Suara nafas terdengar putus-putus, nyaris kesulitan mengambil oksigen di udara malam musim gugur, dimana segala sesuatu tampak payah. Sulit memilih antara bernafas atau justru mengumpat mengingat kekesalan bercongkol di dadanya.

"Bahwa mulai saat ini—aku- tidak pernah-mengenal Uchiha Sasuke sebagai sahabatku, yang ada-hanya si Brengsek rendahan, penghianat rendah." Amarah itu menguap melalui matanya, menjadi air yang menggenang di mata merahnya. Uap hangat di mulutnya keluar lebih banyak saat nafasnya begitu memburu.

"Cih, aku tidak mengharapkan hal manis seperti bersahabat dengan laki-laki sepertimu. Pecundang Sabaku!" Sasuke tertawa bahkan dia tidak peduli saat mulutnya dipenuhi darah dan terbatuk karena darah di tenggorokannya.

"Bangsat, pergilah ke neraka Sasuke." Gaara berlari dan menghajar Sasuke lebih keras dengan kepalan tangannya tepat di mata pemuda itu.

"Kau tak akan bisa membunuhku, kau tahu kenapa? Karena kau pecundang." Sasuke masih terkekeh meski kini pandangannya memburuk.

"JAGA MULUTMU UCHIHA!"

Pukulan terakhir sebelum Gaara meninggalkan Sasuke dan meninggalkan masa lalunya. Persahabatan mereka telah selesai di hari itu. Dan masa-masa kebersamaan sebagai dua sahabat karib hanya mereka anggap mimpi, bagi mereka tidak akan ada kenangan semacam itu.

.

:: The Payback ::

.

Di sisi lain dimana dunia berputar dan jalan hidup yang berbeda berjalan. Seorang pemuda dengan senyum kekanakan tertawa karena kelakar kakak laki-lakinya. Matanya yang besar mengerling polos saat kakaknya dengan gemas mengacak rambut pirangnya.

"Baiklah Naru, sudah cukup. Nah sekarang saatnya aku mengatakan berita baiknya."

"Ya ya, apapun itu katakan saja."

"Seorang temanku mengajakku ke Tokyo, dia memiliki pekerjaan lumayan dan-"

"Kau akan pergi meninggalkanku?"

"Oh tidak sayangku, bukan kau tapi kita. Bulan depan kita akan pindah ke Tokyo."

Dan ini kehidupan lain dari seorang pemuda polos bernama Uzumaki Naruto yang hanya tinggal berdua dengan kakak laki-lakinya Uzumaki Kyuubi. Mereka adalah adik kakak yang hidup serba kekurangan di pinggiran kota Kyoto, tapi sejak Kyuubi memutuskan untuk menerima tawaran temannya untuk bekerja di Tokyo, itu tidak hanya membawa mereka pada kehidupan baru. Tapi sekaligus menyeret adiknya, Naruto, pada kehidupan di luar dunianya.

.

THE PAYBACK

Story©Ivyluppin

Warning : Yaoi, BL, Rape, Dirty talk, and many kinda…

Main pair: Sasunaru & Gaanaru

.

"When we first met, i had no idea you would be so important to me."

.

Chapter 1

.

.

Gaara merasa aliran darahnya berhenti sejenak ketika gelombang syok menekan jantungnya. Ia memasukkan kopling ke gigi tiga dan menekan angka spidometer hingga mencapai kecepatan 6000 rpm, membelah kabut malam di Shibuya dengan guncangan di bagian belakang mobil. Gelombang kekuatan menyerbu otot-ototnya, menaikkan adrenalin hingga ke tingkat maksimal. Tangannya mengeratkan peganggan pada setir mobil dan dia bisa merasakan seringai pada sudut bibirnya yang berkedut.

Ia melirik pada angka spidometer sembari mengerutkan kening, kopling turun ke gigi dua saat ia melihat kurva jalan dan menaikkan kembali, memacu mobilnya 10 meter sebelum bibir jembatan terangkat, memisahkan jembatan tersebut menjadi dua dan membuka jalur kapal di bawah. Ia menekan pedal. Merasa tubuhnya menghantam dan tertekan di balik kemudi, ia tak sempat bernafas saat pertama kalinya ban-ban itu 'take off' dari bibir jembatan, menyaksikan bagaimana sungai yang hitam di bawahnya dan bagaimana jembatan dengan beton-beton yang ditarik katrol besar mengangkat. Ia berada di awang-awang, menyadari bahwa dirinya lepas kontrol dan membuat mobilnya lebih tepat disebut 'terbang' di banding 'lompatan jauh'.

Laki-laki itu merasa tubuhnya begitu ringan dan bebas, melirik sekilas pada cat kinclong di badan Skyline 7 miliknya dari kaca spion sebelum ia mengatur kopling saat mendarat. Ban-nya menghantam beton jalanan dengan keras dan nyaris kehilangan keseimbangan pada jalan sebelum ia kembali menguasai line.

Orang-orang bersiul dan bertepuk tangan saat ia berhenti di ujung jalan, membuka Skyline miliknya dengan elegan sebelum menerima kepalan tinju di tangan.

"Sialan kau, yang tadi itu keren sekali!" ujar Kiba dengan cengiran yang langsung memamerkan keseluruhan giginya. Gaara berdecih melihatnya, sangat tidak 'Kiba' saat melihatnya di trek seperti ini.

