Selamat Membaca~
.
.
.
Disclaimer : all characters belong to Masashi Kishimoto-sensei.
WARNS : miss typo, gender switch, OOC, aneh, abal, menyebalkan, OOT, fic author pertama di fandom SasuNaru, dan DON'T LIKE DON'T READ
Genre : Drama, Romance, & Hurt/Comfort.
Rated : K+ sampai dengan T
Pair : SasuFemNaru (always)
Summary : Naruto awalnya adalah manajer di restoran yang dijalankan oleh keluarganya sendiri yaitu Namikaze's Café, sebagai orang yang royal Naruto selalu melayani dengan baik pelanggannya. Tapi semua berubah saat pemuda Uchiha itu mengajukan syarat yang merubah seluruh hidup Naruto selama satu bulan, syarat apa yang diberikan Sasuke padanya?/"Kau tidak akan bisa lepas dariku dobe…"/"Teme sialan!"/Warn : SasuFemNaru
Naruto © Masashi Kishimoto
One Month Troublesome © Akihiko Fujiwara
One Month Troublesome
Chapter 1 : Syarat sepihak.
.
.
.
Siang itu terlihat café Namikaze ramai didatangi banyak pengunjung, beberapa pegawainya sibuk melayani pesanan para pelanggan. Chouji yang notabene koki andalan di café itu terlihat berusaha keras membuat masakan istimewa yang tidak mengecewakan lidah para pelanggan. Ino, Shino, dan Lee yang bekerja sebagai waitress melakukan pekerjaannya dengan sangat baik.
Naruto duduk santai dimeja kerjanya didalam ruangan, senyuman tipis terukir diwajah cantiknya. Mata sapphire gadis itu mengawasi dengan cekatan gerak-gerik pegawainya melalui kamera cctv yang sudah terpasang disetiap sudut café, karena saking asiknya dengan aktivitasnya sendiri Naruto tak sadar sekarang pemuda yang terkenal murah senyum itu sudah berdiri tegap diambang pintu.
"Permisi Naruto-san…" ucap Sai agak meninggikan suaranya.
"Ah eh iya?" Naruto langsung tersadar dan menoleh melemparkan pandangannya kepada Sai yang memasang wajah polos dengan senyuman khas nya.
"Kenapa kau tidak mengetuk pintunya dulu Sai?!"
"Maafkan saya, tapi saya sudah mengetuknya tadi. Anda tidak mendengarnya mungkin" ujar Sai.
Naruto tak bergeming, diam sejenak memijat keningnya.
"Ah maafkan aku, kalau begitu duduklah" Sai menuruti perintah gadis itu dan duduk disofa didepan meja kerja Naruto, kemudian meletakkan proposal yang dia pegang keatas meja.
"Jadi apa yang akan kau laporkan Sai?" tanya Naruto menatap Sai dengan menopang pipinya dengan tangan kiri diatas meja.
"Jadi begini, maksud saya datang kemari untuk melaporkan tentang sponsor perusahaan, minggu-minggu ini café kita masih kekurangan mitra untuk masalah sponsor jadi lebih baik kita segera mencarinya Naruto-san sebelum berdampak pada pamor café…" jelas Sai panjang lebar.
Naruto diam tak begeming, berpikir sejenak dengan penjelasan yang dilontarkan Sai tadi. Dia menghembuskan napasnya pelan.
"Hmm…lalu mitra kita dari perusahaan yang lainnya bagaimana? Memangnya ada masalah ya?"
"Oh tentu tidak ada masalah, kalau perusahaan Iwa mereka sudah menjadi mitra sponsor kita 4 tahun yang lalu. Perusahaan Ame juga masih menjalin kontrak, tapi saya punya usul agar pihak kita menarik minat perusahaan iklan Uchiha untuk menjadi mitra. Bagaimana?" seru Sai menambahi, Naruto lagi-lagi berpikir. Gadis pirang itu mengetuk-ngetukkan jati telunjuknya diatas meja.
"Uchihda Adv. perusahaan besar yang menguasai hampir delapan puluh lima persen saham iklan di Tokyo dan lima puluh lima persen saham iklan di Jepang bukan? Kau yakin tentang hal ini Sai?"
Sai menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan memasang senyum canggung.
"Sebenarnya kemarin saya dan Jugo sudah menghubungi pihak perusahaan Uchiha, jadi rencananya saya ingin memberitahu hal ini kepada manajer. Oleh karena itu saya memberitahu anda sekarang Naruto-san"
Naruto manggut-manggut mengerti dengan penjelasan bawahannya tersebut.
"Lalu kapan pihak dari perusahaan Uchiha tiba kemari?"
"Rencananya sore ini…"
"APA?!" Mendadak sekali Sai?" teriak Naruto kaget dengan mata saphhirenya yang membulat.
"Maafkan saya, tapi jadwalnya sudah diatur dari perusahaan Uchiha itu sendiri"
Naruto menghembuskan napasnya cepat, memijit keningnya frustasi. Kenapa semua serba mendadak seperti ini, ya tapi mau bagaimana lagi ini sudah menjadi tugasnya. Mau tidak mau, suka tidak suka tetap harus dia jalankan. Apalagi dia sudah sangat dipercaya oleh ayahnya Minato untuk memegang kendali restoran keluarga, tentu saja sebagai gadis baik dan anak yang baik Naruto tidak akan pernah mengecewakan kepercayaan ayahnya itu.
"Baiklah kalau begitu, atur saja waktunya. Nanti aku akan memberitahu semua pegawai untuk bersiap-siap, kau boleh keluar sekarang Sai" ujar Naruto.
Sai mengangguk mengerti kemudian bangkit berdiri dan pergi dari dalam ruangan kerja Naruto, gadis itu menghela napas pelan. Menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya, sepertinya sore nanti akan menjadi hal yang sangat merepotkan untuk gadis pirang itu. Naruto mengambil ikat rambut dibawah meja lacinya dan mengikat rambut pirang panjangnya sepunggung membentuk pony tail, dia harus mempersiapkannya sekarang.
