Sehun menatap aneh dua laki-laki di hadapannya secara bergantian. Itu Jongin dan Luhan. Beberapa menit yang lalu, ketika Sehun tengah bermalas-malasan di kamar dengan selimut tebalnya, tiba-tiba Eomma-nya memanggilnya untuk keluar dari kamar karena ia kedatangan tamu. Sehun tidak menyangka yang datang adalah Jongin dan Luhan. Kenapa mereka datang bersama-sama? Apa mereka saling mengenal? Tak hanya itu. Yang membuat Sehun tambah bingung adalah anak kecil yang tangannya digenggam Luhan. Kenapa ada anak kecil di antara Luhan dan Jongin?

Sehun memikirkan sebuah kemungkinan.

"Um..," Sehun menatap Jongin dan Luhan dengan mimik serius, "Ini anak kalian?"

"Hah?" ucap Jongin dan Luhan kompak. Raut muka mereka sama-sama bingung karena pertanyaan konyol Sehun.

"Kau sedang kesurupan? Sejak kapan aku punya anak? Menikah saja belum." celetuk Jongin.

Sehun menaikkan sebelah alisnya. "Lalu, kenapa kalian datang bersama-sama? Kalian saling kenal?"

"Tentu saja tidak. Aku bertemu dengan temanmu tadi di depan gerbang rumahmu tadi." terang Luhan. Laki-laki cantik itu kemudian tersenyum penuh makna. "Lagipula, aku datang kemari bersama tunanganku~"

Jongin dan Sehun sontak menatap Luhan, namun dengan ekspresi yang berbeda-beda. Jongin menatap Luhan dengan mimik tak percaya karena dilihat dari penampilan Luhan yang umurnya tak jauh berbeda dari mereka, tapi ia sudah memiliki tunangan. Sedangkan di sisi lain, Sehun justru tengah memperlihatkan mimik terkejut. Ya, terkejut karena kalimat terakhir Luhan.

"Bersama siapa?" tanya Sehun –mengecek pendengarannya yang mungkin saja bermasalah.

"Tunanganku."

Tautan alis Sehun semakin dalam. "Sejak kapan kau punya tunangan?"

"Sejak liburan musim dingin. Kami dijodohkan oleh orangtua kami." Luhan menoleh ke arah mobil yang terparkir di depan gerbang kediaman Oh. "Dia menunggu disana. Namanya Hangeng. Dia seorang mahasiswa dan dia sangat tampan~"

"Terserah." Sehun mengedikkan bahunya tidak peduli. Ia tidak tertarik pada kisah asmara orang lain. Pandangannya kini beralih pada anak kecil yang berdiri terdiam di antara Luhan dan Jongin. "Lalu, anak siapa itu? Kau tidak menculik anak orang lain'kan?" Sehun memicing curiga ke arah Luhan.

"Oh ya, aku hampir lupa. Ini adikku, namanya Ziyu. Aku datang kemari karena dia bilang ingin bertemu denganmu."

Sehun mengerjap. "Bertemu denganku?"

"Ya. Ziyu adalah penggemarmu. Dia sering menonton pertandingan renangmu di internet. Saat kukatakan aku mengenalmu, dia langsung merengek ingin bertemu denganmu. Padahal dia baru saja sampai di Korea hari ini, tapi dia bilang tidak mau menunggu sampai besok. Ck, padahal aku'kan mau kencan dengan Hangeng hari ini." oceh Luhan.

Sehun tak begitu memedulikan celotehan Luhan. Laki-laki albino itu lebih tertarik pada bocah SD di hadapannya. Well, Sehun memang tahu Luhan memiliki seorang adik yang tinggal di Cina, tapi ia tidak tahu wajah dan namanya. Sehun tidak menyangka akan bertemu adiknya Luhan hari ini, tepat di rumahnya sendiri. Ini adalah yang pertama kalinya Sehun bertemu Ziyu. Ziyu begitu manis. Matanya besar, pipinya putih, dan senyumannya begitu cantik. Ia benar-benar mirip Luhan, tapi dalam bentuk yang lebih imut. Sehun berpikir mungkin Luhan juga seperti Ziyu ketika ia masih kecil.

"Begitukah?" tanya Sehun seraya menyamakan tingginya dengan adik Luhan. Senyuman manis terkembang di sudut bibirnya ketika matanya bertemu mata Ziyu. "Halo~"

"Ha–halo~" Ziyu membungkukkan badannya seraya memberi salam dengan bahasa Korea yang cukup lancar. "Namaku Xi Ziyu. Aku penggemar Sehun Hyung."

"Wow. Benarkah? Terima kasih, Ziyu-ya~" ujar Sehun seraya mengacak rambut Ziyu gemas. Laki-laki albino itu tidak menyadari perubahan warna pada pipi bocah SD tersebut. Itu bersemu, membuatnya terlihat semakin menggemaskan.

"Aku suka Hyung!"

Sontak itu membuat Luhan, Jongin, dan Sehun menatap Ziyu bersamaan. Sedangkan bocah itu tengah menatap Sehun dengan mimik serius. Entah kenapa, keadaan disana berubah menjadi hening gara-gara pernyataan bocah kelas enam SD tersebut. Sedikit ambigu bagi ketiganya, tapi Sehun mengartikannya sebagai bentuk rasa kagum.

