Fairy Tail belongs to Mashima Hiro
.
FAILED
by helloxygen
.
Short fiction
.
XoXoXOxOxO
.
"Hei, Lucy. Apa kau dan Natsu berciuman?" tanya Asuka dengan wajahnya yang polos.
Lucy yang berjongkok di bawahku tersentak. "A-APA?!" Aku melihat semburat merah muncul di pipi putihnya. Pertanyaan Asuka sangat mengejutkan ya, Luce?
"Papa dan mama melalukannya sepanjang waktu."
Sepanjang waktu? Benarkah? Aku bahkan belum pernah satu kalipun dengan Lucy!
Wajah Lucy semakin memerah. Semburat merah itu kini menyebar di seluruh wajahnya hingga ke telinga dan entah mengapa aku merasakan wajah Lucy memanas.
"U-uh ..." Lucy gugup. "Aku dan Natsu bukan papa dan mama ..."
Hm, ya. Aku dan Lucy bukan papa dan mama. Kami itu hanya teman, tahu? Teman yang lebih dari teman tapi tidak lebih dari teman, Asuka.
"Natsu, ini perintah," kata Asuka.
"HAH?" Aku terkejut. Asuka memandangku dengan tatapan bosan seolah aku payah sekali. Payah karena tidak seperti papa dan mamanya yang selalu berciuman sepanjang waktu.
Hah, sayang sekali, Asuka. Kau tidak tahu. Meskipun aku tidak berciuman dengan Lucy sepanjang waktu, seperti papa dan mamamu, tapi aku selalu bersamanya. Ya, aku selalu bersama Lucy sepanjang waktu! Meskipun terkadang Lucy tidak menyadarinya.
Eh, tapi, siapa yang peduli tentang itu? Aku sekarang punya alasan yang cukup bagus untuk mencium Lucy!
Tunggu, wajahku tidak memerah 'kan? Gawat kalau itu terjadi. Aku sangat senang saat ini, rasanya ingin bersorak, tapi aku harus stay cool. Happy sedang mengamatiku. Ia pasti ingin tahu reaksiku. Kalau ia tahu aku senang, wajahku memerah dan sebagainya, ia pasti akan mengejekku sesampainya di rumah. Mengejek 'dekiteiru' andalannya kepadaku sepanjang malam sambil menunjukan foto Lucy yang kusimpan di tangannya.
"Tidak! Aku tidak akan ..."
Ini dia. Aku tahu kau akan berkata seperti itu. Tapi aku juga tahu kalau kamu ingin Luce. Iya, 'kan? Tentu saja! Karena aku tahu kamu menyukaiku. Kau bilang tidak, tapi wajahmu memerah. Hei, seharusnya kau bisa menyembunyikan semburat merah itu sepertiku, Luce!
"Anak nakal ini punya ide seperti orang dewasa ..." ujarku. Dan, yah, idenya hebat. Sangat hebat. Aku akan membelikan Asuka es krim jika aku berhasil mencium Lucy.
Asuka menunduk. Ia menatap bola salju di tangannya dengan sedih. "Kau bilang kau akan melakukan apapun yang aku katakan ..."
Aku mengalihkan mataku dari Asuka. "Yah, melakukan ini tidak akan membuat kita mati atau semacamnya bukan ..." kataku sambil memperhatikan wajah Lucy yang merahnya sudah menyamai buah stroberi.
"Tunggu tunggu ... Kau bercanda 'kan, Natsu ..."
Aku mendekati wajah Lucy dan memperkecil jarak di antara kami. Aku menutup kedua mataku dan siap menciumnya.
Ciuman pertamaku. Lucy. Jantungku berdebar sangat kencang.
SMOOOOOOOOOOCHHHHHHHH
"Anak-anak sangat menyeramkan ..."
Lucy bersuara. Sontak aku membuka kedua mataku.
Bagaimana bisa? Aku sedang menciumnya!
Happy berada tepat di hadapanku. Lucy berada di belakang Happy. Dan Happy sedang menciumku.
APA? HAPPY MENCIUMKU?
Asuka terkikik geli. "Sudah cukup."
Sial. Ciuman pertamaku. Happy. Bukan Lucy.
MENGAPA HAPPY YANG MENCIUMKU?!
- OWARI -
A/N:
Biarkan saya ngebacot di sini agar fic ini terlihat lebih panjang /plak. Btw, idenya sudah dari lama. Pas animenya menceritakan chapter ini ilham langsung berkunjung ke otak saya. Tapi baru bisa direalisasikan sekarang.
Oh ya, makasih untuk yang sudah review, favorite dan following fic saya yang sebelumnya. Terima kasih banyak :) Saya senang sekali lihatnya~ Cuman yang review gak login saya bingung bagaimana balasnya.
.
Listening: I Can Only Imagine - David Guetta (feat. Chris Brown & Lil Wayne)
I could only imagine, only imagine what it'd be like
.
Mohon review untuk memberikan kesan dan pesan atas fic ini. Terima kasih :D
7 April 2015