XXX
Seorang pemuda raven nampak memandangi datar laporan keuangan dihadapannya sekarang, dia meletakkan jarinya didagu memasang pose berpikir. Mata onyx nya menelusuri setiap angka dan huruf yang tertera rapi diatas kertas laporan keuangan tersebut, tak lama saat asik memperhatikan laporan itu terdengar pintu diketuk keras. Sedikit membuyarkan konsentrasi sang pemuda.
TOK TOK!
"Siapa?" tanya Sasuke dengan suara baritone nya
"Ini saya pak, Yamato…"
"Masuklah" ujar Sasuke tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas laporan itu.
Sesuai perintah sang atasan Sasuke Uchiha, Yamato membuka pintu perlahan dan masuk kedalam ruangan pemuda raven itu. Pria berambut coklat itu duduk dikursi tepat didepan meja kerja Sasuke, diam sejenak memandangi atasannya itu.
"Ada perlu apa?" tanya Sasuke lagi-lagi tidak melepaskan pandangannya dari kertas laporan dan dia terlihat membolak-balikkan nya.
"Hm…jadi begini pak saya ingin mengingatkan kembali jadwal anda untuk berkunjung ke Namikaze's Café sesuai yang telah dijanjikan" jelas Yamato.
Sasuke diam sejenak, meletakkan kertas yang dia pegang keatas meja dan mendongak menatap lurus Yamato yang duduk didepannya.
"Ya aku ingat, jam berapa janjinya? Masih banyak lagi jadwalku yang lainnya…"
"Saya sudah berjanji dengan pihak café, kita akan menuju kesana pukul empat sore pak"
Sasuke mengangguk mengerti dan kembali melanjutkan aktivitasnya meneliti laporan itu, Yamato bangkit berdiri dan meminta izin keluar dari sana. Sasuke hanya menjawab seperti biasa dengan balasan hn. Tak lama Yamato pergi dari sana, handphone Sasuke terdengar berdering nyaring, pemuda raven itu mendecah kesal memaki siapa orang yang berani menganggunya disaat sibuk.
"Halo?" seru suara baritone Sasuke.
"Sasuke? Kau sedang sibuk? Bisa kita bertemu di restoran biasa sore nanti?" tanya suara dari seberang sana.
"Maaf Neji tapi kali ini aku tengah sibuk, lagipula nanti sore ada jadwal lagi dari perusahaan. Kau bisa mengajak yang lain dulu, aku tidak bisa" jawab Sasuke datar.
"Hmm jadi begitu, padahal Gaara bilang dia ingin mentraktir kita. Tapi yasudah tidak apa-apa Sasuke, kau bisa menyusul nanti kalau urusanmu sudah selesai"
"Ya aku akan menyusul nanti kalau sempat…"
"Baiklah sampai nanti"
Neji mematikan sambungan telfon nya dari sana, Sasuke dengan malas memasukkan kembali handphone miliknya kedalam saku celana. Melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda tadi, Sasuke diam sejenak menatap kosong kertas-kertas itu, pandangannya beralih kepada kaca besar disebelah ruangannya yang mengarah langsung kearah jalanan kota metropolitan ibukota Tokyo. Dia menggeleng pelan dan mencoba fokus kembali, Sasuke melonggarkan sedikit dasi abu-abunya dan membuka kancing atasnya. Hembusan napas pelan terdengar dari pemuda raven itu.
Ternyata menjadi CEO di Uchiha Adv sangat melelahkan dari yang dia kira dulu, andai saja saat Itachi menawarkan jabatan itu padanya dia bisa menolak. Tapi entah kenapa saat itu Sasuke sangat polos dan begitu percaya dengan kebohongan kakaknya yang mengatakan bahwa menjadi CEO itu menyenangkan, kau tidak perlu repot-repot kesana kemari dan hanya duduk santai diatas meja kerjamu. Buktinya sekarang berbeda jauh dengan ucapan kakaknya itu, dan akhirnya Itachi sekarang memiliki perusahaan travelling sendiri sehingga sering membuat nya selalu berkeliling dunia. Betapa liciknya kakaknya itu, Sasuke menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sudahlah ini jalan yang sudah dia pilih, sebagai laki-laki dia harus menjalaninya secara tanggung jawab.
XXX
Naruto sibuk mengarahkan para pegawainya agar menata ruangan café lebih rapi lagi, ini harus dilakukan karena menurut informasi Sai CEO dari perusahaan Uchiha itu membenci ketidak rapian. Naruto menghembuskan napasnya pelan, dia duduk sejenak di kursi didekat meja pelayan. Menuang wine di dalam gelas cocktail dan meminumnya habis dalam satu teguk.
"Naruto?" panggil Ino yang langsung duduk disamping gadis itu.
"Eh Ino? Kenapa kau disini? Kau sudah membersihkan meja dan kursi disana ya?" tanya Naruto menatap sahabat blondenya itu, Ino hanya mengangguk pertanda bahwa dia sudah menyelesaikan tugasnya.
"Aku sudah menyelesaikannya, lalu kenapa kau terlihat begitu terbebani? Ada sesuatu yang salah?"
Naruto menggeleng pelan, sehingga menggoyangkan rambut pony tail nya. Dia kembali menuang wine kedalam cocktail lalu meneguknya langsung.
"Aku tidak apa-apa Ino tapi aku merasa mitra yang satu ini pasti menyusahkan…"
"Bagaimana kau bisa punya firasat seperti itu hei?" Ino mengusap bahu gadis itu berusaha menenangkannya agar tidak meminum wine itu lebih banyak lagi.
Naruto memijat keningnya malas, dia menatap sejenak gelas cocktail ditangannya dan beralih menoleh kesamping melihat Ino yang menatapnya seakan menunggu jawaban dari pertanyaannya.
