"Teme!" di belakang, Naruto merengek memanggilnya. "Jangan tinggalkan aku! Kau lupa kalau kakiku terluka karna terkena pecahan kaca semalam? aku tidak bisa jalan sendiri, Teme!"

Sasuke mendecak pelan. Kemudian ia berbalik menghampiri Naruto. "Ck, ini semua salah mobilmu yang tiba-tiba mogok itu! kalau mobilmu itu tidak membuat masalah, aku tidak akan mau menggendongmu! Dasar merepotkan! Naik!" perintah Sasuke sambil berjongkok di depan pemuda bersurai kuning itu.

"Hehe, terima kasih, Teme!"

Bukankah pertanyaan Sakura tadi sudah terjawab? Sayangnya gadis itu sudah pergi sedari tadi. Dan kelihatannya kedua pemuda itu juga sudah melupakan pertanyaan Sakura itu. Hmm… apa ini tidak apa-apa?

Story © Alodia Cho

Warning: AU, OOC, Mainstream story, Typo(s) etc

Genre: Romance/ Friendship and maybe a little bit humor(?)

Rate: T

Main pair: SasuSaku X NaruSaku—SasuNaru(?)

.

.

.

My New Neighbour

.

.

.

Tuh, kan!

Ino menyipitkan matanya. Dia yakin seratus persen bahwa Shimura Sai tadi sempat meliriknya. Tidak, tidak, bukan hanya sekedar melirik. Tapi menatapnya lama. Hmm… ada apa ini?

"Hei, Ino. Kau mendengarku tidak, sih?"

Suara dari sahabat pink-nya itu membuat Ino langsung tersentak. Refleks, ia langsung menoleh ke arah Sakura yang sedang menatapnya curiga.

"H-hah? De-dengar kok! Dengar!" jawabnya cepat, yang justru membuat Sakura makin curiga.

"Pig, tidak biasanya aku melihatmu begini. Biasanya kau selalu bersemangat setiap aku bercerita tentang Sasuke-Nii dan Naruto-Nii."

"A-ahaha…" Ino tertawa garing. "Maaf, maaf, tadi ada yang sedikit mengganggu pikiranku. Nah, jadi sampai mana pembicaraan kita tadi?" lanjutnya.

Bukannya menjawab, Sakura masih menatapnya lama. "Kau yakin tidak apa-apa, Ino?" tanyanya dengan nada serius.

Wajar saja kalau Sakura merasa khawatir dengan sahabat pirangnya itu. Yang sedang kita bicarakan ini adalah Ino loh! Sahabatnya yang super maniak BL, selalu mimisan dan tersenyum gaje dengan liur yang nyaris keluar bila melihat hal-hal yang berbau atau nyaris menyerempet yaoi. Dan kini sahabatnya itu justru terlihat tidak konsen saat ia sedang menceritakan tetangga gay-nya, yang mana pembicaraannya ini adalah seratus persen berbau yaoi, bukan menyerempet lagi!

Ino mengibaskan tangannya santai.

"Aku baik-baik saja, jidat! Tidak usah terlalu khawatiran begitu!" jeda, Ino terkekeh pelan. "Daripada khawatir padaku, lebih baik kau ceritakan saja tetanggamu itu!" lanjutnya semangat.

Dan Sakura hanya dapat mendesah pelan. Mungkin memang benar kata Ino, ia hanya terlalu khawatiran saja.

"Pig, semalam—" Sakura menarik napas perlahan, Ino menatapnya tidak sabaran. "Aku melihat Sasuke-Nii menggendong Naruto Nii-san," diakhiri tarikan napas panjang.

"KYAAA!" lain dengan ekspresi Sakura, lain pula dengan ekspresi Ino. Gadis berambut pirang itu langsung menjerit kesenangan. "Benarkah? Benarkah? Aah! Aku mau lihaat!"

Sakura mengusap tengkuknya pelan. "Ino, aku rasa—"

"Ah, aturan Naruto-Nii yang menggendong Sasuke-Nii, bukan malah sebaliknya! Tapi sebenarnya tidak masalah sih, soalnya kan ada beberapa kondisi yang bisa membuat sang uke yang menggendong seme-nya, bukan sebaliknya!" potong Ino tanpa sadar.

