatu korban perang. Mereka harus rela kehilangan keluarga mereka akibat terbunuh oleh para Shinobi yang berperang di Negara ini. Hingga mereka tumbuh besar dengan harapan untuk menciptakan perdamaian dinegara ini, tidak tapi diseluruh dunia. Dengan idealis Yahiko yang mengatakan bahwa "Perdamaian akan tercipta ketika mereka merasakan rasa sakit yang kita alami. Dengan mengetahui rasa sakit perdamaian akan tercipta". Itulah yang Yahiko katakan padaku.
Yang lebih mengejutkan lagi, mereka adalah murid dari Jiraiya, sang pertapa katak. Aku tak menyangka kalau pertapa itu akan mempunyai murid dari Amegakure. Kukira dia hanya punya satu murid yang tak lain adalah Ayano. Membicrakan Jiraiya, aku jadi mengingat satu hal tentang dirinya, yaitu tentang perdamaian. Ia pernah bercerita padaku dan Ayano, kelak akan ada orang yang mampu menghapus semua kebencian didunia ini dan membawa perdamaian di era Shinobi. Yang menjadi pertanyaanku adalah… bagaimana caranya?. Jika orang seperti itu ada, bagaimana cara ia akan menghapus semua kebencian didunia ini. Bahkan ketika aku menyakan hal itu padanya, ia juga tak mengetahui jawabannya. Jawaban untuk menghapus semua kebencian.
Untuk mencapai impiannya, Yahiko membentuk suatu oraganisasi bernama Akatsuki. Sebuah organisasi yang terdiri dari Shinobi buangan Amegakure. Mereka yang tergabung di oraganisasi ini percaya bahwa impian Yahiko akan menjadi nyata. Tak ada keraguan dalam diri mereka yang tergabung di dalam organisasi ini. Mengetahui itu semua akhirnya aku mengambil keputusanku sendiri, yaitu ikut bergabung dengan mereka, Akatsuki dan sekaligus menjadi Shinobi Amegakure.
Mengingat aku sudah mempelajari dasar untuk menjadi Shinobi, mudah bagiku untuk belajar Ninjutsu. Mereka bertiga dengan senang hati mengajarkanku Ninjutsu yang mereka kuasai. Namun ketika aku mencoba berlatih sendiri, entah kenapa aku bisa menguasai semua perubahan jenis Cakra. Entah itu, air, api, tanah, api, bahkan udara. Semuanya bisa aku kuasai dalam beberapa waktu ini.
Aneh.
Bagiku ini aneh. Jarang sekali aku menemukan seorang Shinobi yang bisa menguasai 5 perubahan cakra. Dan Shinobi itu adalah aku, walaupun teknik yang aku kuasai tergolong Jutsu Rank-C, tapi tetap saja ini aneh. Namun aku tak mempedulikan itu semua. Malahan jika aku bisa melakukan hal seperti ini, mungkin Akatsuki bisa membawa perdamaian keseluruh dunia dengan mudah. Dengan kekuatanku ini aku pasti bisa membantu Yahiko-niiisan mewujudkan impiannya. Pasti.
Beberapa tahun berlalu sejak aku menjadi Anggota Akatsuki. Banyak sekali hal yang aku dapatkan disini. Canda dan tawa selalu menjadi rutinitas rutin ketika waktu santai. Hal yang tak pernah aku temui di Konoha sekarang aku dapatkan di Amegakure. Aku sangat senang. Bahkan bagiku sendiri, impian Yahiko-niisan sudah kuanggap sebagai impianku sendiri, bahkan idealismenya sudah menjadi satu dengan pikiranku. Karena itulah impian Akatsuki juga sama seperti impianku.
Namun…
Tak selamanya hal yang indah akan selalu terulang setiap harinya. Entah kapan dan dimana, semua hal indah tak akan terus berlangsung selamanya. Bencana pasti akan datang pada siapa saja, baik itu Akatsuki. Sekarang, bencana yang terjadi itu datang pada kami. Bencana yang membuat hidupku kembali berubah.
Aku hanya bisa terdiam membatu, dengan wajahku yang penuh ketidakpercayaan. Jika ini adalah mimpi, Tolong bangunkan aku dengan cara apapun, agar aku bisa terbangun dari mimpi ini. Namun aku tahu satu hal… ini semua nyata. Ketika aku ingin menyusul mereka semua yang aku ketahui akan melakukan pertemuan dengan Hanzo, pemimpin Amegakure, ini terjadi. Aku hanya bisa terdiam melihat mayat-mayat bergelimpangan disana, hanya saja ini bukan mayat biasa. Mereka semua ini adalah temanku dari Akatsuki. Bahkan hal yang tak kupercayai adalah, mereka bertiga juga mati. Yahiko-niisan, Nagato-niisan, bahkan Konan-neesan… sudah terbujur kaku disana.
