Hello, Shooting Star
Rated M/Hunhan
Namaku luhan
Aku seorang anjing
.
.
.
Seorang anak bertubuh kurus tengah berjalan-jalan menikmati bagian barat rumahnya yang begitu luas. Ia sebenarnya sedang dalam acara kabur dari para pelayannya yang membuatnya risih. Mereka selalu memanggilnya tuan muda, dan selalu khawatir tentang dirinya, karena memang anak bernama Oh sehun putra dari seorang pengusaha besar itu memiliki fisik yang lemah dan sering jatuh sakit, karena itulah sang ibu dan ayah memerintahkan para pelayan untuk selalu mengikuti sehun, takut sewaktu-waktu sehun akan pingsan.
Sehun pun terkadang merutuki dirinya sendiri. Mengapa ia begitu lemah? Ia bertekad untuk tumbuh menjadi seorang pria tampan, dan kuat. Ia sangat menginginkan tubuh yang kuat, untuk melindungi orang yang ia sayangi, terutama sang bunda.
Ia masih berjalan-jalan menikmati rerumputan hijau taman rumahnya dengan tampang sok dewasanya, ia melangkah mendekati sebuah pintu kecil yang cukup tersembunyi, di dekat tembok pagar, ia belum melihat pintu itu sebelumnya, dan lagipula kalau di ingat-ingat ia tidak pernah ke halaman barat rumahnya karena entah mengapa ayahnya selalu melarangnya. Ia dan tubuh kurusnya kini sudah berdiri tegak di depan pintu tua kecil itu, lalu tangan mungilnya tergerak membuka pintu coklat pudar itu.
'Kriit' suara khas pintu tua terdengar pelan, sehun memasuki ruang gelap yang sedikit berdebu itu, lalu menghidupkan lampu meski harus beberapa kali melompat karena tubuhnya yang pendek. Mata onyxnya kini membulat mendapati seorang anak laki-laki mungil bahkan lebih mungil darinya terduduk lunglai dalam sebuah kandang.
Wajah dan tubuhnya kotor, bajunya juga terlihat sangat kumuh, bau menyengat darinya juga membuat sehun sedikit mengernyit. Ada sebuah mangkuk makanan anjing yang terletak di ujung kandang.
Sehun bertambah bingung 'dia manusia, lalu mengapa di perlakukan seperti anjing?' Batin sehun anak laki-laki dalam kandang itu hanya menatap nyalang ke arah sehun.
Sehun mencoba tenang, lalu melangkah pelan ke arah anak laki-laki yang kelihatannya sedikit lebih tua darinya lalu tersenyum lembut. Tatapan anak laki-laki tersebut ikut melembut, dan ikut bergerak mendekati sehun dari dalam kandangnya.
"Kau bisa bicara? Siapa namamu?"sehun bertanya.
Anak laki-laki menundukkan kepalanya, sehun ikut melihat kearah tatapan anak laki-laki itu, terlihat sebuah kalung indah yang tergantung di lehernya 'Luhan'
"Luhan? Namamu luhan? Manis sekali"sehun tersenyum, menatap mata coklat hazel rusa luhan yang begitu indah.
"Matamu juga indah"ujarnya tanpa sadar, meski wajahnya sangatlah kotor, tapi tidak bisa di pungkiri kalau sehun jatuh dalam mata indah itu.
Disana luhan ikut tersenyum, untuk pertama kalinya sejak ia di lahirkan, itu pertama kalinya ia tersenyum.
"Ahh kau mau coklat?"tanya sehun, kemudian mengeluarkan sebatang coklat dari saku celananya, lalu menyuapkannya pada luhan. Sehun sempat meringis karena luhan menggigit jarinya, anak itu benar-benar makan seperti anjing. Tapi kemudian ia terkekeh senang melihat luhan berbinar setelah makan satu coklat itu.
"Besok, aku akan kembali dan membawakanmu makanan manis lainnya, aku berjanji"sehun segera berlari keluar sambil tersenyum senang. Ada sedikit rasa kecewa yang terselip di mata luhan, mata onyx sehun entah bagaimana rasanya menenangkan dadanya.
tapi sehun berjanji kan? Maka ia akan selalu menunggu.
.
.
.
Sehun menutup pintu dan terkejut mendapati tatapan nyalang ayahnya. Sehun meneguk ludahnya kasar, matanya berkaca-kaca, ia sangat tahu bagaimana jika ayahnya marah.
"Tuan Jang, kirim anak ini sekarang ke pulau morado. Awasi dia sampai saat nanti waktunya dia menjadi pewaris tunggal OH corp."
