Hime...

Naruto © Masashi Kishimoto

Warning: AU, Misstypo(s), OOC, dll.

Main Character: Uchiha Sasuke x Hyuuga Hinata

One shot

Tubuhku dilahirkan dengan keadaan lemah. Kondisiku tidak stabil dan mudah pingsan hanya karena kelelahan sedikit. Tubuhku ini kurus dan kulitku sungguh pucat. Terlebih bibirku yang tidak memiliki sinar kemerahan sama sekali. Mataku sayu dan selalu menyorot sendu. Seakan tak memilki gairah hidup.

Kehidupanku selama 18 tahun ini dipenuhi dengan tetes demi tetes manusia yang entahlah selalu menangis mendengar ceritaku.

Ceritaku...

Seorang gadis remaja yang harus rela tak mengenali ibunya diusia 5 bulan.

Dulu...

Pernah ada yang menceritakan sesuatu padaku betapa ibuku mengalami serangan jantung kala mengetahui kondisi tubuhku yang makin melemah dan tak berdaya. Seolah-olah telah pasrah untuk menyambut kehadiran Kami-sama. Menarikku kembali untuk tak menjadi salah satu makhluk yang mendiami dunia ini.

Namun semua salah...

Melalui aku ibuku mengalami serangan jantung

Melalui aku semua orang akhirnya menangis

Melalui aku, ibuku-

Meninggal...

Tidak. Kami-sama tak menjemputku. Kami-sama membiarkan aku yang lemah ini hidup. Demi apapun, jika dapat aku piliih...

Tukarkan aku dengan ibuku...

.

.

.

Hyuga Hinata. Mereka menyebutku begitu. Aku memiliki seorang kakak yang kini telah memiliki keluarga dan dunianya sendiri. Mereka –Neji-nii, Tenten-nee, dan anak mereka-Tenji- pergi meninggalkan rumah yang sepi ini. meninggalkan aku.

Hanya aku dan nenekku.

Mungkin kalian bertanya kemana Ayahku...

Semenjak ibuku meninggal... tak ada lagi ayah dalam hidupku. Tak kukenal ia sebagaimana ia tak ingin mengenalku. Ia menikah lagi. pergi meninggalkan rumah dan desa yang aku tinggali. Bersama istri dan anak barunya...

Lagi-lagi...

Semua pergi dan seoalh-olah tak ada beban meninggalkan aku begitu saja. Tapi kalau boleh jujur, aku memang tak menginginkan menyusahkan mereka. sudah.

.

.

.

Aku lulus. Konoha High School yang menjadi kebanggaan kotaku menjadi almamaterku saat ini. Dengan riang aku memakai sebuah yukata. Untuk merayakan kelulusan tahun ini, panitia perpisahan membuat tema dresscode berupa yukata untuk wanita dan hakama untuk para lelaki.

Aku tampil dengan yukata berwarna violet lembut bercorak bunga sakura setengah mekar. Rambut panjangku disanggul dan diberi hiasan berupa jepit yang secara khusus diberikan oleh nenekku.

Berkali-kali nenekku itu menggumamkan kata cantik sambil membelai lembut pipi pucatku. Aku hanya dapat membalasnya dengan senyum hangat. Ia menangis. Aku bahkan dibuat panik karenanya. Aku ingat kata-katanya saat itu.

"Tak kusangka.. cucuku sudah besar dan begitu cantik. Carilah pemuda yang pantas...menjaga dan melindungimu diluar sana." aku menggeleng kuat.

"Baa-chan... aku tak mau meninggalkan baa-c-" nenekku menggeleng pelan sambil tersenyum. Sangat lembut. Menghentikkan ucapanku seraya mengulurkan tanganya untuk kembali membelai pipiku.

"Nenek sudah tua..." dan yang aku lakukan setelahnya menangis sambil mendekapnya kuat.

'Kumohon... biarkan dan tinggalkan satu malaikat untukku... hanya satu- apakah itu permintaan yang begitu sulit?'

.

.

.

Menyendiri. Yukata yang kukenakan basah. Langkah kakiku terseret meninggalkan jejak air sepanjang perjalananku dari pintu ruang tengah hingga kamar.

Tak butuh waktu lama hingga tubuhku meluncur jatuh dengan lemahnya ke lantai dengan posisi tengkurap. Sudah habis rasanya tangisku hanya untuk menangisi apa yang kudapat dihari bahagiaku. Nenekku...

Ia mengalami serangan jantung dadakan kala aku berpidato singkat mengenai nilai kelulusan tertinggiku. Namun sama seperti ibuku, ia tak tertolong dan meninggakanku.

