OMAKE

Kelihatannya mereka bermaksud melanjutkan ide bagus kaptennya kemarin tentang sesuatu seperti merayakan hari jadi mereka ?. tapi bagi Sanji yang sudah biasa membuat porsi yang luar biasa (yang bahkan lebih banyak dari pada pesta umumnya) meski bukan perayaan apapun, ia bertanya "apanya yang perayaan ?, ini sarapan kalian yang biasanya bukan ?"

"maa…aku juga tidak melihat perbedaan " tambah Nami tersenyum kaku sambil memakan rotinya "setidaknya si Luffy tidak mengomel "

"hmm…bagaimana jika membuatnya berbeda dengan sebuah game?" tiba-tiba tengkorak tinggi menengahi mereka "aku pernah melakuan sekali tapi tidak pernah jika pacar seseorang"

"game seperti apa?" Robin yang duduk di sebelah Nami berhenti tertawa mengamati Trio Idiots dan mulai mendekat

"dulu saat aku masih bersama teman-temanku, saat di BAR kami selalu memainkan sebuah game" Brook mulai bercerita "jadi peraturan game ini sangat sederhana…"

Memainkan permainan gunting-batu –kertas dengan satu korban, tidak peduli siapapun yang menang, pemenang boleh melakukan apapun pada si korban tang menjadi hadiah utama dalam game ini. Maka karnanya kelompok Brook yang dulu menyewa seorang perempuan atau salah satu anggota yang di kerjai dan bermain bersamanya dan saat ini mereka akan memilih siapa korbannya

"dilihat dari situasi Zoro-san bukan ?"

"…aku labih baik Nami-san atau Robin-chan saja…..meski aku juga tidak masalah dengan Marimo" katanya diakhiri bisikan

"…Zoro, kurasa harus begitu ini perayaan bukan ?" tambah Chopper mengangguk setuju

"HEI!...YANG MEMBUAT PERAYAAN INI BUKAN AKU!"

"ooh, apa kita akan memanas-manasi kapten kita ?" Franky tersenyum jahil

"kau harus melidungi Zoro-kun senchou-san"

"YOOSH AYO KITA MULAI!"

"HEI LUFFY!"

"maa…aku lebih tertarik jika hadiahnya uang tapi bisa mempermainkan seseorang juga menarik"

Akhirnya sesuai keputusan bersama (tentu Zoro sendiri masih mengomel). Zoro adalah hadiah game ini. "ini sama sekali tidak lucu " omelnya duduk di atas ayunan "sudahlah cepat selesaikan permainan yang tidak menguntungkan ini"

Mereka semua mengabaikan ocehannya dan mulai bermain menyerukan gunting-batu-kertas gunting-batu-keras sampai seseorang di antaranya berteriak "AKU MENANG!"

"Nami, untuk apa kau senang sekali ?..aku tidak punya uang untuk kau peras"

"tentu aku tahu, kau bahkan belum membayar hutangmu dua tahun yang lalu"

"kau masih mengingatnya?"

"…hmm…biar kulihat apa yang bisa kulakukan denganmu…" gadis itu dalam mode berpikir "hmm…maa aku lebih memilih membuat orang kesal jadi.." ia mendekat ke wajah Zoro

"hmm?..apa mau…!" CUP gadis itu menciumnya di kening "mu…?" sebelum pendekar pedang yang mengendorkan waspadanya itu selesai berbicara. Yang lainnya membelalak seperti ikan mati melihat adegan tersebut "APA YANG KAU LAKUKAN?!" protes Zoro memegangi keningnya dengan wajah merah padam

"ayolah, aku hanya mencium " gadis itu menusuk hidung si pemalu itu dengan pelan "aku tidak mengigit, kau juga pasti sudah dapat banyak ciuman dari Luffy bukan ?" ia menoleh ke belakang, bocah itu berdiri dengan tampang terkejut lalu berlahan menjadi cemberut dan mengeluh "Nami, aku belum menyentuhnya sama sekali…"

"eh?!" gadis itu membeku mendengarnya "kau…belum?.."tanyanya masih tak percaya "rencanaku sih ingin membuatmu kesal Luffy, tapi ini pasti berlebihan jika kau belum menyentuh Zoro sama sekali" katanya dengan jujur "kau tidak akan marah padaku bukan?" tanyanya dengan suara semanis mungkin

"NAMI!"

