Sex and Love

By : Han Kang Woo

Cast : Xi Luhan, Oh Sehun, Do Kyungsoo, Kim Jongin, etc

Main Cast : HunHan, 'slight' Kaisoo

Genre : Romance, Drama

Warning : BL (Boys Love), Adult (No Children), 18+

Banyak Typo dan Adegan Mesum

Rated : M+, No Mpreg

DLDR

= Happy Reading =

O…O…O…O…O…O…O…O…O

Korean Hospital

Sejam kemudian, Luhan terbangun dari tidur singkatnya. Dia mengerjapkan mata rusanya lucu, dan menatap langit-langit kamar dimana dia dirawat. Namja itu ingin menggerakkan tangan kirinya, namun terhalangi oleh genggaman tangan seseorang.

Luhan tersenyum, Sehun masih ada disampingnya, dengan menggenggam tangannya erat. Namjanya tersebut tertidur disampingnya, dengan posisi kepala disisi tempat tidur.

"Sehun-ah, ternyata kau masih disini…" gumam Luhan, menatap wajah tampan Sehun yang terpejam damai.

Luhan menerawang, baru beberapa jam yang lalu dirinya tertembak, dan yang menembaknya adalah ayah Sehun, alias Youngmin. Untung saja dia bisa selamat, walau beberapa saat yang lalu dokter sudah mengatakan bahwa kondisinya kritis.

"aku bisa bertahan karena kau Sehun-ah. Karena cinta kita… terima kasih karena sudah memberikan cinta yang besar untukku." Luhan kembali bergumam, lirih. Tidak terasa air matanya menetes, tentu saja itu adalah air mata bahagia.

Luhan terus memandang wajah Sehun yang masih tidur itu, entah mengapa dengan memandang wajah namjanya dia bisa merasa tenang, nyaman dan tentram. Luhan bahkan rela kehilangan hartanya asal bisa terus bersama dengan Sehun, selamanya.

Luhan kemudian tertawa pelan, air matanya belum terhapus. Dia masih mengingat dengan jelas bagaimana dia sangat marah dengan Sehun sejak insiden 'pemerkosaan' yang dilakukan oleh namja cadel itu. Dia terus berusaha menjauhi Sehun, berusaha membencinya, hingga muncul bisikan bisikan aneh untuk membunuh Sehun. tapi sekarang apa yang terjadi? Luhan bahkan tidak ingin berpisah sedetikpun dengan Sehun. dia ingin terus ada disamping Sehun, memeluknya, menghirup aroma dan wanginya, hingga berhubungan seks dengannya.

Luhan masih terus menerawang, namun tiba-tiba pintu kamar rawatnya terbuka, menampilkan sosok suster cantik.

"ah, anda sudah sadar?" si suster langsung kaget, hampir saja menjatuhkan obat yang dibawanya.

"aku sudah sadar." Jawab Luhan, lalu tersenyum manis. Mengusap cepat pipinya.

Suster tersebut mendekati Luhan, memfokuskan pada luka tembak diperut bagian kanan Luhan yang terbebat kain medis.

"anda begitu cepat sadar, padahal dokter Nichkhun sudah mengatakan bahwa anda kritis, dan kemungkinan akan sadar beberapa hari kedepan." Kata suster tersebut, suster yang bernama Seulgi.

Luhan tersenyum lagi, namun tidak berkata apa-apa.

Suster Seulgi mengalihkan padangannya pada Sehun, lalu mendekati namja itu yang ada disisi lain tempat tidur tersebut.

"ah, sebaiknya aku membangunkannya." kata suster Seulgi.

"tidak, jangan… biarkan dia tidur." cegah Luhan cepat,

"tapi… tangannya sepertinya menindih tangan anda." timpal suster Seulgi.

"dia tidak menindih tanganku, dia hanya memegangnya. Aku sama sekali tidak terganggu." Jelas Luhan, tersenyum lagi.

"oh, baiklah." Suster Seulgi batal membangunkan Sehun. Suster tersebut kemudian mendudukkan dirinya disalah satu kursi diruangan itu, setelah menaruh obat diatas meja kecil.

"apa dia saudara anda? Mungkin adik?" tanya suster Seulgi, ingin tahu.

"dia adalah pacarku, kekasihku." Jawab Luhan, tanpa pikir panjang. Jawaban yang sama yang dikatakan oleh Sehun saat ditanya oleh dokter Nichkhun.

Suster Seulgi nampak sedikit kaget, namun dia bisa menguasai diri lagi, suster muda itu kemudian tersenyum,

"sepertinya dia sangat menyayangi anda, aku sempat melihatnya berlutut didepan dokter agar diijinkan masuk ke ruangan ini, untuk menemani anda yang saat itu kritis." Kata suster Seulgi, menceritakan sedikit apa yang dilihatnya didepan ruang UGD.

Luhan tersenyum lagi, lalu menoleh dan memandang Sehun-nya yang masih lena, kemudian memandang suster Seulgi lagi.

"aku beruntung mempunyai namja sepertinya. Karena dialah aku bisa bertahan. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi tanpanya." timpal Luhan, mendadak curhat pada suster yang baru pertama dikenalnya itu.

"dia namja yang tampan dan baik. Aku doakan semoga hubungan anda dan dia awet." ucap suster Seulgi, tulus dari hatinya.

"terima kasih." balas Luhan, meng-amini dalam hati.

Suster Seulgi menatap jam dinding dikamar rawat Luhan, kemudian berdiri dengan cepat.

"maaf, aku harus ke ruangan perawat… aku sudah membawakan obat anda, aku meletakkannya diatas meja." Kata suster Seulgi, lalu menunjuk obat yang tadi dibawanya.

"anda harus meminumnya, untuk mempercepat penyembuhan luka tembak itu. Dosisnya sudah tertera dibungkusnya… aku permisi." tutup suster Seulgi, lalu membungkuk.

"terima kasih suster." sahut Luhan.

Dan kemudian suster Seulgi keluar dari kamar rawat Luhan. Membuka pintu kamar dan menutupnya lagi.