"Baa-chan..." Gumamku lirih sambil mengusap lantai pelan, "Kenapa Baa-chan begitu jahat..."

.

.

.

Pemakaman tak aku hadiri. Yang kulakukan hanya meratapi nasibku. Meski untuk kesekian kalinya ini kualami. Kimono putih yang kukenakan basah oleh air mata tepat dibagian lengan.

Menunduk sambil memeluk lutut. Kamarku gelap. Hujan masih turun seolah mengejek kehidupanku saat ini.

Kami-sama...

Apa kau- senang?

.

.

.

Berkali—kali pihak Universitas menelpon ke rumah ini. rumah yang kini aku tinggali. Bersama bibi dan pamanku. Mereka baik padaku. Mereka memaksaku untuk tinggal bersama mereka karena ya- kau tahu...

Di rumah lamaku, tak ada orang lain selain aku...

"Hinata... kau yakin belum mau mengkonfirmasikan absensimu?" aku menggeleng pelan. Kosong tanpa jiwa. Bibi membawa kembali makanan yang ia taruh di kamarku kemarin. Menggantinya dengan yang baru. Sungguh tak kusentuh sama sekali makanan itu.

Bibiku nampak tertunduk lemas. Menepuk bahuku pelan dan berlalu pergi. Tapi sebelum itu- aku mash dapat mendengar ia menggumamkan sesuatu.

"Kau tahu- Hinata? Kakakku pasti sedih melihat anaknya begini. Aku selalu menunggu keponakanku yang dulu."

Mendengar hal itu, aku kembali menundukkan kepala. Makin dalam demi menahan air mataku yang kembali turun.

.

.

.

KRINGGG

Aku menoleh. Tak sengaja. Pelanggan pertama. Bibiku memang memiliki sebuah restoran kecil yang bisa dibilang cukup sukses. Aku bersikeras menjadi pelayan. Pelayan khusus membersihkan sesuatu. Kau tahu- sungguh tak enak rasanya tinggal ditempat orang lain tanpa membantunya sama sekali dan lagi- kenapa aku memilih untuk hanya sekedar bersih-bersih?

Karena aku terlalu tak biasa untuk menyapa siapapun...

"Selamat datang." Sambut bibiku hangat sambil mempersilahkan pelanggan itu memilih kursinya sendiri yang tanpa disangka-sangka justru menduduki tempat yang tengah kubersihkan mejanya. Aneh.

Jadi dengan sopan aku mengatakan untuk mencari kursi lain saja. Jelas intonasi bicaraku tak enak didengar. Pelan. Terbata-bata dan terkesan dingin.

Tapi apa yang kudapat?

"Aku mau segelas teh hangat dan cinnamon roll."

Itu perpaduan makanan kesukaanku!

"Ma-maaf. A-anda bisa memintanya pada pelayan la-"

"Cepatlah.." mendengar nada memerintahnya aku hanya mengangguk sambil membawa kain lap yang kugunakan untuk membersihkan meja itu tadi kebelakang.

.

.

.

Pesanan siap. Telah kuantar pesanan itu dengan gemetar luar biasa. ia mengamatiku tajam seolah-olah yang kulakukan sangatlah tidak enak dilihat. Meski- yah, kurasa memang begitu.

"Temani aku..."

"A-ah?"

"Duduklah. Temanku tak bisa hadir. Aku sedang tak ingin sendri saat ini." aku bingung. Aku kan sedang bekerja. Lagipula, aku tak mengenalnya sama sekali. Aku menoleh dan iris pucatku menangkap anggukan pasti dari bibiku.

Jadi dengan pelan aku duduk dihadapannya. Menunggunya bicara terlebih dahulu dan membiarkan kepalaku tertunduk dalam.

"Aku sering melihatmu." Aku mendongak. Apa katanya?

"Kau selalu menyendiri dan sangat tertutup. Aku ingin tahu lebih tentangmu. Jadi- bolehkah aku meminta ijin untuk itu, Hinata-san?"

Dia tahu namaku...

Pertemuan pertama ini... aneh..

.

.

.

.

"Sasuke-san, j-jangan memendangiku begitu..."

"Kenapa kau menutupi wajah cantikmu, Hinata? Tunjukkan hal itu. Hanya jika kau bersamaku. Bisakah?

.

.

.

"S-Sasuke-san, terimakasih untuk hari ini. t-terima kasih karena mau mengajariku. De-dengan begini, a-aku bisa mengikuti mata kuliahku y-yang tertinggal."

