"Aku akan kembali, hukumanku hanya setahun kurungan."

Kata-kata terakhir yang diucapkan Gilbert masih teringat jelas di otaknya, sudah genap sebelas bulan, sebulan lagi ia akan bertemu Gilbert. Ia terbaring di ranjangnya, masih setia menanti teman terbaiknya mengunjunginya. Ia tersenyum dengan mata terpejam, tidak sabar menunggu kedatangan Gilbert. Ia bahkan tidak bisa membayangkan reaksi pemuda itu saat ia sambut dengan segelas jus tomat atau berbagai olahan tomat yang biasa ia sajikan setahun yang lalu.

Masih teringat jelas wajah Gilbert saat pemuda itu terlelap di sampingnya, masih teringat jelas umpatan-umpatan Gilbert, masih teringat jelas tawa Gilbert yang tidak biasa.

Rumah ini begitu banyak menyimpan kenangan dengan Gilbert, Antonio bahkan tidak tau mengapa setiap hari ia selalu membayangkan Gilbert sedang duduk di kursi dan sarapan bersama dirinya atau berbaring memandang bintang bersama dengannya. Ia bahkan berbicara sendiri dan menganggap dirinya sudah gila. Itu semua karena Gilbert.

"Uhuk." Ia terbatuk, liquid berwarna merah keluar dari mulutnya. Ia tersenyum masam. "Lagi-lagi aku memuntahkan jus tomatku."

.

.

.

Poison Me

T+. Crime, angst. Standart disclaimer applied.

PrusSpa special for Michaela Sangster maaf kalau jelek/sujud.

Warning: BL, Buron!Prussia, human!AU, OOC, alur gaje, typos, dkk. (btw tenang gue buat Spain jadi uke, walau gerak-geriknya kaya seme/apa)

.

.

Act 3: Untitle

.

.

Francis baru saja bangun dari tidurnya saat pintu kamar apartemennya yang mewah diketuk secara brutal oleh seseorang. Pemuda keturunan Perancis itu segera bangkut dari ranjangnya diiringi beberapa umpatan karena kesal harus terbangun sepagi itu. Pukul tujuh tepat dan ia membukakan pintu kepada tamu kepagian.

"Ada apa membangunkanku sepagi ini?" ia tercekat mengetahui yang bertamu adalah Bella. Runtuh sudah image-nya di depan gadis Belgia tersebut. "B-bella?" saat ini Francis sangat berantakan dengan rambut kusut dan kemeja yang ia pakai tidur.

"Ada yang ingin kupastikan." Begitu ucap Bella, singkat, padat dan jelas.

"Ayo masuk." Ajak Francis dijawab gelengan kepala Bella.

Gadis itu menatap Francis lalu menggeleng. "Apakah benar Eliza yang membunuh Roderich dan menuduh Gilbert?" tanyanya to the point.

Francis merasa kaget beberapa saat, kemudian menatap gadis di hadapannya. "Kau tidak perlu tau kenyataannya." Kemudian pintu kamar Francis ditutup. Menyisakan Bella yang masih tidak bergeming dari tempatnya berdiri. Gadis itu masih tidak percaya dan tidak akan pernah percaya.

"Kau bercanda, kan?"

.

.

.

Menghadiri pemakaman Eliza bukanlah suatu hal yang menyenangkan. Francis yang merasa bersalah sekaligus muak merasa bingung harus melakukan apa di tengah kerumunan orang yang melayat. Berbagai kalangan hadir melayat, hanya saja ia tidak melihat ayah Eliza.

"Francis." Panggil seorang gadis, siapa lagi jika bukan Bella si penjuak bunga? "Kau menghadiri pemakaman ini juga?"

Francis tersenyum, "Kau mau minum jus? Pasti kau sangat terguncang saat mengetahui kenyataan pahit ini."

Bella menggeleng, ia terlihat murung tidak seperti biasanya. "Aku tidak mood untuk minum atau makan sesuatu saat ini."

Francis terdiam, bingung harus berkata apa untuk melenyapkan kecanggungan yang menyelimuti mereka sejak dua hari yang lalu, sejak Bella mendatangi kamarnya di pagi buta. Sementara Bella terlihat sedih ditinggal Eliza, walau Eliza mengurung diri selama empat tahun terakhir, mereka sangat akrab apalagi ketika ayah Eliza belum bangkrut dan terlilit banyak hutang.

