Title : Ninety Ninety Five (9095)

Pairing : YunJae & Others

Rate : M #ketawanista

Author : .HaeHyuk

Disclaimer : Semuanya punya Tuhan

Warning : BL, Yaoi (mungkin), BoysLove, de el el

Genre : Romance, Humor, Mesum (?) Lupakan

Summary : Jeanne, seorang fujoshi yang merupakan mahasiswa jurusan desain di salah satu universitas terkemuka Korea, secara tiba-tiba menemukan surganya di salah satu cafe mungil yang terketak di Apgujeong. Cafe bernama "Ninety Ninety Five" (9095) itu adalah cafe BL, a.k.a tempat delusi para Fujo/Fudanshi.

Annyeong! Gomawo untuk review, follow, & fav yang LiZz terima di chapter 1 & 2. Are you ready for the 'Butterfly Kiss'?! Cekidot!

SPOILER / CLUE :

.

.

.

.

.

.

Ada 'sesuatu' tentang Yunconda nanti!

Dan...

Siap-siaplah tertawa mesum #plak

.

.9095.

Jeanne POV

Kududukkan bokongku yang tak sesemok bokong Junsu ke salah satu bangku yang ada disana. Kenapa aku masih kepikiran dengan bokong sih -_-. Sengaja kupilih bangku yang biasa, karena kukira akan lebih nyaman untuk mereka ketika melakukan skenario yang kuminta di sofa. Tentunya lebih hot kalau dilakukan di sofa kan?

"Kenapa Jeje duduk di situ? Bukannya lebih nyaman di sofa? Keras loh kursinya.." Tanya Joongie oppa sambil memiringkan kepalanya dan mengerucutkan bibirnya dengan imut. Ya ampun, segitu tidak kreatifnya aku, sampai-sampai hanya kata imut yang kugunakan untuk mendeskripsikan sikap Joongie oppa?

"Gwaenchana, kukira skenario kalian akan lebih mengasyikkan jika dilakukan di sofa.. Benar kan, saudara U-Know Yunho yang sedang menyeringai mesum di belakang sana?" Segera saja Joongie oppa menoleh kearah belakang, tepatnya kearah Yunho oppa yang tertangkap basah memikirkan hal-hal yang terlalu 'jauh'.

"Eh.. Ah.. Ya, mungkin.. Begitu.." Ujarnya salah tingkah dan kebingungan. Joongie oppa hanya menepuk jidatnya dengan malas. Kuharap jidatmu tidak bertambah lebar seperti Yoochun, oppa...

"Anjjo jusseyo (silakan duduk), aku tahu kau sudah tak sabar, Yunho oppa." Pintaku pada mereka. Sesungguhnya, aku sendiri sudah tak sabar. Kuharap mereka memiliki tissue di sini, atau tidak, darahku akan menetes kemana-mana.

Yunho oppa pun duduk, sedangkan Joongie oppa memposisikan dirinya di sebelahku, entah apa maksudnya. Yunho oppa mulai menghitung mundur dengan jarinya, kurasa skenario akan dimulai. Hatiku berdegub kencang!

"Mataharinya panas.. Joongie lelah, pusing.. Dunia berputar... Uh-uh.." Keluh Joongie oppa sambil berakting kelelahan. Ia tampak terhuyung-huyung, seperti akan pingsan. Hei, bahkan kita di dalam ruangan, mana ada matahari disini? Dan lagipula, namanya matahari pasti panas, oppa.. =_=

Melihat hal itu, Yunho oppa seketika berdiri, ia melangkah mendekati Joongie dengan kedua tangannya berada di saku celananya. Yunho oppa menunjukkan ekspresi mengernyit dengan raut sedikit kebingungan.

"Yak, Joongie-ya. Gwaenchana? Apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya kalem dan cool. Andwae! Aku bisa-bisa jatuh cinta dan terpikat.. Tidak boleh, tidak boleh.. Jangan merusak hubungan mereka, mereka terlalu menggemaskan untuk dirusak.

"Eoh? Yunnie? Ini benar Yunnie? Joongie pusing, dunia serasa berputar.. Loh? Kenapa Yunnie ada du-.. Aaa..."

