To

Aristy iya nih wkwk. Hah, lega deh kalo ternyata readers ngerti penjabaran tentang renangnya. Viraoctvn okee. Snlop iyaa. Luviz. Hayate makasiih. Zadita uchiha kok... kok saya ngerasa alurnya bakal ketebak ya sama kamu?#desh hayato makasih. Nami wkwk iya nih rada susah juga sih deskripsiin tentang sport. Penamerah okeee. Cherry Blosoom wkwk, saya juga gak bisa renang gaya punggung kok. Belajar coba renang, kalo bisa asyik looh. Jessabelle mau panjang atau pendek porsi skenario buat chap kemarin emang Cuma segitu, maaf ya. Choikim1310 i-inspirasinya? Hahaha #tawadatar errr... dari kehidupan RL #dor #bukaaib umurnya sama kayak anak SMA kelas 2 kebanyakan, 17 tahun. Tapi kalo yang pas mereka lagi kegabung di klub renang itu pas SD kelas 5, jadi sekitar 11 tahun. Seryl wkwk makasih udah nungguin. Arinamariokadark. Browneyes iyaa. JulyOlaVera ini lanjutannya, maaf ya lama. Uchiha Annie eh seriusss, gaya punggung susah tau! Saya juga nyungsep tiap coba dulu (lalu nangis berduaan sama Naru) Eh tapi saya berenang lagi dan akhirnya bisaaa! Sumpah beda banget dari ekspektasi! Gaya punggung keren ternyata!Indah 605 okee.


Naruto © Masashi Kishimoto

Splash Under Water © Kuas tak bertinta

Warning : OOC(maybe), AU, Typo(s), FemNaru, etc.

.

.

.

Happy Reading

Waktu sudah merentang hingga hampir pukul tiga siang. Tapi, Naru masih sibuk berdiam diri dengan otak yang sedang bekerja keras berusaha mengabsen nama-nama teman bermainnya. Satu setengah jam sudah dia duduk di depan telepon rumah menghabiskan waktu sia-sia. Oh ayolah, kenapa tiba-tiba Naru merasa puluhan teman di sekitar komplek rumahnya kurang banyak. Entah Naru yang kurang ekstrovert atau memang teman-temannya saja yang (sok) sibuk.

Awal pulang sekolah tadi, sudah terbayang di benaknya bagaimana sangarnya dia akan menendang bola sana-sini melawan Kiba dan Shino. Tapi ekspektasi itu hancur karena mereka berdua hari ini ada jadwal klub sepak bola. Yah, setidaknya Naru pikir dia masih bisa bermain dengan Ino. Tapi klub golf yang diikuti Ino menyingkirkan rencana Naru dengan telaknya. Hinata dan Sai jangan ditanya... dua orang itu ikut klub bowling hari ini. Tidak usah disebutkan teman-teman Naru yang lain. Mereka sibuk dengan klub marching band, tenis, tembak, bahkan panahan. Harapan Naru hanya tinggal Sakura.

Ya, harapan hanya harapan. Nyatanya, Sakura baru saja menolaknya mentah-mentah saat diajak main ke taman komplek mereka. Dia ada klub renang. Ohhh, apa sih bagusnya klub-klub itu sampai bisa mengalahkan rasa persahabatan mereka? Mereka tidak tahu apa Naru merana sendirian di rumahnya sekarang. Please, tidak lucu kalau dia mengajak main pembantunya, kan? Dia anak tunggal dan orangtuanya sibuk kerja.

Sebenarnya, Minato sudah sejak dulu mewanti-wanti Naru untuk memilih salah satu klub yang ada di organisasi olahraga komplek rumah mereka. Narunya saja yang ekhem –alay merasa tidak ada yang cocok. Kalau bisa, dia ingin gabung ke klub sepak bola. Tapi yang menyedihkan, gender wanitanya tidak bisa diajak berkompromi untuk klub ini. Sepak bola khusus anak laki-laki. Tak hanya itu, Naru pernah mencoba ikut golf, tapi hasilnya bukan pukulan indah yang didapat. Hanya kulit telapak tangan yang mengelupas sana-sini. Cih, intinya dia tidak berbakat. Jangan ditanya untuk klub basket, Naru tak ingin mengingat kejadian memilukan akan keberingasan bola basket itu menonjok garang hidungnya hingga mancung ke dalam. Belum lagi bulu tangkis yang koknya sukses membuat Naru menjerit-jerit lebay karena nyungsep mengenai mata. Hah... Naru gagal paham.