"Aku juga suka padamu, Ziyu-ya." Sehun membalas, tapi bocah itu menggeleng kuat. Kepalanya menunduk guna menyembunyikan pipinya yang semakin memerah. Sehun mengernyit kebingungan.

"Aku menyukai Sehun Hyung sejak pertama kali melihat Hyung mengikuti kejuaraan renang tingkat SMA. Aku jatuh cinta pada Hyung. Hyung benar-benar terlihat keren saat berenang." ujarnya dengan suara lirih yang terkesan malu-malu, meski masih terdengar jelas oleh ketiga remaja tersebut. Tanpa diketahui ketiga remaja itu, Ziyu tengah merasakan jantungnya yang seperti mau meledak.

"Bhuahahahahaha! Daebak~ kau dapat pernyataan cinta dari bocah SD!" Jongin malah meledek, tapi itu segera berakhir saat Luhan memelototinya dan Sehun yang mencubit paha laki-laki berkulit tan itu. Sehun kembali menatap Ziyu. Bocah manis itu sepertinya sangat malu sampai-sampai menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Sehun tak bisa menjelaskan seberapa merah pipi bocah itu, tapi itu justru membuatnya terlihat semakin menggemaskan.

"Terima kasih atas perasaanmu, Ziyu." Sehun tersenyum seraya mengelus pipi merona Ziyu. "Kalau kau sudah lebih dewasa, datanglah lagi padaku. Aku akan mempertimbangkan perasaanmu, bagaimana?"

Binar mata Ziyu langsung cerah. "Benarkah?!" Sehun mengangguk sebagai jawaban, dan itu menciptakan senyuman manis di bibir bocah SD tersebut. "Terima kasih, Hyung~"

"Yak, hati-hati dengan ucapanmu. Kalau dia benar-benar kembali padamu suatu saat nanti, bagaimana? Kau mau tanggung jawab?" bisik Jongin setelah sebelumnya menyikut lengan Sehun. Tapi Sehun kelihatannya tak begitu menghiraukannya karena ia tahu seiring berjalannya waktu, Ziyu akan segera melupakan ucapannya itu.

"Nah, sudah'kan? Ayo kita pulang." Luhan melirik Sehun. "Kami pulang dulu ya? Sampai jumpa, Sehun-ah!" Luhan menarik tangan Ziyu. Bocah SD itu sempat melambaikan tangannya pada Sehun –yang dibalas dengan lambaian tangan pula oleh Sehun– sebelum akhirnya keluar dari gerbang kediaman Oh bersama Luhan. Begitu kakak beradik itu masuk ke dalam mobil hitam milik tunangan Luhan, Jongin menatap Sehun.

"Hey, aku tahu kau hanya berusaha menghiburnya, tapi memberikan harapan palsu pada seorang anak kecil sekalipun, itu tetap saja tidak boleh. Bagaimana jika dia menanggapinya dengan serius? Inilah sebabnya banyak yang patah hati karenamu."

Sehun menghela napas sambil melemparkan tatapan datar pada sahabatnya. "Ini sebabnya kau tidak disukai anak kecil."

Jongin mendengus. "Aku tidak perlu disukai anak kecil."

"Ya, karena yang kau sukai hanyalah Do Kyungsoo." Sehun menyeringai.

"Yak! Tarik kembali kata-katamu!" Jongin protes, tapi Sehun tidak mengindahkannya, dan dengan cueknya berjalan ke dalam rumahnya. Laki-laki berkulit tan itu berdecak kesal. Tanpa menunggu apapun lagi, Jongin-pun mengikuti langkah Sehun ke dalam rumah sambil terus berteriak dengan tidak elitnya. "Yak, Oh Sehun! Aku serius, cepat tarik kembali kata-katamu!"

.

.

.

###

THE REASON

Chapter 14 (end) The New Beginning

Main Casts : Byun Baekhyun, Park Chanyeol, Oh Sehun

Support Casts : Xi Luhan, Kim Jongin, Ziyu

Genre : Romance, Drama, School Life

Rate : T

Warning : Yaoi, Shounen-ai, Boys Love, Boy x Boy

Note: Jadi, inilah ending FF ini, HAHA. Saya seneng banget karena satu FF kembali saya tamatkan. Moga-moga kalian suka sama endingnya ya. So, enjoy~

###

.

.

.

Jongin menatap kosong foto Sehun dan Baekhyun di atas meja belajar Sehun. Ada sebuah rasa iba mengingat bagaimana pigura itu dalam posisi telungkup ketika Jongin masuk ke dalam kamar Sehun. Sepertinya pigura itu sengaja ditelungkupkan oleh Sehun sendiri. Sebuah helaan napas terhembus dari mulut Jongin. Ia berpikir alasan di balik telungkupnya pigura itu adalah karena sahabatnya itu pasti belum bisa merelakan Baekhyun.

"Eomma membuatkan kue kering. Kusebut kau beruntung karena datang hari ini, Kim Jongin." ujar Sehun ketika ia masuk ke kamarnya dengan sebuah nampan berisikan coklat panas dan setoples kue kering buatan Nyonya Oh. Sehun duduk di atas karpet kamarnya, yang kemudian disusul oleh Jongin yang duduk di hadapannya. "Ngomong-ngomong, apa kau kesepian karena tidak bisa bertemu Kyungsoo selama liburan musim dingin sampai-sampai datang kemari segala?"

