Hello, Shooting Star chap 10
Rated M/Mpreg/HunHan
.
.
.
Sehun menatap gugup ke arah luhan yang kini telah menggunakan sweater abu-abu miliknya yang sepertinya agak kebesaran di tubuh luhan. Sedari tadi luhan hanya diam di balik selimut tipis milik sehun sambil menundukkan kepalanya. Sebenarnya sehun khawatir lantaran wajah luhan yang sangat pucat.
Luhan mendongakkan kepalanya dan menatap sehun sedikit gugup "sehun!"pekiknya.
Sehun terkejut dan menatap luhan gugup "y-ya? A-apa kau menginginkan sesuatu?"tanya sehun gugup.
Luhan menundukkan kepalanya lalu mengangguk.
Sehun berdehem pelan berusaha mengatur detak jantungnya "apa itu? Teh? Kopi mungkin? Tapi aku hanya punya teh dan kopi instan"ucap sehun sambil tersenyum getir.
"T-teh saja"jawab luhan terbata.
"Hum tunggu sebentar"
"Aku ikut"ujar luhan seraya berdiri menatap sehun. Sehun menelan ludah melihat pemandangan rusa manis yang errr dengan dada yang sedikit terekspos dengan baju kebesaran itu, di tambah lehernya serta pahanya yang begitu putih dan bersih itu.
Sehun menatap luhan gugup "k-kau disini saja" sehun menatap luhan sedikit memelas, ia bisa gila jika luhan berada di sekitarnya dengan baju seperti itu. Ia tidak mau menakuti luhan.
Merasa mengerti dengan tatapan sehun, luhan menatap tubuhnya sendiri. Bayangan dimana sehun memperkosanya mengelilingi kepalanya, traumanya masih belum sembuh. Tubuhnya sedikit bergetar, dan ia mulai berkeringat. Namun ia menahannya, meski ia sekarang merasa cemas, ia ingin melakukannya.
Luhan menundukkan kepalanya "ayo melakukannya"
Sehun mengerutkan keningnya dan menatap luhan bingung "apa?"
Luhan mulai memainkan jarinya gugup "sex, k-kau barusan memikirkannya kan? Ayo melakukannya"
Sehun terperangah menatap luhan tak percaya "a-apa maksudmu?"
Luhan menghela nafasnya, ia melangkah mendekati sehun lalu berjinjit dan melumat bibir sehun, meski sehun tidak sama sekali membalasnya dan masih menatap luhan tak percaya bercampur bingung.
Luhan menyudahi ciumannya dan menatap sehun dengan mata berkaca-kaca "maaf, maafkan aku. Tidak perduli seberapa otakku membencimu, tapi hatiku tetap mengatakan aku ingin bersamamu hiks"luhan mulai terisak.
"Aku... ingin bersamamu selamanya. Aku... mencintaimu sehun"ujarnya serak.
Sehun menatap luhan haru dan senang. Ia tersenyum tipis lalu menarik luhan dalam pelukannya kemudian mengangkat kaki luhan dan membuat kaki itu melingkar di pinggangnya. Luhan mengalungkan tangannya di leher sehun dan menatap sehun sedikit terkejut.
Sehun tersenyum dan mengecup kedua kelopak mata luhan "aku juga mencintaimu, setelah aku mengecapmu mungkin susah bagiku untuk berhenti, jadi jangan menyuruhku untuk berhenti. Mengerti?"tanya sehun lembut.
Luhan tersenyum manis, pertama kalinya setelah sekian lama ia tersenyum seperti itu, lalu ia mengangguk percaya pada sehun. Sehun mulai meraup bibir luhan dan melumatnya dengan sedikit kasar menyalurkan rasa rindunya akan tubuh ini, luhan dengan senang hati melayani bibir itu dan membukakan bibirnya, lidah sehun mulai bermain dalam mulut luhan, tangannya mulai meremas bokong luhan.
"Mmhph"desah luhan tertahan.
Sehun mulai membaringkan luhan di atas tempat tidur dengan lembut, sementara lidahnya masih mengajak lidah luhan untuk bermain, sesekali ia menyesap liur luhan yang terasa manis baginya.
Sehun melepas tautan bibir mereka dan menatap luhan yang terlihat pucat dan berkeringat. Sehun menatap luhan khawatir "apa tidak apa-apa? Kau demam dan trauma-mu masih belum sembuh kan?"tanya sehun lembut.