BLUK

Joongie oppa pun pingsan! Untung saja refleks Yunho oppa sangat baik, ia segera mendapatkan Joongie oppa dipelukannya. Segera diangkatnya Joongie oppa ala bridal style dan membaringkannya ke sofa. Untung saja aku memilih bangku ini dan bukannya sofa itu.

Jujur aku kagum dengan kemampuan akting mereka berdua! Untuk sesaat, aku benar-benar percaya Joongie oppa pingsan sungguhan, untungnya aku masih mengingat dimana aku berada dan apa yang sedang kulihat.

"2 jam kemudian." Ujar Yunho oppa dengan ekspresi konyol. Aigoo.. Merusak suasana romantis saja.

"Uh? Apa yang terjadi dengan Joongie? Loh, ada Yunnie?" Joongie oppa terbangun dari pingsan (pura-puranya). Ia tampak celingukan, sepertinya mencari tahu dimana ia berada.

"Ne, ini Yunnie. Kau pingsan tadi, Boo.. Apa yang terjadi? Kenapa kau bisa berada di tengah-tengah lapangan yang panas itu?" Tanya Yunho oppa khawatir. Ia sungguh menunjukkan raut khawatir yang nyata. Membuatku terpukau dengan kemampuan akting mereka. Jika mereka memilih menjadi aktor, kurasa mereka mampu memenangkan penghargaan.

"Dihukum Ahra sunbae... Karena dekat-dekat dengan Yunnie..." Adunya dengan nada merajuk. Matanya tampak berkaca-kaca dan ekspresinya menunjukkan kalau Joongie oppa bisa menangis kapan saja. Ahra nugunde?! Biar kubunuh dia! Beraninya menghukum Joongie oppa!

"Cup.. Cup.. Uljimarago.. Yunnie milik Joongie, ne? Ahra akan Yunnie marahi nanti." Ujar Yunho oppa dengan amat sangat romantis! Ia bahkan menghapus air mata Joongie oppa yang mengalir di pipi Joongie oppa dengan ibu jarinya. Kuulangi, air mata itu sungguh-sungguh mengalir! Daebak!

"Hiks.. Keundae, Ahra sunbae bilang.. Hiks.. Kalau Yunnie sudah.. Hiks.. Poppo dia.. Hiks, hiks.. Di.. Di.. Di... Bibir... Huweee!" Tangis Joongie oppa pun pecah. Bahkan tubuhnya ikut bergetar pelan, air matanya mengalir deras, dan isakannya terdengar jelas. Sungguh, pemandangan itu dapat mengiris hatiku.

"Mwo?! Yunnie tidak pernah poppo orang lain selain Joongie! Never, chagiya, never! Jebal, uljima.. Yunnie sedih kalau Joongie menangis. Yunnie merasa selalu membuat Joongie menangis.. Mianhae tidak bisa membuat Joongie tersenyum.." Sahut Yunho oppa seraya memeluk Joongie oppa dengan lembut. Ia merengkuh Joongie oppa seakan Joongie oppa adalah sesuatu yang paling rapuh di dunia ini. Jawaban yang diberikan Yunnie oppa pun sanggup melumerkan hatiku, raut wajahnya yang sedih dan amat depresi itu membuatku tersentuh. Tak terasa air mataku ikut menggenang di pelupuk mataku.

"Jinja? Hiks.. Jinjaro? Yunnie geojimal, hiks.. Anieyo?" Tanya Joongie oppa memastikan pernyataan Yunho oppa barusan. Tangisannya sedikit mereda, namun tubuhnya masih bergertar lembut, seperti seseorang yang menahan tangisannya.

"Ne, Yunnie tidak berbohong. Yunnie tidak pernah mencium siapapun kecuali Joongie." Sahut Yunho oppa sembari melonggarkan pelukannya, menatap dalam kedua bola mata Joongie oppa dengan penuh cinta.

"Boo, let me prove that my love is real. I'll give all my love to you, please trust me." Lanjut Yunho oppa dengan amat sangat romantis. Eoh? Chakkaman. Rasanya aku pernah mendengar lirik itu pada sebuah lagu...

"Nde, Yunnie.. Midoyo.." Sahut Joongie oppa tersenyum lembut pada Yunnie oppa. Oh my God! Aku mau menangis rasanya. Lirik itu dari lagu milik DongBangShinKi yang berjudul I Believe! Lagu itu memang snagat menyentuh...

"Tutup matamu, sayang.." Ujar Yunho oppa dengan suara bass nya. Omo, omo, omo!