Luhan mendesah pelan, berpaling dan menatap Sehun lagi. Sepertinya dia tidak butuh obat yang dibawa oleh suster Seulgi tadi, dia hanya butuh Sehun. hanya perlu memandang wajah tampan Sehun, memegang tangan namja cadel itu dan membelai rambut halusnya. Hal-hal seperti itulah yang akan mempercepat 'kesembuhan'nya.

Sehun effect.

.

.

.

.

O…O…O…O…O

Kediaman keluarga Luhan.

Jongin dan Kyungsoo masih berada diruang tamu keluarga Luhan, mereka menunggu salah satu pembantu muncul, atau paling tidak Joy, si pembantu cantik. Mereka tentu saja masih khawatir dengan keadaan Luhan, mereka belum mendapatkan informasi apa-apa, apakah Luhan baik-baik saja atau tidak.

Kyungsoo tertidur dipangkuan Jongin. namja kecil itu menggulung dirinya seperti kucing lucu, dengan posisi kepala dipaha Jongin.

Jongin membelai rambut jatuh Kyungsoo,

"Kyungsoo-ya, setelah melihat keadaan Luhan, kita akan segera pergi dari sini." gumam Jongin, lalu mendesah.

Kyungsoo tidak mendengar kalimatnya itu, namja tersebut masih lena.

"appaku tidak akan bisa menyakitimu lagi. Kau aman sekarang… kita bebas kemana saja." lanjut Jongin,

Tiba-tiba, terdengar suara langkah mendekat dari arah pintu depan, dua sosok yeoja muncul dipintu tersebut. Joy si pembantu cantik dan Jessica, anak paman Luhan.

Jongin ingin berdiri, namun sulit, karena Kyungsoo masih ada dipangkuannya, dia tidak ingin membangunkan namja kecil tersebut.

"ah, oppa-oppaku…" kata Joy, tersenyum dan menyapa Jongin. senyuman centil seperti biasa.

"kau tentu Kai dan Kyungsoo?" Jessica juga menyapa Jongin, menyapa dengan pertanyaan. yeoja sosialita itu juga tersenyum.

Jongin membungkuk sambil duduk,

"namaku yang sebenarnya adalah Jongin. Kai hanya nama panggilan buatanku." Jongin meralat namanya, dia menggunakan nama Kai untuk mengecoh Seungsung saja.

Jongin memandang Jessica, dia sudah tahu sejak awal bahwa yeoja itulah yang dijodohkan dengan dirinya. Setelah dia kabur bersama Kyungsoo, malah Sehun yang menjadi pengganti dirinya.

"oh, ternyata oppa bernama Jongin." Joy magut magut, dia yang bercerita pada Jessica tentang kehadiran Jongin dan Kyungsoo dirumah keluarga Xi.

Jessica mengarahkan pandangannya kesegala arah. Jongin sadar dengan pandangan itu.

"mencari appa noona?" tanya Jongin,

"ya, aku mencari appaku, dimana dia." Jawab Jessica. Joy belum memberikan informasi lengkap padanya saat dijalan tadi.

Jongin menarik nafas dalam lalu menghambuskannya pelan, dia akan menceritakan semuanya pada Jessica, yeoja itu harus tahu kejadian sebenarnya.

Jongin mulai bercerita, namja itu menceritakan kronologis secara beruntun. Mengenai kejahatan Seungsung, dan kolaborasi ayah Jessica dengan ayahnya sendiri, Youngmin.

Jessica mendengar penurutan Jongin dengan seksama, dia tidak menginterupsi atau memotong kalimat Jongin hingga selesai.

Beberapa menit kemudian, Jongin selesai bercerita.

Jessica terduduk lemas disalah satu sofa ruang tamu, sedangkan Joy baru saja melihat ponselnya yang tergeletak diatas meja kaca ruang tamu, dia cepat mengambilnya, dengan wajah ceria.

Jessica mendesah pelan,

"aku sudah menduga hal ini sejak awal." gumam Jessica, mengatupkan kedua telapak tangannya dan menempelkan kebibirnya,

"jadi noona sudah tahu sejak awal?" Jongin kaget,

"bukan begitu, maksudku aku memang sempat merasa bahwa appa melakukan suatu kejahatan, tapi aku tidak tahu kejahatan apa itu." Jessica cepat-cepat menjelaskan, takut Jongin salah paham.

Jongin mengangguk pelan, mengerti.

"aku sejak awal sudah sering mengingatkan appa. appa pernah berkata bahwa dia ingin sekali menjadi pemilik perusahaan Xi ajuhsi. itulah sebabnya appa jarang pulang kerumah, dia lebih memilih tinggal disini, dan menjadi tangan kanan Xi ajuhsi. Dan aku betul-betul tidak menyangka bahwa appa yang mengatur kecelakaan mobil Xi ajuhsi dan istrinya. Aku menyesalkan tindakan kejahatan appaku itu." ucap Jessica, lalu mendesah.

"itu semua karena appa noona ingin menguasai harta keluarga Xi. Appa noona jadi gelap mata." impal Jongin.

"ya, aku sangat menyesalkannya."

Hening sesaat,

Jessica mendesah lagi, kemudian berdiri dari duduknya.

"baiklah, aku akan melihat kondisi appaku dikantor polisi. Aku menta maaf dengan semua yang terjadi." sahut Jessica,

"apa noona sudah melihat kondisi Luhan?" tanya Jongin, sebelum Jessica pergi melihat appanya.

"Luhan?"

"ya, Luhan. Anak keluarga Xi."

"bukannya Luhan sudah meninggal?" Jessica tidak mengerti.

"meninggal?"

Kyungsoo langsung bangun dari tidurnya, dia baru saja mendengar kata 'meninggal' dengan sangat jelas, kata yang sangat ditakutkannya. Namja itu mengucek matanya pelan, bangun dari pangkuan Jongin dan memandang Jessica.

"Luhan… meninggal?" Jongin bertanya, tidak percaya.

"ya, bukannya dia memang sudah lama meninggal, sejak seminggu yang lalu, disebuah hutan. Peristiwa itu terjadi saat dia dan appaku mengunjungi salah satu keluarga Xi ajuhsi disebuah desa. Itu yang kutahu. Apa kalian belum tahu?" jelas Jessica,

Jongin dan Kyungsoo mendesah lega bersamaan. Ternyata Jessica ketinggalan informasi. Itu adalah informasi palsu dan basi, yang dikabarkan oleh Seungsung, info kematian palsu Luhan.