Sakura menghembuskan napas pelan, mencoba sabar. "Ino, aku mau bilang—"

"Aaahh! Tapi siapa pun yang menggendong siapa, aku tetap saja mau lihat! Pasti romantis sekali! Lagipula—"

"PIIIG! JANGAN MEMOTONG KATA-KATAKU SEENAKMU!" teriak Sakura langsung dengan wajah garang.

Ino menutup telinganya rapat-rapat. "Ah, Sakura, teriakanmu nyaring sekali. Kau nyaris membuatku tuli."

"Kau sendiri nyaris membuatku ingin meninju pipimu karna tingkahmu yang hobi sekali memotong kata-kataku," balas Sakura cuek.

Ino langsung memegang pipinya sambil melotot ngeri. "Ja-jangan, Sakura! Tinjumu bisa merontokan gigiku!"

"Kalau begitu dengarkan kata-kataku!" Sakura memeloti sahabat pirangnya itu tajam-tajam. Ino mengangguk cepat. Takut kalau-kalau Sakura benar-benar meninju pipinya.

Setelah yakin kalau kali ini Ino akan mendengarkan kata-katanya, Sakura menarik napas pelan.

"Pig—tidak, Ino," gadis berambut pirang itu menaikan alisnya. Saat Sakura memanggil namanya, itu artinya gadis itu sedang serius, "A-aku rasa… aku bukanlah fujoshi sejati. Aku benar-benar tidak bisa melihat Sasuke-Nii dan Naruto-Nii dengan cara seorang fujoshi menatap mereka. Apa yang harus aku lakukan Ino!" dan Sakura langsung mewek seketika.

Ino langsung memutar bola matanya. Dia kira Sakura mau bilang apa. Rupanya itu toh! Kalau soal itu sih Ino sendiri juga sudah tau kalau sahabat pink-nya itu memang ada sedikit masalah dengan tetangganya yang super spektakuler itu.

Seriusan deh, bagaimana mungkin Sakura masih tidak bisa menerima tetangga gay-nya itu. Lebih tepatnya, kenapa ia masih ketakutan dengan 'hal' yang sebegitu indahnya itu. Ayolah, bagi seorang fujoshi diberi tetangga gay adalah anugerah yang patut disyukuri tujuh hari tujuh malam dengan mandi kembang tujuh rupa kalau perlu.

Ino bertanya-tanya, memangnya apa yang salah dengan tetangga Sakura itu? Maksudnya, gadis bermata emerald itu bisa melihat Shikamaru dan Kiba dengan tatapan cinta. Sakura juga bisa ber-fans girling ria dengan karakter kesukaannya AoKuro. Ia juga bisa jerit-jerit sampai kehabisan napas saat melihat Levi Heichou yang begitu gagah saat sedang menggoda—dalam pandangan Sakura—Eren si uke maso.

Lalu pertanyaannya, kenapa dengan tetangganya itu Sakura tidak bisa? Kenapa? Kenapaaa?! Oke, Ino nyaris frustasi kalau memikirkan itu.

Menatap Sakura yang masih mewek di sebelahnya, Ino menghela napas pelan. Ah, ia pusing. Ia tidak mau kehilangan satu-satunya sahabat sealiran sesat dengannya. Dan kemudian mata Ino langsung melebar.

"Sakura," Ino memegang bahu gadis itu, "Aku rasa masalahmu itu adalah pembiasaan diri," lanjut Ino.

Sakura menatapnya bingung. "Pembiasaan diri?"

Ino mengangguk.

"Iya. Kau seperti ini hanya karna kau tidak terbiasa melihat mereka dengan sudut pandang seorang fujoshi."

Sakura masih menatap Ino, menunggu gadis itu melanjutkan kata-katanya.

"Dan kalau hanya itu masalahnya, aku rasa akan sangat mudah mengatasinya," jeda, Ino tersenyum lebar. "Kau hanya perlu membiasakan diri melihat mereka bermersaan!" lanjutnya.

"Hah?" Sakura mengangkat sebelah alisnya.

"Iya! Kau harus sering-sering melihat mereka bersama Sakuraa!" Ino kembali mengulang kata-katanya dengan semangat luar biasa.