Jongin menatap datar Sehun. "Atas dasar apa aku kesepian? Aku justru bersyukur karena tidak akan bertemu si burung hantu itu sampai tahun ajaran baru." Sehun terkekeh seraya membuka toples kue kering di hadapannya. Jongin sempat menatap Sehun dengan tatapan khawatir sebelum akhirnya mengambil cangkir berisikan coklat panas untuk kemudian ia minum perlahan. Setelahnya, ia letakkan kembali cangkir itu, dan menatap Sehun dengan mimik serius. "Kau dan Baekhyun bagaimana?"

Pergerakan Sehun yang hendak memakan salah satu kue kering itu terhenti. Matanya menatap Jongin, tapi kemudian disusul oleh helaan napas panjang lima detik setelahnya. "Apanya?"

"Kau tahu," Jongin mengedikkan bahunya, "Hubungan kalian."

Sehun tak menjawab untuk beberapa detik. Pikirannya melayang jauh, memikirkan seseorang bernama Byun Baekhyun. Sehun masih ingat pertemuan terakhir mereka di kediaman Oh. Bagaimana wajah Baekhyun memelas padanya, memohon padanya untuk mengatakan bahwa tak ada yang berubah dari persahabatan mereka. Sehun juga ingat betapa sakit hatinya saat pertemuan itu, terutama ketika melihat ekspresi kecewa Baekhyun tepat setelah Sehun mengatakan bahwa semuanya tidak akan pernah sama lagi. Well, ia ingin mempertahankan Baekhyun sebagai sahabatnya, tapi hatinya masih sulit menerima. Sehun butuh waktu untuk berpikir sendiri, meski ia sendiri tidak yakin bagaimana caranya. Itu hanya sebuah alasan. Sehun hanya tidak ingin bertemu Baekhyun untuk sementara, berharap dengan begini hatinya bisa melepaskan Baekhyun perlahan.

"Kau baik-baik saja?" Jongin bertanya setelah Sehun tak kunjung menjawab.

Jawabannya adalah tidak. Atau belum.

"Entahlah." Sehun menjawab setelah menghembuskan napas yang terasa berat di rongga dadanya. Padangannya ia alihkan ke arah lain selain mata Jongin, seolah menghindarinya. Menyadari sahabatnya enggan membahas soal ini, tidak membuat Jongin ingin mengalihkan topik pembicaraan. Ini sudah hari ketujuh di liburan musim dingin dan Sehun belum bicara lagi dengan Baekhyun. Well, sebenarnya kedatangan Jongin ke rumah Sehun adalah untuk mengecek keadaan sahabatnya setelah sebelumnya Baekhyun menghubungi Jongin dan menanyakan keadaan Sehun. Jongin agak kaget ketika Baekhyun mengatakan bahwa ia dan Sehun tidak bicara selama berhari-hari. Karena itulah, Jongin datang ke kediaman Oh hari ini.

"Kau tahu? Baekhyun bukan satu-satunya laki-laki di dunia ini." Jongin berujar. Ucapannya memang benar, tapi tidak terlalu membantu Sehun sebenarnya.

"Aku tahu." Sehun menjawab lirih. "Aku tahu, tapi.." Sehun kembali melamun dan berujung dengan tidak menyelesaikan kalimatnya.

Jongin menghela napas panjang. "Kau pasti bisa melupakannya, Sehun-ah. Dan meskipun sulit, kuharap kalian masih bisa mempertahankan persahabatan kalian. Sungguh aneh melihat kalian bertingkah seperti tidak kenal satu sama lain, kau tahu?"

Sehun masih tak merespon. Walaubagaimanapun, Sehun masih tidak yakin ia bisa melupakan Baekhyun. Ini cinta pertamanya. Pada saat seperti ini, Sehun pikir orang yang mengatakan cinta pertama itu tidak selalu berhasil, ada benarnya juga. Ia merasakannya, dan rasanya begitu menyesakkan.

"Seorang kekasih itu gampang ditemukan," Jongin menepuk pundak Sehun seraya tersenyum, "Tapi seorang sahabat itu langka."

Sehun cukup terkejut karena ucapan Jongin, tapi setelahnya ia tersenyum tipis. Well, laki-laki berkulit tan itu ada benarnya juga.

"Sejak kapan kau jadi bijak begini?" cibir Sehun –berusaha bercanda.

Jongin mengibaskan rambutnya sok tampan. "Sehun, sahabatku. Sebenarnya ada banyak hal yang kau tidak ketahui tentangku."

Sehun tertawa karena ucapan narsis Jongin. Well, setidaknya laki-laki berkulit tan itu berhasil menghiburnya untuk sesaat. Tapi kapan pastinya Sehun bisa melupakan Baekhyun, ia sendiri tidak tahu. Itu akan memakan waktu yang cukup lama, Sehun rasa.

Hanya waktu yang bisa menjawab.

.

.

Baekhyun menghembuskan napas lega setelah ia membaca pesan yang baru didapatnya dari Jongin. Laki-laki berkulit tan itu baru saja memberitahukan kabar Sehun padanya. Jongin mengatakan bahwa Sehun baik-baik saja, jadi ia tak perlu khawatir. Kabar itu cukup membuatnya sedikit lega. Tanpa sadar, laki-laki mungil itu menyunggingkan senyuman tipis, tidak menyadari keberadaan kekasihnya yang menatapnya dengan alis bertautan.