"Luhan masih hidup noona." kata Jongin, lalu menjelaskan lagi dengan sedetai-detailnya.

Jessica duduk lagi, merosot, dia benar-benar salah info.

"aku tidak menyangka appa akan bertindak sejauh ini. membuang Luhan kehutan dan mengabarkan bahwa sepupuku itu sudah meninggal." kata Jessica, mengusap wajahnya.

"begitulah noona. Appa noona sudah sangat keterlaluan." timpal Jongin, disebelahnya Kyungsoo bergelayut dan memegang lengannya. Namja bermata burung hantu itu lega, dengan informasi salah Jessica.

Jessica mengangguk pelan, kemudian berdiri lagi.

"baiklah, terima kasih atas informasinya. Aku atas nama appaku meminta maaf pada kalian…" ucap Jessica, lalu membungkuk beberapa kali, tidak bosan-bosannya menggumamkan kata maaf.

Jongin juga berdiri,

"kami tidak terkena nampaknya noona, tapi Luhan, namja itu yang menderita atas kelakuan appa noona. Appa noona harus mempertanggungjawabkan perbuatannya didepan hukum." terang Jongin.

"ya, aku tahu. appaku yang salah."

Setelah itu, Jessica pamit. Dia akan pergi kekantor polisi untuk melihat ayahnya, Seungsung. Kemudian setelah itu akan kembali menuju rumah sakit, untuk melihat Luhan. Jessica pergi sendiri, kali ini tanpa Joy.

Beberapa menit setelah Jessica pergi. Jongin dan Kyungsoo berdiri dari duduknya. Berdiri bersamaan.

"oppa-oppa mau kemana?" tanya Joy, ketika melihat Jongin dan Kyungsoo hendak naik kelantai dua.

"ah, aku lupa bahwa kau masih ada. Kami ingin pergi melihat Luhan dirumah sakit." Kata Jongin, lalu tersenyum pada Joy.

"sekarang?"

"ya, sekarang."

"bagaimana denganku oppa?"

"kau yang akan menjaga rumah. Itu adalah salah satu tugasmu, sebagai asisten rumah tangga." sahut Jongin, tidak menggunakan kata 'pembantu' yang dirasanya terdengar kasar.

"tapi oppa…"

"apa kau takut?" potong Jongin cepat.

"tidak."

"lalu?"

Joy 'cengengesan' tidak jelas, memainkan ponsel ditangannya.

"hm, maaf oppa… bisa aku minta foto oppa berdua? sebelum oppa pergi." Pinta Joy, penuh harap.

Jongin mengeryitkan dahinya, Kyungsoo juga demikian.

"bukannya kau sudah mempunyai foto kami berdua…" kata Jongin.

"aku memang sudah punya foto oppa berdua. Tapi kurang mesra. Aku ingin oppa berdua saling memeluk, mungkin berciuman, atau ML… dan aku akan mengabadikannya dengan kamera 360 ponselku." Jelas Joy, meminta dengan sangat. Beraegyo.

Jongin membulatkan matanya, sedangkan Kyungsoo memasang ekspresi O_O.

"apa kau sudah gila? kami ini saudara, kakak adik." kata Jongin cepat.

Joy tertawa cetar, terpingkal-pingkal, seakan kata 'kakak-adik' dari Jongin itu adalah kata terlucu yang pernah didengarnya.

"aduh oppa-oppaku yang tampan dan rupawan. Oppa jangan bersandiwara lagi. Oppa berdua bukanlah kakak adik. Tapi sepasang kekasih… aku sudah tahu semuanya." Jelas Joy, yang sejak awal sudah mengamati kedekatan dan keintiman antara Jongin dan Kyungsoo. Tadi malam malah dia menguping di pintu kamar Jongin dan Kyungsoo, dan sayangnya dia hanya mendengar desahan Jongin saja, karena malam itu Jongin dan Kyungsoo tidak melakukan seks, tapi hanya melakukan oral saja.

Kyungsoo dan Jongin saling pandang, dan mendesah bersamaan.

"baiklah, kami mengaku. Kami memang berpacaran." Kata Jongin, tidak ada gunanya lagi menutupi.

"bagus… hore… padahal aku cuma menebak saja. ternyata benar." girang Joy, terlonjak senang. Seperti baru saja mendapatkan SMS berhadiah dari operator seluler.

Jongin memutar bola matanya malas.

"sudah.. sudah.. kami akan pergi sekarang." Kata Jongin cepat, ingin berganti baju dulu.

"tapi oppa, bagaimana dengan acara foto-fotonya…" Joy kecewa.

"kau akan mendapatkannya nanti. Mungkin secara tidak sengaja." sahut Jongin, lalu menarik pelan tangan Kyungsoo, untuk bersama-sama kelantai dua, ganti baju terlebih dahulu.

Joy yang melihat Jongin dan Kyungsoo berpegangan tangan berdua, dengan cepat membidikkan kamera ponselnya,

Jepret, dia berhasil mengabadikan foto Jongin dan Kyungsoo berpegangan tangan,

"yah, walaupun dari arah belakang. Tidak apa-apalah… aku akan segera mengupload-nya ke akun instagramku…" gumam Joy, gembira.

.

.

.

.

O…O…O…O…O

Korean Hospital.

Sehun terbangun diruang rawat Luhan. Dia membuka matanya pelan. Sepertinya namja itu tertidur selama beberapa jam, dia sangat lelah.

Sehun meregangkan otot lehernya pelan, tangannya meraba-raba ditempat tidur Luhan, mencari tangan namja keturunan China itu, namun setelah meraba, dia tidak menemukan apa-apa.

Luhan menghilang diatas tempat tidurnya.

Sehun menormalkan duduknya, dia langsung panik, pandangannya menyapu seluruh ruangan, mencari keberadaan Luhan.

"Luhan-ah, kau dimana? Luhan…" teriak Sehun, tidak mungkin Luhan secepat ini keluar dari kamar, luka tembaknya masih belum kering.

Sehun berdiri dan berjalan menuju toilet kamar rawat tersebut, nihil, Luhan tidak ada disana.