"Aku juga tidak tahu, tapi memang seperti itu hal yang aku rasakan Ino. Aku harus bagaimana?" Naruto memegangi kepalanya frustasi.
Ino hanya mendengus pelan menggelengkan kepalanya, dasar sahabatnya yang satu ini. Sudah menyerah sebelum berperang, mungkin sedikit dorongan bisa membuat Naruto sedikit bangkit dari frustasi tak beralasannya itu.
"Tenanglah Naruto, kau hanya belum siap. Kau bahkan belum menghadapinya, aku yakin mitra kita kali ini pasti sangat menjanjikan sekali. Bersemangat lah sedikit"
"Kau yakin Ino?" Naruto bertanya balik menoleh menatap Ino dengan pandangan butuh keyakinan, gadis blonde itu tersenyum lebar dan mengangguk antusias.
"Tentu saja aku yakin, kau saja yang tidak percaya diri. Ayo cepatlah sedikit, dibelakang sana mereka membutuhkan semangatmu juga" imbuh Ino.
Naruto diam sejenak mengolah saran dan dorongan dari sahabatnya itu yang juga menjadi bawahannya, gadis pirang itu menoleh menatap Ino dan sontak memeluknya.
"Terima kasih Ino, aku sangat terbantu dengan saran mu. Aku akan mencobanya sekarang…"
"Sama-sama Naruto, kalau begitu pergilah mereka membutuhkanmu dibelakang" Ino membalas pelukan Naruto dan segera melepaskannya, mempersilahkan gadis itu untuk segera pergi kebelakang. Naruto tersenyum singkat kearah Ino dan berlalu dari sana sesuai yang disarankan oleh sahabatnya itu.
Ditempat lain Sasuke memandang dalam diam pemandangan diluar mobil, mata onyxnya lebih suka memperhatikan pemandangan diluar dengan menopang dagu. Yamato supirnya hanya melihat sekilas sang atasan dari kaca spion ditengah mobil, Sasuke melirik kearah arlojinya yang melingkar sempurnya di tangan kiri. Sudah pukul 15.45.
"Yamato, belum sampai?"
"Sebentar lagi pak, tidak jauh dari sini" jawab Yamato tanpa menghilangkan fokusnya menyetir.
"Hn"
Sasuke hanya menjawab singkat dan kembali kepemandangan diluar, kira-kira bagaimana ya kunjungannya kali ini. Sejujurnya dia sama sekali belum yakin untuk menerima tawaran dari pihak café, tapi sepertinya akan menarik jika perusahaannya bisa bekerja sama apalagi mitranya kali ini berbeda dengan mitra-mitra Uchiha Adv lainnya. Kalau sebelumnya mitra yang selalu bekerja sama dengan perusahaan pemuda raven itu kebanyakan bisnis dan sebagainya, baru kali ini dia mendapat mitra sebuah perusahaan kuliner. Hal yang tidak boleh dilewatkan bukan?
"Pak, kita sudah sampai" tegur Yamato.
Sasuke tersadar dari lamunanya, dia menoleh kesekitar dan melihat sebuah café bergaya modernis dan berdesain elegan berdiri kokoh disekitar tempatnya berhenti, Sasuke terpesona seketika. Dia merapikan kembali jas hitamnya dan membenarkan dasi abu-abunya yang tadi terlihat miring, Yamato turun duluan keluar untuk membukakan pintu sang atasan. Sasuke keluar dengan gaya elegannya, seluruh gadis gadis yang tidak sengaja lewat disana seketika fansgirling melihat betapa tampan dan mepesonanya seorang Sasuke Uchiha dimata mereka.
"Silahkan lewat sini pak" Yamato mempersilahkan Sasuke untuk berjalan duluan didepannya, pemuda raven itu berjalan dengan tegap dan berwibawa. Masuk perlahan kedalam café yang ditandai dengan berbunyi nya lonceng kecil yang ditaruh tepat diatas pintu utama, sehingga setiap pelanggan yang datang kesana lonceng tersebut akan berbunyi. Sama halnya dengan pemuda raven CEO Uchiha Adv itu.
"Selamat datang…" seluruh pelayan disana menyambut kedatangan Sasuke, pemuda raven itu diam sejenak. Matanya menelusuri setiap deretan pelayan yang menyambutnya, tak sengaja mata onyx nya menangkap objek yang mampu membuatnya tertarik.
Sasuke memicingkan matanya menatap si objek berambut pirang serta bermata sapphire menawan itu, Naruto yang sadar diperhatikan hanya tersenyum canggung. Dalam hati dia membatin apa yang salah dari dirinya sampai diperhatikan seperti ini, cih tidak nyaman sekali rasanya.
Sasuke mengalihkan pandangannya dan berjalan menuju kursi yang sudah disiapkan Lee untuknya, Yamato dibelakangnya mengikuti. Sasuke duduk anteng diatas kursi miliknya dan melipat kedua tangannya didepan dada.
"Baiklah, aku kemari karena perjanjian kontrak kerja. Bisa cepat tunjukkan manajer cafenya dimana? Waktuku tidak banyak" pemuda raven itu langsung to the point, Naruto yang merasa terpanggil itu memasang wajah gugup. Sial dia merinding sekarang, sepertinya laki-laki itu sangat menyeramkan.
Naruto berjalan perlahan menuju tempat Sasuke duduk dikursinya, gadis pirang itu berdiri tepat dihadapan sang pemuda dan memasang senyum canggung nya. Sai yang notabene memiliki ide tersebut ikutan berdiri disamping Naruto menemani gadis pirang itu, sebelumnya dia memerintahkan pegawai lainnya bahwa tugas mereka sudah selesai dan mereka boleh kembali lagi bekerja.
"Hm…maaf Sasuke-san ini manajer café kami. Perkenalkan namanya Naruto Namikaze" ujar Sai.
Naruto membungkukkan badanya sembilan puluh derajat memberi tanda salam.