Luhan tersenyum dan mengangguk "aku baik-baik saja"
Sehun menatap luhan lirih "maafkan aku atas traumamu"
Luhan mengangguk lalu mengecupi bibir sehun "tidak apa-apa"ujarnya lembut.
Sehun tersenyum dan mulai melucuti pakaian luhan, ia begitu terkejut mendapati begitu banyak bekas luka di tubuh luhan, ia menatap luhan lirih.
"Tidak apa-apa sehun, aku baik-baik saja"
Sehun menghela nafasnya, ia mengecup kening luhan, kemudian mata, hidung,terakhir bibirnya dan mulai melumatinya kembali disana. Rasa manis dari bibir itu sungguh ingin membuatnya ingin lebih mengecapi tubuh luhan. "Aku mencintaimu"ujar sehun, lalu menciumi leher luhan.
Sehun menggigitnya dan menghisapnya seakan haus darah "ahhh nghh"luhan merasa akan gila, ia menyukai setiap sentuhan dari sehun yang seakan menggelitik perutnya, terasa nikmat meski tubuhnya berkeringat karena rasa cemas yang tak tertahankan.
Luhan menjejangkan lehernya memberi wilayah yang lebih luas untuk sehun. Dengan senang hati sehun mengecapi setiap jengkal leher luhan.
"Ahhh nghhh"sehun mulai beralih menghisapi nipple pink milik luhan, tangannya mulai memelintir nipple kiri luhan sedang bibirnya masih setiap mengecapi nipple kanan luhan dan tak lupa memainkan lidahnya.
"Ahh nghhs sehunnieh"racaunya, ia merasa menggila.
Sehun mengecupi perut luhan, lalu turun hingga ke junior luhan. Ia mulai meremas milik luhan membuat luhan mendesah hebat "ahhh nghh ahhh sehunniehhh"
Sehun meremas-remas junor luhan dan mulai menjilati hole merah jambu milik luhan itu.
"Aahh ngaahh sehunhhh"desahan luhan yang memanggil namanya secara erotis sungguh membuat libido sehun semakin naik dan ia bertambah menggila.
Ia menusukkan lidahnya pada hole luhan, dan memainkan lidahnya. Tangannya mulai mengocok-ngocok junior luhan.
"Ahhh ahh ngaah"luhan meremas sprei dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Bayangan pemerkosaan itu kembali membuatnya cemas, air mata mengalir dari ekor matanya, namun ia menahannya, demi sehun.
Sehun membuka celanya dan mulai mengocok penisnya yang sudah mengeras "ahhh"desahnya.
"Kau siap?"tanyanya pada luhan sedikit khawatir.
Luhan tersenyum dan mengangguk "aku siap"
Sehun tersenyum kemudian mengecup kening luhan begitu lembut, disaat itu juga ia melesakkan penisnya kedalam hole luhan. "Akhhhhh"luhan memekik kaget, air mata mengalir begitu saja.
Sehun memasukkan juniornya semakin dalam hingga mencapai dasarnya. "Ahh lu, kau nikmat"racaunya yang membuat luhan merasa sakit sekaligus malu. Sehun melebarkan paha luhan dan mulai bergerak mundur dan maju.
"Ahhh ahhh sehunnieh"luhan merasa sangat nikmat ketika penis sehun menumbuk-numbuk holenya.
Mendengar desahan luhan memanggil namanya, ia semakin bersemangat. Gerakan genjotannya semakin cepat, ia mendesah merasakan bagaimana hole luhan yang sempit itu memijat-mijat penisnya di dalam.
"Ahh ahhh ahh sehunhh lebih cepathh"desah luhan tak sabar, semua ini terasa begitu nikmat
Sehun semakin mempercepat gerakannya "ahh ahh ahh" sehun semakin menggila mendengar desahan erotis luhan.
"Ahh luhanhhh aku..."
"Ahhh sehunnieh"luhan merasakan penis sehun yang semakin membesar di dalam holenya, luhan juga merasakan akan ada sesuatu yang keluar dari juniornya.
"Sehunniehh akuhh akuhh"
"Bersama sayanghh"ucap sehun di tengah desahannya, ia memeluk tubuh luhan, dan mengakhiri semuanya dengan satu hentakan keras. Dan sehun kembali menyemprotkan spermanya dalam hole luhan.
"Hangat"ujar luhan dengan nafasnya yang terengah-engah.