"Kau mendapatkan kabar baik?" tanya Chanyeol –meleburkan lamunan Baekhyun. Laki-laki mungil itu sempat tersentak, namun kemudian menjawab pertanyaan kekasihnya dengan senyuman simpul seraya meletakkan ponselnya kembali di atas karpet kamar Chanyeol. Tentu itu membuat Chanyeol semakin bingung. Senyuman Baekhyun tak menjawab pertanyaannya sama sekali.

"Apa itu pesan dari Sehun?" Chanyeol kembali bertanya –atau menebak, kali ini dengan hati-hati. Dan sebuah gelengan kepala yang Chanyeol dapat.

"Dari Jongin." Baekhyun menatap karpet kamar Chanyeol, berusaha tidak menatap manik Chanyeol. "Aku memintanya untuk pergi ke rumah Sehun dan melihat keadaannya."

Chanyeol memang agak cemburu dengan topik pembicaraan ini, tapi logikanya masih berjalan. Sehun adalah sahabat Baekhyun, dan mereka sudah tidak bicara selama berhari-hari. Jika Chanyeol berada di posisi Baekhyun, mungkin iapun akan khawatir dengan keadaan sahabatnya sendiri. Jadi, Chanyeol bisa memakluminya kali ini. Mengenai kediaman Baekhyun dan Sehun, itu tentunya didasari oleh sebuah alasan. Chanyeol tahu apa itu meski Baekhyun tidak memberitahunya secara langsung. Laki-laki mungil itu telah menolak cinta Sehun, dan itu berpengaruh pada persahabatan mereka.

"Lalu, bagaimana kabarnya?" tanya Chanyeol lembut.

"Jongin bilang Sehun baik-baik saja." Satu hembusan napas kembali terdengar dari mulut Baekhyun. la melemparkan sebuah senyuman tipis pada Chanyeol. "Cukup membuatku lega." tambahnya.

Tapi Chanyeol tak begitu yakin. Raut muka Baekhyun masih memperlihatkan kekhawatiran. Lagipula, jika Sehun memang baik-baik saja, mereka pasti tidak akan diam-diaman seperti ini. Chanyeol ingin melakukan sesuatu, setidaknya untuk membuat Baekhyun lebih tenang. Chanyeol berpikir ia harus bicara dengan Sehun, dan sepertinya ia akan melakukannya tanpa sepengetahuan Baekhyun.

###

"Sehun-ah, ada teman sekolahmu yang mencarimu!"

Sehun mengerang di balik selimut tebalnya karena ucapan Eomma-nya di balik pintu kamarnya. Laki-laki berkulit pucat itu melirik waktu di ponselnya dengan mata setengah terpejam, dan sebuah erangan kembali terdengar. Ini baru pukul delapan pagi. Siapa yang mencarinya di jam seperti ini? Apa itu Jongin? Sehun pikir sahabatnya itu benar-benar tidak ada kerjaan karena telah berani mengusik ketenangan yang seharusnya ia dapat di hari Minggu ini.

"Cepat turun dan temui dia, oke?" Suara Nyonya Oh kembali terdengar di balik pintu. Sehun mendengus kesal. Tak lama, Sehun mendengar suara langkah Eomma-nya yang berjalan menjauhi kamarnya. Sepertinya wanita paruh baya itu telah kembali ke dapur di lantai satu. Keheningan tercipta setelahnya. Di dalam kamar itu, Sehun tengah berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih belum terkumpul seutuhnya. Itu membutuhkan waktu sekitar lima belas detik. Setelah itu, si laki-laki albino dengan kasar menyibak selimut tebalnya, kemudian bangkit dari ranjangnya. Ia sempat meregangkan otot-ototnya sebelum akhirnya berjalan malas keluar dari kamarnya. Sehun sudah siap untuk mengomel panjang lebar jika benar yang datang adalah Kim Jongin.

Namun, ia salah.

"Kau?" Sehun terkejut ketika melihat orang yang berdiri di ruang tamunya. Itu Chanyeol. Dan itu benar-benar di luar tebakan Sehun. Mau apa Chanyeol datang ke rumahnya? Itu yang ada dalam benak Sehun saat ini. Namun bukannya menyambut tamu layaknya tuan rumah yang baik, laki-laki albino itu justru terdiam di dua anak tangga terakhir dengan kedua tangan melipat di depan dada. Tatapan tajampun tak luput dari pemandangan dengan atmosfer dingin itu. Terlihat jelas Sehun sama sekali tak berminat untuk bersikap menjadi tuan rumah yang baik di hadapan Chanyeol.

"Mau apa kau kemari?" tanya Sehun dingin. Chanyeol tak menjawab untuk lima detik. Laki-laki tinggi itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, seolah tak takut dengan tatapan tajam ataupun intonasi dingin Sehun. Ekspresi Chanyeol terlihat begitu datar, meski sebenarnya ia tengah memutar otaknya agar ucapan yang hendak dikeluarkannya tidak memacu keributan di antara mereka.

"Aku akan langsung saja." Chanyeol mengambil beberapa langkah untuk mendekati Sehun tanpa melepaskan tatapannya dari laki-laki albino itu. "Sampai kapan kau akan menghindari Baekhyun?"

Pertanyaan itu sukses membuat Sehun tersentak, namun ia masih mempertahankan ekspresi dinginnya di hadapan Chanyeol. "Itu bukan urusanmu."