"Kupikir kau bisa jadi pilot setelah ini, buddy." Yahiko berteriak dari atas kap Nissan GT-R miliknya.

Dan setelah Yahiko selesai bicara, mobil-mobil lain tiba di garis finish seperti barang rongsokan setelah balapan mereka yang cepat dan penuh kejutan (seperti jembatan yang mengangkat sebagai surprise garis finish), terimakasih pada Deidara untuk ide jembatan itu, dasar setan, tapi jujur saja itu memuaskan.

Umpatan dari peserta lain setelah membanting pintu mobil dan Gaara mendapati dirinya meringis saat melihat sebuah genesis hijau gelap kehilangan LED dan begitu reot pada bagian belakangnya, yah persetan itu bukan urusannya. Ia melangkahkan kakinya, menikmati beat dari sound besar hasil modifikasi salah satu mobil (yang tidak tertarik untuk disebutkan jenisnya) dengan cat ungu.

Dari kejauhan dia mendengar seseorang memanggil. Saat ia memalingkan wajah ia melihat Utakata berteriak begitu kencang, rasanya pria kecil itu sedang meneriaki gendang telinganya.

"Hei ayam, siapa yang memesan ayam?" alisnya berkerut.

"Androgini ini mencari si Pemesan ayam gorengnya. Cepat ambil, oh Chouji! Kemari, sebelum kuhabiskan ayam ini." Sekonyong-konyong pemandangan di depannya tidak hanya Chouji yang datang menghampiri sekotak ayam goreng di tangan Utakata, tapi orang-orang di sekitar mereka seperti membentuk pusaran dan berlari menghampiri pemuda itu, begitu ricuh hingga Gaara kehilangan keseimbangan dan ikut arus, matanya melotot saat mendapati tiba-tiba kepala Utakata berubah menjadi ayam goreng.

Dan...dia terbangun dari mimpinya, memandang sekitarnya..

Ia bisa mengingat sedang tertidur di sofa lantai dua, teman-temannya masih tetap berada di tempat mereka bermain gambling card dengan gadis-gadis di sampingnya, yang lainnya di lantai satu, sibuk memoles mobil mereka. Ini adalah garasi pribadi milik Gaara, ia meletakkan beberapa mobilnya disini, sekaligus mobil temannya. Ini rumah kedua baginya, garasi pribadi ini menjadi markas regu mereka.

Utakata berteriak di lantai satu, memanggil Chouji untuk pesanan ayamnya, nyaris sama seperti di mimpi. Gaara mengusap wajahnya, ia mendengus kesal lalu berdiri dari sofa dan melihat ke lantai satu sambil memandang tajam kawannya yang mengangkat bahu. Mereka mempermasalahkan ayam, sangat konyol.

Pandangannya mengarah pada pemuda dengan topi dan seragam bertuliskan 'Chiky Chicken' warna merah dan kuning, Gaara tidak bisa melihat wajahnya tapi ia bisa mengira-ngira bagaimana wajah pria atau entah wanita tersebut yang sedang memandang garasi miliknya, pandangan semacam terpukau dan Gaara tidak heran dengan itu. Ia mengalihkan pandangan ke arah Deidara yang sibuk memeriksa 'torpedo' pada Porsche Carrera warna kuning mengkilatnya. Dia pasti senang dengan hadiah kecil itu sejak pertarungan terakhir di trek X, sungguh balas dendam yang manis sejak ia kehilangan Subaru grey miliknya.

Saat mengembalikan pandangannya kembali pada kurir makanan itu, ia bisa melihat dengan jelas bahwa itu adalah seorang pemuda. Topinya dilepas saat Chouji menyerahkan beberapa lembar won, pemuda itu mengangguk –atau semacam mengucapkan terimakasih- tapi pemuda itu tidak langsung pergi, ia masih memandang sekitar, tampak belum puas melihat garasinya. Lalu pandangan pemuda itu jatuh pada matanya, Gaara akhirnya mengetahui bagaimana wajahnya. Dan ia salah dengan dugaan bahwa itu adalah seorang pemuda, dia lumayan cantik dengan kulit tannya yang mengkilat karena keringat di bawah pantulan lampu. Gaara tidak melakukan apapun, ia tetap diam bahkan ketika sosok itu menganggukkan kepala padanya. Ia hanya memandang sosok itu hingga menghilang di ujung pintu garasi.

.

:: The Payback ::

.

Itu adalah rabu malam yang bergulir lambat bagi Naruto. Ia baru saja mengantarkan pesanan ayam ke sebuah garasi besar dengan banyak koleksi supercar yang mahal dan ia baru pertama kali melihat langsung sebuah Dodge Viper, masih jelas di otaknya bagaimana mobil bewarna merah itu terlihat mengkilap dan ia pernah mendengar harganya mencapai hingga US$97.395 untuk satu buah mobil tanpa modifikasi. Sungguh, Ya Tuhan, orang-orang di garasi itu bukan orang sembarangan, terlebih seorang laki-laki yang berdiri dengan tatapan dingin dari lantai dua. Ia tidak pernah tahu jika Tokyo memiliki tempat semacam itu, daerah itu berada di pinggiran Shibuya. Tidak terlalu ramai tapi tidak terlalu sepi.

