PIKET OHH PIKET

DON'T LIKE DON'T READ seperti biasa ^^v

HAPPY READING MINNA

"Jangan dekat-dekat denganku! Kau Virus! Kau- berbahaya!"

"Hn" Bukannya menjauh, pemuda itu justru melangkahkan kakinya mendekat. Ekspresinya biasa. Datar. Mungkin ia berniat menyaingi papan tulis di belakang tubuh Hinata. Gadis itu tetap pada posisinya, berdiri angkuh dengan sapu juga pel-an di samping kanan dan kirinya. Tepatnya pada masing-masing genggaman tangannya. Mau tau kenapa? Tenang, ia bukannya sedang menjalankan tugas piket, meskipun memang dijadwal tertera nama Hyuga Hinata di hari selasa. Hari ini. Persetan dengan Sasuke yang mengganggu kekhusyuan niatnya yang hendak kabur dari tugas. Padahal ia sudah berakting sebaik mungkin dengan properti sapu juga pel-an sebagai pendukung bahwa ia akan menjalankan tugasnya kali ini. tau kan, itu hanya akting. Ujung-ujungnya ia akan kabur juga setelah teman-tman kelasnya pergi. Tapi ini! Si Uchiha sok ganteng! Malah ngalangin segala!. Bukan apa-apa, masalahnya akan sulit jika berurusan dengan pemuda itu.

"Kau- mau kabur lagi-kan?"

"kau punya masalah dengan itu, Tuan Uchiha?" Sasuke mengangkat bahunya tanda tak tahu atau ah, entahlah. Hanya dia sendiri yang mampu menafsirkan arti gerakan tubuh itu.

"Kau pasti punya banyak uang"

"Heh?"

"Kau tahu- denda?" ingin sekali Hinata tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi yang barusan Sasuke tampilkan. Seperti Kakuzu! bendahara kelasnya, kalau sedang menariki uang kas kelas pada para murid.

'jangan-jangan dia mata duitan, pantesan piketnya rajin benerrr'

"HEY! Jangan menarik kesimpulan apapun tentangku. Aku bukan mata duitan!"

'Dia menakutkan...'

"Baiklah- baiklah, jadi apa maumu sebenarnya?"

"Melihatmu piket"

"Hah? Cih. Apa sebegitu tak pentingnya hidupmu sampai memilih untuk jadi pengawas piket seseorang. Itu menyedihkan, tuan Uchiha yang terhormat" Hinata terkekeh geli mendengar omongannya sendiri. Itu-menggelikan. Namun tawanya berhenti seketika.

Biji emethyistnya membola.

"Kerjakan tugasmu..." Hinata membeku di tempatnya.

Trak trak

Kedua benda dalam genggamannya terlepas begitu saja hingga bunyinya yang cukup nyaring itu menggema di ruangan kelas yang sepi.

"Apa perlu ku ulang?"

Sasuke kembali mencium cuping telinga Hinata lalu meniup-niupnya pelan dan sensual dengan sangat sengaja. Helaian disamping telinga Hinata bergerak seirama dengan irama hembusan napas pemuda itu.

"Kyaaaaaa!"

.

.

"Menyebalkan! Baka! Baka! Baka!" Hinata menyingkirkan debu-debu dilantai dengan kasar menggunakan sapu dalam genggamannya. Gerutuan dan cacian terus ia gumamkan. Matanya sesekali mendelik penuh kekesalan ke arah Sasuke yang tengah bertopang dagu mengamati Hinata dari arah meja sensei di depan kelas.

'Ingin sekali kubunuh si pantat ayam jelek itu!'

"Kau tahu, Hinata? Kau tak akan selesai-selesai membersihkan debu itu jika cara menyapumu saja begitu. Ah, aku yakin tak akan ada yang mau menjadikanmu kandidat sebagai seorang istri nantinya"

"Cih! Urusai!"

"Biar ku ajar-"

"Berhenti disitu! Kau membuatku takut, Uchiha!"

"Sou ka..."

.

.

"Aku akan membuang sampah. Apa kau perlu mengawasiku juga ke tempat pembuangannya!?"

"Aku akan memastikan kau membuangnya dengan benar.."

"Errr... terserah! Tapi jangan dekat-dekat! Pastikan jarakmu setidaknya berada 5 meter dariku!"

"Bisa 'kuatur'..." Poor Hinata yang meluputkan satu hal dalam kalimat Sasuke.

.

.

Berkali-kali Hinata menoleh kebelakang memastikan Sasuke berada jauh dari jangkaunnya. Dan benar. Sasuke menepati janjinya. Atau mungkin- belum mengingkarinya.

Hinata kembali menggerutu tidak jelas sepanjang jalan. Matanya menangkap sebuah tikungan yang berarti tujuannya sudah dekat. Sambil menyeret plastik berisi sampah-sampah kertas ia berjalan gontai.

Prok prok prok

Hinata menepuk-nepukkan kedua tangannya sebagai tanda tugasnya sudah beres sekaligus membersihkan debu yang mungkin menempel.

Deg

"Sas-"

Bruk

"Sudah selesai?" Hinata diam saja. Terlalu kaget mendapat perlakuan mengejutkan dari Sasuke. Kedua tangannya tak dapat ia gerakkan sementara Sasuke menguncinya dengan kedua tangan besarnya sendiri.

"Nah, sekarang kita lanjutkan yang tadi.." Sebuah seringai menggoda, pemuda itu torehkan dengan seksinya pada Hinata. Oh, betapa tampannya wajah penuh pahatan sempurna itu. –Author meleleh-

'Sial!'

"Tenang saja. Aku pasti menjadikanmu istriku meskipun kau tak suka bersih-bersih"

Hinata menghela napasnya pelan. Mungkin acara marahan dengan kekasihnya itu harus diakhiri. Dan Hinata harus menutup matanya ketika wajah Sasuke mendekat.

Piket ohhh piket

END

aku masih newbie... mohon bantuannya minna..

ah ya, ripiu? plis?

salam SHL MUEHEHEHEHE