"Kenapa?" gadis itu membuka mulut pada akhirnya. Ia menatap Francis dengan wajah sayu. "Kenapa kau tidak memberitahuku sejak awal? Kenapa Eliza melakukan semua ini?"

Pemuda berkebangsaan Perancis itu mengangkat bahu, ia sendiri tidak tau karena tidak terlalu mengenal gadis bernama Eliza tersebut. Selama ini ia hanya membujuk gadis itu untuk mengakui perbuatannya, tidak ia sangka kehidupan gadis itu ternyata sangat sulit. Ah ia harus segera memberitahukan Gilbert mengenai hal ini. "Aku ada urusan, jadi aku permisi dulu. Kalau ada apa-apa kau bisa menghubungiku, nona cantik~" Francis masih sempat-sempatnya menggoda Bella. Untuk pertemuan terakhir mereka tidak apa kan? Lagi pula Francis tidak berencana mengunjungi toko bunga gadis itu lagi karena tujuannya sudah tercapai.

Francis tidak mengetahui jika wajah Bella merona walau samar. Ah mungkin gadis itu menyimpan rasa pada Francis.

.

.

.

"Eliza sudah tiada." Francis dengan seragam polisinya menatap Gilbert dengan serius. Mereka berdua adalah sahabat seperjuangan dalam membangkang dan membuat onar, reputasi mereka sangat buruk saat masih menduduki bangku sekolah. Oleh sebab itu walau secara tidak langsung, Francis mencoba membantu Gilbert yang terlibat masalah. "Dia mengakui perbuatannya empat tahun yang lalu sebelum bunuh diri dalam surat wasiat. Dia juga menulis ingin meminta maaf untukmu."

Gilbert terguncang. "Aku sudah dibebaskan dari hukuman?"

Francis menatap nanar Gilbert dan menggeleng. "Kau harus mendapatkan setidaknya satu tahun penjara karena telah membunuh seorang polisi. Hanya setahun, kemudian kau benar-benar bebas."

Gilbert tampak kecewa. Ia melirik Antonio yang tengah berbincang di kebunnya bersama beberapa polisi lain. Ia tampak begitu senang jika rumahnya ramai seperti itu. "Sepertinya pemuda tomat unawesome itu akan merasa kesepian lagi selama setahun kedepan."

Francis menatap Antonio. "Oui, kau benar."

.

.

.

Sudah genap setahun Gilbert menjalani hukumannya. Besok ia akan dibebaskan, benar-benar bebas. Ia sudah menyusun daftar rencana kegiatan yang akan dilakukannya bersama Antonio. Semuanya pasti akan terasa menyenangkan. Entah kenapa ia sangat tidak sabar menunggu esok tiba.

"Yo yo yo, bagaimana perasaanmu?" suara Francis terdengar nyaring di sisi lain jeruji besi. Ia menatap Gilbert yang sedang tiduran di lantai penjara. "Kau pasti tidak sabar bertemu dengannya, kan?" goda Francis.

"Bukan urusanmu, dan kenapa kau ada di sini? Dasar unawesome." tanya Gilbert dengan nada tidak suka.

Francis terkekeh. "Honhonhon, abang Francis hanya ingin mengunjungimu sebelum perjalanan honey moon dengan istri barunya."

Gilbert tau jika Francis tengah menyindir hubungannya dengan Eliza yang kandas sebelum pernikahan. Dan kandasnya hubungan mereka adalah awal malapetaka baginya dan Eliza. "Unawesome sekali kau." Umpat Gilbert kesal.

"Honhonhon." Francis mentertawai Gilbert. Menggoda sohibnya yang satu itu selalu membuatnya terhibur. Ia selalu merindukan saat-saat seperti ini. "Oh ya, kapan-kapan perkenalkan aku dengan si pemuda tomat itu ya?"

Gilbert mendelik. "Kau bukan homoseksual kan?"