Sehun tersenyum memeluk luhan, ia menaikkan selimut lalu menutupi tubuh luhan dan tubuhnya. "Sehunnieh"panggil luhan merasa tak nyaman lantaran sehun masih belum mencabut penisnya dari hole luhan.
Sehun memeluk luhan semakin erat "biarkan dia disana, dia merindukan tempat itu. Sekarang ayo tidur"
"Dulu kau punya tempat tidur besar yang banyak, sekarang tempat tidurmu sekecil ini?"cibir luhan.
Sehun menatap luhan gemas "hey aku ini miskin sekarang. Tidur sebelum aku menggerakkan penisku lagi"ancam sehun sambil menyeringai.
Luhan mengerucutkan bibirnya "baik-baik aku tidur"
Sehun mengecupi bibir luhan dengan gemas "aku mencintaimu"
Luhan mengulum senyumnya dan menatap sehun "aku juga mencintaimu"ia lalu memeluk sehun.
Kemudian, mereka tertidur.
.
.
.
"Lu, kau harus pulang. Si park chanyeol itu akan membunuhmu kalau kau tidak pulang"ujar sehun sambil sibuk memotong beberapa bahan untuk membuat makan siang.
"Tidak mau!"teriak luhan sambil mengeratkan pelukannya pada sehun.
Sehun membalikkan badannya dan menatap luhan yang sedang cemberut seperti kecil. Ia terkekeh melihat luhan yang terus menempel padanya dan tidak pulang selama 2 hari ini.
"Hari ini kau harus pulang"tegas sehun, sebenarnya sehun menginginkan luhan untuk tinggal disana, tapi tentu saja ia harus bekerja dan terpaksa meninggalkan luhan seharian di flatnya yang kecil dan kumuh.
Luhan hanya diam sambil mengerucutkan bibirnya, jemarinya mulai menelusuri wajah sehun yang begitu di kaguminya itu. Ia mengelus bibir sehun dengan jemari mungilnya, sehun tersenyum lalu mengecup jemari itu.
Luhan terkekeh membuat sehun gemas. Ia mengangkat tubuh luhan dan melingkarkan kaki luhan di pinggangnya lalu mengecup bibir rusa manis itu dengan gemas. "Sekarang bayi rusa ini harus benar-benar pulang"tegas sehun.
Luhan kembali cemberut dan menggeleng lalu memeluk sehun dengan erat. "Kalau kau pulang sekarang, besok aku akan membawamu berkencan. Bagaimana?"
Luhan melepas pelukannya dan menatap sehun berbinar "benar? Janji?"
Sehun tersenyum dan mengangguk "lalu setelah berkencan, aku akan mencumbu seperti kemarin"ujar sehun sambil terkekeh.
"Mesum"cibir luhan.
Sehun menurunkan tubuh luhan lalu memeluknya dengan erat "maafkan aku karena dulu..."
Luhan memotong perkataan sehun "aku sudah memaafkanmu"ujarnya sambil tersenyum dan membalas pelukan sehun.
"Aku mencintaimu"
"Aku juga mencintaimu oh sehun"balas luhan.
Sehun segera melepaskan pelukannya "walaupun suasananya sedang bagus bukan berarti aku melupakan untuk memulangkanmu"kekeh sehun lalu melangkah mengambil jaketnya untuk luhan, sedangkan luhan hanya diam sambil cemberut.
"Masuklah" kini keduanya sudah berada di depan kediaman tuan cho dan luhan sendiri.
Luhan masih cemberut sambil terus menggenggam tangan sehun.
"Kita akan bertemu lagi besok, aku janji"ujar sehun sambil tersenyum lembut.
Luhan mengangguk lalu mengecup bibir sehun sekilas, dan dengan wajah tak ikhlasnya dia melepaskan tangan sehun.
Sehun menatap kepergian luhan yang kini sudah masuk ke dalam. Ia menghela nafasnya, sebenarnya berada di sekitar luhan membuat jantungnya berdegup kencang, dan ia sudah merasa tidak sabar untuk kecan pertama mereka besok.
.
.
.
Luhan menatap gugup dirinya yang kini sudah di baluti celana jeans dan kemeja putih dipadu dengan sweater coklat bergambar rusa. Rencana kencannya dengan sehun hari ini membuat jantungnya berdebar tidak biasa dan ia merasa gugup.