"Luhan-ah…." Sehun terus memanggil kekasihnya tersebut.

Tiba-tiba, pintu ruang kamar itu terbuka pelan. Seorang suster cantik muncul dibalik pintu, dengan mendorong seseorang yang ada diatas kursi roda, seorang namja.

Namja itu tersenyum pada Sehun,

"maaf Sehun-ah, aku tidak membangunkanmu." kata si namja,

"Luhan-ah, kau…"

Namja itu memang Luhan, duduk manis diatas kursi roda, dan terus menebarkan senyum menawan.

Sehun dengan cepat mendekati Luhan, kemudian berlutut tepat didepan namja tersebut, untuk mensejajarkan wajah.

"Luhan-ah, kau sudah sadar… kau... kenapa memakai kursi roda. Kau tidak boleh banyak bergerak dulu." kata Sehun, khawatir.

"tidak apa-apa Sehun-ah, aku sudah lumayan kuat." timpal Luhan.

"apa dokter yang menyarankanmu memakai kursi roda?"

"tidak, aku yang memintanya. Aku meminta bantuan suster Seulgi untuk menyampaikannya pada dokter. Dokter awalnya menolak, tapi setelah melihat kondisiku, dia akhirnya setuju." jawab Luhan, terus tersenyum.

"tapi, apa benar kau tidak apa-apa… aku takut lukamu terbuka jika kau secepat ini bergerak keluar ruangan." Sehun tetap saja takut dan khawatir.

"tenang saja Sehun-ah, aku sama sekali tidak bergerak. Aku hanya diatas kursi roda saja." jelas Luhan lagi.

Sehun mendesah, sepertinya Luhan memang sudah baikan.

"apa luka di perutmu masih sakit?" tanya Sehun,

"sekarang tidak lagi, Setelah aku memandang wajahmu." Jawab Luhan, lalu tertawa pelan.

"kalau begitu pandangilah terus wajahku." timpal Sehun, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Luhan, seintim mungkin.

"ehm…"

Dehaman terdengar, yang berasal dari suster yang mendorong kursi roda Luhan.

"sebaiknya aku keluar dulu." Kata suster Wendy, rekan suster Seulgi. Sadar dengan kehadirannya yang sepertinya mengganggu.

Luhan dan Sehun terkaget, mereka tidak sadar bahwa masih ada seseorang bersama mereka.

Suster itu kemudian membungkuk pelan, lalu keluar dari kamar rawat Luhan, dengan senyuman.

Sehun menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tidak enak dengan suster yang tadi.

"apa kau mau menciumku?" tanya Luhan, setelah mereka hanya tinggal berdua.

"kau ingin dicium?" Sehun ingin memperjelas,

"ya." Jawab Luhan, singkat. Lalu menganggukkan kepalanya.

Sehun lalu mendekatkan wajahnya lagi, merapatkan dan menyatukan bibir tipisnya ke bibir Luhan. Mereka berciuman, dengan Luhan yang masih ada diatas kursi roda dan Sehun yang berlutut didepannya.

Ciuman itu begitu lembut, tanpa nafsu, namun terasa memabukkan dan nikmat. Ciuman dalam yang biasanya diberikan kepada cinta pertama. Beberapa saat kemudian ciuman lembut itu terlepas.

"terima kasih Sehun-ah." gumam Luhan,

"terima kasih untuk apa?" tanya Sehun,

"untuk cintamu, kasih sayangmu, perhatianmu, waktumu… semuanya. Aku tidak bisa menyebutnya satu persatu." Jawab Luhan, seraya memegang bibir Sehun dengan jari telunjuknya, memutar jari-jari itu dibibir namjanya tersebut.

"sama-sama. Kau sudah bertahan untukku. Aku tidak bisa hidup tanpamu…" balas Sehun, lalu memegang tangan Luhan yang kosong, meremasnya pelan.

Luhan tersenyum lagi, kemudian teringat sesuatu.

"bagaimana dengan pamanku Sehun-ah? Apa kau sudah melaporkannya, kita sudah memiliki bukti yang kuat." Tanya Luhan.

"aku tidak tahu, Kyungsoo dan Jongin hyung yang mengurusnya. Aku rasa hyung berdua itu sudah melapor." Jawab Sehun.

"aku harap pamanku jera dan sadar dengan perbuatannya." tukas Luhan, mendesah kasar.

"aku atas nama appaku meminta maaf Luhan-ah. gara-gara appakulah kau menjadi seperti ini…" kata Sehun, tulus.

"lupakanlah. Aku sudah tidak apa-apa. hanya butuh penyembuhan saja. aku menganggap semua ini adalah pembelajaran dan cobaan hidup." Luhan tersenyum lagi.

Sehun balas tersenyum, kemudian memeluk Luhan dengan erat.

"aww…" Luhan meringis tertahan,

"kenapa?"

"tidak… perutku."

"oh, maaf. Aku tidak sengaja."

Sehun 'menyenggol' perut Luhan yang terbalut kain medis. Tentunya tidak sengaja.

"perutmu tidak seksi lagi." goda Sehun,

"jadi kau mau meninggalkanku jika perutku sudah tidak seksi lagi? Begitu?" Luhan cemberut,

"tentu saja tidak. Kau selalu terlihat seksi dimataku." Sehun menaik-naikkan alisnya.

Luhan 'menonjok' pelan dada bidang Sehun, lalu memegang pipi namjanya itu. Entah mengapa setelah sadar dari pingsan pasca kena tembak, dia ingin terus bermanja ria pada Sehun.

"kau ingin dicium lagi?" tanya Sehun, balas memegang kedua tangan Luhan yang ada dipipinya.

"tidak, aku… aku hanya tidak pernah menyangka bahwa aku jatuh cinta padamu dan tidak ingin berpisah, walau sedetikpun." Jawab Luhan, jujur dari hati terdalamnya.

"aku juga merasakan hal yang sama. Tidak ingin berpisah denganmu."

Sehun dan Luhan ingin berciuman lagi, namun mendadak pintu ruang rawat diketuk oleh seseorang.

'tok… tok… tok…'

Sehun menghela nafas, tersenyum lembut pada Luhan, lalu beranjak dan membuka pintu ruangan tersebut.

"oh, hyung… masuk hyung."