Ia melirik jam tangannya. Pukul 9 malam. Saatnya kembali ke restauran dan mengakhiri kerja sambilannya di hari ini. Besok pagi ia memiliki kelas bahasa Prancis di jam 8. Dan dia tidak boleh terlambat, sebagai murid beasiswa di SMA elite Konoha dia tidak boleh melanggar peraturan.

Jalanan Tokyo di jam 9 malam saat ini –entah mengapa hanya- terdiri dari nyala lampu merah, tiupan angin malam yang kadang-kadang merambat sampai tulang belakang, serta deru mobil yang melaju teratur di jalanan sepi. Naruto mengetuk jari telunjuknya pada stang motor saat ia berhenti dan menunggu di lampu merah, menanti pergantian warna. Perempatan itu sepi bagaimanapun hanya ada dia disana, pikirnya.

Setelah lampu merah ini, di ujung jalan belok ke kanan dia sudah sampai ke restauran. Cepat pulang dan memasak makan malam untuk kakaknya Kyuubi, hari ini kakaknya mendapat shift malam sampai setengah sebelas. Ia bekerja sebagai kuli proyek apartemen dengan gaji lumayan.

Lampu lalu lintas berganti dan scotter Naruto melaju pelan dengan gas rendah di awal, namun ia dikagetkan dengan mobil yang melaju cepat dari arah kanan. Dengan panik Naruto menekan remnya, membuat motornya kehilangan kendali dan jatuh tepat di tengah perempatan, di antara empat zebra cross. Naruto merintih, tangannya sakit dan kakinya lebih buruk lagi, pergelangan kakinya terkilir dan lutut serta bahunya lecet. Meski lecet bukanlah masalah namun bengkak di bawah lukanya benar-benar menyiksa.

Ia terduduk di tengah jalan dengan wajah meringis, memandang mobil yang tidak tahu diri itu justru melaju ke arahnya kembali dan memutarinya, memberikan atraksi 'drift' dengan 5 kali putaran. Membuat suara decitan nyaring dari ban, serta desisan twin-turbocharged dengan muntahan tenaga nyaris 300hp memberikan rasa cemas di telinga Naruto saat mobil hitam (yang baru-baru ini diketahui olehnya sebagai McLaren MP4 12C) berkapasitas 3.800cc itu mendekat ke arahnya.

Seorang pemuda di balik kacamata hitamnya berdecih memandang Naruto yang terlihat payah dari balik kemudi. Matanya yang tajam memandang pemuda itu, melirik sekilas pada motor butut yang tergeletak tak jauh darinya. Pemuda itu merogoh sesuatu di samping tempat duduknya, menggas perlahan dan membawa mobilnya mendekat.

"Hey ferret, ini sebagai ganti rugi." Lalu ia melemparkan lembaran uang dollar yang melayang di atas kepala Naruto seperti konfeti. Dan pemuda asing itu pergi dengan menancap gas hingga deru mobilnya masih terdengar sampai di ujung jalan.

Naruto masih terpaku di tempatnya, memandang dolar-dolar itu yang tergeletak di sekitarnya. Berusaha mencerna apa yang terjadi.

Baiklah, seseorang (yang mungkin saja mantan anggota sirkus) dengan supercar, baru saja meluncur mengelilinginya dan nyaris membunuhnya, setelah itu...boom konfeti dollar melayang di atas kepalanya seperti kertas kelap kerlip dengan pita resmi AS.

Naruto menatap uang-uang itu dan melirik motornya. Lalu ia memungutinya dan segera pergi dari sana dengan badan super pegal.

.

:: The Payback ::

.

Pesta tadi membuatnya puas, itu adalah perayaan setelah balapan musim semi kemarin, pertandingan pertamanya di jalanan Tokyo. Dan balapan terbaik di dua musim terakhir sejak trek musim gugur di Santarem. Ditambah lagi layanan Sakura, mantan tunangan sahabatnya yang dia rebut, membuatnya sedikit letih. Ia kembali ke rumahnya di daerah apartemen elite Shibuya. Rumah aslinya berada di California, dia baru saja pindah 3 bulan lalu setelah menyelesaikan trek terakhir.

Di jalan menuju apartemen ia melihat kurir makanan, sedikit iseng ia mengerjai kurir tersebut, pura-pura nyaris menabrak dan membuatnya ketakutan dengan suara mesin McLeran miliknya. Mata kelamnya yang tajam menyipit di balik kacamata hitamnya. Melihat ketakutan di wajah kurir dan merasa sedikit iba melihat kurir manis yang –sedikit- membuatnya ingin memungutnya dan melemparnya sebagai penghangat ranjang tapi dia cukup letih jadi ia hanya melemparkan beberapa lembar dollar padanya sebagai ganti rugi sekaligus kebaikan hatinya di hari yang baginya cukup menggembirakan.

Lalu ia pergi dengan gerungan mesin mobil yang melaju cepat.

.

:: The Payback ::

.

Sekolah di mulai pukul 8 dengan mata pelajaran bahasa Prancis. Sebenarnya ia tidak terlalu menyukai pelajaran itu, menarik tapi cukup sulit di praktekkan. Orang-orang berbicara dengan hidung mereka dalam beberapa kata, seperti terserang flu. Dan Naruto tidak bisa melakukannya dengan baik.

