Together, We Laugh

By

Kuminosuki


Genre:

Friendship, Shounen, Shounen-ai

Rated:

T+


WARNING:

Cerita ini mengandung unsure Shounen-ai, bagi yang tidak suka harap menjauh. Kesalahan dalam penulisan mohon dimaafkan. Kesamaan tempat dan jalan cerita hanya kebetulan saja. Cerita ini 100% FIKSI.

.

Bacalah dari jarak 30 centimeter dari layar agar tidak merusak mata Anda.


Terinspirasi Dari:

Tight Rope (Shounen-ai)

Yamada Tarou Monogatari


Summary:

Hidup Kim Jaejoong yang biasa-biasa saja menjadi berbeda semenjak dia menolong teman sekolahnya, Jung Yunho, yang sedang terluka. Bukannya pergi dan segera enyah dari hadapan Jaejoong, Mafia muda itu malah mengklaim apartement Jaejoong sebagai markas rahasianya.


CHAPTER 01

.

.

.

"Nama ku Kim Jaejoong, aku pindahan dari Jepang, mohon bantuannya." Kim Jaejoong membungkuk kecil menyapa para siswa dan siswi yang akan menjadi teman sekelasnya mulai sekarang. Mata bulatnya yang tertutup poni panjangnya mengintip dari sela-sela rambut, menatap datar seluruh kelas, mencoba mengobservasi agar mudah bersosialisasi dengan lingkungan barunya ini.

"Baiklah, apa ada yang ingin bertanya pada Jaejoong-ssi?" Tanya guru Kang, "Tidak ada? Oke, kalau begitu kau bisa duduk dibangku yang kosong, Jaejoong-ssi." Ucap guru Kang.

Jaejoong mengangguk singkat dan segera berjalan menuju bangku kosong yang berada di deretan kedua baris ketiga dari belakang. Lumayan, setidaknya tempat duduknya tidak terlalu jauh dari jendela. Jaejoong menyamankan dirinya di kursi barunya, sementara guru Kang sudah kembali melanjutkan pelajaran. Jaejoong menghela nafas, lalu mengeluarkan buku pelajarannya dan mulai memperhatikan penjelasan guru Kang. Bukan hal yang sulit bagi Jaejoong untuk mengerti apa yang dijelaskan oleh Guru Kang.

Pintar?

Jelas. Kim Jaejoong adalah seorang siswa pindahan yang dapat bersekolah di Shinki High School dengan beasiswa. Tidak banyak yang tahu, karena pihak sekolah tidak pernah mengumumkan tentang adanya jalur beasiswa. Katakan saja bahwa sang pemilik tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pembulian terhadap siswa kelas menengah kebawah oleh siswa-siswa yang berkelas tinggi seperti yang selalu ditampilkan di drama-drama remaja masa kini. Identitas para pemegang beasiswa pun tersimpan dengan aman, dan para siswa kaya raya itu hanya tahu bahwa semua yang bersekolah di Shinki High School adalah anak-anak dari kalangan atas.

.

.

Jam istirahat pun berdentang, semua siswa Shinki High School pun bernafas lega, mereka butuh angin segar untuk menghilangkan kepenatan setelah dua jam mendengarkan ceramah dan mengerjakan tes yang diberikan oleh para guru. Kim Jaejoong, sang siswa baru pun menutup buku catatannya dan memutuskan untuk membawa kotak bekalnya keluar untuk dinikmati, namun sepertinya hal itu harus ditunda untuk beberapa saat, karena sang ketua kelas menghampirinya.

"Jaejoong-ssi…" Choi Siwon, sang ketua kelas yang tampan dan bertubuh atletis itu tersenyum ramah pada Jaejoong. "Aku Choi Siwon, ketua kelas disini." Ujarnya sambil mengulurkan tangan dan disambut oleh Jaejoong. "Aku tidak tahu apa kau sudah mengenal lingkungan sekolah ini atau tidak, tapi jika kau mau, aku bisa mengantarmu berkeliling sekolah, mungkin saja ada tempat yang bisa menjadi tempat favoritmu."

Jaejoong tampak berpikir, tidak ada salahnya juga, tapi Jaejoong takut jika acara 'jalan-jalan' ini akan memakan waktu yang cukup lama, sedangkan dia harus memakan bekal makan siangnya.

"Em… aku memang belum banyak mengenal lingkungan sekolah ini, terima kasih atas tawaran mu, tapi…"

"Aku tidak akan keberatan sama sekali, sungguh." Potong Siwon, senyum lebarnya terkembang, matanya memancarkan semangat seperti seorang anak kecil yang bersiap untuk memulai acara berpetualangnya di kebun belakang rumah milik tetangganya di desa.