Dua orang namja muncul dibalik pintu, mereka adalah Jongin dan Kyungsoo. Baru saja datang kerumah sakit untuk melihat keadaan Luhan.

"Luhan, kau sudah sadar?" tanya Kyungsoo cepat, ketika melihat Luhan sudah duduk manis diatas kursi roda, bukan ditempat tidur.

"begitulah." Jawab Luhan, tersenyum lebar.

"syukurlah. Aku takut kau kenapa-kenapa…" mendadak mata Kyungsoo langsung berkaca-kaca.

"aku sudah tidak apa-apa. berkat doa kalian." timpal Luhan.

Kyungsoo dan Jongin bernafas lega sekarang, ternyata Luhan bisa selamat dan begitu cepat sadar, sebuah keajaiban yang patut disyukuri.

"maaf hyung, bagaimana dengan appa dan paman Luhan?" tanya Sehun, lalu mendudukkan dirinya disisi tempat tidur.

"aku dan Kyungsoo sudah melapor kepada polisi. Appa dan paman Luhan sudah ditahan, sambil menunggu sidang. Polisi sangat menunggu kesaksian dari Luhan." Jawab Jongin, menjelaskan bahwa Youngmin dan Seungsung sudah tidak berdaya lagi.

"tapi apa kau yakin pamanku tidak akan menyogok polisi dan membuatnya bebas?" tanya Luhan cepat, hal itulah yang selalu ditakutkannya. Seungsung bisa menggunakan uang orangtuanya untuk membayar polisi.

"aku rasa tidak, kita sudah punya bukti yang kuat. Polisi tidak akan bisa main-main." terang Jongin,

"aku juga mengharap demikian." Kata Luhan, sejak awal dia tidak melaporkan pamannya itu kepada polisi, sebelum dia mendapatkan bukti yang kuat. Dia sebenarnya tidak ingin ada kekerasan, maka dari itu dia berharap rencana A bisa berjalan dengan mulus, namun ternyata tidak. Dan ujung-ujungnya rencana B lah yang digunakan, yaitu membekuk Seungsung dan melumpuhkannya. Seungsunglah sebenarnya yang membuat rencana B dilakukan, karena dia dengan tega menjerat leher Sehun dengan menggunakan ikat pinggang, dan insiden itu membuat Jongin sangat marah. Jonginlah yang menjalankan rencana B tersebut.

Sehun beranjak dari atas ranjang, kemudian berlutut lagi didepan Luhan.

"kau jangan takut dan cemas lagi Luhan-ah… pamanmu tidak akan mengacaukan hidupmu lagi. Dia akan dipenjara karena perbuatannya, begitu juga dengan appaku. Setiap kejahatan tentunya akan mendapatkan balasannya." Sehun menenangkan Luhan.

"…"

"jangan pikirkan itu lagi Luhan-ah, fokuslah pada kesembuhanmu. Setelah itu kau akan menjalani hidup yang baru… sebagai Luhan yang bebas, bisa menikmati hakmu yang selama ini diambil oleh pamanmu." Lanjut Sehun lagi, memegang kedua tangan Luhan.

Luhan mengangguk dan tersenyum, kalimat Sehun selalu bisa membuat hatinya tenang. Sehun effect.

Jongin dan Kyungsoo juga tersenyum, mereka menautkan kedua tangannya, seperti pasangan yang baru saja 'jadian'.

Luhan menangkap sesuatu dari penampilan Jongin dan Kyungsoo, dia baru sadar.

"ah, kenapa kalian membawa tas?" tanya Luhan, memandang tas ransel dipunggung Jongin dan Kyungsoo.

"ah, ini…hm…anu…" Kyungsoo langsung gagap, tidak tahu harus menjelaskan apa.

Jongin maju, seperti biasa dia yang akan menjadi juru bicara jika Kyungsoo sudah kehilangan suaranya.

"begini… kami kemari untuk melihat kondisimu. Memastikan bahwa kau sudah mendapatkan pertolongan medis dengan baik. Dan sekarang kami ingin pamit… tugas kami juga sudah selesai. Kami akan segera pergi." ungkap Jongin, menampilkan raut wajah tidak enak, dia sesekali melirik Kyungsoo.

"ya, kami harus pergi." tambah Kyungsoo, memantapkan kalimat Jongin.

Luhan menunjukkan ekspresi kaget, dia ingin berdiri dari kursi rodanya, tapi perutnya masih perih jika digerakkan berlebihan.

"tidak… kalian jangan pergi…" seru Luhan cepat, menahan Kyungsoo dan Jongin.

"iya hyung… hyung mau kemana?" Sehun juga kaget, dia bertanya pada Jongin.

Jongin dan Kyungsoo saling pandang lagi,

"kami belum tahu ingin kemana, tapi…."

"tidak. Kalian tidak boleh pergi. Kalian tetap harus tinggal dirumahku… bersama-sama denganku dan Sehun." potong Luhan cepat, berusaha menggapai tangan Kyungsoo dan Jongin.

"kami hanya akan merepotkan, itu bukan rumah kami." tukas Kyungsoo, memberikan alasannya.

"siapa bilang kalian merepotkan, sama sekali tidak… rumahku adalah rumah kalian juga. Apa kalian berdua tidak menganggapku saudara? Aku menganggap kalian berdua adalah saudaraku. Sejak kalian berdua menolongku di hutan waktu itu, aku sudah merasa bahwa kalian adalah namja yang baik… kalian saudaraku juga." seru Luhan, panjang lebar. Berhasil memegang pergelangan tangan Kyungsoo.

"iya, hyung… kenapa hyung ingin pergi? Apa hyung berdua tidak menganggapku sebagai adik." Sehun ikut menimpali, dia menatap Jongin, tajam.

Jongin terasa ditebas dengan tatapan Sehun, tatapan adik tirinya itu.

"tapi… kami…"

"Jongin hyung… kita baru saja saling tahu mengenai status masing-masing. Hyung adalah kakakku. Hyung datang dan masuk kedalam keluarga Luhan untuk bisa bertemu denganku kan? Dan setelah bertemu, baru beberapa hari. Hyung mau pergi lagi, begitu?" Sehun memotong kalimat Jongin dengan cepat.