Meski kelasnya membosankan namun itu lebih baik daripada jam istirahat, karena baginya jam istirahat adalah jelmaan neraka. Di sekolah elite seperti ini hanya berisi oleh orang-orang kaya dan berotak encer, Naruto adalah golongan yang berotak encer. Hanya saja ia tidak memiliki teman. Dia sendiri dan terbully. Mereka melakukan semua itu pada murid beasiswa, ada total 9 orang di sana.

Meskipun memiliki teman yang sama-sama terbully bukan berarti dia tenang, tapi murid beasiswa lain menjadikan diri mereka budak; mengerjakan PR siswa lain, menjadi pelayan siswa lain, dan menjadikan diri mereka begitu rendah untuk siswa lain. Dan Naruto masih memiliki harga diri.

"Tunjukkan pada kami apa yang kau punya?" seorang pemuda kurus dan tinggi menyentaknya di dinding. Kawan-kawannya melingkar di sekitarnya seperti tanaman merambat.

"Pemuda miskin ini sepertinya hanya memiliki otak saja." Ujar pemuda lain.

"Wajah manisnya seperti banci saja." Seorang murid perempuan mencemoohnya "Membuatku risih."

Lalu dia mendorong Naruto dari satu anak ke anak lain seperti mengoper bola. Dan operan terakhir adalah sebuah goal yang hebat. Sebab ia menabrak seseorang dan menyebabkan minuman seseorang tumpah di seragam seorang yang wajahnya terlihat cukup asing bagi semua orang meski demikian wajah itu membuat semua orang terpukau.

Mata hitamnya melirik seragamnya yang tertumpah minuman. Wajahnya masih datar.

"Well, m'first day and i got a welcoming party?" ia mendengus, lalu ia merebut minuman salah satu siswa disana, mendorong tubuh Naruto yang lebih kecil darinya ke tembok.

"Who are ya?" ia mendesis.

"N-Naruto. Uzumaki Naruto desu." Ujar Naruto. Ia tak berani memandang mata hitam di hadapannya.

"Uchiha Sasuke. Ingat namaku Uzumaki Naruto. Simpan di otak tidak bergunamu itu untuk tidak mencari masalah denganku, kau paham?"

Naruto hanya mengangguk. Sasuke menaikkan alisnya, ia mendekatkan diri dan berbisik di telinga Naruto "Get the hell out of my face!" sambil menyiramkan minuman kaleng di tangannya ke atas kepala Naruto.

Lalu Naruto segera menyingkir dari hadapan Sasuke...

.

.

Sejak itu hari-hari di sekolahnya semakin berat. Sejak masuknya seseorang yang bernama Uchiha Sasuke yang dalam sekejab waktu dia menjelma menjadi King of Konoha Gakuen. Pamornya meroket bukan hanya karena dia tampan, kaya dengan koleksi mobilnya, dan memiliki gadis cantik bernama Sakura (ratu SMA Konoha) namun juga karena dia brengsek.

.

:: The Payback ::

.

Malam itu Naruto selesai dengan kerja sambilannya di jam 7 malam. Shiftnya mundur 2 jam setelah pengelola restauran memutuskan membuka 24jam. Benar-benar gila, pikirnya mereka mau menyamai McDonald? Baiklah, terserah.

Malam itu saat menuju jalan pulang, Naruto berhenti di vanding machine membeli sekaleng kopi panas seperti biasa. Namun malam itu dekat vanding machine ada seorang pria dengan jaket kulit duduk di sana dengan minuman isotonik di tangannya.

Naruto sebenarnya tidak terlalu peduli, hanya saja pemuda itu terus diam. Melamunkan sesuatu.

"Permisi, mmhh aku memiliki sedikit makanan di sini, kau mau?" Naruto membuka suara.

Pemuda itu meliriknya, cukup lama memandangnya lalu mengalihkan pandangannya pada sekotak ayam tepung. Sebenarnya hidup Naruto tidak bisa dibilang mewah hanya karena dia sering makan ayam, itu semua sisa penggorengan yang diam-diam disisihkan temannya di restauran yang bekerja di bagian dapur.

Naruto mengangkat alis dengan heran pada pemuda di sampingnya yang hanya diam, namun dia tidak menyadari jika matanya membulat lebih besar dan bagaimana senyum ceria itu justru menampakkan dirinya yang sebenarnya. Naruto yang polos.

"Apa itu?" pemuda itu membuka suara.

"Ayam." Jawab Naruto, ia menyodorkan ayam yang disumpitnya pada si pemuda.

Pemuda itu nampak berpikir. Pandangannya seolah tidak percaya pada makanan di hadapannya meski kemudian ia membuka mulut dan melahap ayam tersebut. Naruto tersenyum senang.

"Enak kan?"

"Tidak buruk." Pemuda itu mengangkat bahu sambil mengunyah ayam di dalam mulutnya "Sedang apa kau disini?"

"Aku suka membeli kopi kaleng disini sambil melihat jalanan. Setelah selesai partime job aku selalu kesini." Ujar Naruto sambil melihat jalanan, matanya bergerak mengawasi bagaimana kendaraan melaju, berhenti, sibuk sendiri-sendiri. Rasanya seperti dia berhenti sejenak dari detak jantung dunia, duduk dan merasa bebas dari rutinitas. Saat-saat seperti ini ia menikmati hidupnya dengan cara sederhana.