"Tidak, ayah! Aku tidak mau! Aku mau bertemu luhan setiap hari!"teriak sehun sambil menangis
Mata ayahnya membesar, anak ini bahkan sudah mengetahui nama anak dalam kandang itu.
"Tuan Jang, sekarang!"teriak ayahnya.
Beberapa pelayan segera datang setelah di beri tanda oleh asisten Jang untuk segera memasuki sehun dalam mobil, Sehun menangis kencang memanggil manggil nama luhan, dan semenjak hari itu, sehun resmi pindah ke sebuah pulau lkecil di dekat pulau jeju.
.
.
.
12 years later
"Ahh sial aku terlambat" sehun berdecak kesal mendapati jam sudah menunjukkan angka 6.30, tidak seperti saat ia kecil di seoul yang ketika berangkat sekolah menggunakan sebuah limosin mewah, sekarang ia harus menggunakan sepedanya dari rumah menuju ke pelabuhan terdekat kemudian menaiki sebuah kapal sederhana untuk sampai ke sekolahnya di pulau sebelah, yaitu pulau jeju.
Sehun sampai ke pelabuhan dengan tersengal-sengal.
"Sehun-a kau terlambat terus!"kesal seorang nelayan tua yang bertugas mengendalikan kapal sederhana itu.
"Lihat teman-temanmu sudah menunggu"lanjut nelayan tersebut sambil menggedikkan dagunya ke arah beberapa siswa yang sepertinya akan ikut berangkat ke sekolah di pulau sebelah.
"Maaf paman, aku telat bangun lagi"ujar sehun santai sambil menununjukkan senyum mautnya, lalu naik ke kapal.
"Hari ini hari kelulusanmu kan? Kudengar nilaimu paling tertinggi di korea selatan?"tanya paman nelayan.
Sehun menggaruk-garuk tengkuknya sambil menyengir ria.
"Kau ini, tampan, populer, dan pintar. Bisa saja mereka membuangmu"ujar paman nelayan.
Sehun mendengus, matanya sedikit meredup, ia tersenyum getir ke arah paman nelayan "tidak paman, orang tuaku tidak membuangku, aku yakin suatu hari nanti mereka menjemputku"sehun tersenyum pahit.
Semenjak ia dibuang 12 tahun yang lalu, sehun trauma dan ia tiba-tiba saja kehilangan ingatan masa kecilnya. Meskipun semua orang mengatakan bahwa ia di buang, ia meyakinkan dirinya bahwa ia tidak di buang, bahkan walaupun ibunya sendiri pun tidak menghubunginya. Mereka hanya menumpukkan uang mereka saja di rekening sehun. tapi, Sehun hanya memakai uang kiriman dengan seperlunya, sisanya ia melakukan kerja part time dekat sekolahnya setiap sore, lalu kembali ke pelabuhan setiap jam 6 sore, dan sampai di rumah jam 7 malam, kadang jika ia terlalu lelah untuk memasak, ia hanya memakan roti yang di berikan bosnya di tempat kerja paruh waktu, sambil belajar giat.
Siapapun yang melihat keadaan sehun akan mengira anak ini adalah anak yatim piatu yang miskin. Sayangnya mereka salah, ayahnya kini tumbuh menjadi seorang pengusaha terkaya di korea, perusahaan mereka maju begitu pesat hanya dalam beberapa tahun, walaupun terkadang menurut sehun ada yang mengganjal dalam kesuksesan ayahnya, tapi toh dia tidak mau ambil pusing, nantinya dia yang akan memimpin perusahaan.
Sehun bergelung dalam pikirannya sambil menikmati angin laut dengan aromanya yang khas, menerbangkan helai coklat rambutnyall. Tanpa di sadari mereka sudah sampai di pulau jeju, sehun tersenyum senang dan merasa semangat, karena hari ini adalah hari kelulusannya.
Namun senyum manisnya luntur ketika mendapati mobil mobil mewah terparkir di pelabuhan, beberapa orang berpakaian hitam terlihat berdiri tegak menunggu seseorang. Sehun merasa bingung, orang-orang ini terlalu mencolok. Pikirnya, namun dia tak mau ambil pikir panjang, ia melanjutkan langkahnya namun beberapa bagian dari orang-orang mencolok tadi terlihat menahannya.
Sehun mengernyit "ada apa?"tanyanya tak suka.
"Apa anda Oh Sehun?"
"Ya, lalu?"