Jongin menunduk, dia mendesah pelan.

"tolonglah, kalian berdua jangan pergi. Kehadiran kalian dirumahku sangat diharapkan. Kita berempat akan tinggal dalam satu atap. Susah dan senang bersama… tolong jangan pergi…" Luhan meminta dengan sangat.

Kyungsoo dan Jongin mendesah bersamaan, mereka berdua saling tatap lagi, lalu berbicara dengan ekspresi wajah, tanpa kata-kata.

Hening…

"baiklah, kami tidak akan pergi." kata Jongin, akhirnya.

Luhan dan Sehun langsung sumringah, ingin bersorak. Jongin dan Kyungsoo membatalkan niat mereka untuk pergi.

"terima kasih karena mau menerima kami." ucap Kyungsoo, tersenyum love.

"ya tuhan, aku malah senang dengan adanya kalian… kalian sudah tahu bahwa omma dan appaku sudah tiada. Aku hanya memiliki Sehun dan kalian saja." timpal Luhan, matanya berkaca-kaca.

Sehun dengan cepat memegang bahu Luhan, memberikan rasa tenang agar Luhan tidak teringat lagi dengan kedua orangtuanya yang sudah meninggal.

"kalau begitu kita pulang sekarang…" Luhan berujar lagi.

"sekarang?"

"iya, sebenarnya sejak tadi aku sudah ingin pulang. Aku tidak tahan dengan bau rumah sakit, terutama bau obat-obatan." Luhan menatap wajah Sehun,

"tapi… kau masih sakit, lukamu belum sembuh." Sehun menggeleng khawatir.

"tidak apa-apa. aku sudah berbicara dengan dokter Nichkhun… dia mengijinkanku untuk rawat jalan saja. aku akan dirawat dirumah."

"tapi apa itu tidak berbahaya?"

"tidak, ini hanya luka tembakan, hanya menunggu lukanya sembuh saja. aku ingin pulang Sehun-ah." Luhan memasang wajah manja memelas.

"baiklah, kita pulang sekarang." Akhirnya Sehun menuruti kemauan Luhan.

"benar tidak apa-apa?" kali ini Kyungsoo yang bertanya.

"tidak apa-apa, aku sudah berkonsultasi dengan dokter. tenang saja…" jawab Luhan, tersenyum. Senyuman untuk semua yang ada didalam ruang rawat tersebut.

Dan akhirnya Luhan, Sehun, Jongin dan Kyungsoo keluar bersamaan diruangan tersebut. Sehun dengan setia mendorong kursi roda Luhan. Mereka singgah sejenak dibagian administrasi dan bagian obat-obatan, menebus resep dan obat tambahan yang dianjurkan oleh dokter. Dan bersama-sama pulang kembali kerumah.

Hari yang melelahkan, sekaligus menyenangkan.

.

.

.

.

O…O…O…O…O

Seminggu kemudian.

Luka tembak diperut Luhan sudah mengering, walau belum sembuh total. Namja keturunan China tersebut menghadiri persidangan kasus pembunuhan berencana kedua orangtuanya, sebagai saksi. dengan terdakwa Seungsung, pamannya sendiri dan juga Youngmin. Luhan hanya menjerat pamannya dengan satu kasus saja, dia tidak melaporkan mengenai pembuangan dirinya ke hutan, juga percobaan perebutan harta yang dilakukan pamannya. Kasus pembunuhan berencana kedua orangtuanya sudah cukup untuk membuat Seungsung mendekam dipenjara.

Tiga hari kemudian, pengadilan memutuskan hukuman 20 tahun penjara kepada Seungsung, karena sudah terbukti sah dan meyakinkan telah merencanakan pembunuhan kedua orangtua Luhan, sedangkan Youngmin dijatuhi vonis 15 tahun penjara, karena terbukti membantu Seungsung. Dua pesuruh Youngmin juga terseret, karena merekalah yang melakukan semuanya, dengan perintah dari Seungsung dan Youngmin.

Sehun tidak melaporkan pembunuhan ayah angkatnya di desa Jacheon. Dia merasa bahwa kasus kematian ayah dan ibu Luhan sudah cukup untuk Youngmin, ayahnya. duo tua jahat jelek tersebut akhirnya benar-benar menerima balasan atas perbuatan jahat mereka.

Jessica juga hadir dipersidangan itu, dia membantu ayahnya dengan menyediakan pengacara.

"terima kasih karena tidak menuntut appaku dengan penjara seumur hidup…" kata Jessica, beberapa jam setelah ayahnya diseret dan dibawa ke penjara, setelah pengadilan dilaksanakan. Saat ini dia dan Luhan berada di depan pintu utama rumah keluarga Luhan.

"sama-sama. Biar bagaimanapun, ajuhsi adalah pamanku… aku hanya berharap ajuhsi bisa berubah jika keluar dari penjara nanti." timpal Luhan, masih diatas kursi rodanya. Dia belum diperbolehkan jalan sendiri oleh dokter, walau luka tembaknya sudah sedikit sembuh. Harus menunggu seminggu lagi.

"sekali lagi terima kasih… atas nama appa, aku betul-betul meminta maaf dengan semua kejadian buruk yang disebabkannya." Jessica membungkuk beberapa kali, merasa malu dengan perbuatan ayahnya, Seungsung.

"sudah noona. Ajuhsi sudah mempertanggungjawabkan perbuatannya…" timpal Luhan, selama ini dia memang kurang dekat dengan Jessica, yang notabene adalah sepupunya sendiri.

Jessica membungkuk lagi,

"terima kasih. Kalau begitu aku pulang dulu…"

"hati-hati dijalan noona."

Jessica pulang, dan meninggalkan rumah keluarga Luhan. Yeoja tersebut pulang masih dengan perasaan tidak enak pada Luhan. Dengan ayahnya dipenjara, maka secara otomatis dia akan tinggal sendiri dirumahnya, biasanya ayahnya itu akan datang sesekali, namun kali ini dan sampai 20 tahun akan datang, hal itu tidak akan terjadi.

Sehun muncul didepan pintu beberapa menit setelah Jessica pulang, dia memang sengaja membiarkan Luhan dan Jessica bicara empat mata, tanpa diganggu.