Mungkin Tuhan tidak mengizinkan Naru menjadi seorang olahragawan...

Setelah yakin semua nama sudah dia sebutkan dalam otaknya, Naru pun mengangguk pelan memutuskan hal baru. Baiklah jika dia tidak ada partner hari ini. Dia akan mencari kesibukan sendiri. Tapi tentu saja dengan tetap mereka. Sahabat alay yang lebih mementingkan klub daripada dirinya. Yahhh lihat saja apa yang akan dia lakukan.

Tangannya sibuk mengambil karet dengan cepat dan mengikat rambut kuningnya menjadi satu kesatuan. Beberapa saat kemudian, dia meraih topi biru tua yang tergantung tak jauh darinya. Baiklah... penampilan beres.

Maka dengan semangat, segera ia bawa dirinya ke belakang rumah, mengambil sepeda gunung merahnya. Naru akan menemui Sakura di tempat klubnya berada. Yah, silakan tebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

.

'Brushhhh!'

Niat jahat Naru pudar begitu melihat pemandangan di hadapannya. Baiklah, biar diperjelas... Naru yang awalnya kesal karena didisriminasi oleh Sakura (menurutnya), mencoba untuk mendatangi Sakura di area kolam renang indoor ini. Tempat dia berada sekarang. Yah, niat Naru ingin mengoceh sana-sini marah tak jelas karena merasa diabaikan Sakura, tapi sekarang... sepertinya Naru membatalkannya.

Seolah terhipnotis, Naru hanya bergeming.

Mata birunya kini malah sibuk membulat lebar-lebar dengan wajah super tidak elit melihat peristiwa di kolam renang. Di dalam otaknya kini sibuk berpendar kata-kata penuh decak kagum seperti 'waw', 'unbelieveable', 'cool', dan berbagai pujian lainnya.

Naru yakin yang dilihatnya tadi itu nyata.

Itu lompatan start terindah yang pernah Naru lihat secara langsung.

Tatapan Naru benar-benar tak lepas dari kolam itu. Menunggu pelaku lompat start itu muncul ke permukaan air. Matanya sibuk menerka-nerka kira-kira akan muncul di sisi mana orang itu.

Lama Naru menunggu, orang itu belum muncul juga.

Satu detik...

dua detik...

tiga detik...

Apa mungkin... sesuatu terjadi padanya?

Ah, jangan konyol, Naru. Ini klub renang, kan? Mana mungkin pelompat start indah itu tenggelam. Dia pasti seorang profesional. Tidak mungkinlah dia...

'Jrashhhhh!'

Tenggelam. Oke, memang tidak mungkin.

Mata Naru kembali dibuat takjub saat melihat orang itu muncul kembali di tengah kolam dengan membentangkan kedua tangannya bersamaan. Hilang sudah prasangka buruk yang tadi menjalar-jalar di otaknya.

Selanjutnya, Naru melihat hal yang belum pernah dia tahu sebelumnya.

Bukan... itu bukan gaya bebas seperti yang dia tahu. Kedua tangannya dinamis di saat yang sama. Bukan pula gaya dada. Memang cara pengambilan nafasnya sama, tapi gerakan kedua tangannya berbeda dengan gaya dada. Mungkin itu gaya...

"Kupu-kupu."

Naru berjengit sesaat begitu mendengar suara berat khas laki-laki di belakangnya.

Kepala kuningnya menoleh dengan cepat dan mendapati laki-laki berambut kelabu tersenyum ambigu ke arahnya.