Joongie oppa menutup kedua kelopak matanya. Dilanjutkan dengan pergerakkan Yunho oppa yang semakin mendekatkan bibirnya dengan bibir merah merekah milih Joongie oppa.

KISS (!)

Bibir merekapun bertemu, hanya menempel untuk beberapa saat. Dan, aigo! Mereka mulai saling bergerak. YunJae melakukan deep kiss! Yunho oppa menggerakkan tangan kirinya yang semula berada di punggung Joongie oppa, kini kearah pinggang Joongie oppa. Mengelusnya perlahan hingga membuatku mendengar suara desahan lembut milik Joongie oppa. Aku tak kuat!

Joongie oppa menggerakkan kedua tangannya agar dapat dikalungkannya di leher kokoh milih Yunho oppa, dilanjutkan dengan memainkan rambut brunette itu dengan gemas (?)

Suara decakan dan suara lidah mereka yang saling bertarung disana, tidak bisa kudeskripsikan, mian readers. Untung mempertahankan bibirku agar tidak berteriak saja sudah sulit.

Tangan kanan Yunho oppa menjelajahi tubuh bagian depan milik Joongie oppa, dari punggung, menuju ke perut, kemudian naik ke dada milik Joongie oppa yang tertutup kemeja putih. Tak berhenti disana, tangan berkulit tan itu bergerak pelan kearah, omo, omo! Apa itu nipple Joongie oppa yang menjadi tujuannya?! Ingin rasanya aku menutup mataku, namun aku tak rela!

"Mmh.. Akh.. Ge-.. Hh.. -li.." Joongie oppa berusaha berbicara diantara ciuman mereka. Kurasa mereka bisa saja turn-on disini. Kuharap mereka tak akan making out di sini! Oh gosh.. Aku takkan sanggup! Ini bukan Butterfly Kiss lagi kurasa! Judulnya harus diganti dengan Kiss Over NC! -_-

Dan Yunho oppa tidak berhenti! Ia melepas perlahan ciumannya, beralih mengecupi lelehan saliva yang ada di sekitar bibir Joongie oppa, kemudian pipi putih mulusnya, dilanjutkan dengan daun telinga kiri milik Joongie oppa yang ber-piercing.

"Yunh.. Chak-akh.. Chakkaman!"

"Waeyo, Boo?" Aduh, kenapa berhenti?! Eh?!

"Ini.. Kau.. Tidak.. Uh, salah skenario?" Toweng?! Masa salah skenario sih? Jangan-jangan ini ratenya benar-benar 21?!

"Ani.. Ini spesial untuk Jeje.. Jeje sudah kita anggap dongsaeng sendiri, ne? Jadi biarkan ia melihat hal-hal yang lebih dari tamu kita lainnya." Putus Yunho oppa sepihak. Matanya semakin gelap akan nafsu. Tentu saja! Siapa yang tidak gelap mata kalau melihat Joongie oppa tanpa pertahanan begitu? Kulit seputih mutiaranya yang berkilau, pelipisnya yang mengalirkan keringat membuatnya nampak seksi, bahkan bibir cherry nya yang membengkak dan terbuka seakan mengundang seme, kalau perlu yeoja sekalipun, untuk menyerangnya.

"Eoh? Dongsaeng?" Tanyaku bingung. Apa secepat ini kami menjadi akrab? Hanya gara-gara Joongie oppa menyukaiku, yang entah karena apa? Jangan berpikir yang buruk, wahai shipper. Aku tidak akan merusak hubungan YunJae seperti Ahra atau siapalah itu yang membuat Joongie oppa menangis tadi.

"Ne, Jeje imut soalnya.. Seperti Jiji di rumah. Hihihi." Mwo?! Siapa lagi Jiji itu? Bahkan di rumahnya Joongie oppa?!

"Jiji itu kucing peliharaannya Joongie.." Jelas Yunho oppa, mungkin ia melihat raut kebingunganku. Mwo?! Chakkaman! Aku disamakan dengan kucing?!

"Kucing?! Tapi aku masih manusia!" Protesku tak terima, bahkan aku berdiri dari dudukku secara tiba-tiba. Sepertinya tindakanku ini mengejutkan mereka. Namun tak lama, ekspresi mereka berganti tertawa konyol.