"Ahh tuan muda, kami menjemput anda"
Mata sehun berbinar, mereka terlihat berbincang sesaat, tak berapa lama wajah sehun yang terlihat bahagia, kini Mengeras dan menjadi begitu datar, air matanya mengalir membasahi pipinya, lalu dengan langkah tegas ia memasuki salah satu mobil.
.
.
.
"Orang tua anda meninggal dalam sebuah pembunuhan"
Itu adalah kata-kata yang sehun dengar sebulan yang lalu. Dalam sebulan sikap sehun yang tipikal anak desa yang hangat berubah drastis. Matanya yang hangat dan penuh keceriaan kini meredup menjadi gelap, mata dan bibirnya yang selalu tersenyum kini tergantikan oleh satu garis datar. Tak ada lagi sehun yang hangat, kini hanya ada sehun yang seperti es, dan kini dialah pemimpin perusahaan OH.
"Tuan oh sehun, kami mendapatkan pembunuhnya. Bagaimana? apa harus di laporkan?"
Sehun menatap tajam ke arah asisten ayahnya yang kini menjadi asistennya, asisten Kim.
"Jangan, aku ingin menemuinya"ujar sehun datar, asisten kim mengangguk.
Tak lama seorang pria mungil bertubuh kumal dan berbau menyengat, masuk dengan tangan dan kakinya di rantai.
Sehun mengernyit meminta penjelasan pada asisten kim dengan dandanan aneh pembunuh ini.
Asisten kim membenarkan kacamatanya "sepertinya dia di latih sejak kecil untuk menjadi seekor anjing pembunuh"
"Anjing?"tanya sehun pelan.
Asisten kim mengangguk "ia hidup seperti anjing sejak kecil dan di latih untuk membunuh siapapun yang tuan-nya inginkan"
Sehun menatap datar "lalu dimana tuan-nya? Bukankah ia harus di hukum juga?"
"Maaf kami belum bisa melacaknya sampai sekarang"asistem kim menundukkan kepalanya.
Sehun beralih menatap tajam ke arah 'benda' menjijikan di hadapannya, tanpa peduli dengan bau menyengatnya sehun mendekati pria di hadapannya, lalu berusaha mengangkat dagunya, namun jarinya di gigit oleh pria kumal tersebut membuat beberapa bodyguard maju beberapa langkah, namun terhenti ketika sehun mengangkat tangannya.
Sehun semakin menatap tajam ke arah pria kumal yang masih menundukkan kepalanya, lalu mengangkat paksa dagu pria mungil itu, dan menemukan sepasang mata rusa yang indah. Tak peduli betapa kumal dirinya, mata itu tetaplah sangat indah menurut sehun. Sehun merasa pernah melihat mata itu di suatu tempat.
Pria mungil itu tersenyum tipis, matanya berair, lalu setetes air mata keluar dari ekor matanya.
Anak yang di tunggunya kembali, anak dengan mata elang itu.
Meskipun berusaha mengingatnya, sehun masih tak bisa ingat karena ia juga kehilangan ingatan masa kecilnya yang di sebabkan oleh trauma dan depresi ketika di buang ayahnya.
Tapi sehun merasa tertarik dengan rusa di hadapannya ini.
Ia memiringkan kepalanya melihat kalung bertuliskan 'luhan' tergantung di lehernya, lalu menaikkan satu sudut bibirnya, kemudian menaruh satu jari di kening luhan dan mendorongnya, membuat tubuh mungil luhan terdorong ke lantai.
Dengan emosi sehun menginjak-nginjak luhan, memukulnya dengan geram, menghempas-hempaskan kepala luhan ke lantai dan seterusnya. Luhan menitikkan air mata, anak yang di tunggunya, kemana? Benarkah ini dia? Lalu mengapa ia bersikap seperti ini?
Kepala, hidung dan bibir luhan berdarah, luka lebam dimana-mana. Sehun tersenyum setan, lalu menekan luka di kepala luhan membuat pria mungil itu meringis tertahan "sakit?! Sakit?! Lalu bagaimana menurutmu orang tuaku yang kau bunuh dengan sadis brengsek!"teriak sehun, dan satu pukulan kembali mendarat di perut luhan.
Sehun lalu menarik rambut luhan yang begitu kumah dan kotor, dengan nada jijik sehun berkata "ini baru saja pemanasan bodoh"ujarnya.
"Bersihkan tubuh anjing ini, kurung dia di ruangan timur"
Asistem kim mengangguk lalu memberi tanda kepada beberapa pelayan.
.
.
.
"Hentikan! Kau harus di mandikan!