"Ca-caranya?"

Menatap mata Sakura dalam-dalam, Ino tersenyum lebar. "Sakura, ayo adakan pesta barbeque. Dan kita undang mereka berdua!" lanjut Ino diiringi tawa bahagia. Pipi gadis itu bahkan sampai memerah, bisa dibayangkan bahwa ia sedang memikirkan hal-hal nista berbau yaoi.

Dan Sakura hanya bisa melongo seketika.

.

.

.

xXx

.

.

.

"Ino, tolong berikan ini pada Shikamaru."

"Siap, Asuma sensei!" tertawa kecil, Ino mengambil buku yang diberikan Asuma padanya. Kemudian ia berjalan pergi menuju kelasnya.

Bersenandung pelan, Ino meloncat-loncat kecil di sepanjang koridor kelas. Walau pun terlihat santai, sebenarnya Ino sedang memikirkan sesuatu.

Dan yang sedang ia pikirkan itu adalah Shimura Sai. Teman sekelasnya merangkap orang yang tidak terlalu dekat dengannya. Wajar saja kalau ia tidak dekat dengan laki-laki itu, masalahnya laki-laki berambut klimis itu sangat pendiam, dan dia sendiri terlalu cerewet. Makanya ia merasa tidak cocok dengan laki-laki itu.

Lalu, kenapa akhir-akhir ini Shimura Sai sering menatapnya? Jangan remehkan insting wanitanya, begini-begini ia selalu sadar saat Sai menatapnya. Ia bahkan tau saat ia sedang sibuk berbicara dengan Sakura tadi, si Sai itu terus memperhatikannya, dan ia mencoba untuk berpura-pura tidak tau.

Tapi tetap saja sebagai seorang gadis dia merasa—

"Ah, Shikamaru!" pucuk dicinta ulam pun tiba. Sosok Shikamaru muncul di depan pintu kelas. Laki-laki itu sedang berbicara dengan Kiba.

Menatap dua OTP kesukaannya yang sedang berbicara begitu, tentu saja membuat Ino langsung tersenyum-senyum senang. Dengan pelan gadis itu menghampiri kedua laki-laki itu.

Shikamaru menatap Ino dengan pandangan mengantuk, "Berhenti berpikir seperti itu Ino."

Ino nyaris tidak bisa menahan seringainya, "Kau tidak tau aku sedang memikirkan apa, Shikamaru."

"Percayalah, aku tau apa yang sedang kau pikirkan," balas laki-laki itu datar. Dan Ino semakin tersenyum lebar. Sedangkan Kiba sendiri hanya dapat menatap mereka bingung.

Berdehem pelan, Ino menyerahkan buku yang diberi Asuma tadi, "Ini Shikamaru, dari Asuma sensei!"

Shikamaru mengangkat alis bingung, tapi begitu buku itu telah sampai di tangannya, ia mengangguk pelan. Ino tidak bisa mencegah dirinya untuk merasa penasaran, gadis itu langsung mendekatkan wajahnya ke buku yang sedang dipegang oleh Shikamaru itu.

"Itu buku apa sih, Shikamaru?" tanyanya kepo.

Bukannya menjawab, Shikamaru menjitak pelan kepala Ino, membuat gadis itu mengaduh pelan.

"Yang jelas ini bukanlah buku yang bisa kau mengerti dengan otakmu yang penuh dengan gosip dan hal-hal menjijikan yang tidak mau aku sebutkan," balasnya cuek.

Ino mendelik seketika.

"Hal yang kau bilang 'menjijikan' itu adalah hal yang paling menakjubkan menurutku!" balasnya tidak mau kalah. Sedangkan Shikamaru sendiri hanya dapat memutar matanya.

Baru saja Ino akan membalas tapi terhenti seketika. Gadis itu merasakan… Shimura Sai sedang menatapnya. Tuh, kan!

Mencoba melirik dari ekor matanya, Ino menyadari bahwa walaupun sedang membaca buku di kursinya, mata Sai tertuju padanya. Tu-tunggu! Kalau diingat-ingat lagi, gadis bermanik aquamare itu baru sadar bahwa walaupun Sai memang sering meliriknya, tapi laki-laki itu paling lama menatapnya saat sedang bersama… Shikamaru. Ke-kenapa?