"Em…baiklah. Aku harap aku tidak merepotkan mu." Dan Jaejoong pun harus merelakan waktu makan siangnya sedikit bergeser untuk menemani – ah, lebih tepatnya membiarkan sang ketua kelas melaksanakan kewajibannya sebagai pemimpin kelas.

Selama tour ala Siwon sang ketua kelas, Jaejoong hanya bisa tersenyum tipis dan mendengarkan setiap penjelasan tentang ruangan yang ditunjukkan oleh pria tinggi berlesung pipi itu. Jaejoong diam-diam dibuat kagum dengan pengetahuan Siwon tentang sejarah sekolah, bahkan pemuda itu hapal diluar kepala tentang umur dan tanggal dibangunnya gedung-gedung disana. Jaejoong sempat berpikir bahwa ketua kelasnya itu adalah search engine berjalan. Kau tanya apapun tentang sekolah ini, dia pasti menjawab. Jaejoong tidak bosan, dia hanya sedikit merasa lapar, karena sejak kemarin siang dia belum sempat memakan apapun kecuali air mineral untuk mengganjal perutnya.

"Dan ini yang terakhiiir…" Siwon merentangkan kedua tangannya, seolah memperkenalkan sebuah tempat wisata dengan gaya yang menyenangkan. Jaejoong memandang berkeliling, dan satu kalimat yang selalu melintas di otak Jaejoong sejak tadi pun kembali,

'Sekolah ini luasnya keterlaluan.' Batin Jaejoong antara takjub, heran, lelah dan entahlah, mungkin tidak percaya.

"Bagaimana? Apa kau menyukai sekolah baru mu ini? Ah..kau pasti suka kan?" Siwon melipat kedua tangannya di depan dada dan memandang danau buatan yang berada tepat di belakang gedung olahraga.

Jaejoong tersenyum tipis, "Sekolah ini luas sekali, sampai-sampai ada hutannya segala. Apa siswa boleh memasuki hutan itu?" Tanya Jaejoong sambil memandang rimbunan pepohonan tinggi di seberang Danau, berlawanan arah dengan gedung-gedung sekolah mereka. Siwon mengikuti arah pandang Jaejoong lalu mengangguk ragu.

"Dulu hutan itu berfungsi sebagai tempat siswa-siswi mempelajari alam, ada sebuah gedung botanical garden disana, tapi sudah lama di tutup. Kabarnya beberapa tahun yang lalu banyak siswa-siswi yang ditemukan bunuh diri di hutan itu. Padahal setahu ku, hutan itu cukup nyaman. Karena sepi, jadi jarang ada yang kesana. Pihak sekolah pun membangun gedung botanical garden baru yang tadi kau lihat."

Jaejoong menganggukkan kepalanya mengerti.

"Seberapa luas hutan itu?"

"Hm… tidak begitu luas, hanya dua hektar kira-kira."

.

.

.

Jaejoong mendesah lega saat akhirnya dia bisa duduk menyendiri. Tour ala Siwon Travel tadi benar-benar menunda makan siangnya. Jaejoong lapar, dan perut kempisnya sudah meraung-raung sejak tadi. Siwon sempat mengingatkan Jaejoong jika jam istirahat mereka tinggal sepuluh menit, dan itu cukup bagi Jaejoong untuk mengisi perutnya terlebih dahulu. Sekolah elite ini cukup enak dan nyaman, jam istirahatnya pun cukup lama, kira-kira 45 menit, itu berarti dia sudah berjalan bersama Siwon lebih dari 30 menit.

"Kau tidak ke kantin? Kau bawa bekal sendiri? Kenapa? Apa kau tidak selera dengan makanan yang ada di kantin? Jarang aku melihat ada siswa sekolah ini yang membawa bekal, well… walau pun sebenarnya ada."

Jaejoong tersenyum tipis saat Siwon menyinggungnya dengan wajah heran sebelum mereka berpisah. Bagaimana mungkin dia makan di kantin? Semangkuk ramen disana saja mungkin bisa menghabiskan setengah dari gajinya sebagai pengantar susu. Sangat mahal, semua masakan yang disajikan dikantin itu terlalu mahal harganya. Jaejoong memang punya uang dari beasiswa yang diberikan pihak sekolah, tapi Jaejoong tidak seboros itu untuk menggunakan uang tersebut hanya untuk makan makanan yang mungkin rasanya tidak jauh beda dengan masakannya. Yah, setidaknya masakan buatan Jaejoong cukup layak untuk dinikmati.

Jaejoong mulai menyantap bekalnya. Duduknya sangat nyaman diatas bangku panjang yang menghadap lapangan bola. Jaejoong pun sedikit terhibur dengan permainan dari siswa-siswa yang sedang berlomba memperebutkan bola sepak dan mencetak gol disana. Seru-seruan dari beberapa siswi yang berjejer di pinggir lapangan pun menjadikan suasana tidak terlalu sepi namun juga tidak terlalu berisik, karena posisi Jaejoong memang cukup jauh dari lapangan itu.