Pria di sampingnya menegak isotoniknya lalu melirik Naruto "Apa yang bagus dari melihat jalanan?" tanyanya.

"Aku merasa bebas, duduk disini, terpisah dari rutinitas orang seperti sebuah program komputer. Sebelum kembali lagi ke kehidupan, memasak makan malam, belajar, mengantarkan susu dan koran di pagi hari, lalu berangkat sekolah dan partime job lagi di restauran. Tapi disini untuk sementara aku merasa seperti tidak menjadi apa-apa, tenang dan seperti jatuh ke pusaran deru kendaraan." Ujar Naruto begitu saja, ia tidak berpikir saat mengucapkanya. Ia hanya mengucapkan saja, membuat perkataannya mengalir.

Tanpa sadar laki-laki itu tersenyum. Baru pertama kali seseorang berpikir seperti itu tentang jalanan, tapi itu sama seperti pertama kali ia berpikir betapa luarbiasanya jalanan hingga dia memutuskan tergila-gila dengan aspal, ban mobil, kap mengkilap, mesin turbo, dan bau gasoline.

"Kau tahu, aku tertarik dengan pikiranmu itu." Ujarnya.

Naruto menolehkan kepala dan mendapati wajah tampan di sampignya tersenyum. Lalu dia juga ikut tersenyum. Selanjutnya suasana lebih baik dengan kata-kata pendek. Obrolan pendek itu membawa aliran pertama yang membawa Naruto sebelum menuju pusaran paling besar.

Nyaris setiap malamnya mereka akan bertemu di tempat itu, meminum sesuatu semacam isotonik dan kopi kaleng lalu berbicara kata-kata pendek. Laki-laki di sampingnya lebih banyak bicara dibanding pertama kali mereka bertemu. Dan Naruto mengenalnya sebagai Sabaku Gaara. Mereka menjadi semakin akrab dengan pertemuan kecil itu.

.

.

"Di mana kau sekolah?" Gaara bertanya menaikkan alisnya.

"Konoha, kau tahu sekolah dengan bangunan elite itu." Ujar Naruto.

"Wah, kau orang kaya?" Gaara menyeletuk.

"Tidak, yang benar saja, orang kaya tidak ada yang partime job. Aku dapat beasiswa di sana...dan kau? Aku hanya tahu sedikit tentangmu bahwa namamu Sabaku Gaara dan kau suka minum isotonik." Ujar Naruto.

Gaara tertawa dengan ucapan Naruto yang polos. Benar juga pasti hanya itu yang pemuda cantik itu tahu tentangnya. Tapi sebaliknya, Gaara tahu lebih banyak tentang Naruto bahwa dia adalah pekerja partime sebagai pengantar susu dan koran di pagi hari dan kurir ayam di malam hari. Lalu dia hanya tinggal berdua dengan kakaknya di apartemen kecil yang dekat dengan pabrik boneka dimana setiap liburan sekolah ia menjadi pemasang kancing boneka disana lalu dia juga murid beasiswa di SMA Konoha. Lucu sekali bahwa Gaara mengetahui beberapa hal kecil tentang Naruto seperti pemuda itu memiliki mata besar yang cemerlang dan senyum malaikat dengan deretan giginya yang putih dan rapi serta bagaimana suara tawanya yang kekanakan seringkali membuat hatinya sendiri menghangat.

"Aku murid SMA juga. Kelas 3 di SMA Suna—"

"SMA Suna?" Naruto memotong ucapannya. Matanya melotot.

Gaara menaikkan sebelah alisnya.

"Ya Tuhan, kau hebat sekali, SMA Suna sekolah impian pemuda Jepang. Kau pastilah sangat cerdas dan kaya, dan kelas tiga? Aku harus memanggilmu Gaara Senpai." Ujarnya.

Gaara terkekeh lalu mengacak rambut Naruto "Yang benar saja, panggil aku Nii-san. Dan kupikir sekolah itu biasa saja."

Naruto membalikkan badannya ke Gaara dan dengan tekanan antusias dia berujar "Mereka memasuki Yale dengan peringkat tinggi dan jangan lupakan tahun lalu SMA Suna masuk sebagai daftar SMA terbanyak yang mengirimkan siswanya ke Harvad." Ujar Naruto.

"Benarkah?" Gaara tidak tertarik, ia menatap bosan jalanan.

"Kau tidak baca koran?" Naruto bertanya dengan tidak percaya.

"I don't read the newspaper is because they all have...ugly prints." Katanya sambil meminum isotoniknya lagi "And ya know, i prefer to drink vodka instead isotonic." Ujarnya.

Naruto diam saja mendengarkannya. Lalu dia terbangun dari lamunannya saat Gaara menarik tangannya setelah melempar botoh isotoniknya ke tong sampah.

"Kita mau kemana?"

"Ketempat yang lebih menarik dibanding memperhatikan jalanan seperti kutu. Akan kuperlihatkan dunia dimana kau akan merasa jauh lebih bebas."

Naruto tidak pernah mengira bahwa Gaara akan menariknya mendekati sebuah Alfa Romero Giulietta merah yang terparkir tak jauh dari mereka. Selama ini setiap kali dia bersama Gaara duduk menikmati jalanan, dia selalu bertanya-tanya sedang apa mobil-mobil mewah yang selalu berganti-ganti itu terparkir di pinggir jalan depan toko sepatu? siapa pemilik yang meninggalkan mobilnya untuk dipamerkan di pinggir jalan seperti itu? Dan kenyataan bahwa semua mobil-mobil yang selama ini dipertanyaakan oleh Naruto adalah milik Gaara membuatnya kehilangan kata-kata. Gaara adalah seorang pemuda kaya raya.