"Salam kenal namaku Naruto Namikaze dattebayo, selamat datang di Namikaze's Café" seru Naruto memasang senyum termanisnya.
Sasuke memandangi manajer wanita dihadapannya itu, mata onyx nya menelusuri tiap lekuk wajah sang gadis membuat Naruto lagi-lagi menelan ludahnya kasar. Tidak nyaman sekali rasanya diperhatikan seperti itu.
"Hn, Namaku Sasuke Uchiha. Salam kenal"
Naruto menyeret salah satu bangku disana dan duduk dihadapan Sasuke dengan ditemani Sai disampingnya, gadis pirang itu mencengkeram ujung rok nya gugup. Baru kali ini Naruto ditempatkan pada posisi antara hidup dan mati, entah pemuda dihadapannya itu mau menerima ajakan kerjasamanya atau tidak.
"Jadi bagaimana?" tanya Sasuke, dia meminum segelas cocktail berisi chivas regal dihadapannya. Menatap kedua calon mitranya itu datar.
"Begini Sasuke-san, sebenarnya pihak kami sangat tertarik untuk bekerja sama dengan perusahaan yang anda jalankan. Jadi kami pikir jika kontrak ini terjalin, tentu saja akan terjadi simbiosis mutualisme diantara kita…" jelas Naruto yang mulai melawan rasa gugupnya, oh bagus sekali tadi kata-kata mu Naruto.
Sasuke mengangguk mengerti, meletakkan kembali cocktailnya keatas meja kemudian menopang dagu menatap sepasang sapphire Naruto.
"Oh, jadi kau sudah memikirkan kalau perjanjian kontrak ini memang menghasilkan simbiosis mutualisme? Pemikiran yang bagus nona Namikaze…"
Naruto tidak tahu harus bereaksi apa dengan tatapan tidak bermakna yang dilayangkan pemuda raven dihadapannya itu, apalagi lekukan wajah yang rupawan seorang Sasuke Uchiha dimatanya. Aduh apasih yang dipikirkannya sekarang, tujuan utamanya sekarang kan untuk mengikat kontrak, jalan yang pertama adalah buatlah dia tertarik dulu. Masalah diterima atau ditolak itu nanti saja.
"Iya menurut saya seperti itu Sasuke-san" ujar Naruto menatap intens Sasuke dihadapannya.
Pemuda raven itu sedikit menyeringai, dia memejamkan matanya pelan. Lalu dibukannya kembali onyx itu, dia mengulurkan tangannya kearah Yamato. Seakan mengerti pria berambut coklat itu menyerahkan selembar kertas putih yang terlihat beberapa tulisan diatasnya, Naruto sedikit merinding melihatnya. Jangan-jangan itu surat penolakan, oh berpikirlah positif sedikit Naruto!
Sasuke menerima lembaran kertas itu dan langsung menandatanganinya, dia mendorong kertas itu dan memperlihatkannya kepada Naruto dan Sai.
"Baiklah aku tidak akan berlama-lama, aku akan menerima tawaran café kalian untuk menjalin kontrak, tapi dengan syarat tentunya. Baca saja disitu"
Naruto dan Sai menelusuri setiap tulisan yang tertera rapi disana, setiap kata demi kata diolah dengan baik oleh pemikiran Naruto agar tidak salah makna. Tapi saat mencapai kalimat terakhir, tiba-tiba raut wajah gadis itu berubah drastis. Sai hampir mau tersenyum tapi berusaha ditahan oleh pemuda itu, bahkan semua pelayan dan pegawai disana merasa penasaran kenapa atasan mereka tiba-tiba memasang raut wajah yang berbeda dari sebelumnya.
"Hei i-ini apa-apaan syarat yang kau ajukan di atas kertas perjanjian kontrak Sasuke-san?!" seru Naruto menatap heran wajah datar Sasuke dihadapannya itu, pemuda raven itu hanya menyeringai penuh arti.
"Oh jadi kau menolaknya? Gampang saja, aku tinggal membatalkan kontrak kita ini kan?" Sasuke menunjukkan senyuman terliciknya.
Naruto menatap sebal raut wajah tidak berdosa pemuda sialan didepannya itu, para pegawainya semakin tambah penasaran syarat apa yang dimaksud gadis pirang itu hingga membuatnya dongkol. Pasti ada sesuatu dibalik syarat yang mencurigakan itu.
"Kau mengajukannya secara sepihak, bagaimana bisa aku langsung menerimanya. Sedangkan baru hari ini kau mengajukan syarat seperti ini!" Naruto kelepasan berkata dengan nada keras. Dia sontak menutup mulutnya, sial dia kelepasan. Dia bisa melihat semua mata tertuju padanya saat itu, betapa cerobohnya gadis manis itu.
'Dasar pantat ayam sialan' dongkol Naruto dalam hati.
"Baiklah, aku akan memberimu waktu untuk memikirkannya. Aku akan datang lagi lusa, jangan lupakan itu" kata Sasuke dengan suara baritone nya, dia bangkit berdiri merapikan jasnya dan berlalu pergi dari sana diikuti Yamato dibelakangnya.
Naruto memandang ogah-ogahan punggung Sasuke yang semakin menjauh meninggalkan café nya, cih apa-apaan syarat tidak jelas yang diajukan si pantat ayam tidak tahu diri dan sok tampan itu. Ingin sekali rasanya Naruto menggaruk wajah datar seorang Sasuke Uchiha, tapi dia urungkan niatnya itu. Bisa hancur imagenya dan malah dianggap sebagai gadis yandere, oke abaikan saja.
"Naruto-san, masih ada waktu untuk memikirkannya jangan khawatir" ucap Sai tersenyum seperti biasa kearah Naruto, gadis itu hanya mendengus pelan sambil mengangguk paham. Naruto bangkit berdiri dari sana dan berlalu menuju ruangannya, gadis pirang itu melepas ikatan rambutnya sehingga rambut pirangnya tergerai indah kebawah.
