Siang hari itu Naruto pikir adalah siang terindah bagi keduanya. Dibulan ke tujuh kandungan Sasuke mereka benar-benar mengunjungi rumah sakit untuk mengetahui apa jenis kelamin calon anak mereka. Tapi, tidak hanya jenis kelamin yang mereka lihat, kenyataan bahwa anak mereka juga dinyatakan kembar dan sehat didalam perut Sasuke sungguh luar biasa lebih membahagiakan. Naruto patut berbangga diri mempunyai Sasuke sebagai pendamping hidupnya dan ibu yang mengandung anak-anaknya. Sasuke laki-laki luar biasa dengan segala kesempurnaan yang melekat pada dirinya. Sakura benar, entah apa jadinya jika Ia yang mengandung anak mereka, mungkin anak-anak mereka tidak akan sesehat sekarang. Saat itu entah apa yang dipikirkan Naruto, Ia langsung memeluk erat bahu Sasuke dari belakang dihadapan Sakura dan beberapa perawat wanita yang lainnya. Tangannya gatal ingin memeluk Sasuke karena rasa bangga dan bahagia memenuhi hatinya, tangannya memeluk untuk menunjukan betapa berterimakasih Naruto memiliki Sasuke dan bayi yang dikandungnya.

Namun takdir terkadang selalu melemparkan kerikil-kerikil kecil dijalan hidup seseorang. Tidak membiarkan mereka berlama-lama bernapas lega dan menikmati euphoria. Satu kenyataan yang menohok ulu hati Naruto, firasat buruk yang sudah Sasuke rasakan namun selalu Ia hiraukan. Rahim yang sempat mereka syukuri ada didalam perut Uchiha terakhir, kini menunjukan keanehan dan mengancam Sasuke dan anak mereka. Keluhan nyeri diperutnya semakin hari semakin nyata Sasuke rasakan semenjak kehamilannya memasuki bulan kedelapan. Puncaknya adalah senja ini. Saat matahari mulai lelah menyinari bumi dan bersiap beristirahat dibalik jingga yang menuntun gelap mentahtai langit, Sasuke mengerang dan berteriak, rasa sakit luar biasa diperutnya sanggup meruntuhkan pertahanan yang Sasuke buat sendiri. Naruto panik, menyambar dengan asal jaket tebal untuk melindungi hawa dingin menusuk kulit Sasuke. Ia pusatkan cakranya dan melesat cepat menggunakan jurus hiraishin milik ayahnya untuk sampai secepat kilat dirumah sakit.

Disana ada Sakura yang dengan sigap menangani Sasuke. Ditengah kepanikan, Sakura menyuruh seseorang memangil Tsunade karena Ia merasa tidak bisa menanganinya sendiri. Saat itu Naruto tau bahwa keadaan Sasuke tidak baik-baik saja peserti yang selalu Sasuke katakan padanya.

Tubuh Sasuke terlihat lemas, tapi erangan kesakitan meluncur nyaring lewat kedua belah bibir pucatnya yang mengering. Kelopak matanya terpejam begitu erat, menyembunyikan kedua onyx indah dan hanya menyisakan jejak basah air mata yang terus dan terus mengalir dari sudut matanya. Sekujur tubuh Sasuke basah, penuh keringat panas dingin. Rasa sakit seperti apa yang membuat seorang Uzumaki Sasuke, seorang Uchiha terakhir yang dulu orang bilang berdarah dingin, pendendam, mampu bisa menjerik menangis tak berdaya seperti ini. Lutut Naruto lemas, Naruto berlutut dibawah ranjang rumah sakit Sasuke. Menggenggam begitu erat lengan Sasuke yang terkulai disisi ranjang. Dadanya terasa dihantam benda tumpul berkali-kali, sesak, Naruto tidak sanggup, tidak pernah mampu membayangkan seperti apa rasa sakit yang tengah dirasakan Sasuke. Naruto ingin menggantikan posisi Sasuke. Naruto ingin mengambil semua rasa sakit Sasuke.