"Akan menjadi urusanku jika itu menyangkut Baekhyun."

Sehun mengeraskan rahangnya sebagai bentuk menahan emosinya agar tidak memukul laki-laki tinggi di hadapannya. "Aku tak punya waktu untuk meladenimu. Pulanglah."

Sehun baru saja berbalik untuk kembali ke kamarnya, tapi ucapan Chanyeol berikutnya berhasil membuat langkahnya terhenti. "Baekhyun mengkhawatirkanmu."

Jantung Sehun sontak berpacu cepat, namun ia masih pada tempatnya yang memunggungi Chanyeol.

"Setidaknya berilah dia kabar jika kau masih menganggapnya sebagai teman."

Kali ini, Sehun mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya. Laki-laki albino itu mengertakkan giginya karena kesal dengan ucapan Chanyeol yang sok bijaksana. Dia pikir dia siapa sok menasihatinya? Sehun mendengus keras dalam hati. Ia sudah sedekat ini untuk mengusir Chanyeol untuk yang kedua kalinya, tapi Chanyeol lebih cepat mengeluarkan suaranya.

"Ucapanku mungkin terdengar aneh bagimu, tapi kusarankan untuk tidak mendiaminya terlalu lama. Ini juga membuatnya sedih."

Sehun menoleh ke arah Chanyeol, mencoba mengartikan ucapan Chanyeol melalui ekspresinya. Awalnya Sehun mengira akan menemukan sebuah omong kosong, tapi yang ia temukan justru keseriusan.

"Dengar, aku tahu kita tidak akan bisa akur, tapi kuharap kau mau mendengarkan ucapanku kali ini. Tolong, temui Baekhyun." Chanyeol menghela napas sejenak. "Anggap saja kau melakukannya demi Baekhyun."

Kemudian hening. Sehun masih menatap manik Chanyeol untuk menemukan ketidakseriusan akan setiap kata yang Chanyeol lontarkan, tapi Sehun tak menemukannya. Chanyeol bersungguh-sungguh mengatakannya, dan ini sungguh tidak biasa. Hal ini justru menumbuhkan rasa bingung di diri Sehun.

"Itu saja." Chanyeol mengakhiri keheningan di antara mereka. Ia hendak pergi dari sana karena dirasa urusannya sudah selesai, tapi suara Sehun kali ini menghentikannya.

"Perasaanmu pada Baekhyun.." Sehun menjeda kalimatnya, menunggu Chanyeol menoleh padanya. "Kau sungguh-sungguh menyukainya?"

"Ya." Chanyeol menjawab tanpa keraguan, namun Sehun memicing curiga padanya.

"Bukan karena ada niat busuk seperti dulu?"

"Kau bisa merebutnya jika aku bohong." Chanyeol masih menangkap keraguan dari raut muka Sehun. Jadi iapun kembali melanjutkan ucapannya, "Tidak perlu khawatir. Aku tidak main-main kali ini. Aku benar-benar menyukai Baekhyun, tanpa ada niat busuk sama sekali. Kali ini..," Chanyeol tersenyum yakin, "..aku tidak akan melukainya."

Sehun tak bisa berkata apapun lagi. Tatapan dan suara Chanyeol tak seperti omong kosong baginya. Semuanya terasa nyata, tanpa ada kebohongan ataupun keraguan.

"Sebaiknya kau pegang ucapanmu." Sehun berbalik menuju kamarnya di lantai dua, meninggalkan Chanyeol disana. Sepeninggalnya Sehun dari sana, Chanyeol mengembangkan sebuah senyuman simpul. Firasatnya mengatakan bahwa Sehun akan menemui Baekhyun dalam waktu dekat ini. Well, Sehun memang tidak mengatakan apapun mengenai hal itu, tapi..entahlah, Chanyeol hanya merasa begitu.

"Terima kasih, Oh Sehun." Kemudian Chanyeol pergi dari kediaman Oh.

###

Tiga hari kemudian..

Baekhyun membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang tengah ia lihat sekarang. Sosok laki-laki dengan tubuh tinggi dan berkulit pucat berdiri tepat di depan pintu rumahnya. Sosok yang ia rindukan selama ini. Itu Oh Sehun –sahabatnya.

"S–Sehun?" Baekhyun terbata. Ia menatap Sehun dari bawah ke atas saking tak percaya dengan manusia yang berdiri di hadapannya itu. "I–ini benar kau?" tanyanya masih tak percaya.

"Apakah tak bertemu beberapa hari denganku, membuatmu lupa pada wajahku?" Sehun balik bertanya.

"Hah?" Baekhyun bertanya dengan polosnya. Mendadak otaknya blank. Ia jadi tidak fokus karena masih belum percaya Sehun mendatanginya di rumahnya, padahal beberapa hari yang lalu sahabatnya itu tidak ada kabar sama sekali. Apa yang membuatnya datang kesana secara tiba-tiba?

"Ekspresimu benar-benar terlihat seperti seorang idiot, kau tahu?" cibir Sehun –bercanda.

"A–apa?!" Baekhyun merengut kesal tanpa sadar. "Yak, Oh Sehun, kau–"

"Bagaimana kabarmu, Baek?" Sehun memotong ucapan Baekhyun. Laki-laki mungil itu tak bisa untuk tidak terkejut lagi ketika Sehun melemparkan senyuman manis padanya. Dan tak tahu kenapa, Baekhyun merasa dadanya begitu sesak sampai airmatanya menggenang di pelupuk matanya. Ia sudah tidak tahan lagi.