"Butterfly stroke. Aku yakin kau pasti sedang menerka-nerka gaya apa yang dia pakai, kan? Kau terlihat bingung, sulit membedakan dia memakai gaya bebas atau gaya dada. Memang sih... gaya itu adalah perpaduan dari keduanya. Indah, bukan?"

Gaya kupu-kupu?

Naru yakin dia belum pernah menambahkan nama itu di dalam otaknya. Ya, Naru baru pertama kali tahu jenis gaya yang satu itu.

Tanpa menanggapi penyataan laki-laki dewasa itu, Naru hanya menatap intens lawan bicaranya. Tubuhnya lumayan tinggi. Naru sangat yakin kalau laki-laki dewasa ini salah satu anggota klub renang. Murid senior, mungkin? Ah... atau mungkin dia salah satu atlet inti di klub ini? Otot-otot yang muncul di tubuhnya cukup bisa menjelaskan kemampuannya dalam berenang.

"Jadi... apa yang membuatmu datang ke sini?" laki-laki itu tetap berusaha memancing Naru agar membalas kalimatnya. Tidak peduli walau Naru menatapnya dengan tatapan yang super ambigu.

Apa yang membuat Naru datang ke sini? Apa?

Ahhhh! Benar! Itu dia! Bodohnya Naru bisa-bisanya lupa tujuan awalnya!

Hanya karena lompatan bodoh yang ada di kolam tadi Naru sukses amnesia mendadak ckck. Jangan konyol, Naru! Dia hanya menceburkan diri ke dalam air lalu menyelam lalu timbul lagi dengan membentangkan kedua lengan lalu masukke ke air lagi lalu... ah pokoknya apa hebatnya? Errr... baiklah sedikit hebat Naru akui, karena Naru sendiri sebenarnya tidak bisa berenang. Hah, silakan tertawa mengenai fakta yang terakhir itu.

Sekarang, mari lupakan semua peristiwa tadi dan mulailah lakukan ekpedisi pencarian kepala merah muda alay itu. Dia harus memberi Sakura ceramah.

Mata Naru menyipit dengan kepala yang sibuk menelusuri satu persatu anak yang ada di dalam kolam. Sebenarnya Sakura itu mudah saja ditemukan. Well, ayolahhh! Siapa yang tidak akan sakit mata melihat rambut pink berkeliaran di sekitar sini, hah? Tapi yang perlu dicatat... semua anak yang ada di kolam itu memakai cap renang! Iya, topi karet yang buat melindungi rambut itu, loh!

Naru gagal diekspedisi kali ini... tampaknya mengandalkan mata tidak cukup. Mungkin dia harus bertanya.

"Aku mencari Sakura. Haruno Sakura..."

Laki-laki berambut kelabu itu tersenyum mendadak mendengar penyataan Naru. Hah... akhirnya anak ini berbicara juga.

"Oh... kau temannya? Atau saudaranya?" baiklah, tinggal sedikit beramah-tamah pada bocah kuning ini dan...

"Katakan saja di mana Sakura."

Lima kata itu membuat Kakashi berjengit telak. Baiklah... bocah kuning ini bukan tipe yang baik rupanya. Kakashi menyesal sudah mencoba beramah-tamah padanya. Kata-kata menusuknya barusan...

"Sensei, aku sudah mencarinya benar-benar di ruang perlengkapan tapi kaki kataknya cuma ada 9 pasang. Bagaima –eh, Naru?!"

Suara yang khas itu membuat Naru menyadari siapa yang barusan menyebut namanya. Hah, siapa lagi kalau bukan Sakura. Sahabat yang tidak setia kawannya. Cuih! Akhirnya dia temukan juga!

"Kau kenapa ada di sini? Ikut klub juga? Wah... bakal seru, dong. Akhirnya kau ikut! Aku jadi ada teman deh hahaha. Eh Sensei, kaki kataknya aku letakkan di sana. Sebentar, ya? Nanti aku susul mereka latihan deh."