Ino yang melihat kepergian Naruto berjalan menuju tempat Sai berada dan menyikut lengan pemuda itu menandakan syarat apa yang dimaksud oleh sahabatnya itu.
"Sai, syarat apa yang dimaksud Naruto tadi?"
"Bagaimana ya mengatakannya, tapi sepertinya lebih baik jika kau tanya langsung pada orangnya Ino. Aku tidak berani mengatakannya…" elak Sai tersenyum seperti biasa, Ino yang tahu ada yang disembunyikan oleh Sai menatap sebal pemuda itu. Cih percuma saja bertanya padamu Sai, mungkin tanya saja langsung kepada Naruto lebih bagus.
Naruto yang duduk diam didalam ruang kerjanya mencerna kembali syarat yang diajukan oleh pemuda raven itu, gadis pirang itu mengacak rambut pirangnya frustasi. Satu hal yang dirasakan oleh gadis pirang itu saat ini, yaitu bingung dan dilema yang luar biasa. Dia benar-benar shock dengan syarat tersebut, entah kenapa tiba-tiba Sasuke Uchiha mengajukan syarat yang tidak biasa tersebut.
Naruto mengetuk-ngetukkan jari terlunjuknya diatas meja sembari menopang dagu, berpikir keras jawaban apa yang harus dia berikan nanti. Mengingat hanya 2 hari waktu yang diberikan oleh pemuda tampan itu, lagi-lagi Naruto hanya berakhir dengan mengacak rambutnya masih bingung jawaban apa yang mau dia berikan kepada Sasuke. Kalau dia menolaknya otomatis Uchiha Adv tidak akan menjalin kontrak dengan café nya, dan itu sangat disayangkan apalagi perusahaan Uchiha dibilang sangat menguntungkan bila diajak bekerja sama. Tapi kalaupun gadis pirang itu menerimanya, dia benar-benar tidak sanggup sekaligus tidak siap.
"KENAPA SYARATNYA HARUS MENYURUHKU MENJADI PELAYAN SI TEME UCHIHA SOMBONG ITU DATTERBAYO…AKU BELUM SIAP!"
Naruto kehilangan kontrol emosinya, sehingga gadis pirang itu berteriak frustasi dengan tidak elitnya didalam ruangannya sendiri. Yah menjadi orang sukses memang harus banyak kerja keras Naruto, terutama menyanggupi syarat menjadi pelayan pribadi seorang Sasuke Uchiha.
XXX
Sebuah mobil Range Rover putih berhenti tepat didepan restoran mewah bergaya klasik, Sasuke keluar dari dalam mobil miliknya, melepas jas hitamnya dan hanya menyisakan kemeja putih yang digulung sebatas lengan terlihat melekat ditubuh proporsionalnya. Sedangkan Yamato hanya menunggu didekat mobil. Pemuda itu berjalan tegap dan penuh wibawa, bisa dipastikan seluruh wanita yang menyaksikan pemandangan itu seketika meleleh melihat betapa sempurnya makhluk ciptaan Tuhan itu. Namun seperti biasa Sasuke menanggapinya dengan biasa saja, tak lama dia berjalan Sasuke sudah melihat keempat temannya duduk dengan diselingi tawa dan obrolan ringan mereka. Sasuke menghampirinya.
"Aku terlambat" ujar Sasuke langsung duduk disamping Shikamaru dan meletakkan jasnya diatas punggung kursi.
Keempat temannya sontak memandang kaget Sasuke yang tiba-tiba datang dan duduk disamping Shikamaru, Sasuke menatap heran keempat temannya itu kenapa mereka memasang wajah kaget dan tak percaya. Bukankah tadi siang juga dia sudah bilang kan kalau sempat dia akan kemari, Sasuke melipat kedua tangannya didepan dada.
"Sasuke kau jadi kemari?" tanya Kiba tak percaya, Sasuke hanya diam tak menanggapi pertanyaan pemuda tatto itu, Sasuke malah mengambil wine milik Shikamaru dan meneguknya habis.
"Kukira kau tidak akan datang Sasuke" imbuh Gaara yang sudah terbebas dari terkejutnya tadi.
"Kau datang terlambat dan sekarang kau meminum wine milikku, pesan sendiri kenapa Sasuke. Mendokusai…" omel Shikamaru malas.
"Ternyata kau benar-benar datang ya Sasuke, sepertinya kau menepati janjimu" Neji ikut-ikutan ambil suara sambil memakan salad buahnya.
"Hn, tentu saja aku akan datang" jawab Sasuke dengan gaya bahasanya seperti biasa.
Kelima bersahabat itu tenggelam dalam pembicaraan mereka, seperti yang sudah dikatakan Neji tadi siang saat menelfon pemuda raven itu bahwa Gaara memang mentraktir Neji, Kiba, Shikamaru, dan juga Sasuke dalam rangka job baru dari perusahaannya sekaligus memberitahukan teman-temannya bahwa Gaara memiliki calon tunangan yang siap dia kenalkan kepada teman-temannya jika sudah tepat waktunya
"Kau bahkan sudah melangkahiku Gaara sialan" Kiba merangkul sahabat merah nya itu yang sama-sama memilikki tatto diwajah mereka, bedanya Kiba dikedua pipinya dan Gaara dijidat nya sebelah kanan.
"Aku harap dia gadis yang baik Gaara" Sasuke mengeluarkan suaranya, tersenyum tipis kearah Gaara. Dan dibalas senyuman juga oleh pemuda itu.
"Tapi aku yakin kalau gadis pilihan Gaara yang terbaik, jadi kalau kau berani menyakitinya Gaara aku akan menjadi pria pertama yang merebutnya darimu…iya kan Shika?" ujar Neji menyikut Shikamaru disebelahnya, namun pemuda nanas itu hanya menguap lebar tidak mau ikut-ikutan. Kiba dan Gaara hanya tertawa lebar mendengar perkataan Neji tadi, Sasuke tersenyum tipis meneguk winenya.