"OH SEHUUUUUUUN!" Tangis Baekhyun pecah. Sehun sempat dibuatnya terkejut, tapi kemudian ia jadi geli sendiri melihat wajah Baekhyun yang menangis seperti bocah itu. Lihat saja airmata yang membasahi pipinya begitu banyak, hidungnya memerah dengan sedikit ingus yang keluar, dan suara cemprengnya begitu memekakan telinga. Astaga, Sehun seperti melihat bocah umur lima tahun yang menangis karena ditinggal Eomma-nya yang mau dinas ke luar kota. Namun lama-kelamaan, Sehun jadi tidak tega melihat Baekhyun yang menangis tersedu-sedu seperti itu. Laki-laki albino itupun membawa tubuh Baekhyun ke pelukannya. Ia mengusap punggung Baekhyun agar sahabatnya itu bisa lebih tenang.

"Yak, kenapa kau malah menangis? Aku'kan bertanya bagaimana kabarmu." ujar Sehun.

"Kau..hiks..menyebalkan! Apa kau..hiks..tak tahu betapa khawatirnya aku padamu, hah?! Hiks..hiks.."

Sehun berada di antara senang dan geli. Baru kali ini lagi ia melihat Baekhyun menangis seperti bocah, namun di saat yang sama, ia merasa begitu senang karena Baekhyun begitu mengkhawatirkannya. Ternyata ucapan Chanyeol waktu itu benar. Baekhyun benar-benar mengkhawatirkannya.

"Maafkan aku ya? Kau tahu aku butuh waktu untuk sendirian, itu sebabnya aku tidak memberikan kabar."

"Tetap saja..hiks..kau membuatku khawatir. Aku pikir..hiks..kau tidak mau menemuiku lagi..hiks.."

Sehun terkekeh. Well, menurutnya itu konyol. Mana mungkin Sehun tidak mau menemui Baekhyun lagi? Itu sama saja membunuhnya secara perlahan. Sehebat apapun pertengkaran mereka, Sehun tidak akan bisa untuk tidak menemui Baekhyun. Meskipun pertengkaran mereka menghabiskan waktu sampai berhari-hari, pada akhirnya Sehun pasti akan menemui Baekhyun atau sebaliknya.

"Sudahlah." Sehun melepaskan pelukannya, kemudian menangkup wajah Baekhyun seraya tersenyum manis. "Yang penting hentikan tangismu itu. Kau jadi jelek kalau menangis."

Baekhyun cemberut karena ucapan Sehun, tapi kemudian ia balas tersenyum manis pada sahabatnya itu. Laki-laki mungil itupun menghapus airmatanya yang kemudian diselingi kekehan kecil dari mulutnya. "Apakah ini artinya kita masih berteman?"

Sehun tersenyum tipis. "Akan terasa sulit untuk menerimanya, tapi ya, kita masih berteman."

Baekhyun menundukkan kepalanya karena merasa tidak enak pada Sehun. "Maafkan aku.."

"Hey, hentikan itu." Baekhyun menatap Sehun dengan ekspresi bersalah, namun ia menemukan sahabatnya tengah tersenyum tulus padanya. "Aku akan berusaha mempertahankan persahabatan kita, tapi kau juga harus membantuku."

"Bagaimana caranya?" tanya Baekhyun bingung.

Sehun mengacak surai Baekhyun gemas. "Berhentilah mengatakan 'maafkan aku' dan mulailah bersikap seperti Byun Baekhyun –sahabatku yang cerewet dan sangat menyebalkan."

Baekhyun mengerucutkan bibirnya sebagai tanda protes pada ujung kalimat Sehun, tapi itu tak berlangsung lama. Laki-laki mungil itu kemudian tersenyum lebar sampai kedua matanya yang sipit itu melengkung cantik bagai bulan sabit. "Arasseo~"

Sehun merasa sebagian besar dari dirinya bisa menerima hal ini, meski mungkin membutuhkan proses yang cukup lama. Dan sepertinya keputusannya ini adalah langkah awal yang tepat untuk memulai semuanya lagi dari awal. Sehun sempat berpikir persahabatannya dengan Baekhyun akan menjadi canggung setelah semua yang terjadi di antara mereka, tapi ternyata tidak. Ia justru merasa dirinya seperti kembali ke awal pertemuannya dengan Baekhyun, dimana ia berdiri di sampingnya sebagai sahabatnya, saling melemparkan senyum juga candaan. Ini bagaikan dua sahabat yang kembali bersama. Ya, Sehun pikir itu tidak terlalu buruk. Dan bagian terbaiknya adalah hatinya sudah merasa lebih baik sekarang.

Ini bukanlah akhir cerita Sehun, melainkan sebuah awal yang baru.

.

.

Baekhyun menoleh pada Chanyeol yang tengah menyesap coklat panasnya. "Yeol?" Kekasih jangkungnya itu menoleh tanpa menyahut. "Tadi Sehun ke rumahku."

Chanyeol cukup terkejut mendengarnya. "Benarkah?"