"Bukan itu maksud kami, Jeje-ya.. Joongie menganggapmu lucu, sehingga ia nyaman denganmu. Buktinya kami melakukan skenario ini di depanmu. Padahal biasanya Joongie akan menolak melakukan skenario rate 17 karena merasa risih dilihat para tamu. Aku sudah bilang kalau skenario itu jarang dipesankan? Itu karena Joongie menolak melakukannya dan melimpahkannya pada couple yang lain.." Ujar Yunho oppa panjang lebar lagi seperti di chapter 1. Jadi, aku.. Spesial? (Enggak! Elu dibikin seakan-akan spesial supaya FF ini bisa gua tulis! Dasar kau Hello Kitty! -Catatan hati seorang LiZziE-)

Aku menunduk, jujur, aku malu. Aku diperlakukan seakan aku berbeda dan spesial, membuatku... Chakkamanyo.. Sabar sebentar.. Apakah.. Itu... Nyata? Benarkah yang kulihat itu? Posisiku yang berdiri memudahkanku melihat hal itu... Hal yang sedari tadi tak dapat kulihat dengan jelas karena terlalu asyik melihat keadaan di atas. Kini, aku melihat... Hal yang ada di bawah... Itu... Benar-benar mengejutkan! Di celana Yunho oppa...

Ada...

Seekor...

...

...

...

MONSTER!

Omo! Omo! Ukurannya! UKURANNYA!

(LiZz: Say hello to Yunconda, Jeje.. :p)

"Oppa.. Itu... Itu... Itu..." Ucapku terbata-bata.. Aduh, bodohnya aku! Bagaimana bisa aku menunjuknya dan mengatakannya pada sang pemilik benda itu?!

Serentak mereka berdua melihat pada arah yang ditunjuk olehku. Kemudian ekspresi mereka berdua sungguh bertolak belakang.

"Aigoo.. Uri Jeje neomu pervert, eoh? Kenapa memperhatikan 'member'ku yang ada di bawah sana?" Goda Yunconda, eh, Yunho oppa sambil menyeringai.. Mesum? Lain lagi dengan Joongie oppa yang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia bahkan tak sangup untuk tidak menundukkan kepalanya.

"Aniyo, oppa.. Hanya saja, tadi.. Tak sengaja.. Terlihat.. Tadi.. Aduh..." Kenapa aku mendadak gagap begini!

"Habis Yunconda-nya besar sekali, oppa!" Ups! Tamat riwayatku! Aku keceplosan!

"Yunconda? Igeo mwoya? (Apa itu?)" Tanya Joongie oppa dari balik telapak tangannya, dengan memberi jarak diantara jari tengah dan jari manisnya. Aigo, imut!

"Eh.. Itu... Mian! Lanjutkan skenarionya!" Aku menghempaskan bokongku dengan kuat ke kursi, nyaris membuatnya patah, mungkin...

Yunho oppa tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya. Bahkan ia akan berguling-guling di lantai jika tidak mengingat umurnya.

"Jadi sekarang nama 'member'ku bukan LittleYunnie lagi, nde? Joongie chagiya, kurasa nama dari Jeje lebih sesuai, karena kau sendiri tahu kan, kalau 'dia' tidak 'little'? Aku cukup menyukai panggilan Yunconda itu. Hahahaha.." Goda Yunho oppa sambil menaik-turunkan alisnya, khas om-om mesum #plak.

"Shirreo! Itu memalukan!" Tolak Joongie oppa sambil memalingkan wajahnya. Aku hanya bisa terkikik pelan melihat ulah mereka.

"Tetapi itu fakta Joongie chagiya.. Kau sendiri yang paling tahu mengenai ukurannya kan? Atau jangan-jangan Joongie sudah lupa, ne? Mau Yunnie ingatkan lagi?" Joongie oppa membelalakkan matanya lebar-lebar, begitu pula denganku! Skenario ini akan benar-benar melenceng dari aslinya! Namun aku tak berniat untuk menghentikannya sama sekali *evilsmirk

"Mwo?! Joongie tidak-.. Kyaa!" Belum sempat Joongie oppa menyelesaikan kalimat penyangkalannya, terdengar suara geraman rendah yang amat seksi. Rupanya Yunho oppa diam-diam menarik tangan Joongie oppa dan meletakkannya di... Aduh, haruskah kusebutkan nama 'itu'? Di.. Di... Yu-.. Yunconda -_-

"Yunnie...! Apa yang kau-.. Engh.. Akh!" Yunho oppa meletakkan kepalanya di perpotongan leher dan bahu Joongie oppa, mengigitnya pelan dan menjilatnya lembut. Kutebak rasa panas dan geli dari lidah Yunho oppa yang menyebabkan desahan milik Joongie oppa meluncur keluar.