Tangan itu dengan mudah memasangkan sabuk pengaman di badan Naruto dan ia bisa melihat begitu dekat wajah Gaara. "Aku bukan pengendara." Ujarnya sambil memasangkan sabuk pengaman. Naruto mengerutkan keningnya, apa maksudnya?

Dan saat mobil itu menyala, Naruto bisa merasakan desisan halus dari mesin mobil, sofa kulit yang luar biasa nyaman dengan interior super mewah di dalamnya. Seumur hidup ia tidak pernah bermimpi menaiki sebuah supercar seperti ini.

Sebelum Gaara melajukan mobilnya, pria itu menatapnya sekilas dan tersenyum lalu mobil itu melaju begitu cepat. Deru mesin yang halus bahkan bisa dirasakan sampai tulang punggung Naruto, sekarang dia tahu apa maksud Gaara dimana dia berkata bukanlah seorang pengendara, dia mungkin pembalap. Dia melihat bagaimana jalanan seperti hanya milik mobil ini, begitu halus, kencang. Ia melirik Gaara yang menaikan kecepatan sampai 196km/jam di skyway. Dia tersentak ke belakang dan mengkhawatirkan bahwa polisi akan menangkap mereka.

"Mobil-mobil itu buatan pabrik. Mereka tidak bisa menjangkau mobil yang melaju seperti kilat." Ujar Gaara saat menyadari kekhawatiran Naruto.

"Tidakkah kita terlalu cepat Nii-san?" ia mengernyit. Spidometer semakin merambat naik.

"Tidak." Ujar Gaara.

.

:: The Payback ::

.

Beberapa hari ini anggota regu melihat perubahan pemimpin mereka terlebih Yahiko yang sangat sensitive dengan perubahan pola perilaku seseorang. Ia bisa merasakan bahwa akhir-akhir ini Gaara seringkali tersenyum diam-diam untuk sesuatu yang tidak jelas. Pria itu masih dingin dan datar tapi dia jauh lebih ramah. Bahkan setelah Utakata menghancurkan Noble M600 merah miliknya di trek Narita dia hanya memberikan gumaman dan pergi meninggalkan trek dengan wajah datarnya. Jika itu Gaara yang biasa maka dia akan menaikkan alisnya, mengerutkan kening, dan berkata dengan nada super dingin "Aku tidak suka kekalahan, pastikan aku mendapatkan mobil blablabla itu sebagai gantinya." Di tambah lagi Gaara selalu menghilang di jam 7 malam, pergi entah kemana dan baru kembali ke garasi pukul 9 malam. Dua jam menghilang setiap hari adalah hal yang aneh.

Sejujurnya perubahan seperti itu lebih banyak ke sisi positive, setidaknya Gaara lebih banyak mengeluarkan ekspresi. Hanya saja Yahiko masih penasaran mengenai perubahan drastis itu sebelum Deidara menyeletuk jika alpha mereka mungkin sedang jatuh cinta. The hell, itu kemungkinan kecil meski Yahiko tidak menampik jika kemungkinan seperti itu ada. Tunggu sampai Gaara membawa siapa orangnya baru Yahiko percaya.

Trek kali ini mereka akan berlomba dengan sebuah regu yang menamai garasi mereka Taka, sejujurnya itu bukan regu terkenal sampai 3 bulan lalu nama mereka meroket setelah kemenangan besar di Kyoto selama 2 musim. Kabarnya mereka memiliki alpha baru yang berasal dari Amerika.

Ia baru saja menghubungi Gaara untuk datang ke arena, ini trek yang sama dimana Utakata kalah bulan lalu.

.

:: The Payback ::

.

Pria itu membawa mereka ke sebuah arena yang sangat ramai. Begitu ramai. Penuh dengan anak muda dan mobil-mobil mewah dengan berbagai modifikasi. Gaara berhenti di salah satu sudut keramaian. Dan keluar dari mobil. Sedangkan Naruto dengan buru-buru melepas sabuk pengamannya dan sebelum ia membuka pintu, laki-laki itu membukakannya untuknya.

Pemandangan yang pertama kali dilihatnya adalah bagaimana kerumunan itu bersiul ke arah mereka, ia melihat banyak dari mereka terlihat seumuran atau lebih tua darinya dengan beberapa yang berpakaian nyentrik. Gadis-gadis super seksi yang bergelayut manja di bahu laki-laki. Tempat itu riuh dengan suara musik beat dari sound system besar. Beberapa menari menikmati musik seperti lantai dansa di diskotik jalanan, dan jangan lupakan puluhan supercar luar biasa yang terparkir disana. Ia melihat ke sekeliling, mendapati pemandangan yang tidak biasa seperti adegan ciuman dan aktivitas erotis lainnya.

Mata besarnya memandang Gaara, meminta jawaban. Ia terlihat begitu asing dan tidak nyaman.

Gaara menarik tangannya, membawanya ke gerombolan pemuda. Disana mereka –atau lebih tepatnya Gaara- disambut oleh seseorang.