Baekhyun mengangguk seraya tersenyum. "Kami sudah baikan~"

Chanyeol tersenyum senang melihat raut gembira kekasihnya, meski ia sudah menduga hal ini akan terjadi setelah ia menemui Sehun di kediaman Oh. Laki-laki tinggi itupun mengacak rambut Baekhyun karena terlalu gemas melihat raut gembira kekasihnya. "Syukurlah, kalau begitu. Aku turut senang~"

"Aku sangat terkejut, kau tahu? Aku benar-benar tidak menyangka Sehun akan datang ke rumahku. Dan bagian terbaiknya adalah Sehun mengatakan bahwa persahabatan kami baik-baik saja. Bukankah itu hebat?! Aku memang tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku benar-benar senang, Yeol~" seru Baekhyun –terlalu bersemangat. Chanyeol hanya menanggapi dengan senyuman. Dalam hati, Chanyeol berpikir usahanya untuk menemui Sehun waktu itu tidaklah sia-sia. Dan Chanyeol berterima kasih pada Sehun karena telah mengikuti sarannya itu.

"Aku benar-benar berharap Sehun bisa mendapatkan cinta baru, dan kuharap orang itu juga mencintai Sehun dengan tulus."

Chanyeol mengangguk setuju. "Kuharap juga begitu."

Baekhyun menatap Chanyeol dengan mimik serius. "Kau tidak cemburu'kan aku akrab kembali dengan Sehun? Aku janji kami hanya bersahabat."

Chanyeol mengacak surai Baekhyun seraya terkekeh pelan. "Tentu saja tidak. Aku percaya padamu, Baek."

Jawaban Chanyeol berhasil membuat Baekhyun tersenyum lega. "Terima kasih, Yeol~"

"Tapi..," Chanyeol memberikan Baekhyun sebuah senyuman tulus dengan sirat akan keyakinan dari matanya, "Sekalipun kau jadi menyukainya, aku pasti akan merebutmu kembali."

Baekhyun tak bisa menahan pipinya untuk tidak bersemu sekarang. Jangan pipinya, jantungnya saja sudah tak bisa ia kontrol. Itu berdebar dengan begitu keras. Ucapan Chanyeol itu benar-benar berhasil membuat Baekhyun serasa melayang ke awang-awang. Tak bisa Baekhyun jabarkan betapa senangnya ia akan ucapan Chanyeol itu, dan ia tahu Chanyeol serius. Jadi, Baekhyun-pun tersenyum manis sebagai jawaban.

Senyuman yang menunjukkan bahwa ia juga mempercayai Chanyeol.

THE END

Um..gak maksa'kan? Sekali lagi, saya minta maaf bagi yang mengharapkan FF ini berakhir dengan HunBaek. Tapi kalian gak perlu khawatir, Sehun gak akan jadi jomblo kok, masih ada saya di sisinya /digebuk sama EXO-L rame-rame/ Bercanda ding. Sehun bakal punya pasangan. Siapa pasangannya? Silakan baca epilog di bawah~

.

.

.

EPILOGUE

Empat tahun kemudian..

Langit Seoul di hari Kamis itu sudah berubah warna dari biru menjadi oranye, sebuah tanda bahwa siang telah berganti sore. Nampak jalanan yang agak sepi di sore hari itu hanya diisi oleh beberapa pejalan kaki. Salah satunya adalah pria tinggi berkulit pucat bernama Oh Sehun. Rambut hitam kelamnya itu melambai karena tertiup angin sore, membuat mata lelahnya terpejam selama beberapa detik saking nyamannya merasakan angin bertiup pelan menerpa wajah tampannya. Namun dalam posisi seperti itupun, kakinya masih bisa melangkah meski terlihat begitu lambat. Mungkin itu efek karena beraktivitas seharian di kampusnya. Semenjak statusnya sebagai siswa SMA berubah menjadi mahasiswa di Seoul National University, aktivitas Sehun semakin menggila. Dimulai dari tugas dasarnya sebagai mahasiswa yang harus mengejar nilai bagus, sampai kewajibannya sebagai atlet renang yang harus mengharumkan nama kampusnya. Ini semua benar-benar membuat Sehun kelimpungan. Padahal jadwal kuliahnya yang sekarang tidak sepadat saat ia semester awal, tapi kenapa ia merasa lebih lelah dari sebelumnya? Ternyata para seniornya itu benar. Lebih baik menjadi siswa SMA daripada menjadi mahasiswa. Jadwal kuliahnya memang sedikit, tapi tugasnya segunung. Sehun tidak menyangka ia sedang mengalami ini semua.

Sehun menghembuskan lega begitu ia hampir sampai di rumahnya. Well, setidaknya hari panjang ini telah berakhir. Besok tidak ada kuliah ataupun latihan renang, jadi ia bisa beristirahat total mulai malam ini. Sehun sudah membayangkan kasur empuknya yang akan menyambutnya dengan suka cita setelah ia selesai mandi nanti. Ah, Sehun benar-benar ingin segera merebahkan tubuhnya disana. Mungkin mengisi perutnya sebelum tidur tidak terlalu buruk, mengingat ia belum mengisi perutnya lagi semenjak jam makan siang berakhir. Namun di saat pria albino itu disibukkan dengan pikiran-acara-istirahat-panjangnya, ia tidak menyadari kehadiran seseorang di depan gerbang rumahnya sendiri. Seorang laki-laki dengan mata cantik seperti rusa, rambut berwarna coklat, dan senyuman yang manis. Laki-laki asing itu mengenakan seragam XOXO High School. Tubuhnya yang cukup tinggi itu bersandar di gerbang rumah kediaman Oh dengan tangan yang melipat di depan dada. Matanya tak lepas dari sosok Sehun yang masih belum menyadari kehadirannya. Laki-laki manis itu sadar betul bahwa Sehun –yang ia tunggu sedari tadi– tengah melamun sehingga tidak menyadari keberadaannya.