Ikut klub? Namikaze Naru... anak yang dua tahun lalu menjerit-jerit alay di tengah kolam lantaran tenggelam diisengi oleh Tou-sannya sendiri? Tidak terima kasih. Naru masih sayang nyawa dan enggan mati di usia dini. Perjalannya masih panjang. Dia tidak mau mati hanya gara-gara hal sepele macam tenggelam tak bisa berenang begini.

"Enak saja! Heh, dengar ya... aku mau tanya padamu. Kau ini sahabatku atau bukan sih? Bisa-bisanya lebih memilih hal yang mempertaruhkan nyawa begini dibanding bermain denganku? Sok polos lagi nyapa-nyapa dan manggil Sensei ke... eh, Sensei? Orang ini guru renang kalian? Cih... tidak ada tampang berwibawanya..."

Naru yang semula mengoceh panjang meleber kini memandang sinis Kakashi. Kakashi yang sadar langsung memasang wajah aneh menatap Naru. Bocah ini benar-benar...! Awas saja, ya!

"Kok kau malah marah-marah padaku, sih? Salah sendiri tidak bergabung ke klub mana pun. Kau pasti jadi sensian begini karena anak-anak komplek pada pergi ke klub semua, kan? Hah... Naru... mudah sekali ketebak sih. Begini, ya... aku dulu juga tidak bisa berenang. Gara-gara ikut klub renang ini aku jadi bisa berenang, tahu? Kalau kau pikir harus punya skill dulu baru gabung klub ya wajar saja kau gagal terus. Gini, coba ubah cara pandangmu..."

"Oh, jadi bocah kuning ini tidak bisa berenang? Hmmm boleh juga. Mulutnya sih gaya sekali... tapi nyatanya... Yah, patut untuk ditertawakan..." Kakashi langsung nyablak begitu mendengar pernyataan Sakura. Hah! Rasakan kau bocah kuning. Salah siapa hah yang pertama sehingga membuat Kakashi harus ikut-ikutan sarkastik begini?

Naru yang mendengar celotehan Kakashi langsung memincingkan mata menatap tak suka. Oh, lucu ya menurutnya?

"Jadi aku harus bagaimana?"

"Kau tidak mungkin menyuruh teman-teman berhenti klub secara masal, kan? Yah sebenarnya kau hanya tinggal ikut menyibukkan diri saja sepertiku. Pilih salah satu klub olahraga..."

Ucapan Sakura benar. Ya memang mudah mengucapkan. Sayangnya Sakura tidak tahu seberapa banyak hal mengerikan yang pernah dialami Naru mengenai klub olahraga yang menurutnya tak waras itu. Intinya, Naru trauma.

Bagaimana dengan renang?

Memang sih Naru punya pengalaman pahit tentang renang bersama Tou-sannya dulu. Tapi itu salah Tou-sannya yang tiba-tiba mendorong dia hingga nyebur ke tengah kolam dalam. Bahkan saat dia menjerit seriosa, Minato hanya menatapnya penuh seringaian. Membuatnya mau tak mau berusaha sendiri ke pinggir kolam. Minato bilang sebenarnya dia bisa berenang, hanya saja nyalinya kecil. Yah pokoknya Minato adalah orang tua yang keji menurut Naru. Bayangkan jika ayah kalian melakukan hal gila macam menceburkan anaknya sendiri di tengah kolam dan saat melihat anaknya jejeritan dia malah menyeringai ala psiko? Yah silakan jawab sendiri bagaimana rasanya.

Tapi...

"Sensei, kapan latihannya akan dimulai jika kau tetap berdiri di sana?" suara anak laki-laki menginterupsi ketiga orang itu membuyarkan pikiran Naru.

Dia... anak yang tadi.

Mata Naru tiba-tiba seolah lekat untuk terus menatapnya. Anak ber-cap bitu tua dengan list oranye itu ternyata seorang laki-laki. Laki-laki yang tadi melakukan lompat start terindah yang pernah dia lihat secara langsung. Laki-laki berhidung mancung, bermata hitam... kulitnya putih dan eh! Tunggu! Kenapa sekarang otak Naru malah sibuk mendeskripsikan anak laki-laki ini? Ah, pasti otak Naru sedikit korslet karena kebanyakan mikir mempertimbangkan ucapan Sakura tadi. Pasti.