"Sialan kau, kami menunggu lama. Apa yang kau lakukan? Bersenang-senang di hotel heh?" pria itu memukul bahu Gaara dan menyeringai.

"Shut fuck up." Ujar Gaara.

"Wah wah wah, siapa anak lugu ini?" seseorang menyampirkan lengannya di bahu Naruto.

"Singkirkan tanganmu darinya, Kiba. Kau menakutinya." Ujar Gaara.

"Okay, sir." Kiba langsung mengangkat tangannya ke atas, disertai seringaian dan matanya mengerling ke arah anggota lain. Ia melihat mata Yahiko berkilat.

"Jadi benar seperti yang Deidara katakan bahwa kau sedang jatuh cinta?" ujar Yahiko menyelidik.

Gaara mengabaikan pertanyaan itu. Dia menarik Naruto "Apapun itu, namanya Uzumaki Naruto, jangan ganggu pemuda ini."

"Dia anggota baru? Kau merekrutnya?" tanya Chouji tertarik, mengabaikan gadis-gadis cantik yang duduk di sampingnya.

"Diamlah, dia sudah katakan itu. Jangan tanya lagi." Ujar Yahiko akhirnya meski Gaara tidak mengatakan dengan jelas siapa pemuda itu dan apa hubungannya dengan Gaara, yang jelas Gaara tertarik padanya hingga mengajaknya ke trek.

Gaara menyenderkan badannya di samping Dogde Changer ungu milik Utakata. Naruto di sampingnya diam sambil melihat-lihat mobil di sekitarnya, jelas dia sedang berada di lingkungan pemuda kaya raya. Gaara berbisik di telinganya berusaha berbicara di sela-sela lantunan musik beat yang keras "Naru, welcome in my world. Kau akan melihat bahwa jalanan benar-benar mengasikkan." Dan setelah itu ia mengerti bahwa Gaara tidak hanya seorang pemuda kaya raya tapi dia bukan pemuda biasa.

"Nii-san, aku tahu ini arena balap. Tapi apa kau akan balapan saat ini?" Naruto mengangkat alisnya, Gaara menghadap Naruto, menaikkan tubuh mungil itu di kap mobil Utakata lalu tersenyum.

"Tidak untuk hari ini, aku hanya menonton, Deidara.." Gaara menunjuk seorang pria lain yang sedang berbicara dengan seseorang dengan tampilan sepeti rapper "...yang akan bertanding."

"Dimana mereka?" lalu ia bertanya pada laki-laki bernama Chouji.

"Di sana..." Chouji menunjuk lurus ke depan. Di sela orang-orang yang menari di arena balap. Seorang pria lain duduk dengan angkuhnya sambil mengunyah sesuatu di mulut, sebelah tangannya memeluk seorang wanita cantik berbaju seksi. "...mereka semakin kuat sejak alpha mereka datang."

Alisnya naik lebih tinggi dan Naruto bisa mendengar decihan kecil milik Gaara lalu ia mengumamkan sebuah nama. Uchiha Sasuke.

Naruto bisa mendengar nama itu, ia mengangkat alisnya, ia hafal benar siapa pemilik nama itu. Ia mengalihkan pandangannya ke depan dan melihat seorang pria berjalan ke arah mereka bersama beberapa orang. Matanya membulat, Ya Tuhan itu sungguh Uchiha Sasuke, monster mimpi buruknya di sekolah.

"It's been a long time without you my best friend. Fuckin' glad to see ya again here." Ujar Sasuke dengan nada meremehkan. Ia melirik pada Gaara dan melihat rahang pria itu mengeras.

"Tentu saja."Gaara mengatur emosinya dengan cepatmeski sempat terlihat percikan kebencian di matanya. "Kau membawanya kemari?" Gaara melirik seorang wanita cantik di sampingnya, Sakura, lebih dari yang Naruto tahu bahwa wanita cantik itu adalah kekasih Sasuke.

"Begitulah, kau tak berpikir aku akan meninggalkannya sehingga seseorang mungkin saja mengambilnya dariku kan?" Sasuke mengecup bibir Sakura singkat. Dan Naruto mendelik bahwa tidak tahu sopannya si Jung itu.

Gaara tertawa kecil lalu tersenyum "Ya, kau benar. Tapi tergantung apakah dia jalang atau tidak" dia melirik ke arah Sasuke yang diam saja tidak membalas kata-katanya "Kapan kau tiba di Tokyo?"

"Cukup lama untuk menjalankan sekolah membosankan di Konoha." Ujar Sasuke "Dan ah, siapa ini?" Sasuke memandang Naruto, dan sumpah demi apapun Naruto berdoa agar Sasuke tidak mengenalinya. Bagaimana pun juga seluruh sekolah mengenalnya sebagai mangsa empuk untuk di bully "Peliharaanmu? Kau gay sekarang Sabaku?" tanya Sasuke Sarkastik.

"I just wanna warn you, Deidara adalah lawan tangguh di trek. Temanmu itu harus hati-hati, pastikan dia tidak menangis setelahnya." Gaara mengalihkan obrolan dan Sasuke –meski berdecih- dia menyeringai.

"Neji, he dont let em breathe with his skill, so too late to turn back for Deidara. We got war, Sabaku."

.

:: The Payback ::

.