Luhan meronta- ronta di mandikan para pelayan, karena ia merasa tidak nyaman dengan air. Pelayan-pelayan itu terlihat kewalahan karena harus menggosok tubuh luhan yang nodanya sudah sangat lengket, anak itu benar-benar tidak pernah mandi seumur hidupnya.
Setelah dimandikan luhan di pakaikan kaos v neck berwarna hijau tosca, dan celana putih pendek selutut, membuat kaki mungil, leher dan sedikit dadanya yang tadi terlihat hitam dan kumal kini terekspos jelas menunjukkan kulit asli putih susunya serta rambutnya kini yang terlihat bersih rapi dan warna coklat madunya menjadi begitu jelas. Belum lagi bulu mata lentiknya yang terlihat seperti seorang wanita, di tambah bibir mungilnya yang begitu menggoda.
Setelah luhan siap, ia langsung di rantai oleh beberapa bodyguard. Beberapa pelayan terlihat kecewa setelah mengagumi ketampanan sekaligus kecantikan pria yang tadi terlihat kumal dan menjijikan itu.
"Tuan, kami akan membawanya ke ruangan timur"para bodyguard itu menarik paksa luhan dengan rantainya.
Sehun terdiam menatap kagum pada luhan yang kini terlihat putih bersih dan emm cantik, belum lagi dengan dada dan lehernya yang terekspos dan err bibirnya yang begitu menggoda. Membuat suatu ide pembalasan dendam terlintas di kepalanya.
"Tidak usah di rantai, bawa saja ke ruangan timur"
.
.
.
Luhan meliuk-liuk tidak nyaman dalam tidurnya, karena ia tidak terbiasa tidur di sebuah tempat tidur, belum lagi rasa sakit dari lebam dan lukanya membuat ia merasa sangat tidak nyaman.
Suara langkah kaki yang beriringan dengan suara pintu yang terbuka lalu tertutup kembali membangunkan luhan, ia bangun dari tidur tidak nyenyaknya dan menatap sehun yang kini berdiri di bawah remang sinar bulan yang menembus masuk melalui jendela ruangan itu.
Lengan baju luhan terlihat jatuh menuruni bahunya, mengekspos setengah dada dan bahunya, membuat sehun menatap luhan dengan lapar.
Luhan tersenyum tipis mendapati sehun ada disana. Sehun kembali berwajah datar, ia berjalan mendekati luhan lalu menampar luhan keras.
"Ingat, kau tersenyum pada siapa. Jangan pernah tersenyum padaku lagi"ujar sehun penuh penekanan sambil menatap nyalang ke arah luhan.
Ia menekan kedua pipi luhan dengan satu tangannya memaksa pria itu menatapnya.
Luhan benci melihatnya, luhan tidak mau melihat mata itu, ia ingin mata elang yang dulu menatapnya hangat dan seakan menjadikan dirinya orang paling istimewa. Tapi kini mata itu sama saja dengan mata orang yang menatap rendah dirinya.
"Kau jangan pernah berharap, bahwa seluruh hidupmu akan di isi oleh senyuman, karena kau sama sekali tidak pantas hidup bahagia, berengsek!"sehun melayangkan tinjunya beberapa kali perut luhan, membuat luhan terbaring dan meringis.
Bajunya tersingkap, menampakkan tubuhnya yang walaupun begitu terdapat banyak lebam, tetap errr sexy menurut sehun.
"Shit, persetan. Aku tidak mau menahan diriku lagi, kau mengerti? Kau anjing, dan sekarang aku tuanmu. Mengerti kau, jalang?"sehun menampar luhan keras, lalu melumat bibir luhan ganas.
Luhan yang tidak tahu menahu tentang sex hanya mengikuti alur permainan bibir sehun. Sehun menghisap, menjilat, kemudian menggigit bibir luhan hingga darah mengalir membuat sang empunya meringis pelan, namun sehun tak memperdulikan itu, ia memaksa lidah luhan untuk melayani lidahnya yang haus untuk bertukar saliva dengan saliva luhan yang terasa manis di lidah sehun.
"Mmhh"yang luhan bisa lakukan hanyalah mendesah.
Tangan sehun sudah masuk ke dalam baju luhan, dan tangan kekarnya itu kini sudah bermain-main di nipple luhan, memelintirnya dan mencubitnya, begitu seterusnya hingga entah sejak kapan, luhan kini sudah naked dengan begitu indah di bawah remang sinar bulan purnama di luar sana.
Sehun berhenti dan memandangi tubuh luhan dengan lapar, mengagumi tubuh itu sebentar, lalu dengan laparnya ia meninggalkan bibir luhan yang sudah bengkak itu dan menggigit leher luhan seakan ia vampir yang sedang haus darah.