Jaejoong anak baru disekolah ini, bahkan dia adalah warga baru di kota ini. Kehidupannya yang lalu bisa dikatakan tidak terlalu baik. Kemiskinan memang tidak pernah lepas darinya, namun dari sana pula lah, Jaejoong dapat menjadi seorang pemuda yang sangat mandiri. Lagi, kenangan yang tidak terlalu bagus kembali merasuk kedalam ingatannya. Jaejoong jadi ingat dengan keluarga kecil yang berbaik hati menampungnya, walau hanya menjamin tempat untuk tidur. Walau kecil, ruang sempit yang menjadi tempatnya beristirahat dulu membuatnya rindu. Jaejoong tersenyum sendu. Bagaimana kabar keluarga itu sekarang? Apa mereka masih ingat dengan pemuda yang menumpang tidur di gudang rumah mereka ini?

Jaejoong tertawa pelan, mana mungkin, pikirnya. Bertatap muka saja sangat jarang. Padahal Jaejoong cukup sering memberikan uang untuk biaya sewa gudang sempit itu. Dia dan keluarga itu sama-sama miskin. Tidak ada waktu untuk mereka memperdulikan seorang yatim piatu sepertinya.

Yatim piatu?

Yah, mungkin saja. Karena Jaejoong tidak pernah menganggap ayahnya ada, walaupun laki-laki itu kemungkinan besar masih hidup. Laki-laki yang entah dimana rimbanya, tidak pernah menemuinya dan sang ibu, bahkan memberi kabar pun tidak. Jaejoong sudah menganggap dia yatim piatu sejak ibunya meninggal karena kanker. Keadaan yang menyedihkan untuknya dimasa lalu. Namun Jaejoong tidak akan menangis.

.

.

.

"Kyaaaa! Kyaaaa! He's handsome!"

"Benar! Benar!"

"Ah~ Bagaimana bisa ada pria setampan dia~ Ah.. so sexy!"

Pekik-pekik suara para siswi membuat Jaejoong mengeryitkan dahinya. Bukan, pekikan itu bukan untuknya walau mata para gadis itu menuju ke arahnya. Jaejoong sedikit menoleh kebelakang dan melihat seorang pemuda sedang berjalan dengan wajah angkuhnya. Jaejoong segera menyingkir ke pinggir saat sadar jika siswa yang populer itu akan melewati jalurnya. Jaejoong memang siswa baru di sekolah elite ini, dan dia tidak akan heran jika sekolah ini memiliki kelompok-kelompok populer, contohnya seperti pemuda tadi. Jaejoong mengendikkan bahunya tak peduli, toh itu tidak ada hubungannya dengan kehidupannya. Langkahnya pun kembali dilanjutkan menuju kelasnya yang berada di lantai dua.

.

"Ku dengar Jung Yunho kembali masuk sekolah!" Seru Chanyeol, pemuda tinggi bersuara berat yang duduk dibelakang Jaejoong. Sehun dan Kai yang berkumpul di meja Chanyeol pun melirik penuh ketertarikan. Jam kosong karena seluruh staff sekolah tengah mengadakan rapat dadakan pun dimanfaatkan bagi para siswa untuk bersantai dan mengobrol, seakan jam istirahat tadi masih kurang.

"Tidak akan heran deh, nggak ada pihak manapun yang berani menahan seorang Jung lebih dari sehari." Ucap Sehun.

"Tapi bukankah yang kemarin itu sudah cukup parah? Dia hampir membunuh Suho loh!" Kai pun ikut bersuara.

Jaejoong yang sebenarnya tidak mau ikut pembicaraan itu, akhirnya mau tidak mau ikut terlibat saat Chanyeol menepuk pundaknya dan mengingatkannya.

"Kau harus berhati-hati dengan pemuda Jung itu, Jae-ah. Dia cukup berkuasa di sekolah ini. Aku mengatakan ini karena kau anak baru dari Jepang." Ujarnya dengan wajah serius diikuti pula oleh Sehun dan Kai.

Jaejoong mengeryitkan dahinya, lalu memutar duduknya menjadi menyamping.

"Memangnya siapa Jung Yunho itu?" Tanya Jaejoong.

Chanyeol tersenyum lebar. Jaejoong bisa melihat kilatan semangat dari matanya, ah, Jaejoong bisa menebak, sepertinya pemuda itu hobi bercerita – atau bergosip?

"Dia itu mafia Jae!" Chanyeol mulai bercerita, namun dengan suara yang sedikit di pelankan. "Namanya Jung Yunho, kau harus ingat itu, dan dia adalah putra dari Jung Il Woo, mafia besar yang paling berpengaruh di jajaran Asia, terlebih di Korea. Dan perangainya sangat-sangat-sangat-sangat mengerikan. Aku bahkan tidak pernah melihatnya tersenyum ramah atau tertawa, yang ada cuma seringai tajam!"