"Terima kasih teman-teman, aku pasti akan mengenalkannya kepada kalian nanti" ucap Gaara
XXX
Dua hari telah berlalu, dan tepatnya hari ini adalah hari dimana jawaban Naruto akan ditagih oleh lelaki aneh sok tampan dan belagu yang tiba-tiba memintanya untuk menjadi pelayan. Dimana letak masuk akalnya? Setidaknya itulah yang ada dipikiran gadis blonde itu sekarang.
Naruto terlihat berdiri dipojok ruangan utama café dengan memakai celana jeans berwarna biru donker dipadukan dengan kemeja formal wanita berwarna putih krim dan blazer yang berwarna senada dengan celannya, tidak lupa rambut pirang Naruto dia biarkan tergerai indah yang membuat terpesona setiap tatapan kaum adam padanya.
"Naruto-san?"
"Eh iya?" Naruto menoleh kesamping dan melihat pegawainya Shino menatapnya khawatir.
"Anda tidak apa-apa? Melamun seperti itu dengan tatapan kosong, apa anda tengah sakit?" tanya Shino sembari membawa nampan ditangannya.
"Hm…aku tidak apa-apa hanya melamun tidak jelas saja. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku Shino" Naruto tersenyum simpul, pegawainya itu tergagap seketika melihat senyuman sang atasan yang memang benar adanya bahwa sangat mempesona. Imut sekali.
"Yasudah kalau begitu, saya izin kembali kedapur. Karena sebentar lagi café akan dibuka, permisi Naruto-san" Shino segera berlalu dari sana menuju dapur dibelakang, Naruto menghembuskan napasnya pelan. Dia memijat keningnya bingung, ikutan berlalu pergi dari sana. Keluar sejenak untuk mencari udara segar.
Ketika dia melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari dalam café, tiba-tiba handphonenya berdering menandakan panggilan masuk. Naruto merogohnya didalam saku celana, memasang raut wajah heran karena nomor yang tidak dia kenali.
"Halo?!"
"Selamat siang nona Namikaze"
Naruto langsung terhenyak mendengar suara itu, tentu saja dia tidak lupa dengan nada suara yang barusan didengarnya. Suara seorang CEO Uchiha Adv yang mengajukan padanya syarat yang benar-benar tidak bisa diterima oleh akal sehat, cih untuk apa si pantat ayam itu menelfonnya.
"Ada apa Sasuke-san?" balas Naruto berusaha membuat suaranya sesopan mungkin.
Sasuke yang berada ditempat berbeda tengah tersenyum menyeringai, dia menerawang keluar jendela kantornya.
"Oh kuharap kau tidak lupa dengan kesempatan yang aku berikan dua hari yang lalu nona Namikaze…atau memang kau pura-pura melupakannya"
Ternyata benar firasatnya si pemuda raven itu pasti akan menagih syarat nya yang belum dibalas oleh Naruto tempo hari, gadis itu diam sesaat. Sasuke yang diseberang telfon merasa diacuhkan sengaja berdehem agar gadis yang sedang diajaknya bicara itu sadar.
"Eh, tentu saja saya sangat mengingatnya Sasuke-san. Tidak mungkin saya lupa" ujar Naruto dengan nada meyakinkan.
"Baguslah kalau begitu, lalu bagaimana dengan jawabanmu dengan syarat yang aku berikan?" Skakmat, Naruto lagi-lagi bingung harus menjawab bagaimana. Mau melarikan diri dari ini, tapi dia tidak mau disebut sebagai seorang pengecut. Tapi sungguh hal ini sangat membebaninya.
"Umm…Sasuke-san sejujurnya saya masih belum bisa memikirkan jawabannya, saya harap anda memberikan lagi waktu untuk saya besok" Naruto mulai gelisah, padahal dalam hatinya dia sangat tidak mau menerima syarat itu kalau bukan demi café yang dia jalankan. Oh dalam pikiran seorang Naruto, Sasuke memang pria pembuat masalah yang membuatnya pusing sendiri.
Sasuke terlihat mengernyitkan dahinya mendengar pernyataan gadis pirang itu, dia belum tahu bahwa seorang Sasuke Uchiha tidak menerima sebuah penolakan dan hal yang bertele-tele.
"Naruto, perlu aku tekankan kepadamu bahwa aku hanya memberimu waktu dua hari untuk mempertimbangkannya. Dan tidak ada wakutu tambahan, jujur saja aku bahkan tidak suka penolakan!" pemuda raven itu berubah memanggil sang gadis pirang dengan nama kecilnya tidak dengan Namikaze lagi.
Naruto menggigiti kuku jari telunjuknya, sial dia benar-benar mati kutu dihadapan pemuda itu. Jadi dia harus menjawab 'ya' begitu mentang-mentang lawan bicaranya itu tidak suka penolakan? Ingin saja Naruto melempar seluruh peralatan memasaknya tepat kearah wajah mulus dan tak berdosa seorang Sasuke Uchiha.
"Naruto, halo? Aku sedang berbicara denganmu, jadi apa jawabanmu dengan syarat kemarin?" Sasuke mulai tidak sabaran, dan Naruto semakin tertekan saja.
Reflek, dia mematikan sambungan telfonnya membuat Sasuke sedikit terkejut dan memandangi handphonenya dengan raut wajah tak bisa ditebak, mau bermain-main dengan seorang Sasuke rupanya ya gadis pirang? Pemuda raven itu memasukkan kembali handphonenya kedalam saku dan segera berlalu keluar dari ruangannya untuk segera menuju mobilnya di tempat parkir.
"Sasuke-sama, anda ingin kemana?" tanya Sakura yang notabene sekretaris pemuda raven itu, Sasuke menoleh sekilas menatap sang sekretaris dengan pandangan datar.
