Hari berlalu dengan cepat tanpa dirasakannya. Selama itu pula dia tidak mengalami hal-hal yang mungkin memperburuk ingatannya. Yang menarik perhatiannya juga tak ada. Datar. Kehidupannya selama ini sangat datar menurutnya.

Sore itu, dia berjalan-jalan bersama Yakumo di tengah kota. Berkeliling bersama dan memutuskan untuk memasuki wilayah taman bermain. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan duo pirang dan aniki-nya. Tak butuh waktu lama untuk dirinya dan Yakumo bergabung dan mencoba beberapa wahana.

Mulai dari yang normal hingga yang ekstrim sudah mereka coba. Tapi, tak ada satupun dari wahana itu yang membuatnya berdecak kagum.

"Hhh... Aku lelah..." Naruto bersuara seraya menduduki bangku teman.

"Watashi mou~..." Ino menimpali. Sedang dirinya dan yang lain hanya mengangguk membenarkan.

"Aku akan membeli minuman. Hinata, mau ikut?" Yakumo berdiri dan Hinata mengikutinya.

Mereka berdua berjalan menuju sebuah kedai minuman dan memilih untuk membeli beberapa jus buah. Mungkin beberapa snack untuk cemilan juga tidak buruk.

Setelah membayar makanan dan minuman yang mereka beli, dirinya dan Yakumo kembali ke arah teman-temannya yang sudah mengubah sikap duduk mereka. Bahkan Naruto sudah tidur terlentang di atas rumput taman. Mungkin mereka benar-benar kelelahan.

Melihat ada yang membawa minuman, Naruto lantas bangun dari rebahannya "Wah... Aku minta yang jeruk"

"Aku yang anggur" Ino menyahut.

"Aku yang melon" Sumaru tak mau kalah.

"Iya ya... Yang sabar. Semua dapat kok" Hinata menengahi. Sedang Yakumo hanya terkikik geli.

Semua terdiam seraya menikmati minuman masing-masing. Mereka duduk melingkar dengan beberapa snack di tengahnya. Mereka memang sering melakukan ini saat istirahat, karena dengan begini semua bisa mencicipi makanan tanpa sungkan.

Semilir angin terasa begitu dingin. Jelas saja karena langit sudah menggelap. Meski mega merah masih menghiasi sedikit bagian langit dengan pola abstrak. Hinata melirih ke arah jam tangannya. Jam 6 sore. Itu artinya, mereka sudah beristirahat lebih dari se-jam.

"Nii-sama, ini sudah malam. Aku takut tou-sama dan kaa-sama mencari kita" Hinata berujar seraya melihat sang kakak.

"Benar juga. Hey Naru, bangun. Ayo pulang" Sumaru menggerak-gerakkan kakinya yang menjadi bantalan Naruto untuk tidur.

"Enggh... Lima menit lagi"

"Hey baka! Bangun atau ku bangunkan!" kretek

Mendengar itu, Naruto lantas terbangun dari tidurnya. Menatap horor pada orang yang mengucapkan kalimat itu. Dia hanya tak ingin mencari masalah dengan partner-nya. Bisa gawat kalau sampai dia dibangunkan oleh Ino. Bisa dipastikan tubuhnya akan berbaring dengan infus selama sebulan.

"Ya sudah. Ayo pulang. Hinata kau lebih baik bersama Sumaru. Aku akan pulang bersama mereka berdua" ucap Yakumo.

Hinata mengangguk "Iya. Hati-hati"

Semua melangkah ke arah yang berbeda. Tak lupa dengan lambaian tangan sambil meneriakkan ucapan 'Sampai jumpa'

.


.

Disclaimer : Hanya Masashi Kishimoto-Sensei yang punya chara ini

Pairing : SasuHina always..

OOC disana-sini...

Seperti biasa, OC ikut andil dalam pendeskripsian

Butuh banget kritikan... Mohon bantuannya ^_^

Yosh, Uzumaki NaMa mempersembahkan...

Chapter 5

~^ Keberadaan ^~

.


.

.

Pagi ini, Sasuke telah selesai membersihkan rumah. Sarapan juga sudah dilakukannya beberapa menit yang lalu. Semuanya sudah bersih, dia hanya harus berangkat bekerja.

Melihat waktu karena terlalu pagi, dia memutuskan untuk bersantai sembari meminum kopi. Pandangannya menyeluruh menyisir area hutan. Menikmati sejuknya udara dan mata onyx-nya yang dimanjakan oleh area hijau di belakang rumah. Namun sesaat kemudian, matanya meredup. Ingatannya kembali pada kejadian beberapa hari yang lalu saat dirinya pertama kali menjelajah kota.