"aku berharap setelah ini, semua akan berjalan normal. Kehidupan tidak akan terusik lagi." gumam Sehun,

"aku juga berharap demikian Sehun-ah. Aku akan membuka lembaran baru, bersamamu… juga bersama Jongin dan Kyungsoo. Dirumah ini." timpal Luhan, lalu mendongak dan menatap wajah tampan Sehun dari dekat.

Sehun balas memandang wajah Luhan, dia tersenyum.

"ah, aku akan menghubungi Jongdae, dan beberapa pekerja yang pernah dipecat oleh pamanku dirumah ini." kata Luhan, hampir saja lupa dengan salah satu pekerja dirumahnya, Kim Jongdae. Yang sejak awal loyal padanya. Karena Jongdae-lah, dia bisa memperoleh kembali dompet yang berisi karti ATM-nya dulu, benda yang sangat penting untuk menyambung hidup diluar sana.

"lalu bagaimana dengan pekerja yang dipekerjakan oleh pamanmu, misalnya Joy. Apa kau akan memecatnya?" tanya Sehun,

"tentu saja tidak. Aku akan mempertahankan mereka, asal masih mau bekerja dirumah ini. terutama Joy, dia sudah berjasa dirumah ini. aku hanya menerima beberapa saja, jadi pekerja yang sekarang tidak akan terganggu." Jelas Luhan.

"perusahaan appamu bagaimana?" Sehun bertanya lagi.

"aku menyerahkannya kepada asisten kepercayaan mendiang appa disana. Setelah aku sembuh total, aku yang akan mengambil alih semuanya. Tentu saja aku harus banyak belajar dulu." Kata Luhan.

"apa kau percaya dengan asisten mendiang appamu itu?"

"aku percaya, dia yang selama ini menjalankan perusahaan, sejak appa sudah tiada. Pamanku hanya pasang nama saja. menurut laporan perusahaan, Seungsung ajuhsi hanya fokus pada keuntungan perusahaan. Dengan kata lain, ajuhsi keperusahaan hanya untuk menanyakan berapa banyak laba yang dihasilkan perusahaan, hanya itu."

Sehun mengangguk paham, kemudian merubah topik pembicaraan.

"bagaimana kalau kita jalan-jalan?" ajak Sehun, kebetulan cuaca sedang bagus.

"jalan-jalan? Kemana?" tanya Luhan, dia mendongak.

"mungkin ke taman dekat kompleks ini, apa kau mau?"

"tentu saja."

Sehun tersenyum cerah, kemudian mendorong kursi roda yang digunakan Luhan. Mendorongnya dengan pelan keluar rumah. Menuju ke taman yang jaraknya lumayan dekat dari rumah mereka.

.

.

.

.

O…O…O

Jongin dan Kyungsoo sedang berada di balkon lantai dua. Dari atas mereka bisa melihat Sehun dan Luhan keluar dari area sekitar halaman rumah yang luas.

Dua namja itu tersenyum bersamaan, sembari mengikuti penampakan Luhan dan Sehun yang sudah semakin menjauh.

"mereka sangat serasi Jongin-ah. Aku senang mereka bisa bahagia seperti itu. Terlebih setelah semua masalah yang terjadi." kata Kyungsoo pelan, memegang tangan kiri Jongin dan menyandarkan kepalanya kebahu namjanya itu.

"ya, aku juga senang mereka bahagia. Sudah banyak cobaan yang mereka lewati." timpal Jongin,

"sama seperti kita Jongin-ah." kata Kyungsoo,

Jongin mendesah, kemudian menolehkan wajahnya. Kyungsoo menormalkan posisinya. Jongin dan Kyungsoo kini berhadap-hadapan.

"kau tenang saja Kyungsoo-ya. Kau tidak akan menderita lagi. Kau akan bahagia, bersamaku. Selamanya." kata Jongin, sangat pelan.

"aku tahu. kau selalu bisa kuandalkan." Balas Kyungsoo. Lalu tersenyum bentuk love.

Jongin dengan gerakan pelan, langsung memeluk tubuh kecil Kyungsoo. Merapatkan diri mereka dan merasakan kehangatan dari pelukan cinta itu.

"terima kasih Jongin-ah. Kau selalu bisa menjagaku." gumam Kyungsoo, lirih.

"sama-sama, aku juga berterima kasih. Karena sudah memilihku untuk menjadi pasanganmu." kata Jongin.

Pelukan cinta itu semakin erat, beberapa menit seperti tidak cukup. Mereka ingin terus berpelukan seperti itu, setelah masalah yang mendera selesai.

Mendadak Kyungsoo merasakan sesuatu,

"Jongin-ah, apa kau tidak merasakan sesuatu. Ada yang memperhatikan kita sejak tadi." kata Kyungsoo, masih dengan posisi berpelukan.

"aku merasakannya… biarkan saja. anggap saja ini bonus untuknya." ucap Jongin, sadar. Namja berkulit seksi itu semakin mempererat pelukannya.

Sejak tadi ternyata, Joy, si pembantu cantik 'mengintai' dari balik jendela lantai dua. Dengan ponsel berkamera siap ditangan, untuk mengabadikan moment Jongin-Kyungsoo.

'lumayan… ini moment intim dan penting. Sekarang tinggal memasang kamera tersembunyi dikamar tuan muda Luhan… yes.' batin Joy, bersemangat tingkat dewa.

Sepertinya pembantu cantik itu akan menemukan banyak moment-moment indah dirumah tempatnya bekerja. Moment dan adegan yang akan membuatnya berteriak histeris ditengah malam.

Love and Sex… Sex and Love…

.

.

.

.

O…O…O…O…O

Sehun dan Luhan sejak beberapa menit yang lalu tiba disebuah taman yang indah. Taman yang selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat sekitar kompleks, terutama di sore hari.

Sepanjang perjalanan tadi, banyak yang menyapa Luhan, terutama tetangga yang sempat mengenal Luhan, walau tidak akrab. Mereka seperti tidak percaya bahwa Luhan masih hidup. Luhan dan Sehun lelah menjelaskan, tapi mau bagaimana lagi, mereka tetap harus menjelaskan dengan sedetail-detailnya.