"Ya! Kalau sudah selesai kencannya langsung pulang, jangan melakukan apapun!"teriak chanyeol dari belakang.
Luhan berdecak kesal sambil menatap chanyeol yang sedari tadi memperingatkan luhan. Mungkin karena ia terlalu khawatir, apalagi kemarin luhan tak pulang dua hari, di tambah hari ini luhan pergi tanpa ia temani "ck, ini bukan pertama kalinya aku pergi tanpamu park chanyeol.
Chanyeol menghela nafasnya "baekhyun akan membunuhku jika terjadi sesuatu padamu"
"Ck, sekarang alasanmu sudah berubah karena baekhyun. Dulu mungkin karena kau menyukaiku, aku sedikit kecewa"canda luhan dengan wajah datar.
Mata chanyeol terbelalak, ia menatap luhan terperangah "k-kau tau?"tanyanya.
"Siapa yang tidak akan tau jika sikapmu dulu itu terlalu kentara."
Chanyeol nyengir sambil menggaruk tengkuknya. "Yang penting sekarang kau harus menjaga baekhyun"
"Tentu saja, aku kan kekasihnya!"tegas chanyeol.
"Ck, menjijikan"cibir luhan sambil menatap chanyeol sinis.
"Mana yang lebih menjijikan ketika kau mengerucutkan bibirmu dan menatap sehun dengan memelas?"tanya chanyeol sekaligus menyindir.
"Ya! Kau mengawasiku huh?!"teriak luhan keluar ruangan dan dengan sengaja menabrak bahu chanyeol.
"Sudahlah, aku pergi!"teriak luhan lagi.
Chanyeol menatap punggung luhan sembari terkekeh dan merasa lega karena luhan kini lebih banyak bicara di banding dulu. Dan kini juga ia lebih banyak tersenyum.
"Berbahagialah"ucapnya pelan
Luhan tersenyum sambil berlari ke arah sehun yang sudah menunggu di depan rumah. Sehun balas tersenyum sambil melambaikan tangannya.
Ia menggenggam tangan luhan, dan menarik pinggangnya agar berdiri lebih dekat "bagaimana kabar bayi rusaku hari ini"
Pipi luhan memerah dalam seketika "b-baik saja"
Sehun terkekeh lalu mengecup bibir luhan, sedikit melumat sebenarnya. "Maaf tidak menjemputmu dengan mobil mewah"canda sehun, namun hal itu sepertinya sedikit membuat luhan merasa bersalah.
"Ahh lu ini bukan salahmu, mengerti?"ucap sehun lembut sambil menciumi pipi luhan.
Luhan mengangguk, meskipun begitu ia masih merasa bersalah. Sehun tersenyum sambil mendekap luhan. Keduanya memilih menaiki bus dan pergi ke sebuah restoran seafood sederhana, dimana kita bisa memilih sendiri hewan laut yang akan dimakan di pasar yang terletak di belakang restoran.
Luhan dengan semangat anak kecilnya memilih nakji, lobster dan beberapa kerang. Setelah membayar, keduanya segera menuju restoran tadi.
Tak lama nakji, lobster dan kerang tadi sudah di olah menjadi masakan yang membuat mereka akan menelan ludah untuk sekedar melihatnya saja. Luhan terkekeh sambil memakan nakji yang masih bergerak di temani saus khusus agar membuat rasa nakji tadi semakin nikmat.
"Ini pertama kalinya aku memakan nakji, sungguh ini sangat enak!"teriak luhan kegirangan, sedangkan sehun hanya terkekeh.
"Ada banyak makanan yang lebih enak dari ini"kekeh sehun.
Luhan menggeleng "tidak sebanding dengan coklat yang kau berikan waktu itu, sungguh waktu aku memasukan coklat itu ke dalam mulutku, teksturnya yang lembut dan meleleh dalam lidahku sungguh membuatku menggila!"ujar luhan antusias.
Sehun menghentikan pergerakan sumpitnya, kenangan saat itu sungguh membuat hatinya teriris. Luhan menatap sehun lirih, bahkan di hari kencan mereka sehun hanya memakai kaus bekas dan jaket hijau lumut yang sudah robek dimana-mana.
"Sehun... apa kau mau... perusahaanmu kembali? Aku bisa melakukannya"ujar luhan pelan.