Keberadaan tiga orang yang diyakininya sebagai utusan Kerajaan Kunshu benar-benar mengganggunya. Dia jelas masih sayang nyawa dengan tidak menunjukkan keberadaannya kepada mereka. Selama berhari-hari dia memikirkan sebab mereka diturunkan ke alam yang sama dengannya.

'Apa benar mereka ditugaskan untuk memburunya? Lantas membunuhnya? Atau justru Hinata yang menjadi tujuan mereka?'

Berbagai spekulasi berkeliaran dalam otaknya. Dia masih ingat bagaimana wujud mereka malam itu. Sayap berbulu berwarna hitam. Memakai jubah dengan simbol kristal berwarna merah. Jelas mereka adalah pemburu. Pemburu para nuke yang melakukan pengkhianatan pada Kunshu. Mereka mendapat titah langsung dari Hyuuga Hiashi. Ayah Hinata!

Dirinya menghela nafas berat. Sasuke tahu, cepat atau lambat, dirinya akan terjebak dalam keadaan ini. Keadaan Hinata pun belum dapat dia pastikan. Selama berbulan-bulan hidupnya di bumi, dia pasti menyempatkan diri untuk mencari informasi tentang Hinata. Meski sampai sekarang ia belum mendapat hasil yang memuaskan.

Menyerah? Ingin rasanya dia menyerah. Dia putus asa untuk mencari Hinata. Lagipula dengan begitu, dia bisa membebaskan Hinata dari bahaya. Seandainya yang menjadi buruan pemburu itu adalah dirinya, maka Hinata selamat kan?

Tapi hatinya menolak melakukan itu. Rasa rindunya benar-benar tak terbendung ingin bertemu. Melepas rindu pada pujaan hati yang selama ini tak bisa dirasakan keberadaannya. Sasuke merutuk dirinya yang lagi-lagi payah dalam menemukan Hinata.

Dia tahu dirinya salah. Memilih untuk putus asa bukanlah hal yang baik. Apalagi mengingat tujuan pertamanya saat sampai di bumi. Mencari Hinata. Memastikan keberadaannya.

Menghela nafas dia lakukan, entah untuk ke berapa kalinya. Keadaan seperti ini benar-benar membebaninya. Fikirannya tidak fokus karena bercabang. Bercabang pada kehidupannya dan kehidupan sang Hime.


.

Menyerah Sasuke?

Lakukan saja!

Kupastikan Hinata tak akan menjadi milikmu...

..Selamanya...

.


Merasa terlalu lama bergelut dengan ketersiksaannya, dia segera beranjak dari tempat duduknya dan masuk ke dalam rumah. Melirik jam dinding mungil yang tergantung di ruang depan, kemudian beranjak keluar rumah. Kali ini dia akan bekerja di daerah perumahan. Bekerja kepada Kepala Desa disana untuk membangun sebuah puskesmas 'perdana' di desa itu.

Langkahnya tenang karena merasa dirinya tak akan terlambat sampai disana. Senyuman dia bentuk tatkala melihat beberapa tanaman liar yang hidup segar. Dia ingat, tepat setelah pulang dari kota, dia segera membuat sebuah aliran air dari sungai untuk mengairi tanaman disini. Satu janji pada hewan hutan, sudah ia tepati.

Tak lama kemudian, dirinya sudah memasuki wilayah desa. Para penduduk menyapa dengan seulas senyum padanya. Jelas saja mereka mengenalnya, mengingat dirinya sering menerima gaji dari penduduk sekitar sini. Meski mereka merasa asing terhadapnya, para penduduk tetap menerima dengan tangan terbuka.

Kebaikan dan keramahan penduduk juga menjadi daya tarik tersendiri bagi dirinya untuk betah. Apabila kekalutan merajainya, selain melampiaskannya pada melukis, dia juga akan berjalan di sekitar desa hanya untuk menikmati sedikitnya pemandangan alam ataupun bermain-main dengan penduduk sebaya dengannya.

Pernah suatu waktu dirinya mendapat pertanyaan mengenai tempat tinggalnya. Dia hanya menjawab seadanya dengan menyebut tengah hutan. Kebanyakan dari mereka terkejut bahkan menawarkan dirinya sebuah rumah untuk ditinggali. Dan seingatnya dia hanya diam saat itu. Beruntung penduduk memakluminya.

.