Namun, itu tidak dalam waktu yang lama.

"Sehun Hyung." Suara laki-laki manis itu memanggil nama si pria albino. Lamunan Sehun sontak melebur, berganti dengan membalikkan badannya pada asal suara yang menyerukan namanya. Kerutan di dahi menjadi respon pertama dari Sehun, sedangkan laki-laki manis berseragam SMA itu hanya tersenyum penuh arti padanya. Untuk beberapa detik, hanya ada Sehun dan laki-laki manis itu yang saling bertatapan. Well, Sehun merasa ia tidak mengenali siswa SMA di hadapannya, tapi ia cukup yakin laki-laki manis itulah yang memanggil namanya tadi.

"Um..siapa ya?" tanya Sehun.

"Hyung tidak mengenaliku?" Laki-laki manis itu balik bertanya, membuat Sehun tambah bingung.

"Apa aku mengenalmu?" Sehun kembali bertanya. Ia sungguh tidak mengenali orang di hadapannya ini.

Laki-laki manis itu tersenyum manis. "Tentu saja kita saling kenal. Well, meski sudah lama kita tidak bertemu."

Sehun mengerjapkan matanya. Ia benar-benar bingung. Siapa sebenarnya laki-laki ini? Mau apa dia datang ke rumahnya?

"Aku tidak terlalu menyalahkan Hyung jika Hyung lupa padaku. Luhan Hyung juga bilang aku banyak berubah sampai membuat pangling."

Tautan alis Sehun semakin dalam. Kenapa laki-laki ini mengenal Luhan? Apa dia salah satu teman Luhan?

"Kau kenal Luhan Hyung? Maaf, tapi aku benar-benar tidak ingat bahwa kita saling kenal."

Laki-laki manis kini mengulum senyumannya, berusaha menahan rasa gelinya karena raut muka Sehun yang kebingungan. "Kalau kukatakan aku datang untuk menagih janji Hyung empat tahun yang lalu, apa Hyung ingat?" Ia memberikan sebuah petunjuk agar Sehun mengingatnya.

Sehun berpikir keras. Empat tahun yang lalu? Memangnya apa yang terjadi empat tahun yang lalu? Kepada siapa ia berjanji?

"Hyung berjanji padaku empat tahun yang lalu bahwa Hyung akan mempertimbangkan perasaanku jika aku sudah dewasa." tuturnya. Senyuman penuh makna itu terkembang kian lebar. "Dan sekarang, aku datang untuk menagih janji itu."

Empat tahun yang lalu? Mempertimbangkan perasaan? Jika dia sudah dewasa? Ini benar-benar tidak membantu. Sehun benar-benar tidak inga–tunggu dulu. Mempertimbangkan perasaan jika dia sudah dewasa? Entah kenapa, itu terdengar tidak asing bagi Sehun. Ia sepertinya memang pernah mengatakan hal itu.

"Aku menyukai Sehun Hyung sejak pertama kali melihat Hyung mengikuti kejuaraan renang tingkat SMA. Aku jatuh cinta pada Hyung. Hyung benar-benar terlihat keren saat berenang."

"Kau.." Mata Sehun terbelalak. Jarinya menunjuk laki-laki manis di hadapannya dengan tatapan tak percaya. Ingatan empat tahun yang lalu kembali Sehun ingat. Dan ia ingat siapa siswa manis itu.

"Kalau kau sudah lebih dewasa, datanglah lagi padaku. Aku akan mempertimbangkan perasaanmu, bagaimana?"

"Zi..yu?" Sehun terbata. Ia tak bisa berkata-kata lagi saat laki-laki manis di hadapannya melayangkan sebuah senyuman kepuasan, pertanda tebakannya benar.

"Lama tidak berjumpa, Sehun Hyung~"

Itu Xi Ziyu.

THE END

.

.

.

Ya, Ziyu. Bocah yang mirip Luhan itu akhirnya menjadi pilihan saya untuk dipasangkan dengan Sehun. Kenapa? Karena saya bosen masangin Sehun sama Luhan, dan sejujurnya saya ingin memberikan ending yang agak tidak biasa. Jadi, puaskah kalian? Semoga saja ya.

Last but least, makasih untuk semua dukungan juga saran kalian selama ini. Maaf jika saya tidak bisa memenuhi keinginan semua reader, entah itu yang minta HunBaek, HunKai, atau HunHan (ini korbannya si Sehun semua ya? haha). Pikiran saya terkadang memang sulit ditebak. Terkadang saya sudah punya mind-set sendiri, tapi kemudian bisa berubah sewaktu-waktu. Saya suka kejutan dan mengombang-ambingkan pikiran kalian itu benar-benar menyenangkan, HAHA *dibakar readers* SIP, saya sudah cukup puas cuap-cuap.

So, review?

PS. Buat yang pengen kenalan saya sama, nge-PM aja ya. Nanti saya kasih tau pin BB atau ID Line saya. Thanks.