"Tentu. Kapanpun kau meminta bantuan. Datangah padaku... aku akan siap kapanpun."

.

.

.

"Cantik sekali. Jangan bilang kau berdandan hari ini."

"A-ano.."

"Aku suka. Lagipula, bibirmu nampak lebih memesona."

.

.

.

"Hinata, maafkan aku..."

"Ta-tak apa hiks...Sasuke-kun. Aku- aku tak apa..."

.

Hari itu, tepat saat aku mengungkapkan perasaanku padanya. Ia- ia telah bersama yang lain. Tiba-tiba saja perempuan itu merangkul lengannya dengan manja. Mataku seketika mengeluarkan air mata. Sesak sekali rasanya. Aku ingin berada diposisi itu...

"Aku- terimakasih atas semuanya, Sasuke-san... aku- aku turut bahagia dengan hubunganmu b-bersama- S-Shion-san. Aku- a-aku permisi..." Sasuke. Aku tak ingin melihat pemuda itu lagi. demi apapun akan kuhapus setengah tahun kenangan manisku bersamanya. Meski sulit...

Lagipula, apa yang kuharapkan? Aku hanya gadis lemah yang nampak seperti orang penyakitan.

.

.

.

5 tahun berlalu..

Aku pulang dari studiku. Pulang dengan kebanggaan karena berhasil membawa nama baik Hyuga. Aku senang. Sangat senang. Kini aku yakin telah mampu memandang kedepan dan yakin akan mengubah masa depan yang semula bahkan tak pernah aku pikirkan mau kuapakan. Semula hanya akan kuanggap sebagai pipa air. Dengan aku mengalirinya pasrah. Tapi kini- aku telah mengubahnya.

Aku yakin.

"Hinata!"

Kenapa ia disini...

Prakk

Tas jinjing ukuran sedang yang kugenggam terlepas.

Kami-sama...

Tak cukupkah kau mengujiku selama ini..

".."

"Aku merindukanmu..."

"Sa-Sasuke-san.."

.

.

.

Sudah berapa kali kau meminta maaf?

Sudah berapa kali aku menyuruhmu untuk meninggalkanku sendiri?

Sudah berapa kali kau mencoba meraih tanganku?

Sudah berapa kali kau mencoba menarik tubuhku dalam dekapmu?

Aku lelah melihat usahamu.

Ini bukan salahmu.

Ini salahku karena berani menaruh hati padamu..

Meski aku tahu akan berakhir dengan aku yang menjadi pihak tersakiti. Tapi tak apa, aku senang telah memilki rasa itu padamu.

.

.

.

Malam itu, kau mengejarku. Dibawah hujan deras yang selalu mengingatkanku pada kematian Baa-chan..

Menghentikan gerak langkahku dengan menarik pergelangan tangan ini. meminta aku untuk membuka hatiku lagi untuknya. Meski ia telah memiliki

tunangan,...

Ia gila!

"Lepaskan aku!"

"Cintai aku lagi, Hinata!" teriaknya frustasi. Suaranya dapat kudengar jelas seolah sedang melawan suara derasnya air hujan yang turun. Terksaima aku menapatkan bulir bulir air lain diwajahnya. Ia menangis.

Tapi- kenapa?

"Aku menginginkanmu..." Aku menangis sambil menunduk dalam dan yang kudapat setelahnya adalah ia mendorong tubuhku kearah trotoar.

TINNNNNN

"ARRRGGGHHH!"

Teriakan itu...

Suara itu...

Detik demi detik seolah bergerak lambat. Apa Kami-sama ingin aku mematri kejadian ini?

Tubuhku terguncang.

Lagi-lagi...

Kami-sama tak mengijinkan salah satu malaikatnya untuk berdiri disampingku.

.

.

.

.

Normal pov

Kematian gadis bernama Hyuga Hinata tersebar luas. seorang tunggal Hyuga yang mati bunuh diri dari lantai 24 gedung Hyuga Agency. Kematiannya telah menjadi berita besar dikarenakan video kecil yang ia sebar ke jejaring sosial semenit sebelum ia menjatuhkan diri.

"Hai. Aku Hyuga Hinata. Hihihihi. Kalian pasti tak mengenalku, bukan? Aku adalah anak tak berguna yang membuat siapapun yang kusayangi mati jika berada didekatku. Jadi- bukankah lebih baik aku mati?"

"Sayonara minna... aku menunggumu untuk menjadi temanku disana nanti. Karena, aku tak mau sendirian. Hihihihi"

Tamat.