"Mau pergi" jawabnya singkat dan cepat-cepat segera berlalu pergi dari sana, namun lengannya ditahan oleh sang sekretaris. Sasuke menoleh tidak suka dengan tindakan tidak sopan Sakura itu, mendapat tatapan tidak suka dari atasannya Sakura buru-buru melepaskan cengkeramannya.
"Tapi sebentar lagi anda dijadwalkan meeting dengan klien dari perusahaan Kumo Sasuke-sama"
"Batalkan saja,"
Belum selesai menyelesaikan kalimatnya Sasuke langsung ngacir pergi meninggalkan sang sekretaris dengan pandangan kecewa, Sakura merasa heran tumben sekli atasannya itu mau langsung membatalkan meeting pentingnya kali ini tanpa alasan yang jelas. Patut untuk dicurigai.
Ditempat lain Naruto merasa resah untuk yang kesekian kalinya, dia mondar-mandir didalam ruangan kerjanya sambil memegang handphone berwarna birunya yang dia tempelkan didagunya. Bagaimana ini, dia tidak sengaja mematikan sambungan telefon tadi. Aduh dia takut si Uchiha itu langsung membatalkan pejanjian kontraknya, padahal sebenarnya itu sama sekali bukan keinginannya.
Mata sapphire Naruto menatap sayu pemandangan diluar cafenya dari jendela didalam ruangan yang dia tempati yang mengarah langsung kejalanan tepat didepan pintu masuk uatama café, tak lama iris safir biru itu terbuka lebar melihat pemandangan diluar jendela ruangannya.
"I-ini tidak salah kan, itu bukannya m-mobil yang digunakan oleh Sasuke Uchiha kemarin saat datang kemari. Oh shit, jangan bilang dia mau membunuhku karena kejadian tadi" gumam Naruto semakin panik, dia semakin tidak nyaman dan mondar mandir seperti orang kehilangan arah.
Sedangkan Sasuke, pemuda raven itu kali ini hanya mengendarai mobilnya seorang diri tanpa bantuan Yamato. Dia membuka pintu mobil segera dan keluar dari sana, berjalan cepat menuju pintu Namikaze's café lalu membukanya lebar. Bunyi lonceng terdengar nyaring diseluruh café menandakan ada tamu datang, tetapi semua pegawai tergagap melihat siapa yang datang itu.
Ino yang ngeh duluan langsung mempersilahkan Sasuke duduk dikursi, pemuda raven itu menuruti ajakan pelayan dan mendudukkan dirinya diatas kursi.
"Sasuke-san mau pesan apa?" tanya Ino ramah.
"Tidak, panggilkan saja manajernya" jawab Sasuke datar, Ino sedikit heran mendengar jawaban pemuda dihadapannya itu. Manajer? Memanggil Naruto? Atau ini berhubungan dengan syarat yang tempo hari itu?
"Anda yakin tidak ingin pesan apap—"
"Panggilkan saja manajernya" ucap Sasuke dengan nada sedikit membentak dan terkesan tidak sabaran, Ino sempat terlonjak kaget namun tidak dia nampakkan. Dia mundur beberapa langkah mengisyaratkan Jugo untuk memanggil Naruto agar turun kebawah, Jugo mengangguk dan langsung pergi ketempat bos nya berada.
"Naruto-san sedang kami panggil tolong menunggu sebentar tuan"
"Hn"
Tak lama Jugo sudah berdiri diambang pintu ruangan atasannya, dia mengetuknya tiga kali dan membukannya. Jugo dapat melihat Naruto tengah mondar-mandir disertai raut wajah frustasi yang terlihat jelas, gadis blonde itu bahkan tidak menyadari keberadaan pegawainya.
"Naruto-san ada tamu yang ingin bertemu dengan anda" kata Jugo.
Naruto langsung menoleh keasal suara, dia mengaitkan kedua alisnya. Gawat, benar kan si Uchiha itu tengah mencari dirinya dan sekarang Naruto yakin kalau Sasuke akan membunuhnya sekarang. Oke Naruto cukup, kau terlalu berlebihan.
"Siapa Jugo?" Naruto bersikap tenang seolah tidak tahu tamu siapa yang dimaksud Jugo itu.
"Sasuke Uchiha, CEO dari Uchiha Adv. dia sudah menunggu anda Naruto-san. Mari kebawah sekarang"
Naruto menarik napasnya dan menghembuskannya seperti itu berulang kali sampai dia merasa lega, setelah itu dia mengangguk percaya diri dan berjalan keluar ruangan diikuti Jugo dibelakangnya,kurang lebih satu menit Naruto berjalan akhirnya dia sampai di depan. Pandanganny dapat melihat pria dengan setelan kemeja hitam legam yang lengannya digulung hanya sebatas lengan dan kancing yang terbuka atasnya, Naruto menelan ludahnya.
Dia beranikan diri menghampiri Sasuke yang berdiam diri tanpa memesan apapun, Naruto berdiri tepat dihadapan sang pemuda raven.
"Selamat siang Sasuke-san, mau pesan apa ya?" Naruto berbasa-basi, Sasuke mendongak dan dapat melihat dengan jelas lekukan wajah gadis manis dihadapannya itu. Cukup lama pemuda raven itu memandangi wajah Naruto membuat empunya memutar bola matanya bosan.
"Aku ingin jus tomat" ucapnya tanpa mengalihkan onyx nya dari wajah Naruto.
"Baiklah, satu jus tomat untuk tuan Sas—"
"Tapi jus tomat spesial yang dibuat langsung oleh manajer café ini" seru Sasuke menyeringai menatap Naruto, merasa menang. Gadis blonde itu terkejut sesaat, oh Kami-Sama terbuat dari apa sebenarnya lelaki dihadapannya ini?
"Haa? Kau bercanda? Manajer tidak digaji untuk membuat jus tomat kau paham?" Naruto sampai batasnya, akhirnya dia melontarkan kalimatnya tanpa sebutan Sasuke-san didalamnya. Ck, kau berani sekali Naruto.