"Ah... baiklah, Sasuke... kau tolong bilang ke mereka cepat pakai kaki kataknya, Sensei ambil kacamata renang dulu."

Sasuke? Siapa sebenarnya dia...

"Sakura... bagaimana perasaanmu selama tergabung di klub ini?" Naru mengajukan pertanyaan aneh kepada Sakura. Sambil bertanya, mata birunya sibuk menatap anak yang bernama Sasuke itu yang mulai berjalan menjauhi mereka.

"Tentu saja menyenangkan! Kau harus coba berenang, Naru! Saat kau menelusuri air kolam... berenang dengan gaya punggung memakai kacamata renang adalah yang terbaik! Kau bisa melihat langit-langit gedung berlapis air. Seolah sedang menonton di dimensi yang tidak biasa! Yah walaupun kau harus menerka-nerka di depanmu ada orang atau tidak dan harus bisa menjaga badanmu agar tetap lurus tak melenceng ke mana-mana. Pokoknya asyiklah!"

Dengan semangat Sakura mengeluarkan argumennya. Berusaha membuat Naru tertarik dan ikut bergabung.

"Kapan saja hari latihannya?"

"Seminggu kita latihan empat kali Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu. Tapi kalau anak tingkat senior boleh datang hari apa saja asal minimal dua kali seminggu. Kalau ada turnamen sih intensif... kenapa?"

"Ya sudah, aku pulang dulu ya... nanti malam mau bilang ke Tou-san aku pengen daftar klub renang. Byeee!" Naru segera berlari menuju pintu keluar gedung. Meninggalkan Sakura yang masih menganga tak percaya akan keputusan mendadaknya.

Jujur saja, bukan Kakashi atau pun Sakura yang membuatnya jadi ada motivasi begini. Yah, baiklah, ucapan sarkastik Kakashi ada andil sedikit. Tapi, mungkin Naru tau siapa yang menyebabkannya jadi ingin bergabung juga begini. Ada yang membuatnya penasaran. Penasaran akan rasanya berenang dan penasaran soal...

Sasuke.

.

Genap sudah lima menit Naru nangkring di ambang pintu ruang kerja Tou-sannya. Masih menimbang-nimbang kalimat apa yang akan dia keluarkan untuk berkomunikasi. Entah mengapa kini muncul keraguan dalam hatinya untuk menyampaikan maksud ikut renangnya. Jadi kalimat apa yang harus dia susun sekiranya?

"Aishhh! Pokoknya aku tidak mau gabung ke klub renang! Coba Tou-san pikir, kalau kita tenggelam di tengah laut... mau bisa berenang ataupun gak bisa berenang, tetep bakal mati juga kan kalau gak ada yang nolong?"

Bukan! Bukan kalimat itu! Naru menggeleng-gelengkan kepalanya cepat.

Kenapa di saat-saat begini malah ingatan itu kembali menggenang di pikirannya? Well, baiklah... harus Naru akui, dia pernah menolak mentah-mentah tawaran Tou-sannya mengenai klub renang dulu. Masak sekarang dia harus menjatuhkan gengsinya dengan merenovasi kata-katanya dulu hanya demi Sasu –ah! Maksud Naru hanya demi menyibukkan diri hingga tidak galau sendirian di rumah lagi.

"Tou-san..."

"Hm? Apa? Kaa-san sudah selesai masak makan malam? Bilang tunggu sebentar, lima menit lagi Tou-san keluar."

Gzzz... dasar! Bukan itu maksud Naru...

"Bukan... ada yang mau aku bilang. Aku ingin minta izin..."

"Ke mana? Masalah menginap di rumah Sakura itu? Tidak... Tou-san tetap tidak izinkan. Kenapa harus nginap ke sana? Rumah Sakura bahkan hanya berkelang satu blok dari rumah kita. Seperti tidak punya rumah sendiri saja ckck."