.

.

Disisi lain kehidupan, sesosok gadis yang menjadi objek pemikiran Sasuke sedang berjalan di area sekolah. Sebenarnya bel masuk sudah berdering beberapa saat lalu. Namun dirinya masih berada di taman hingga menyebabkannya terlambat. Meski sadar akan keterlambatannya, dia tetap memilih berjalan dengan tenang untuk mencapai kelas.

Tepat saat dirinya berada di depan pintu kelas, suasananya sedang sepi. Sesuai dugaannya, seorang sensei baru akan memulai pelajaran. Memberikan peringatan kepadanya dengan nasihat kecil, kemudian mengizinkannya untuk mengikuti pelajaran.

Setelah sedikit membungkuk dan mengucapkan terimakasih, lantas langkahnya mengarah ke belakang kelas. Kemudian duduk di tempatnya. Mengeluarkan buku serta alat tulis, mengikuti pelajaran dalam diam.

Maa~ Kehidupan yang biasa. Monoton.

Setelah bergulat dengan materi fisika yang menurutnya menarik selama lebih dari dua jam, bel istirahat berbunyi. Yakumo yang sudah membereskan alat tulisnya kemudian beranjak dan mengajaknya ke kantin bersama. Ino juga sudah berdiri dari tempat duduknya. Melihat itu, cepat-cepat dirinya menata buku dan alat tulisnya ke dalam tas. Lantas mengikuti mereka dari belakang.

Suasana kantin yang terbilang ramai, tak menyulitkan mereka untuk mendapat tempat duduk. Karena setiap mereka tiba di kantin, dua laki-laki -Sumaru dan Naruto- pasti sudah menduduki tempat duduk dengan kapasitas enam orang. Yang tentu saja diperuntukkan bagi mereka berlima. Untuk urusan ini, mereka mersa beruntung memiliki teman yang maniak makan. Sebut saja itu Naruto.

Naruto dan Sumaru yang menyadari kedatangan gadis-gadis itu lantas melambaikan tangan.

"Cepat seperti biasa" Ino berucap sambil menarik salah satu kursi.

"Naruto yang lebih dulu kesini. Aku masih ada tugas tadi" Sumaru menimpali.

"Hey hey... Harusnya kalian berterimakasih padaku. Aku juga sudah rela membelikan makanan" ujar Naruto seraya menyeka bibirnya yang belepotan.

"Maa~ Arigatou, Naruto" Hinata berkata dengan tulus. Sedang Yakumo hanya mengangguk mengiyakan.

"Oh iya... Ingatkan aku untuk membayar nanti" lanjut Naruto.

"Dan perhitungan seperti biasa" Ino mencibir.

"Hehe. Aku hidup di apartemen. Pantaslah kalo aku irit" bela Naruto.

"Ya ya ya. Terserahlah" Ino memutar bola matanya.

"Sudahlah. Aku lelah mendengar kalian berdebat" menghela nafas kemudian, "Bisaka kalian diam? Hanya sampai istirahat ini berakhir..."

"Hai' Yakumo-sama" duo pirang berucap dengan nada hormat –mengejek lebih tepatnya.

"Oh ya, besok jadi kan?" Hinata mengalihkan topik pembicaraan. Padahal baru saja Yakumo memperingatkan untuk tidak berbicara.

"Apanya?" tanya Yakumo setelah mendesah malas.

"Perayaan?"Hinata mengedutkan kedua alisnya seraya memandang dengan binar jail kepada Sumaru dan Yakumo bergantian. Sedang yang ditatap hanya berusaha menghilangkan rona merah yang menyebar di wajah keduanya.

"Iya benar" Ino histeris "Kalian sudah berjanji!" pekiknya lanjut.

"Iya ya, jadi kok. Ke desa Kiri kan?" Sumaru menawarkan.

"Terserah kalian. Kalian berdua kan yang punya acara" Ino berkata dengan mantap yang dibalas anggukan setuju oleh Hinata dan Naruto. Yakumo dan Sumaru hanya berpandangan.

"Baiklah. Sesuai kesepakatan pertama, kita akan ke Kiri" Yakumo mengambil keputusan.

"Yosh. Aku tak sabar ingin melihat Kuil Nakano yang katanya terkenal itu. Nii-sama, kita akan kesana kan?" mata amethyst Hinata berbinar saat mengajukan pertanyaan pada sang aniki.

"Pasti" Sumaru tersenyum. Apapun yang diinginkan adiknya, pasti akan diturutinya dengan senang hati.

.