Setelah suasananya melonggar mereka melanjutkan game mereka, kali ini sorakan kemenangannya lebih tenang "aku menang" Robin muncul dari segerombalan orang yang duduk di lantai rumput

"dia tidak merencanakan hal yang aneh bukan?"pikir Zoro dengan sikap siaga, pengalamannya dengan Nami masih membuatnya syok berat

Wanita itu mendekatinya sambil tersenyum dewasanya ia mengulurkan tangannya, Zoro menunduk sambil mengeratkan cengkramannya di tali ayunan "eh?!" ia merasa tangan kecil nan lembut membelai rambutnya, ia mendongak ke atas. Wanita cantik itu tersenyum sambil membelai kepalanya "Ro,Robin?" panggilnya dengan tatapan bertanya-tanya "apa yang kau?..."

"maa..kau memiliki rambut yang tidak biasa, aku penasaran seperti apa rasanya...ini halus dan lembut untuk seorang laki-laki "

"tentu saja, aku mencucinya…" mukanya agak memerah. Apakah Ia malu di perlakukan seperti anak kecil? Tanya yang lainnya dalam hati. Zoro saat ini seperti kucing penurut dan itu manis sekali "sudah hentikan Robin" ia memegangi atas kepalanya agar tidak di belai lagi "jangan memperlakukanku seperti anak kecil" katanya masih dengan wajah memerah

"…melihatmu jadi ingin punya adik "

"Robiinn" Luffy cemberut lagi "aku juga belum merasakannya"

"benarkah?...tapi aku hanya punya kesempatan sekali ini saja dan kau punya banyak"

"ukh..meski begitu"

Setelah menenangkan Sanji yang cemburu pada Zoro (entah mengenai Nami dan Robin dengan Zoro atau Zoro dengan Nami dan Robin?). mereka bermain sekali lagi, dan untuk kali ini Luffy benar-benar ingin menang, namun sayang sekali dia tidak beruntung karena "yosh, kali ini aku huh.." kali ini Sanji yang menang

"TIDAK!, AKU MENOLAK ORANG INI!" teriak Zoro seketika itu juga sambil berdiri dan menunjuk

"oi itu kejam sekali " si pirang itu mendekatinya "punyaku Cuma sebentar, tidak perlu sepanik itu"

"meski Cuma sedetik aku juga tidak tenang"

"maa…tapi juga tidak akan secepat itu" balasnya mendekatkan wajahnya "aku boleh melakukan apapun, jadi kurasa ini juga bisa kulakukan" ia makin mendekat

"hoi, cook apa yang sebenarnya ingin—" Zoro melonjak kaget "he,hei jangan bercanda.."ia melihat lehernya sendiri dengan wajah pucat, sensasi lidah koki itu masih terasa di lehernya dan juga hisapannya "San..Sanji…ukh.." lidahnya akhirnya terpeleset memanggil nama si koki yang masih bermain dengan lehernya

"….kurasa ini cukup " si pirang kembali tegak sambil menjilat bibirnya sendiri mengamati hasil karyanya"itu merah dengan sempurna "

"kkkk KAU!..." badannya bergetar saking kesal, mengurungkan niatnya ia kembali duduk di ayunan "apa sih yang dipikirkannya ?" tanyanya masih cemberut sekaligus bertanya-tanya

"ne…Sanji-kun, bukannya itu keterlaluan ?" Tanya Nami dengan keringat dingin "bahkan Luffy belum menyentuhnya dan kau sudah menandainya?"