Kalau tidak ada larangan durhaka pada orangtua, ingin rasanya Naru berteriak keras-keras di depan muka Minato mengatakan TIDAK.

"Bukannnn!"

"Lalu apa? Ah! Jangan-jangan kau ingin –"

"Aku mau ikut klub renang!" dengan cepat Naru memotong ucapan Minato. Enggan mendengar spekulasi aneh lagi. Hipotesis ilegal yang dilontarkan Minato cukup membuat Naru kehilangan keraguan hingga mengatakannya sepede ini.

"A-apa? Hah?" Minato pun memasang wajah cengok.

"Bercandamu tidak lucu Naru..."

"Aku seriussss! Sakura yang ngajak! Kami bakalan dilatih dengan Kakashi Sensei kok!"

"Oh... Kakashi, ya? Baguslah... Ngomong-ngomong soal Kakashi, Tou-san lupa menandatangani proposal dia mengenai karatina atlet klub renang itu..." Minato malah mengalihkan pembicaraan.

"Eh? Tou-san kenal Kakashi Sensei?"

"Tentu saja. Tou-san kan juga kepala bagian seni dan olahraga di perusahaan. Kau pikir klub yang ada di komplek ini bukan punya perusahaan? Kita ini saja tinggal di rumah dinas milik perusahaan. Dasar..."

Oh begitu... Naru baru tahu kalau Tou-sannya ini... eh, itu artinya...

"Tou-san kepalanya? Kalau gitu minta klub sepak bola memperbolehkan anak cewek gabung!"

"Ngawur saja! Sudahlah, ikutlah renang saja. Tumben kan kau mau padahal dulu ngamuk-ngamuk tidak mau berenang lagi."

"Ishhh! Kan gak seru!"

.

"Gaya bebas apa itu? Lamban. Ulangi empat kali bolak-balik sampai kedua tanganmu tidak berantakan."

Naru menatap sebal ke arah Kakashi. Cih, dasar Sensei tak berperasaan. Diktator kejam!

Sementara Kakashi sibuk mengajari anak-anak lain di kolam bagian dalam, Naru harus merana sendirian di pinggir kolam. Kolam cetek yang dalamnya hanya 120 cm. Ayolah, ini konyol! Hari pertama dia berenang malah terasing di tempat tak elit begini.

Tadinya dia pikir akan berenang cantik bersama Sakura. Tapi nyatanya, Sakura ada di kelas senior dan dia di kelas pemula. Hah...

"Heh kuning! Jangan melamun! Latihan lagi sana! Pokoknya sampai kau terbiasa baru kita coba latihan dinamisnya!" kedua alis Naru bertaut hebat mendengar julukan kuning yang dipakai Kakashi untuk memanggil dirinya. Lihat saja! Dia harus menunjukkan pada Kakashi bahwa dia tidak selemah itu!

Dengan semangat Naru kembali mengepak-ngepakkan kakinya. Membuat keributan obak besar menguar di sekitar. Dihentak-hentakkannya kasar kedua betisnya hingga menimbulkan gelembung-gelembung busa. Gerakan renang super berisik.

"Heh! Berhenti dulu! Sia-sia saja kau mengepakkan kaki dengan cara begitu. Menghabiskan tenaga! Asal kau tahu ya? Gerakan berisik itu tidak elegan dan norak!" bukannya memuji, Kakashi malah mengatai Naru sambil berjalan mendekatinya. Sumpah demi kolam cetek berkedalaman 120 cm, Naru jijik mendengar kesombongan kakashi.

"Pakai kacamata renangmu dan menyelam sebentar. Lihat baik-baik gerakan kakiku saat berenang!" seenak jidat Kakashi memerintah Naru. Membuat Naru dongkol setengah mati. Namun tetap dia lakukan perintah guru ubanan yang satu ini.

'Brushhh!'