Tak berhenti disana, tangan Yunho oppa yang tadi menuntun tangan Joongie oppa untuk menyentuh miliknya, kini beralih menyentuh selangkangan Joongie oppa, bahkan jika aku tak salah melihat, tangannya mulai bergerak pelan dan merangsang daerah itu!

Joongie oppa mendongakkan kepalanya, bibirnya nampak terbuka dan bergetar halus, sesekali terdengar rintihan dan pekikan kecil pertanda nikmat yang dihantarkan tangan berkulit tan itu pada area sensitif milik Joongie oppa.

Tiba-tiba saja Yunho oppa merendahkan kepalanya, mengangkat kemeja yang dipakai Joongie oppa sebatas perut, mengigit dan meninggalkan kissmark di perut Joongie oppa, tepat di atas tattoo yang terukir permanen. Eoh? Tattoo? Ada tattoo disana?

"Aah.. Yunhh.. Nghh.. Aw! Appo! Jangan digi-.. Githh.. Mhh.." Protesan Joongie oppa tertimbun desahan-desahan seksinya sendiri. Bahkan ketika Yunho oppa menaikkan kemejanya lagi hingga sebatas dada, menunjukkan nipple merah muda yang mencuat dan menantang siapapun untuk menggodanya. Dadanya cukup sintal untuk ukuran namja, bahkan sangat montok! Asetnya amat berharga! Bahkan lebih keren daripada bokong milik siapa tadi namanya? Dolphin?

"Yunnieehh.. Ppaliwaa! Ahhh.." Desahan Joongie oppa bertambah volumenya ketika nipple pinkish itu hilang di dalam hearted-shaped lips milik Yunho oppa. Kini bahkan Yunho oppa nampak menyusu pada dada Joongie oppa! Aku tak mampu lagi! Aku tak kuat! Ini lebih hot daripada JGV (Japanese Gay Video) yang biasa kutonton! Omo! Aku membongkar aibku sendiri. Don't tell anybody!

Dan satu lagi kissmark yang diukir di dada, aigoo.. Ada tattoo lagi disana.. Always.. Always, keep the.. Always keep the faith? Jinjja? Apa Joongie oppa seorang Cassiopeia? Lupakan, kissmark itu berwarna merah menyala, amat terang apalagi di bawah sinar lampu ruangan ini yang tampaknya sengaja dibuat amat terang.

Yunho oppa pun menjauhkan dirinya, menatap Joongie oppa dengan penuh cinta. Lain halnya dengan Joongie oppa, ia berusaha mengatur nafasnya yang tersengal dan bibirnya tetap terbuka, memudahkannya mengambil oksigen.

"Jja! Jeongmal kamsahamnida! Nafas dan darahku sudah terkuras habis, berkat kalian, the hottest couple in the world, YunJae! Kalian yang nyaris making out disini! Kalian yang nyaris membuka pakaian kalian disini! Aku tak yakin ini masih skenario atau kalian kelepasan tadi! Bahkan, oh my God! Aku dapat melihat tattoo-mu dengan jelas, oppa! Sejelas warna merah kissmark darimu, Yunho oppa! Astaga! Aku bisa mati disini!" Semburku tak karuan, panik, berdebar, sungguh, perasaanku saat ini tidak bisa dideskripsikan. Yang pasti, amat sangat penuh dengan Fujoshi & YunJae's feel!

Mereka berdua melongo melihatku. Bahkan Joongie oppa hanya berkedip-kedip polos. Keheningan selama 15 detik, hanya terdengar suara nafasku yang menderu sehabis berteriak-teriak. Kuharap ruangan ini kedap suara.

"Yaampun.. Sabar, Jeje..." Ujar Joongie oppa akhirnya, memecah kecanggungan dan keheningan yang menakutkan tadi.

"Sejujurnya, kau benar, aku kelepasan.. Hehehehe." Bagaimana bisa Yunho oppa mengaku tanpa rasa bersalah, bahkan tertawa lebar begitu.