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu, Gil. Honhonhon~" tawa Francis makin menggelegar saat mengenai titik sensitif milik Gilbert. Wajah pemuda berkulit pucat itu tampak merona dan ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Ah aku tidak punya waktu lagi, pesawatnya akan berangkat dua jam lagi, sampai nanti sohibku~"

Francis bukanlah orang yang jahat, ia orang baik malah. Hanya saja ia memiliki sifat jahil yang membuatnya selalu bertengkar dengan Arthur―adik angkatnya. Tak jarang Gilbert juga menjadi sasaran kejahilan pemuda itu. Ditambah lagi Francis dikenal sebagai playboy cap badak yang sudah banyak mengencani gadis polos saat mereka masih menduduki bangku SMA. Tidak ia sangka Francis akan mendahuluinya berdiri di altar pernikahan dan ia tidak bisa menyaksikan upacara sakral tersebut. Sedih sih, tapi mau bagaimana lagi? Ia harus bersabar di balik jeruji besi tersebut.

Ah ia merasa kesepian saat ini.

.

.

.

Bulan adalah satu-satunya sumber cahaya yang menerangi gelapnya langit malam. Bintang-bintang menjadi teman bulan dalam menjalankan tugasnya. Gilbert akui, tersesat ditengah kebun tomat dengan luas hampir 10 hektar di malam hari bukanlah hal yang menyenangkan. Ia baru saja bebas dari hukuman penjara dan kini terjebak ditengah kebun tomat milik Antonio. Sudah lebih dari lima jam ia berkeliling dan akhirnya malah kembali ke tempat semula.

Gilbert buta arah dan dia enggan mengakuinya. Pemuda dengan surai perak itu duduk pasrah di atas tanah, di tengah hamparan pohon tomat. Kepalanya mengadah ke atas langit. Bintang berkelap-kelip begitu indahnya, kemudian kenangan saat ia dan Antonio melihat bintang bersama mulai terputar indah di dalam ingatannya. Ia memejamkan matanya dan merebahkan dirinya yang sudah lelah.

"Aku tidak sabar bertemu kembali denganmu, pemuda unawesome penggila tomat." Gumam Gilbert.

Tunggu, Gilbert baru saja teringat perkataan Antonio saat mereka melihat bintang bersama, langsung saja ia bangkit dengan kepala yang masih mengadah ke atas langit, mencari sebuah rasi bintang untuk mengetahui arah.

'Yang bentuknya seperti sendok itu rasi bintang Biduk, kemudian rasi Cassiopeia berbentuk seperti huruf 'W'. Jika kau tersesat di hutan dan tidak tau arah, carilah kedua rasi itu, di antara kedua rasi itu terdapat bintang paling terang, bintang utara'

Gilbert menemukannya, rasi bintang yang berbentuk seperti sendok dan huruf 'W'. Kemudian matanya dengan jeli mencari bintang paling terang diantara kedua rasi yang berhasil ditemukannya. Itu dia! Tepat di hadapan Gilbert.

'Rasi Biduk di barat dan rasi Cassiopeia di timur.'

Kalau tidak salah sewaktu melihat bintang dengan Antonio saat itu, bintang utara berada di tengah, itu berarti Gilbert hanya harus berjalan ke utara. Pemuda itu hanya harus mengukuti cahaya bintang utara yang menuntunnya ke rumah Antonio.

Mata Gilbert membulat saat melihat sebuah bangunan yang tak asing di matanya. Lampu teras rumah pemuda itu menyala tetapi di dalam tampak gelap, sperti biasa Antonio pasti sedang mengamati bintang-bintang. Ah ia sudah tidak sabar bertemu pemuda itu.

Senyumnya, ceritanya, suaranya, Gilbert sangat merindukan Antonio melebihi siapapun. Dengan cepat Gilbert mengetuk pintu. Ia tidak sabar melihat wajah kaget Antonio saat mendapati dirinya sudah bebas.

KREK

"Damn you fckn bastard. Jangan ganggu tidurku!" Seorang pemuda asing tampak memegang bantalnya, ia terlihat marah besar karena ada tamu tak diundang yang datang saat ia sedang terlelap pulas.

"Kau…siapa?" Gilbert tampak keheranan mendapati sosok yang menyambutnya bukanlah Antonio.

"Harusnya aku yang bertanya begitu, bastard." Pemuda itu mengumpat, ia terlalu kesal untuk beramah tamah dengan pemuda di hadapannya.

"Aku temannya Antonio." Gilbert mendelik kesal. "Kau sendiri? Pemuda asing unawesome yang tiba-tiba saja tinggal di sini."