Mata sehun terbelalak, ia menatap luhan penuh amarah "dengan cara apa? Mengembalikan perusahaan ke tanganku sama saja dengan kau menyerahkan dirimu atas pencemaran nama baik dan pemalsuan data perusahaan"
Luhan merasa sakit dan delima saat ini. Ia memilih tak menatap sehun "tapi... sungguh.. melihatmu seperti ini..."
"Sudah kubilang itu bukan salahmu! Jadi aku mohon! Aku akan bekerja keras dan menjadi pria yang pantas untuk berdiri di sampingmu!"bentak sehun, matanya berkaca-kaca menahan tangis.
"Bagaimana?! Bagaimana caranya?! Semua perusahaan telah mem-blacklistmu"lirih luhan.
"Ada cara lain selain itu! Aku mohon jangan melakukan sesuatu sesukamu!"lirih sehun.
"Tidakkah kau tau, cara hidupmu yang sekarang sungguh menyakitiku! Sakit disini"teriak luhan, sambil menunjuk dadanya, air mata mulai mengaliri pipinya. "Aku... ingin hidup bersamamu tanpa rasa bersalah, tanpa ada ingatan dimana aku telah merampas sesuatu darimu"ujar luhan pelan. Ia mengusap air matanya dan berlari keluar dari restoran.
Sehun menundukkan kepalanya, nafsu makannya hilang begitu saja. "Kau tau aku menginginkanmu lebih dari siapapun"lirihnya pelan, setitik air mata jatuh dari pelupuk matanya.
.
.
.
"Lu... luhan buka pintunya. Kau harus makan"ujar chanyeol terdengar frustasi sambil mengetuk-ngetuk pintu.
Luhan duduk diam di samping tempat tidurnya di temani kegelapan. Sudah dua hari ia duduk termenung di sana seakan tak ada habisnya.
"Lu, jika kau tidak membuka pintu ini. Aku terpaksa menggunakan kunci cadangan"ucap chanyeol, namun tak ada respon sama sekali.
Luhan menghela nafasnya, dan mulai bangkit dari duduknya. Ia melangkah dan membukakan pintunya untuk chanyeol yang baru saja akan memasukan kunci cadangan pada pintu kamar luhan. "Dasar cerewet"ujar luhan datar lalu masuk kembali ke kamarnya.
Chanyeol menghela nafas lalu menaruh nampan makanan di atas nakas samping tempat tidurnya kemudian menghidupkan lampu. "Sekertaris cha tadi menitipkan ini padaku di kantor"ujar chanyeol sembari menyerahkan sebuah amplop.
Luhan menatap malas ke arah amplop itu "buka dan tanda tangani"ujar luhan terdengar malas.
"Tapi..."
"Buka terlebih dahulu bodoh, baru kau boleh berbicara"kesal luhan
Chanyeol menuruti luhan dan membuka amplop itu lalu mulai membaca berkas yang terdapat disana. Matanya terbelalak dalam seketetika "luhan ini..."
"Ya.. ya.. aku menunjukmu sebagai CEO"jawab luhan santai.
"A-apa?! Luhan! Bagaimana bisa kau melakukan ini tanpa bilang padaku terlebih dahulu?!"teriak chanyeol.
"Sudahlah, ayahku juga sudah setuju. Dan aku memutuskan untuk hidup bersama sehun."
FLASHBACK
Luhan yang baru kembali dari kencannya kini duduk di hadapan ayahnya dan menatapnya serius.
"Kau benar-benar menginginkan ini?"tanya tuan cho sambil menatap putra kesayangannya itu.
"Setidaknya... aku ingin bahagia satu kali aja di hidupku ayah. Kau tau, aku tak pernah merasa bahagia sebelumnya..."ujar luhan lemah.
"Lalu, kau akan menunjuk siapa untuk menjadi pewaris ?"tanya tuan cho.
Luhan menatap mata ayahnya dengan yakin "park chanyeol"
Tuan cho hanya diam dengan tampang datar, ia tau anaknya itu akan menunjuk chanyeol. Lagi pula satu-satunya orang yang di percayai luhan maupun tuan cho sendiri hanyalah chanyeol.
"Aku percaya pada chanyeol ayah, aku yakin dia.."
"Aku tau"potong tuan cho "aku juga percaya padanya. Baiklah, lalu bagaimana denganmu dan sehun?"
Luhan tersenyum "mungkin... membuka kebun strobery? Kkk aku akan sering berkunjung, ayah tidak perlu khawatir"ujarnya lembut
"Aku juga ingin minta tolong padamu"lanjut luhan.