Satu lompatan start yang lebih indah dari anak bernama Sasuke itu Naru dapatkan begitu melihat lompatan milik Kakashi. Meruntuhkan kedongkolannya dalam sekejab. Kakshi memang guru yang kompeten.

Kepala Naru langsung masuk ke dalam air. Melihat Kakashi berenang di dalam air. Begitu cepat... begitu tenang, dan begitu lentur. Kedua kakinya naik turun bergantian dengan cepat tanpa gerakan patah sedikit pun. Kaki gaya bebas yang indah.

Dalam hitungan detik Kakashi berhasil kembali berada di dekat Naru dan muncul ke permukaan.

"Kau lihat? Berenang dengan gaya berisik hanya buang-buang waktu dan tenaga. Rapikan gerakan kaki dan tanganmu seperti aku barusan. Lima belas menit lagi kita belajar berenang yang sesungguhnya.

"Iya! Maaf deh kalau aku salah..."

'Jbyarrr!'

Dua cipratan ombak besar datang di bagian kolam yang dalam. Menginterupsi tenangnya kolam berkedalaman 2 meter dalam kecepatan kilat. Membuat Naru terpanah sesaat melihat peristiwa itu. Dua orang yang kemarin dia lihat muncul tiba-tiba dari air. Ya, Naru amsih mengingat dengan jelas wajahnya.

"Sensei... siapa mereka?"

Naru mengajukan pertanyaan yang sedari kemarin membuatnya penasaran.

"Mereka itu Sasuke sama Gaara. Yang menang di turnamen nasional tahun kemarin dan tahun-tahun sebelumnya juga."

"Yang cap biru itu..."

"Uchiha Sasuke. Dia atlet kebanggaan klub kita untuk kategori usia 11-12 tahun. Tahun lalu dia dapat peringkat pertama di nomor gaya bebas dan ketiga di kupu-kupu untuk kategori usia 10 tahun ke bawah... Sakura juga kemarin menang, tapi hanya sampai tingkat provinsi. Pokoknya bisa dibilang, Sasuke itu salah satu atlet terbaik klub kita."

Oh... begitu. Jadi Uchiha Sasuke itu lebih hebat dari yang dilihat Naru kemarin, ya?

"Sensei! Ajari aku renang! Aku ingin langsung ke gerakan dinamis!"

"Eh?"

TBC


A/N: Selamat tahun baruuuuu! #telat hehehe... saya update demiavaaaa! Wkawka! Akhirnya yahhh, update sehari sebelum masuk sekolah. Terharu. Maafkanlah ini ngesot-ngesot lama updatenya. Tugas saya membabibuta dan UN SBM udah makin dekettt! Kyaaaa (jerit ala sinetron).

Btw saya mau cerita! Kenapa saya bisa deksripsiin gaya punggung di ocehan Sakura? Karena saya for the first time in foreverrrrr akhirnya bisa gaya punggung! (tiup terompet). Iyaaa! Jadi saya ada beli penutup hidung gitu biar gak kelelep pas meluncurnya. Selama ini saya gak bisa gaya punggung ya karena menyut pusing kemasukan air kolam hidungnya. Eh pas pake tuh penutup dan meluncur saya bisa brooooh! Akh gila bangga seriusan!

Suasa kolamnya itu keren banget coyyyy pas berenang gaya punggung. Langit biru berlapis air! Suer deh kerennnn! Rada nyesel buat Naru benci gaya punggung di cerita ini :( padahal ciyus deh gak sejelek itu ternyata (baru sadar karena baru bisa).

Oh iya, review kalian makasih banget ya. Saya ngerasa bersalah nih nelantarin fic jadinya :'( tapi ya maaf... saya berusaha update kok ini teteppp. Bahkan chap ini saya buat cuma sehari wkwk sampe dini hari gini.

Okeee jaaaa!

Mind to review?

Kuas Tak Bertinta


Next Chap:

(Sorry buat spoiler next chap gak bikin soalnya belum ada gambaran utuh tentang step by step chap selanjutnya. Capek mikirin detail plotnya. Hontou ni Gomennasaaaai. )