"Kau…" pemuda itu menggeram kesal kemudian mencoba menahan dirinya. "Aku saudara tiri Antonio. Aku dan adik kembarku tinggal di sini semenjak seminggu yang lalu."

"Lalu dimana Antonio?" tanya Gilbert.

"Nii-chan, ada apa?" seorang pemuda lain tampak memegang bantal dengan motif yang sama.

"Ada penyusup." Jawab pemuda yang membukakan pintu tadi.

Gilbert langsung menyela cepat. "Siapa yang penyusup? Aku hanya ingin mengunjungi teman unawesome yang pernah membantuku."

"Vee? Dia temannya kak Antonio?" tanya pemuda yang menyusul tadi, ia terlihat lebih ramah ketimbang sang kakak. "Aku Feliciano dan ini Lovino kakakku, kami saudara tiri kak Antonio yang baru saja pindah kemari sejak sepekan lalu." Pemuda bernama Feliciano itu mempersilahkan Gilbert masuk dan Lovino tampak sedang mengeluarkan sumpah serapah dari mulutnya seraya menutup pintu.

Ia digiring menuju kamar yang tadinya ia tempati setahun yang lalu. Suasana rumah itu masih sama seperti setahun yang lalu, hangat. Hanya ada beberapa barang baru―yang Gilbert yakini milik saudara tiri Antonio―yang tersusun rapi di beberapa bagian rumah. Feliciano memutar knop pintu dan mempersilahkan Gilbert masuk. Kemudian meninggalkan Gilbert seorang diri di dalam ruangan tersebut. Masih sama seperti setahun yang lalu tampa ada satu pun perubahan. Tunggu, dimana Antonio?

Manik ruby yang dihasilkan oleh softlens pemberian Antonio menangkap sepucuk surat yang diletakkan di atas meja. Ia segera membuka dan membaca isinya.

"Dear Gilbert,
Halo kawan, apa kabarmu? Jika kau membaca surat ini berarti sudah kau sudah bebas dari hukumanmu, bukan? SELAMAT UNTUKMU! Kuharap kau bisa menjalani hidup yang lebih baik, lupakan gadis itu. masih banyak gadia di dunia ini, fusososososo~
banyak sekali yang ingin kuceritakan dan kutulis di surat ini tetapi kertasnya hanya memiliki sedikit tempat untuk ditulisi.
Kau pasti bertanya-tanya mengapa aku tidak ada di rumah dan kenapa menulis surat untukmu kan? Aku sebenarnya selalu berada di rumah, di halaman belakang―"

Gilbert segera membuka pintu dan berlari secepat yang ia bisa menuju halaman belakang. Feliciano dan Lovino hanya duduk di ruang makan dengan wajah sayu, Lovino menggiggit tomat kesukaannya dengan kasar. Sementara Feliciano tampak menunduk sembari memainkan jari telunjuknya. Gilbert membuka pintu yang terhubung dengan halaman belakang, tempat kesukaan Antonio untuk menghabiskan paginya dengan menatap puas hasil kerjanya, sosok itu kembali terbayang di benak Gilbert. Ia menatap tidak percaya pemandangan di depan matanya.

"―Kau pasti memiliki banyak cerita selama setahun ini, bukan? Alangkah senangnya jika aku bisa mendengar semuanya, semua cerita yang kau miliki tentang dunia luar selalu ingin kudengar. Kau bisa menceritakannya kepadaku kapan pun kau mau, karena aku akan terus menunggumu di halaman belakang―"

Gilbert mendekati sosok itu perlahan. Langkah demi langkah sampai ia berhadapan dengan sosok Antonio.

di tempat ragaku disemayamkan. Aku akan selalu menunggumu di sana.
Antonio Fernandes."

Gilbert menyadari jika tanda tangan yang dibubuhkan pada surat tersebut bukanlah tinta merah atau selai tomat kesukaannya, melankan darahnya yang sudah mengering berwarna kecoklatan. Ia menatap makam Antonio sembari mengelusnya perlahan.

"Kau tau? Aku mungkin tidak akan berhenti bercerita sampai kiamat tiba."

.

.

.

Seorang pria tua dengan surai putih mengelus batu nisan Antonio, senyum simpul terukir di wajahnya. Surai putihnya bukanlah hasil dari bahan kimia melainkan uban yang tumbuh alami. Kerutan di wajahnya menandakan umurnya sudah uzur. Ia tampak bertumpu dengan sebuah tongkat untuk berdiri, postur tubuhnya bungkuk.