"Silahkan, apapun itu aku akan mengabulkannya untuk putraku ini"
FLASHBACK OFF
"aku ingin bahagia satu kali saja, chanyeol-ah"lirih luhan sambil menatap chanyeol berkaca-kaca.
chanyeol menghela nafasnya, ia menggenggam tangan luhan dan menatapnya "kau yakin dengan ini? Lalu bagaimana denganmu dan sehun?"
Luhan tersenyum "menikah dan membuka kebun strobery"ucapnya sambil terkekeh.
Chanyeol tertawa kecil "jika kau kesusahan, minta tolong padaku dan baekhyun, ok?"
Luhan tersenyum, ia bangkit dari duduknya. Dan kemudian ia mengambil tiga buah koper yang ia tenteng.
"Bisakah kau nanti mengirim baju-bajuku?"tanya luhan.
"Eh? Kau mau kemana?"tanya chanyeol seraya mengerutkan kening.
"Pindah ke rumah sehun, tentu saja"jawabnya tenang
.
.
.
'Tok tok tok'
Sehun melangkah malas, ia yakin itu adalah ajhumma pemilik flat menagih bayaran, lantaran sehun sudah telat membayar sewa.
"Tunggu sebentar"ujarnya malas, ia membuka pintu dan menemukan luhan tersenyum lebar sambil menenteng tiga buah koper yang terlihat berat.
"Luhan?!"pekik sehun, dua hari luhan tak muncul di hadapannya, sungguh membuatnya gila karena merindukannya.
Luhan masuk tanpa mengatakan apapun, ia menaruh tiga buah koper tadi sembarangan tempat, lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sehun. "Ahh ya ampun koper-koper itu berat sekali"keluh luhan sambil menepuk-nepuki bahunya.
"Apa ini?"tanya sehun mengernyit sambil menatap koper-koper tadi.
"Buka saja sendiri, kodenya ulang tahunmu"jawab luhan.
Sehun memasukkan kode, dan terkejut mendapati tumpukan uang tersusun rapi dalam koper tersebut.
"A-apa ini?"tanya sehun bingung.
"Berkat pertolongan ayahku..."
"Aku tidak butuh uangmu xi luhan!"teriak sehun
"Ahh tidak sehun dengarkan aku dulu..."
"Aku akan bekerja keras jadi aku mohon tunggu aku! Aku sungguh tidak butuh uangmu!"bentak sehun.
'Plakk' sehun terperangah, ia sungguh tak percaya luhan baru saja menamparnya.
Luhan menundukkan kepalanya sambil mengepalkan tangannya, setitik air mata mengalir di matanya "bodoh, dengarkan aku dulu baru boleh berbicara. Dan jangan suka menyimpulkan yang tidak-tidak"ujarnya bergetar.
Sehun terdiam menatap luhan. Luhan mendongak menatap sehun "ini semua uangmu bodoh, hasil penjualan sisa sahammu di perusahaan. Dasar bodoh! Hiks oh sehun bodoh"isaknya.
Sehun menatap luhan tak percaya. Luhan melakukan semua ini untuknya. "Hiks bodoh, aku bahkan melepaskan gelar tuan mudaku untukmu."
"A-apa maksudmu xi luhan?"sehun menatap luhan sedikit marah, ia menarik bahu luhan dan menatapnya lebih dekat.
"Aku memberikan semua kekuasaanku pada chanyeol, karena aku... setidaknya aku ingin bahagia satu kali saja dalam hidupku. Aku... tidak butuh kesengsaraan lagi oh sehun... aku ingin hidup tenang dimana tidak ada sesuatu di hatiku yang menggangguku. Dan bahagiaku adalah bersamamu..."ujar luhan sambil menangis.
Sehun merasa tertohok, air matanya mengalir dari pelupuk matanya "luhan..."panggilnya lirih.
"Jadi... bisakah kita pergi dari sini, hidup bahagia dan mungkin membuka kebun strobery? Aku suka strobery"ucap luhan parau sambil menghapus air matanya.
Sehun tersenyum dan menatap luhan lembut, lalu memeluknya dengan erat.
"Humm, ayo membuka kebun strobery"jawab sehun.
"Aku mencintaimu"
"Aku juga mencintaimu xi luhan"
TBC/END
mau sampe sini atau satu part lagi?:D
Apakah ada disini yang main rp line?bbm?