"…mau bagaimana lagi peraturannya mengatakan jika pemenang boleh melakukan sesukanya bukan?, Nami-san?" jawab Sanji dengan senyum puas

"lihat, kelihatannya kapten kita sudah tidak tahan lagi" tunjuk Robin dengan senyumnya pada gerombolan yang seharusnya masih bermain

"heh..dia masih bocah "

Berkat Sanji, kelihatannya Luffy mencapai puncaknya. Bocah itu berdiri meski ia belum melakukan gunting-batu-kertas dan menang ia langsung menghampiri Zoro dengan langkah cepat "hmm…Luffy?" bocah itu meloncat kearah si hadiah dan di tangkap "ada apa?" Tanya Zoro

"…" ia tidak menjawab, dengan erat ia memeluk pacarnya, Zoro hanya menerimanya dengan wajah bertanya-tanya "...Zoro.."panggilnya dengan suara lembut dan melepas pelukannya, menatap mata si pendekar pedang dalam-dalam "ada apa Luffy ?" tanya Zoro tersenyum kecil

Aah...aku benar-benar bodoh membuat Zoro menjadi hadiah... pikirnya saat melihat senyuman tersebut maa...mungkin ini yang mereka sebut cemburu..

"Luffy?"

"boleh aku menciummu?...meski aku tidak menang dalam game ini ?"

"aaa...apa yang kau..." seketika itu juga wajah itu merah padam

"nee...Zoro"

"..." melihat wajah memelas Luffy dia tidak bisa menolak, ia tidak menjawab iya dengan keras namun sebagai gantinya ia mengangguk pelan, melihat tanda darinya bocah itu tersenyum kegirangan sekali apa membiarkannya membuat dia sesenang itu...lebih dari pada makanan?

Segera bocah itu melumat bibirnya seperti permen, hatinya masih tidak siap belum sampai Luffy memasukkan lidahnya, tanpa sadar ia mendorong bocah itu "Lu,Luffy...hal seperti ini setelah di pikir-pikir...mereka menonton kita.."

"mereka ?" Luffy menoleh ke samping kirinya dimana semua temannya tersenyum mengamati mereka berdua "ini perayaan "

"INI TIDAK ADA HUBUNGAN DENGAN PERAYAAN ATAU TIDAK TAHU!" tanpa sadar ia meninggikan suaranya dan membuat Luffy memasang wajah kecewa "...dasar. apa kau tidak tahu malu ?" keluhnya merasa bersalah

"habisnya..."

"seperti yang Robin katakan barusan..mereka hanya punya kesempatan sekali sedangkan kau...setiap saat aku adalah milikmu "hiburnya "ini hanya sekali seumur hidup maka karna itu ini di sebut perayaan bukan?"

"jadi kau tidak masalah ?...di perlakukan seperti itu?"

"maksudmu?...aah..." apa dia ingin melindungiku?...dasar bocah ini.. "hahaha...mereka nakama kita..apa salahnya?..di tempat pertama kau juga ingin memainkan game ini bukan ?"

"uukh..maaf "

Dasar bodoh...meski ia berlagak dewasa tetap saja ia masih bocah huh..maa...aku juga yang menyukainya.

Ia menghela nafas panjang lalu menarik leher bocah itu ke arahnya dan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan bocah itu tadi "!"

"kau puas?"

Wajah bocah itu agak memerah "iya"jawabnya sambil mengangguk "kupikir kau tidak akan melakukannya semenjak mereka melihat "

"...kau bilang ini perayaan bukan apalagi...ini seherusnya dilakuan sat kita berdua saja kapten "

"apa seharunya begitu?...maa jika kau bilang begitu, lain kali aku akan menyerangmu di saat yang lainnya tidak ada"

"uuh...aku akan menantikannya" balas Zoro