Deru mobil mengaung seperti serigala buas di arena balap. Lampu LED menyala menyilaukan dan bagaimana knalpot mobil-mobil itu menjulurkan lidah api. Gaara masih bersandar di kap Alfa Romero Giulietta merah miliknya dengan Naruto yang memandang takjub pada kecepatan para supercar sejak seseoarng berteriak 'Start' meninggalkan panas knalpot pada garis start dan mobil-mobil itu mulai melaju kesetanan. Ia bisa melihat Porsche Carrera warna kuning milik Deidara memimpin di urutan pertama dengan sebuah Ferarri Enzo hitam yang membayang di belakangnya.

Gaara bilang ini adalah pertandingan kedua Deidara sejak keluar dari rumah sakit sejak pertandingan di Sapporo terakhir kali. Dia mengalami kecelakaan saat bertanding di Abu Dhabi dimana akhirnya dia dipulangkan paksa oleh orang tuanya ke Tokyo. Pertandingan itu membuatnya patah tulang dan geger otak. Tapi bukan Deidara namanya jika meninggalkan arena balap, dia adalah laki-laki keras kepala dengan ide balapan gila. Deidara juga memiliki rencana baik yang selalu muncul saat keadaan genting terlebih dia tidak memiliki rasa takut.

Dia berbicara banyak hal dengan Gaara sejak pemuda itu mulai menjelaskan sesuatu tentang balapan, mobil, dan kebebasan. Tapi saat Gaara sibuk berbicara denga seorang temannya bernama Yahiko dan Kiba, Naruto merasa seseorang tengah memperhatikannya. Lalu disanalah ia mendapat sepasang mata hitam tajam memperhatikannya dari atas kap Aston Martin Vanquish hitam miliknya.

Entah apa yang sedang dilihat Sasuke darinya, tapi jelas pria itu memiliki pemikiran buruk yang sedang dirancang di otaknya. Naruto tidak bisa banyak berharap jika Sasuke tidak tahu siapa dirinya. Bagaimana pun Sasuke pernah menjadi salah satu orang yang membully-nya di sekolah.

.

.

Pertandingan itu nyaris selesai saat jam menunjukkan pukul setengah 12 malam. Ia bersyukur bahwa kakaknya Kyuubi sedang pergi ke Kyoto menghadiri pesta lajang sahabat lamanya dan baru pulang lusa nanti. Di ujung jalan dengan kecepatan menakutkan, nyala lampu menyilaukan pandangan, orang-orang begitu hening menanti siapa pemenangnya dan di sampingnya Gaara tampak begitu tenang. Tapi sesuadahnya ia menarik senyum di ujung bibirnya. Dan Naruto mengerti bahwa Gaara merasakan sesuatu semacam perasaan lega yang tergambar di matanya.

Mobil itu melaju, warna kuningnya yang mencolok dan deru mesinnya mendekati garis akhir. Itu Deidara dengan Porsche Carrera-nya. Nampak sedikit peyokan di badan mobil dan rusak pada lampu LED.

"Oh astaga, kasihan mobilnya!" ujar Naruto.

"Tidak Jae, justru kau harus mengucapkan selamat padanya. Dia memenangkan balapan ini." Ujar Gaara

"Apa—"

Belum sempat Naruto berbicara, suara teriakan Utakata terdengar di keramaian "Pesta di apartemenku!" ujarnya sambil memeluk leher Deidara.

"Bagus sekali bocah, Good job!" ujar Gaara.

"Thanks alpha." Balas Deidara dengan seringaian.

"Selamat atas kemenanganmu, tapi aku prihatin dengan mobilmu." Ujar Naruto.

"Oh terimakasih Mrs. Alpha, jangan khawatir dengan itu, aku akan membawanya ke bengkel." Ujar Deidara santai sambil berjalan melewati mereka dengan seringai kemenangan.

"See!" Gaara berujar padanya.

Selanjutnya seseorang menghampiri mereka, wajahnya dingin dan Naruto tahu bahwa Sasuke sedang tidak memiliki mood baik. Di sampingnya seseorang bernama Neji dengan wajah kekanakannya serta beberapa orang nampak berkilat memandang Gaara.

"Bagus sekali, kuucapkan selamat atas kemenangan teammu. Tapi ingat bahwa ini hanya pemanasan, sampai jumpa di lain trek, Sabaku." Dan Sasuke pergi bersama Sakura yang ia rangkul lehernya.

"Don't act like ya dunno. Know what i came for, i will ask for the The Payback." Ujar Gaara dingin.

Sasuke membalikkan badannya, tersenyum dengan seringaian kejam dan mata hitamnya yang tajam berkilat "I ain't never ran from a ridefight. Just wait for that."

.

.

.

:: tbc ::

Ini pertama kali nulis Sasunaru. Semoga kalian suka, salam kenal namaku Ivy

Sebenarnya aku pernah post ini dengan pair Yunjae tapi aku pikir lebih greget kalau Sasunaru. Yeaah, aku sudah lama suka banget pair Sasunaru dan selama ini cuma baca aja. Tapi sekarang, akhirnya jadi author juga. Moga kalian suka ya...

Kritik dan saran ditunggu, review bagi Ivy itu peting banget buat moo booster. Aku bakal update cepet kalau review banyak soalnya semangat nulis jadi meningkat, hehe

Jaa nee~

-with love Ivyluppin-