Untung saja café baru dibuka dan hanya pelanggan yang datang seorang tiga orang disana, Sasuke bangkit berdiri menatap Naruto dengan pandangan mengintimidasi. Gadis blonde itu mundur selangkah menggigit bibir bawahnya, semua pegawai Naruto yang ada disana melihat dengan napas tertahan. Kira-kira hal apa yang akan dilakukan oleh pemuda raven itu.
Sasuke menarik erat tangan Naruto membuat gadis itu mau tak mau melangkah mengikutinya, langkah kaki Sasuke dengan cepat menyeret Naruto membawanya keluar dari café. Ino yang menyaksikan kejadian tadi hanya menggelengkan kepalanya, dia menginstruksikan seluruh pegawai lainnya untuk kembali bekerja.
Sasuke mendorong Naruto sehingga membuat punggung gadis itu menubruk dinding digang tepat disebelah café milik Naruto, Sasuke mencengkeram erat pundak gadis itu dan menatapnya dekat. Naruto hampir kehilangan napas karena tatapan mata Sasuke yang terlampau dekat dengan wajahnya, bahkan hembusan napas dingin pemuda itu menerpa kulit wajahnya.
"Apa yang kau lakukan ini Sasuke-san?" Naruto masih berusaha tenang.
"Kau tahu kenapa aku melakukannya? Kau yang membuatku melakukan hal ini Naruto" Sasuke berangsur melepaskan cengkeraman tangannya dari pundak ringkih Naruto, dan memijat keningnya.
"Aku? Memangnya aku melakukan apa padamu?"
"Kau yang memancingku untuk melakukan ini, kau sudah kuberitahu bukan. Aku tidak menerima sebuah penolak dalam bentuk apapun mengerti?" ujar Sasuke mendekatkan wajahnya lebih dekat dengan wajah Naruto.
Naruto memandangi lebih dalam sepasang mata hitam legam Sasuke, dia membuang mukanya kesampign tidak ingin lebih lama melihatnya.
"Lalu secara tidak langsung kau menyuruhku untuk menyetujuinya? Ini pemaksaan kan namanya, lagipula kita ini baru saja kenal sebagai mitra"
Sasuke masih dengan tatapan datarnya, dia menyeringai.
"Aku sudah bilang, kau sendiri yang membuatku mengajukan syarat itu Naruto" Naruto menatap Sasuke tak mengerti, apa maksud pemuda itu.
"Pandangan matamu, lekukan wajahmu, suara dari bibir manismu dan setiap kata per kata yang kau ucapkan. Itu semua yang membuatku jadi seperti ini" Sasuke mengucapkannya tepat ditelinga gadis itu, bisa dibayangkan betapa merahnya wajah seorang Naruto Namikaze saat ini.
"Kau tidak akan bisa lepas dariku dobe…" suara baritone Sasuke mampu membuat Naruto semakin tenggelam dalam imajinasinya.
Naruto berusaha mendorong dada bidang Sasuke, tapi tetap saja dia kalah kekuatan. Pemuda raven itu menyentuh dagu runcing Naruto memaksa sang spphire menatap lekat ke kedua mata sapphirenya, Naruto tak ingin tenggelam begitu dalam tapi dia terlanjur menyukai pancaran yang keluar dari sepasang mata Sasuke.
Jarak semakin kecil diantara mereka, hingga tak sadar Naruto memejamkan matanya. Beberapa detik berlalu namun dia tidak merasakan sesuatu menyentuh permukaan bibirnya, dia buka perlahan matanya. Dan Sasuke masih tetap menatapnya dengan pandangan yang sama, pemuda itu sontak mencium dahi Naruto dan beringsut pergi dari sana. Meninggalkan sang korban yang masih shock.
Gadis blonde itu memegang dahinya bekas ciuman sekilas Sasuke, dia menggeleng kuat-kuat. Apa yang sudah dia pikirkan dari tadi, rona merah terlihat disekitar pipi Naruto gara-gara perlakuan Sasuke tadi. Oh lihatlah Sasuke bagaimana tercengangnya Naruto sekarang ini.
"Teme sialan!" Naruto frustasi dan memukul pelan dinding disampingnya, gara-gara perlakuan Sasuke tadi, dia jadi semakin dilema antara menerima syarat itu atau tidak.
.
.
.
TBC
A/N : holaa, Hiko kembali di fandom yang berbeda yaitu fandom SasuFemNaru. Hehehe salam kenal untuk para fans SasuNaru ataupun SasuFemNaru, Hiko akhirnya bisa mempublish story di fandom ini. Sebelumnya Hiko selalu membaca-baca banyak sekali fic sasunaru yang dibuat oleh author berbakat, jadi berkat dorongan dan ajakan dari teman Hiko yang juga pecinta SasuNaru akhirnya Hiko berani membuat cerita dan mempublishnya disini ^^ maklum Hiko ini author newbie . jadi mohon bimbingannya senpai-senpai sekalian.
Sebelumnya author ingin memohon maaf kalau ceritanya jelek, aneh, tidak jelas, dan masih jauh dari kata bagus. Author juga merasa kalau karakter Sasuke maupun Naruto disini OOC sekali *pundung* dan mungkin juga terlihat begitu monoton, insyaallah chap depan author akan perbagus lagi. Senang rasanya bisa mempublish cerita di fandom baru yaitu SasuFemNaru :D
Baiklah segitu saja mungkin ceramah tidak jelas dari Hiko, semoga kedepannya Hiko bisa membuat cerita lain di fandom ini. Permintaan terakhir silahkan review di bawah, satu review kalian begitu berarti untuk Hiko ^^
Hiko akan terima semua review kalian baik itu berupa saran, kritik, ide dan sebagainya Hiko dgn senang hati menerimnya selagi bisa membangun
Yosh baiklah, sampai jumpa lagi di next chapter. Arigato gozaimasu^^