Dan kalau diperhatikan lebih teliti, wajah Sai yang sedang menatapnya saat ini seperti seseorang yang sedang… cemburu? Astaga! Astaga! Astagaaa!

Wajah Ino langsung memerah. A-apa mungkin Sai me-menyukai—Kyaa!

"Hei, Ino. Kau kenapa?" suara Shikamaru langsung membuat Ino tersadar. Gadis itu berdehem pelan.

"Shikamaru, aku harus pergi," dan tanpa menunggu jawaban dari laki-laki itu, Ino langsung berbalik pergi—menuju ke arah Shimura Sai duduk.

"Sai, aku rasa kita harus bicara!" katanya langsung begitu sampai di depan Sai.

.

.

.

xXx

.

.

.

Ino berdehem pelan.

"Sai, aku tau kau sering menatapku," ucap Ino tanpa basa basi.

Walaupun wajah Sai terlihat tanpa ekspresi, matanya sempat melebar sedetik. Tapi laki-laki itu sama sekali tidak mengeluarkan suaranya.

Kehilangan kesabaran, Ino berdecak pelan. "Kau tau maksudku, Sai. Kau sering menatapku. Bukan hanya sekedar menatapku! Tapi benar-benar menatapku! Kau mengertikan?"

"Lalu?"

Ino menepuk jidatnya. Astaga! Laki-laki itu menguji kesabarannya.

"Jadi Sai, katakan padaku. Kenapa kau sering menatapku? Dan kau pikir aku tidak tau apa, kau selalu menatapku saat sedang bersama Shikamaru dengan wajah yang ce-cemburu! Karena itu sekarang kutanya padamu kenapa?" buru Ino dengan wajah tidak sabaran.

Sai menatapnya diam, masih enggan mengeluarkan suaranya.

Menarik napas gusar, Ino menatap Sai tajam. "Baik! Aku ganti pertanyaannya! Sejujurnya aku tau alasannya kenapa kau menatapku seperti itu. Aku menanyakannya hanya untuk memastikannya saja! Tapi melihat reaksimu yang seperti ini, aku yakin tebakanku benar."

Dan secara mengejutkan wajah Sai mulai memerah, Ino melebarkan matanya.

"Jadi… kau tau alasan kenapa aku selalu melihatmu, Ino?" tanya laki-laki itu pelan. Astaga! Ini pertama kalinya bagi Ino melihat Shimura Sai yang selalu tidak memiliki ekspresi tiba-tiba jadi malu-malu kucing begini.

"Ya, aku tau. Alasan kenapa kau selalu melihatku saat sedang bersama Shikamaru dengan wajah cemburu. Aku tau, Sai" ka-kau me-me-menyukai—

"Jadi, pertanyaanku adalah apakah aku benar, Sai?" lanjut gadis itu dengan wajah memerah. Jantung Ino bahkan sampai berdegup kencang menunggu jawaban laki-laki itu.

Sai mengangkat wajahnya, menatap Ino dalam. Kemudian dengan wajah yang bersemburat tipis ia mengangguk. "Iya, Ino. Kau benar."

Ino menahan napas, gadis itu hampir saja menjerit kecil.

"Astaga! Ja-jadi aku benar, Sai? Ka-kau menyukai… "

Sai mengangguk.

"Astaga! Astaga! Jadi aku benar kalau kau menyukai Shikamaru, Sai?! KYAA!" dan Ino langsung heboh seketika.

"H-hah?" Sai melongo.

"Kyaa! Aku harus bilang ke Sakura! Dia pasti senang sekali! Kyaaa!" Ino yang baru saja akan berbalik pergi terhenti saat Sai menahan tangannya.

"Tidak! Jangan beritahu Sakura!" wajah laki-laki itu terlihat panik.

Ino mengibaskan tangannya. "Tenang saja Sai! Sakura itu fujoshi, sama sepertiku!"

"Fu-fujoshi?"

"Iya! Jadi tenang saja rahasiamu aman bersamaku!" gadis itu tersenyum lebar.