.

.

Keesokan harinya saat sore, Hinata dan Sumaru sudah berada di dalam mobil. Keduanya baru saja berangkat dari rumah mereka setelah mandi dan berganti pakaian. Teman-temannya yang lain juga begitu. Karena Sumaru yang membawa mobil, jadi dia berinisiatif untuk menjemput temannya satu-persatu ke rumah masing-masing. Berurutan dari Naruto, kemudian Ino, dan yang terakhir adalah Yakumo.

Sebelum benar-benar berangkat ke desa Kiri, terjadi insiden adu mulut antara Hinata dan Yakumo. Hinata memaksa Yakumo untuk duduk di depan dengan alasan bahwa "Sepasang kekasih harus duduk berdampingan". Entah dia mendapat slogan itu darimana. Padahal jelas-jelas dia tak mungkin memiliki informasi semacam itu dalam otaknya.

Akhirnya mereka berangkat dengan kemenangan berada di pihak Hinata. Jelas saja menang, dia kan mendapat dukungan dari duo pirang. Tiga lawan satu? Tidak imbang kan? Apalagi Sumaru yang diam dan tak memberi dukungan apapun pada sang kekasih baru.

Perjalanan yang ditempuh selama hampir sejam itu tak menimbulkan kelelahan yang berarti. Kuil Nakano yang dibangga-banggakan oleh Hinata sudah ada di depan mata. Tak hanya Hinata, yang lain pun memandang takjub pada bangunan yang ada di depan mereka. Halamannya yang luas menjadi tempat parkir para pengunjung. Suasana kuil memang cukup ramai di sore ini.

Sebelum mencapai pintu masuk ke kuil, terdapat dua tiang yang terhubung dengan semacam papan bertuliskan kanji Naka no Jinja –dalam artian Kuil Nakano. Di atap kuil banyak bergelantungan kertas jimat. Benar-benar indah. Belum lagi di sekeliling kuil, terdapat banyak rimbun pohon yang menyebabkan cuaca menjadi sejuk. Tak sedikitpun terasa panas saat mencapai tempat ini. Tanpa berfikir panjang, Hinata lantas masuk diikuti yang lain.


.

Berdo'alah Hinata..

Bersenang-senanglah...

Karena setelah ini,

Kepahitan akan mendatangimu...

.


.

.

Sasuke telah menyelesaikan pekerjaannya. Dia berniat untuk pulang sebelum dirinya menyadari aura pekat di sekitar sini. Menuruti insting lantaran penasaran, Sasuke mengikuti aura yang dirasakannya. Cukup jauh ke arah barat, dia menemukan bangunan kuno.

"Tempat ibadah ya?" gumamnya.

Ingin hati memasuki bangunan itu, namun urung dilakukannya saat kedua netranya menangkap pemandangan yang paling tak ingin dilihatnya. Disana, dia melihat sekumpulan pemburu berjumlah sama dengan yang dilihatnya beberapa hari yang lalu.

Ketakutan menyusup dalam hatinya. Dia tak ingin keberadaannya diketahui. Namun sebelum tubuhnya mengikuti kata otak untuk berbalik, dia kembali terkejut saat melihat seorang gadis yang sangat dikenalnya bersama beberapa orang.

"Hi-Hinata..." suaranya tercekat saat mengucapkan nama itu.

"Apa jangan-jangan..." matanya terbelalak saat dirinya menyadari suatu fakta.

'Jadi target mereka adalah...'


.

Haha jangan terkejut Sasuke..

Ini belum sepenuhnya benar

.


.

.

.

To be continued...

.


Holla~ minna-sama... Ada yang kangen saya? Haha, Udah bosen sama fict ini kah?

Gomen gomen #bungkuk2# Saya mohon jangan bosen ya... Saya sangat membutuhkan kritikan dan saran dari semuanya... Onegai~

Yosh, Pertemuan SasuHina sudah menunjukkan titik terang...

Oke, balesan review :

- nalie . oktavia : Arigatou semangatnya Nalie-san... ^_^ Sasu udah tahu keadaan Hinata nih.. Ternyata Hinata dalam bahaya :O

- Virgo Shaka Mia : Haha stories kita gak jadi sama Mia-san xD yang 14 hari saya hapus karena berupa Song fic. Saya baru tahu kalo nyantumin lirik lagu dalam fic itu gak boleh, huhu #pundung# Arigatou Semangatnya ^_^

.

Mohon bantuannya... Arigatou Gozaimashita...

Tinggalkan jejak ya? :D