"Kakek, ayo kita pulang." Seorang pemuda bersurai bonde dengan gaya rambut klimis tampak menghampiri pria tua tadi.

"Hei Ludwig, punya satu permintaan padamu." Pria tua itu tersenyum kepada cucunya. "Permintaan yang sangat awesome."

"Apa itu?" pemuda tadi menaikkan sebelah alisnya penasaran.

"Jika kakek meninggal nanti, tolong kuburkan jasad awesome-ku di sebelahnya, di sebelah teman terbaik kakek." Gilbert―pria tua tadi―menatap makam Antonio dengan tatapan yang seakan mengatakan 'Kau harus menungguku di sana.'

.

.

.

FIN

A/N: AAA Ludwig jadi cucunya Gilbert biar greget yeah. Dan rate ga jadi dinaikin serta hubungan mereka jadi teman sehidup semati, karena menurut saya itu lebih keren. oh ada sesuatu yang khusus buat chap terakhir….

Behind The Scene Pembuatan Poison Me [BONUS]

Ide ff ini muncul pas komen-komenan sama Michaela di fb. Saya bilang: "aku ga punya rahasia lagi sama kamu Nik, soalnya kamu adalah rahasia terbesarku."

Dia jawab: "Ih aku kaya buronan yang kamu sembunyiin ya."

Dan wa-la, jadilah ff ini dengan dasar kata-katanya Michaela. Mungkin Michaela harus dimasukkan ke disclaimer? /hah.

.

.

Q: "Kenapa di awal Gilbert rambutnya item? Dan kenapa matanya shapire blue?"
A: "Awal kemunculan dia di Hetalia matanya shapire blue kok, terus jadi heterokromia red-violet (Silahkan buka wiki untuk memastikan). Tapi warna merah mendominasi jadi keliatan kaya ruby. Dan buat rambutnya, saya pengen ada kesan yang bener-bener berubah dari penampilan sebelumnya. Jadi saya buat Antonio lah yang telah merubah penampilan Gilbert tercintaah 3 "

Q: "Thor, kenapa Belgie ga sama Spain? Kenapa dia sama France?"
A: "karena jujur saya ga suka SpaBel, dan scene FraBel itu saya ga rencanain, tiba-tiba aja ngalir. Aslinya saya ga rela France dipasangin sama nation selain nyo!France/apa"

Q: "Prussia kurang narsis, malah gloomy gitu, ngerti IC Prussia ga sih?"
A: "Ngerti ko ngerti, saya sengaja buat gloomy di awal buat kesan trauma karena abis dikhianatin Eliza. Dan kalo dia kurang narsis maaf deh ya."

Q: "Kakaknya Belgie yang muncul di chap 2 itu Nether?"
A: "Siapa lagi? Huhu yang pasti bang Nether lah~"

Q: "Francis sebenernya jadi apaan sih, kok ga jelas gitu?"
A: "Dia jadi polisi."

Q: "Isi gudangnya apaan?"
A: "Tengkorak ibunya Antonio. Dia sama ibunya disekap di ruang bawah tanah di vila keluarga mereka. Ayahnya pindah negara dan nikah lagi sama ibunya Lovi tapi mereka berdua belum pernah ketemu karena Antonio dikabarkan ikut menghilang sama ibunya."

Q: "Kenapa pairnya PruSpa?"
A: "Buat menuhin asupan sekaligus hadiah buat Michaela yang masih nyari-nyari asupan pairing ini. Seriuslah, ini pairing jarang banget shippernya, semoga abis ini banyak shipper yang bermunculan karena saya pengen nyari temen fangirlan bareng Michaela."

Oke, itu adalah hasil wawancara dengan Auth. Kalo ada yang masih kurang jelas bisa PM atau tanya lewat review nanti akan saya balas walau rada lama mungkin. Buat kritik dan saran saya terima asal jangan flame. Oke kalo ada yang nge-flame tentang pairing ini saya ga bakal tinggal diam dan jangan jadi pengecut pake akun anon huhu. Kenapa saya murka kalau ada yang ngebash pairing ini? Karena pairing ini adalah gambaran hubungan persaudaraan saya dengan Michaela/apa.

SEE YOU NEXT PROJECT!