"Ahhh nghh"
Ia menggigit leher luhan berulang kali, menghisapnya kuat terus menerus menciptakan bercak-bercak merah tertinggal di kulit putih luhan.
"Hhh nghh ahh"luhan terus mendesah tanpa henti, seumur hidupnya baru kali ini ia mengeluarkan suara, dan rasa nikmat yang menjalar menjamahi tubuhnya. Ia tidak mengerti, ia hanya mengikuti permainan sehun yang membuatnya mabuk akan rasa nikmat dari setiap sentuhan sehun di tubuhnya.
Sehun menggigit nipple luhan dan menghisapnya kuat, tangannya tak ia biar menganggur. Junior luhan yang sudah menegak riang itu di kocoknya cepat, membuat luhan mendesah tak karuan.
"Mmh heunhgg"
Sehun memainkan junior luhan dengan tangannya. Tanpa henti, mengocoknya, meremasnya, dan mencubit twinball yang tergantung itu dengan gemas.
"Hhhh nghhh"luhan terus mendesah tak karuan merasakan setiap nikmat tangan sehun yanh menjamah, mengecup, dan menjilati tubuhnya.
Sehun membuka celananya, menampakkan juniornya yang cukup besar sudah berdiri tegak minta di manjakan. Ia mengocok juniornya sendiri dengam cepat.
"Ahhh nghhh" ia mendesah atas perbuatannya.
Tangan sehun bergerak membuka kaki luhan lebar, memperlihatkan lubang merah muda luhan yang membuat sehun meneguk liurnya.
"Ini pertama kali bagiku, dan sayangnya aku harus melakukan ini pada jalang sepertimu"ujar sehun dingin kemudian mendaratkan pukulan ke wajah luhan, membuat hidung rusa manis itu kembali berdarah.
"Melihat wajahmu membuatku emosi, sayangnya tubuhmu terlalu bagus untuk di anggurkan saja"sehun menaikkkan sudut bibirnya.
"Arghhhh!" Luhan berteriak kaget ketika sehun memasukkan juniornya dalam satu kali hentak tanpa aba-aba.
Rasa nyeri yang teramat, tiba-tiba menjalar di bawah sana.
Luhan menatap sehun yang terlihat merasakan nikmat yang luar biasa di hadapannya. Ia menangis seraya tersenyum kecil.
"Ahh sialan, kau sangat sempit. Ini nikmat kau jalang"sehun terus meracau ketika merasakan sempitnya lubang luhan memijat-mijat juniornya yang kini memaksa minta di manjakan.
Sehun mulai memaju mundurkan bokongnya, menumbuk-numbukkan juniornya pada hole luhan "ahhh ahhh nghhahh"luhan mendesah nikmat dan takjub, rasa sakit yang tadi mendera bagian bawahnya begitu cepatnya terganti dengan rasa nikmat yang luar biasa ini.
"Nghh ini nikmat ahh"sehun tak kalah menggila, karena lubang sempit luhan yang terus memijatnya membuatnya ingin merasakan luhan lebih dan lebih lagi. Ia menumbuk-numbukkan kepala juniornya pada prostat luhan membuat luhan mendesah kuat "ahhhhh nghhahhh hhh"
"Ini nikmat sialan"sehun menampar pipi luhan dan mempercepat genjotan-nya.
"Ahh ahh ahh ah"luhan masih mendesah. Sehun merasakan luhan sudah berkedut, membuatnya semakin bersemangat menumbukkan juniornya.
"Ahh ah! Sialan kau jalanng! Ini menyenangkan!"
"Ahh!"keduanya berteriak bersamaan ketika cairan puncak mereka keluar secara bersamaan.
Sehun mengeluarkan juniornya lalu kembali memasang celananya. Matanya melembut memandang luhan yang masih telanjang dengan wajah kelelahan penuh lebam dan luka, dan sedikit air mata yang masih mengalir di ekor matanya serta bibirnya yang pucat.
entah mengapa ia merasa ada sesuatu yang menyakitnya di lubuk hatinya, dan mengapa ia merasa seakan pernah mengenal dan menyukai sosok ini?
Sehun menghela nafasnya kemudian menaruh tangannya di atas kening luhan.
Demam
Sehun menutupi tubuh luhan dengan selimut, lalu mengecup keningnya sejenak.
Terima kasih
Tbc
Huaaaa ini ff rated M pertamaku -,- bagian sexnya bagus ga? Kalau ga bagus aku hapus aja ffnya, trus di buat ulang -,-