Sai gelagapan seketika, "Ta-tapi Ino aku rasa—"

"Tapi Sai, bagaimana mungkin kau bisa menyukai Shikamaru? Maksudku bukannya aku tidak mendukungmu, hanya saja Shikamaru itu sudah bersama Kiba. Jadi sama sekali tidak ada cara bagimu untuk mendapatkan Shikamaru. Yah, seperti yang kau lihat baik Shikamaru maupun Kiba itu benar-benar terlihat sangat cocok saat bersama!" potong gadis itu semangat.

"I-ino—"

"Jadi Sai, antara kau dan Shikamaru, siapa yang uke dan siapa yang seme? Ah, aku yakin pasti kau uke-nya, 'kan?"

"A-aku u-uke?"

"Iya! Soalnya Shikamaru itu walaupun pemalas dan suka tidur di kelas, tapi dia benar-benar mempunyai aura seorang seme! Jadi Sai, kau benar-benar menyukai Shikamaru, 'kan?" tanya Ino sambil tersenyum lebar.

Sai tertegun. Baginya Yamanaka Ino memang selalu tersenyum dan terlihat bersemangat. Tapi ini adalah pertama kalinya ia melihat Ino benar-benar terlihat senang saat tersenyum.

"Sai?"

Dan Sai akhirnya telah mengambil keputusan. Dengan perlahan laki-laki itu pun tersenyum.

"Ya, aku menyukainya."

.

.

.

xXx

.

.

.

"Sakura, ayo adakan pesta barbeque. Dan kita undang mereka berdua!" kata-kata Ino kembali terbayang di pikiran Sakura. Gadis itu berdecak pelan, mudah memang kalau hanya berbicara, tapi bagaimana cara mengundang merekaaa?!

Mendesah frustasi, gadis itu mengacak-acak rambutnya. Terlalu sibuk dengan pikirannya, gadis itu bahkan sampai tidak konsen lagi menonton tv. Dan ia baru tersadar saat mendengar bunyi bel rumahnya.

Dengan kesal, gadis itu berdiri. Kemudian ia berjalan ke pintu depan dengan setengah menggerutu.

"Siapa?"

"Sakura."

Dan mata Sakura langsung melebar seketika. Uchiha Sasuke berdiri tepat di depan rumahnya.

"Maaf kalau aku menganggumu, Sakura."

Gadis bermata emerald itu langsung panik seketika. "Ti-tidak. Sasuke-Nii tidak menganggu kok. Etto… ada apa ya?" tanya Sakura hati-hati.

Sasuke menundukkan kepalanya perlahan.

"Hn, kamar mandi. Toilet. aku pi-pinjam" katanya berantakan.

"Hah?" Sakura mengerutkan dahinya bingung.

Berdehem pelan, laki-laki itu mengusap tengkuknya. "Aku pinjam toilet," katanya dengan suara datar.

"Hah?" dan Sakura semakin melongo.

Perempatan siku-siku muncul di dahi Sasuke. Mencoba menahan emosi, laki-laki itu menarik napas pelan.

"Naruto memegang kunci rumah. Dan dia belum pulang. Sedangkan aku sedang uhh… terdesak. Jadi boleh aku pinjam toiletnya?" dan tak lupa Sasuke memberikan deathglare andalannya setelah berkata sepanjang itu.

Sakura takjub. Ini pertama kalinya ia mendengar Sasuke berbicara sepanjang ini. Tapi gadis itu segera tersadar.

"Boleh! Boleh!" jawabnya cepat-cepat.

Mendengus pelan, laki-laki bermanik onyx itu pun berjalan ke dalam dan menghilang di tikungan tangga. Sakura menarik napas, baru sadar bahwa sedari tadi ia menahan napas saat sedang berhadapan dengan laki-laki itu.

Mencoba rileks, gadis itu pun berjalan duduk ke sofa terdekat. Beberapa menit kemudian Sasuke muncul, refleks Sakura langsung berdiri.

"Su-sudah?" tanyanya malu-malu. Sakura meruntuk dalam hati. Kenapa dia harus bertanya hal yang berbau ambigu begini.

"Hn, terima kasih, Sakura," mengangguk pelan, Sasuke berjalan ke pintu. "Kalau begitu aku pulang dulu," lanjutnya.

Baru saja Sasuke akan berjalan pergi, tapi terhenti saat Sakura menahan lengannya.