Tapa pikir panjang aku langsung berlari pada tubuh yang terbujur kaku itu. Aku mencoba sekuat tenaga untuk membangunkan mereka semua. Menggoyangkan tubuh mereka bertiga secara bergantian yang dibarengi oleh teriakkanku pada mereka untuk bangun. Hujan masih saja terus mengguyur kota Amegakure dengan derasnya, seolah hujan ini menangisi mereka. hingga akhirnya aku berhenti membangunkan mereka, aku tak bisa menerimanya…
Mereka sudah Mati!...
Aku hanya bisa terdiam disana menangisi mayat mereka. kenapa… kenapa hal seperti ini selalu saja terjadi padaku?. Ketika aku menemukan kebahagiaanku disini… kenapa selalu berakhir seperti ini. Apa kebahagiaan memang tak bisa didapat oleh diriku seorang. Jika memang iya, kenapa?.
Ketika aku menatap ke sekeliling, mataku tak sengaja menangkap sebuah ikat kepala milik seorang Shinobi, lebih tpatnya ikat kepala Konoha. Tapi kenapa Konoha bisa berada disini?. Apa jangan-jangan mereka bekerja sama dengan Hanzo untuk memusnahkan Akatsuki. Sialan kalian para Shinobi Konoha.
"Mereka semua… harus merasakan apa yang namanya rasa sakit dan penderitaan!". Rahangku mengeras takkala aku berucap seperti itu.
Dalam amarah dan kebencianku ini aku merasakan sensasi yang sama. Sebuah perubahan yang terjadi pada diriku. Hingga akhirnya aku sadar apa yang berubah dalam diriku. Mata ku yang terhalang oleh rambut merahku ini, tidak menunjukkan mata violet lagi, melainkan mata dengan pola riak air berwarna ungu.
Akibat kejadian ini aku akhirnya mengambil kepemimpinan Akatsuki. Dengan langkah awal yang kubuat adalah… mencoret ikat kepala ninjaku secara Horizontal.
..
..
..
..
…The True Akatsuki…
Berada didalam sebuah ruangan yang sangat luas. Tanpa ada cahaya sekecilpun didalam ruangan ini, hanya kegelapan pekat yang menyelubungi ruangan ini sampai kesudut-sudut terkecil. Jika dilihat lebih jelas lagi, didalam ruangan ini tampak sebuah patung berukuran besar dengan mulut terbuka. Mata patung ini juga tertutup oleh sebuah kain dengan keadaan patung ini yang mengangkat kedua tangannya. Disetiap ujung-ujung jari patung ini, berdirilah orang-orang yang identitasnya tidak diketahui, hanya saja dibagian kelingkin kiri tak menampakkan siapapun. Bahkan sebagian dari mereka berbentuk layaknya sebuah hologram. Salah satu dari mereka kemudian angkat bicara.
"Apa semuanya sudah berkumpul disini". Ucap sosok yang berada di jempol kanan.
Tak ada balasan dari perkataannya. Mereka semua yang ada disini hanya terdiam.
"Jika seperti itu akan kumulai saja. Aku mendapatkan kabar akan diadakannya Ujian Chunin dengan Konoha sebagai tuan rumah. Konoha mengirimkan surat Khusus padaku untuk ikut serta dalam ujian Chunin yang akan dilaksanakan disana". Ucapnya dingin pada semua orang yang hadir disini.
"Jika memang seperti itu terus kenapa?". Kali sosok hologram yang memiliki badan bungkuk bicara dengan nada seraknya yang diketahui bernama Sasori.
"Dengan diadakannya ujian Chunin, ada kemungkinan para Jinchuriki juga ikut serta dalam ujian kali ini. Khususnya untuk Ichibi dari Suna dan Kyubi dari Konoha. Mereka pastinya akan ikut serta dalam ujian ini. Dengan diadakannya ujian Chunin ini ada kemungkinan untuk menangkap mereka berdua secara sekaligus". Ia berhenti sejenak untuk mengambil nafas.
"Jadi Leader ingin salah satu dari kita ikut serta dalam ujian Chunin kali ini?". kali ini sosok hologram yang memiliki mata merah dengan tiga tomoe bicara.
"Benar. Seperti yang dikatakan Itachi, aku akan menyuruh beberapa dari kalian untuk ikut andil dalam Ujian Chunin ini untuk menangkap kedua Jinchuriki itu". Ucapnya kembali pada semua orang yang ada disini.
Salah satu dari mereka yang diketahui bernama Itachi nampaknya sedikit tertarik dengan rencana pimpinan mereka kali ini, ia pun akhirnya bertanya siapa saja yang akan ikut dalam misi kali ini.
"Jadi Leader… siapa yang akan kau suruh untuk ikut serta dalam misi kali ini?". Ucap Itachi dengan nada datar khasnya.