"Hei, Yeol, kau terlalu mendramatisir!" Kai memukul lengan Chanyeol pelan.

"Ck! Biar ceritanya lebih mengena! Kalian ini gimana sih?!" protes Chanyeol karena aksinya terganggu. Tak lama Chanyeol pun melanjutkan kisah pemuda bernama Jung Yunho itu.

Jaejoong POV

"Hei, Yeol, kau terlalu mendramatisir!" ku alihkan pandangan ku pada Kai yang memukul pelan lengan Chanyeol. Mendramatisir katanya? Ah... aku hanya bisa tersenyum tipis melihat tingkah mereka.

"Ck! Biar ceritanya lebih mengena! Kalian ini gimana sih?!" Ku lihat wajah Chanyeol tampak kesal karena Kai mengganggunya menceritakan kisah seorang pemuda bernama Jung Yunho itu kepada ku. Lalu tanpa memperdulikan Kai, Chanyeol pun kembali menatapku dan meneruskan ceritanya.

"Dia jago berkelahi, dan dia suka sekali menjadikan siswa-siswi disini sebagai target kekejamannya jika dia sedang bosan atau kesal. Dia dijuluki serigala penyendiri. Dia tidak punya koloni, namun semua orang tunduk padanya. Banyak yang nge-fans padanya, tapi jarang ada yang mendekatinya, paling-paling hanya beberapa orang yang nekad, namun hasilnya sungguh mengerikan."

Aku menaikkan sebelah alisku.

"Apa benar dia semengerikan itu?"

Chanyeol mengangguk mantap, begitu pula Sehun dan Kai.

"Sudah banyak yang menjadi korban, bahkan sang pangeran kelas kita, Siwon, pernah dijadikan korban." Kali ini Sehun yang berucap. Aku hanya bisa terdiam, menunggu mereka melanjutkan cerita. Well, aku agak tidak suka saat tahu jika pemuda baik seperti Siwon pernah dijadikan target kekejaman orang bernama Jung Yunho itu.

"Aku melihat dengan mata kepala ku sendiri, Yunho memukul dan mengikat Siwon dan menggantungnya di gerbang sekolah." Suara Kai sedikit bergetar, sepertinya dia sedang mengingat kejadian itu.

Aku mengeryit tidak suka, menggantung seseorang di gerbang sekolah? Itu keterlaluan, Gerbang sekolah kan tingginya mencapai 10 meter!

"Dia keterlaluan sekali." Gumam ku.

"Ya, dan yang paling parah terjadi lusa lalu, Yunho hampir membuat Suho mati, ada yang melihat jika Yunho mendorong Suho dari ruang kesenian di lantai empat. Untungnya Suho masih bisa selamat, walau dia masih terbaring di ruang ICU sampai sekarang." Chanyeol menghela nafasnya.

"Aku tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi pada ku! Hiii!" Kai memeluk tubuhnya sendiri.

Aku tersenyum tipis sambil menatap wajah ketakutan Sehun, Chanyeol dan Kai. Mereka yang tadinya asik bercerita malah jadi lemas, apa sebesar itu pengaruh seorang Jung Yunho terhadap siswa-siswa disini?

But, tidak ada hubungannya dengan ku kan? Toh, asalkan tidak berdekatan dengan si Jung Yunho itu, tidak ada masalah kan? Lagi pula… aku tidak tahu wajahnya seperti apa.

Jaejoong POV End

Hampir sebulan…

Hampir sebulan sudah Jaejoong bersekolah di Shinki High School, dan dia cukup paham dan akrab dengan situasi yang berada di sekelilingnya. Termasuk kisah tentang sang mafia muda Jung Yunho. Seperti yang pernah Chanyeol katakan, pemuda itu memang kasar, tidak ramah dan suka menyendiri. Pernah beberapa kali Jaejoong melihat Yunho menyeret siswa lain yang entah apa masalahnya. Jaejoong tidak suka, ya, dan lebih baik dia tidak usah berurusan dengan laki-laki pengacau itu.

Namun…

Sepertinya keinginan Jaejoong itu harus disingkirkan, karena saat ini Jaejoong tidak bisa berpura-pura tidak peduli—terhadap sosok besar Jung Yunho yang sedang terkapar tak sadarkan diri dengan berbalutkan perban di atas ranjangnya.

.

.

.

.

TBC-


Berjumpa lagi dengan Kumi.

Cerita ini memang sedikit agak aneh, baru dilanjutin soalnya.

Terima kasih buat teman-teman yang sudah mau mampir dan membaca cerita ini. Karena Kumi lagi gak begitu sehat, Kumi udahan aja.

Sampai jumpa dan semoga hari kalian menyenangkan.