Kututup wajahku dengan kedua tanganku, rasa malu itu menyeruak ke dalam pikiranku. Akal sehatku sudah lenyap sepertinya dengan menyemprot mereka berdua dengan segala uneg-unegku -_-

"Hihihi.. Jeje amat lucu.. Panik sekali ya?"

"Kutebak ia sebenarnya mengharapkan adegan intinya tadi?"

"Aniyo! Aku tidak.. Aku tidak berpikir begitu.. Aku tidak.. Ya, aku sama sekali tidak.." Ujarku ragu-ragu. Benarkah aku sama sekali tidak memikirkan kelanjutan adegan mereka tadi. Lupakan! Lupakan! Eh, tunggu.. Jangan dilupakan, sayang kalau dilupakan..

"Oppa, aku pulang ne.. Sudah terlalu lama aku disini.. Aku akan buru-buru pulang, supaya oppadeul bisa menyelesaikan, ehmm.. Itu.." Tunjukku pada selangkangan mereka berdua yang nampak menggembung.

"Yak! Jeje-yaa...! Eoh? Chakkaman.. Jeje mau pulang?" Tanya Joongie oppa dengan cemberut. Menimbulkan kekehan pelan dari Yunho oppa.

"Tentu ia akan pulang, Boo.. Masa ia akan menginap disini? Lagipula kita ada 'urusan' yang amat penting.." Goda Yunho oppa sambil mengecup pipi Joongie oppa pelan. Betapa romantisnya ituuu!

"Setidaknya tinggalkan nomor teleponmu, Jeje-yaa.. Jeballl..." Rayu Joongie oppa padaku sambil mengulurkan smartphone nya paaku, menyuruhku mengisi nomor teleponku. Astaga, apakah ini sebuah kencan buta bertiga atau ajang melakukan poliandri.. Tak terhitung ungkapan keterkejutanku hari ini.

"Arrasseo, oppa.." Kuketikkan sederet nomor ponselku, yang tentunya sudah kuhafal luar kepala.

"Jja.. Annyeong!" Pamitku pada mereka.

"Chakkaman! Bear hug duluuu..!" Cegah Joongie oppa padaku. Bear hug? Igeo mwoya?

"Bear hug itu pelayanan spesial dari couple kami untuk para tamu pada akhir skenario. Hanya sekedar berpelukan bertiga. Joongie yang memberi nama itu. Katanya aku mirip beruang." Hahaha! Benar sekali oppa! Yunho oppa memang mirip beruang. Gendut, besar, lembut, dan.. Hangat? Apa ia hangat, oppa?

Kamipun berpelukkan sejenak, diiringi permohonan-permohonan dari Joongie oppa agar esok aku dapat mampir lagi. Kami seperti saudara yang terpisah di film Tri-Angle saja, Young Dal dan kedua saudaranya yang lain.

Segera kumelangkah keluar, pergi ke kasir, membayar biaya makanan dan pesanan skenarioku, dan segera melarikan diri dari cafe laknat ini. Laknat tapi memuaskan jiwa fujoshiku. Hahaha!

Apa kau ingin mampir kesana? Jujurlah saja kalau kau memang ingin.. Hehe..

Omong-omong, apa kalian penasaran dengan kelanjutan adegan YunJae tadi? Well, karena aku sudah melangkah pergi dari Ninety Ninety Five, aku tak bisa memberitahumu!

My First Visit!

Regards,

Jeanne (JeJe)

.

The End

.

.

Alohaa.. LiZz balik bawa chapter ketiga, dan terakhir.. :'( Karena sejujurnya LiZz merasa kalau alurnya akan ketebak karena tokoh Jeje akan sering kesana, bertambah akrab dengan couple" disana, melihat banyak momen" menggemaskan, mengasyikan, dan memanaskan (?).

Jadi.. LiZz putuskan untuk berhenti di chapter 3 saja dan menjadikannya threeshoots.. Gomawo untuk semua readers yang udah review, fav, follow.. LiZz benar-benar senang ketika membaca review kalian yang mengatakan Joongie imut disini, kalian ingin ke cafenya, dan lain sebagainya. Doakan supaya LiZz dapat ide baru untuk FF lain secepatnya ne :)

Finally, review jusseyo =))