Sasuke mengangkat sebelah alisnya.

Sakura meneguk ludahnya susah payah.

"Ne, Nii-san, Ng… barusan kau pipis—berdiri atau jongkok?"

Krik…

Krik…

Krik…

"APA MAKSUDMU BERTANYA SEPERTI ITU?! KAU PIKIR AKU PEREMPUAN, HAH?! TENTU SAJA PIPISKU BERDIRI!" Sasuke berteriak murka.

"Souka…" dan tanggapan Sakura hanyalah anggukan polos.

Seharusnya Sasuke semakin mengamuk bila menilai dari ekspresi yang diberikan gadis itu. Tetapi saat melihat mata bulat dan anggukan polos yang diberikan Sakura, entah kenapa Sasuke merasa gemas sendiri. Ekspresi gadis itu seperti bocah TK yang mengangguk saat diberitahu satu tambah satu sama dengan dua.

Menghembuskan napas pelan, Sasuke mengangkat tangannya dan mengetuk jidat Sakura pelan.

Laki-laki itu tersenyum lembut.

"Baka," bisiknya pelan. Dan Sakura langsung merona.

Kemudian tanpa berkata-kata lagi, Sasuke berbalik pergi. Meninggalkan gadis bermanik emerald itu yang hanya bisa menatap punggungnya dengan semburat merah di wajahnya. Ah, manis sekali.

.

.

.

TBC

.

.

.

Halo!

Sudah berapa lama Alo menghilang? Apakah ada yang merindukan fanfic ini? Maaf karna udah lama Alo mencuekin fanfic ini. Bukanya Alo gak mau lanjut, tapi Alo emang lagi sibuk banget. Dan kebetulan Alo juga sedikit buntu ide dengan fanfic ini, makanya Alo sengaja bikin yang lain buat menumbuhkan daya khayal Alo lagi, wkwk xD

Jadi setelah lama menghilang, Alo muncul dengan chapter baru dimana chap ini membahas tentang Ino. Seperti yang kalian lihat, Alo sudah memasukan couple baru yaitu SaIno menyerempet ShikaIno, jadinya SaInoShika deh, wkwk xD

Dan untuk couple utama kita SasuSakuNaru, bagi yang merasa penasaran endingnya jadi SasuSaku, NaruSaku, atau SasuNaru, silahkan ikuti fanfic ini sampai selesai. Karna seiring berjalannya cerita akan ketahuan pairingnya siapa. Atau mungkin kalian bisa vote suka pairing apa di antara ketiga itu, tenang aja vote kalian akan Alo pertimbangkan untuk masa depan fanfic ini. Bagi yang straight atau penikmat yaoi gak usah takut dengan endingnya. Karna Alo setengah straight setengah fujo, jadi Alo pasti mikirin perasaan kalian.

Lalu pertanyaan terakhir, ada yang minta sequel Happy Ending atau Truth or Dare gak? Kalo ada sih rencananya mau Alo buat.

Akhir kata, jangan lupa meninggalkan jejak review yaa, hoho~

Special Thanks to

Nikechaann, Michiyo Oh, KuroNeko10, Herawaty659, yassir2374, veira sadewa, pu3 silvia, Yuu-chan Namikaze, Kuroshiro Ringo, Guest, Angel Muaffi, cherrytakumi08, seisawa ciel, .

Balas Review

Lanjut! Iyaa, ini udah lanjut kok. Seneng deh liat moment SasuNaru. Alo juga seneng! Ntar deh dibanyakin lagi moment-moment mereka. SasuSaku dong pairnya. :) Gokil banget ceritanya. Makasii, Alo malah takut lucunya garing. Gak bisa baca kalo endingnya sasusaku ato narusaku. Aduh, Alo gak tau harus bilang apa. Lihat saja bagaimana kedepannya nanti. SasuNaru forever! Alo juga suka SasuNaru~ yuk tos! wkwk xD Cepet update dong. Iyaa, ini baru di update, apa termasuk cepet? Hehe. Sampe chap 3 ketawa terus. Makasii, semoga chap ini juga ketawa, walo Alo gak yakin. Nyesel baru nemu sekarang. :)

Jaa ne, arigato~