Pemimpin yang diketahui bernama Uzumaki Naruto itu terdiam sebentar dengan perkataan Itachi, nampaknya ia sedikit tertarik dengan ujian Chunin ini.
"Yang akan ikut serta dalam misi ini adalah diriku, kau Itachi, Haku, dan Juga Sasori. Untuk Sasori kau akan berperan menjadi Guru bagi kami. Dan juga untuk kalian yang ikut ujian Chunin ini pikirkanlah nama baru untuk menyembunyikan identitas kalian". Ucapnya memberi perintah.
Yah benar. Beberapa waktu berlalu, hingga sekarang ia menjadi pemimpin Akatsuki dengan mata barunya, Rinnegan. Kekuatan mata dewa yang melebihi Uchiha dan Hyuga. Naruto juga menjadi pemimpin baru Amegakure dari balik bayangan, setelah ia berhasil membunuh pimpinan terdahulu Amegakure, Hanzo. Ia menggunakan nama Pain sebagai nama panggilannya di Amegakure. Naruto kembali membangun Akatsuki dari awal dengan mengumpulkan orang-orang yang kuat. Anggota pertama yang masuk kedalam Akatsuki adalah Haku.
Haku adalah seorang Kunoichi dari Kirigakure, dengan dirinya menjadi senjata seorang Shinobi pelarian, Momochi Zabuza. Tapi sekarang ia sudah tidak menjadi senjata milik Zabuza, melainkan menjadi anggota Akatsuki. Dengan Zabuza yang terbunuh oleh beberapa Shinobi pelarian yang setara dengannya, membuat Haku harus merelakan Zabuza yang terbunuh oleh mereka karena melindungi dirinya. Haku terpaksa kembali hidup seorang diri didunia yang penuh darah ini. Dalam keadaan penuh putus asa, ia bertemu dengan Naruto, seorang Shinobi pelarian dari Amegakure. Setelah mendengarkan beberapa cerita dari Naruto, Haku akhirnya masuk kedalam oraganisasi miliknya, Akatsuki. Membuat Haku menjadi anggota pertama yang masuk kedalam organisasi ini.
"Apa baik-baik saja menunjukkan sosok dirimu pada mereka, Pain?". Kali ini seorang wanita yang bertanya dengan khawatir pada Naruto.
"Tidak apa-apa. Lagipula sudah tak ada orang yang mengenaliku diluar sana". Ucap Naruto menjawab pertanyaan Haku.
Haku yang mendengarnya hanya terdiam disana, Haku sendiri tak tahu apa yang dipikirkan tuannya hinnga ia akan menunjukkan identisasnya pada mereka, walaupun itu untuk menangkap Jinchuriki.
Bagi Naruto sendiri, iapun langsung membuat sebuah segel tangan. Tak lama sebuah kepulan asap muncul dibawah patung yang ia hinggapi. Dalam kepulan asap itu terlihat seorang Kunoichi berambut hijau dengan keadaan tak sadarkan diri.
"Tapi sebelum itu kita akan mulai melakukan penyegelan Jinchuriki ekor tujuh dari Takigakure, Nanabi. Semuanya bersiaplah".
Secara serempak mereka semua mulai membuat segel tangan yang beragam. Tak lama Naruto langsung meneriakan nama Jutsunya untuk melakukan proses penyegelan.
Fūinjutsu: Genryū Kyūfūjin
Selesai meneriakkan nama Jutsunya, dari dalam mulut patung itu keluar Sembilan naga hantu berwarna biru. Naga itu langsung maju menuju seorang Kunoichi yang dalam keadaan tak sadarkan diri. Naga biru itu langsung melahap Kunoichi berambut hijau itu yang membuatnya sedikit melayang. Sedikit demi sedikit Cakra merah dalam tubuhnya keluar dan mulai masuk kedalam mulut patung tersebut.
..
..
..
..
And Done.
Yap ini adalah fic ketiga saya. Dan juga disini saya buat Zetsu tidak ada di Akatsuki, melainkan Tobi yang sudah bergabung menggantikan posisi Zetsu. Untuk rambut Naruto saya ambil dari Chara Kuroko Tetsuya dengan poni hampir menutup mata.
Dan juga ada sedikit pemberitahuan pada kalian semua, fic saya yang Kurai Yuki saya putuskan untuk HIATUS. kenapa hiatus karena saya pribadi berpikir kalu jalan ceritanya mulai agak ngawur untuk kedepannya, serta banyak sekali Typo yang bertebaran disetiap chap.
mohon maaf sebesar-besarnya bagi yang udah nunggu fic itu untuk update. untuk itu saya hanya bisa membuat fic ini sebagai pengganti Fic saya. fic itu saya akan me-rewrite lagi dari awal, mungkin ada perubahan disetiap chap dan tokoh utamanya. sekali lagi mohon maaf.
Jaa ne~~