Dan sekarang Luhan dan Sehun memutuskan berduaan disalah satu bagian taman yang lumayan sepi, disana ada bangku panjang. Sehun duduk dibangku itu, sedangkan Luhan tetap dikursi rodanya.

"pasti orang mengiraku lumpuh." kata Luhan, sambil memperhatikan kupu-kupu yang hinggap disalah satu bunga di area taman tersebut.

"mereka tidak akan berpikir begitu. Kursi roda bukan hanya untuk orang lumpuh. Kau hanya tidak boleh berjalan dulu dan tidak boleh bergerak berlebihan, agar luka tembakmu bisa sembuh total." timpal Sehun, mengikuti arah pandangan Luhan.

Luhan berganti menatap wajah Sehun. wajah yang selalu membuatnya terpesona. Bibir yang sering menciumnya dan tubuh yang selalu memeluknya hangat.

"Sehun-ah, aku ingin menanyakan sesuatu?" Luhan bertanya sambil mendesah,

"apa itu?" Sehun berdiri, lalu berjongkok didepan Luhan, agar wajah mereka bisa berhadap-hadapan.

"apa kita bisa menikah?" pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Luhan.

"menikah?"

"ya, menikah. Aku ingin meresmikan hubungan kita ini." terang Luhan, lalu menerawang.

Sehun terdiam sejenak, lalu tersenyum setelahnya.

"tentu saja bisa. Tapi bukan disini, Korea. Tapi harus diluar negeri." kata Sehun, setelah jeda singkat.

"tapi kau maukan? Maksudku, kau juga ingin menikah denganku kan?" tanya Luhan lagi, dirinya memang sangat ingin menikah dengan Sehun, pemikiran itu sudah tercetus sangat lama.

"tentu saja. aku ingin menikah denganmu." Sehun menjawab cepat, kali ini tanpa jeda lagi.

"benarkah?"

"ya, aku ingin menikah denganmu."

"jadi kapan kita akan menikah?"

"secepatnya, mungkin setelah kau sembuh total."

"mungkin kita bisa mengadopsi anak… setelah menikah." lanjut Sehun.

Luhan sangat gembira mendengar jawaban Sehun. dia ingin melompat dan memeluk Sehun, tapi dia tidak boleh melakukan itu, sangat berbahaya untuk proses penyembuhan lukanya.

Sehun dengan gerakan pelan memegang pipi Luhan, lembut.

"aku mencintaimu Luhan-ah. Dan aku siap menikahimu… kapan saja." kata Sehun, memperjelas lagi.

"aku juga mencintaimu Sehun-ah, sangat mencintaimu." balas Luhan

Dua namja itu saling tersenyum.

"tapi, sebenarnya aku menyesalkan kita melakukan hubungan badan sebelum menikah. Kita melakukannya sebanyak 3 kali." Kata Luhan, dia tidak menghitung adegan 'pemerkosaan' di hutan. Dia merasa bersalah telah melakukan 'dosa termanis' tersebut.

"tidak usah disesalkan. jangan samakan kisah cinta kita dengan kisah cinta orang lain diluar sana. Kisah kita 'berbeda'. Sulit dijelaskan, namun hanya kita yang bisa merasakannya. mayoritas diluar sana tidak akan bisa mengerti. Kau pasti paham…" ucap Sehun,

"ya, aku paham Sehun-ah." timpal Luhan, tersenyum lagi. Hari ini sepertinya adalah hari senyum ceria sedunia.

Sehun perlahan mendekatkan lagi bibir tipisnya, untuk kesekian kalinya ingin menempelkannya ke bibir Luhan. Berciuman lagi, dan kali ini lokasinya disebuah taman. Dan siapa saja yang melintas bisa melihat mereka. Namun Sehun dan Luhan tidak peduli.

Mereka berciuman lembut, saling berpagutan, menekan, dan menghisap.

Ciuman tersebut berlangsung selama beberapa menit, ciuman yang penuh dengan kasih, sayang dan cinta. Setelah puas, mereka melepaskan pagutan bibir masing-masing.

"wo ai ni… Sehun-ah." ucap Luhan, mengatakan cinta dalam bahasa Mandarin.

"nado saranghae… Luhan-ah." Balas Sehun, dalam bahasa Korea.

Akhirnya, cinta yang sudah lama bersemi itu semakin mekar dan indah. Dua insan yang telah melewati banyak cobaan dan kerikil tajam tersebut sekarang merasakan indahnya kebersamaan. Cinta, kasih dan sayang mereka begitu kuat. Mereka tidak akan terpisahkan walau apapun yang terjadi.

Kemarin, kini dan akan datang, cinta itu akan terus ada. Menghiasi hari-hari mereka dalam suka dan duka. Hingga masa tua dan ajal menjemput.

Sehun-Luhan… love, love, love and sex.

.

.

.

.

.

.

.

END

O…O…O…O…O…O…O

Chapter pamungkas sudah terpublish. Huff… tidak terasa juga FF ini sudah tamat dan mencapai klimaksnya. Aku mohon maaf jika ending-nya tidak sesuai harapan pembaca semuanya, hehehe… maklum saja, aku harus publish cepat lagi. Jadi inilah ending yang aku pilih (sudah sejak lama sih), ending yang tidak cetar membahana.

Tidak bosan dan hentinya mengucapkan terima kasih kepada semua pembaca yang mengikuti FF ini sejak awal, terutama yang selalu menyempatkan diri mengetik Reviewnya, terima kasih tidak terhingga.

Setelah ini, aku mau istirahat dulu (bukan hiatus), baru publish FF baru lagi, hehehe...#plak. Dan mohon maaf juga, aku mau nge-PM review yang masuk, balas gitu… tapi entah mengapa error lagi (selalu). Jadi aku hanya bisa menyampaikan disini saja, terima kasih karena sudah mau membaca, ikut meramaikan kotak review dan bisa menikmati FF ini… gomawoo nee

Maafkan jika banyak salah-salah kata, kalimat yang menginggung. Ambil sisi positif cerita ini, dan tinggalkan yang negatif, semua hanya hiburan semata.

Untuk terakhir kalinya di FF ini, tidak berlebihan jika sekali lagi Reviewnya dinantikan…

SalamXOXO… sampai jumpa lagi.

Han Kang Woo.