Pintu ruang bersalin Sasuke terbuka dengan kasar. Tsunade masuk dengan tergesah-gesah dan langsung menghampiri Sakura yang sudah mempersiapkan persalinan Sasuke. Tsunade melihat kesisi kiri ranjang, dibawah ranjang Naruto tengah jongkok menggenggam jemari Sasuke seperti orang linglung. "Bawa bocah kurang ajar itu keluar dari sini!" Tsunade berseru nyaring menyuruh siapa saja mengusir Naruto yang memang tidak berguna didalam sana.

"Aku tidak ingin pergi!" Naruto berdiri dari jongkoknya dan kembali disuguhi pemandangan menyayat hati. Peluh semakin membanjiri kening dan leher Sasuke. Erangannya tidak begitu nyaring lagi, mungkin Sasuke benar-benar lemas. "Nek, aku mohon selamatkan Sasuke." Wajah Naruto begitu kusut. Kekalutan hatinya tak mampu Ia sembunyikan. Ke khawatiran akan terjadi sesuatu yang buruk pada Sasukenya menggerogoti kewarasannya

"Hah Hah Hahh Arrrggkkh!"

Tsunade menatap bergantian Naruto dan Sasuke yang ada didepannya. Rasa benci kembali tumbuh pada Orochimaru yang seenaknya menjadikan Sasuke kelinci percobaan untuk penemuannya yang belum sempurna ini. Ramin yang ditanamkan Orochimaru ditubuhnya memang cocok dan mengikuti pertumbuhan tubuh Sasuke semenjak Ia berusia empat belas tahun sampai setahun kemarin. Rahimnya juga berfungsi dengan benar dan tepat menerima pembuahan dan rahim Sasuke begitu kuat menjaga bayinya sampai menginjak bulan kedelapam. Dibulan kedelapan ini ramin Sasuke tiba-tiba saja melemah dan berhenti berfungsi. Asupan makanan yang seharusnya bisa bayi dalam perut Sasuke dapatkan menjadi terhenti, kerusakan-kerusakan dinding rahim yang menyebabkan nyeri diperut Sasuke semakin hari semakin menjadi.

"Tenanglah Naruto." Naruto menatap sebentar Tsunade dan kembali menatap kearah Sasuke yang kelopak matanya terbuka sekarang. Mata Sasuke begitu merah, sedari tadi Ia menangis tanpa isakan. Sasuke memandang Naruto, menggenggam begitu kuat jemarin Naruto yang balas menggenggamnya. Naruto membisikkan ungkapan penuh cinta berkali-kali untuk menguatkan Sasukenya dari rasa sakit yang menderanya. "Rahim Sasuke sudah tidak berfungsi lagi, aku akan mengangkat rahim Sasuke juga, Naruto. Ini akan menjadi operasi yang lumayan sulit, jadi Sasuke akan aku bius dan kau," Tsunade memakai sarung tangan karet untuk operasinya dan menatap serius pada keduanya. "Tenangkan dirimu, atau aku akan mengusirmu keluar dari ruangan ini bocah nakal."

Naruto hanya mengangguk cepat dan kembali membisikkan kata-kata untuk menguatkan Sasuke dan dirinya sendiri. "Nenek bilang kita harus tenang, tenangkan dirimu Suke. Aku tidak akan kemana-mana, aku akan disini bersamamu, aku tidak akan meninggalkanmu." Naruto mengecup kening Sasuke yang basah oleh keringat, "Semua akan baik-baik saja. Aku sangat sangat mencintaimu sayang." Anggukan lemah adalah jawaban Sasuke sebelum matanya terpejam lagi, kali ini karena efek obat bius. Setitik air mata juga ikut terjatuh saat kesadarannya mulai hilang.

"Tuhan, selamatkan mereka, selamatkan Sasukeku..."


Disclaimer : Masashi Kishimoto

~NaruSasu~

YAOI/Semi Canon


Dua tangisan bayi menggema diruang operasi serba putih itu. Saling bersahutan menjadi nyanyian penentram hati. Tangan besar berwarna tan itu bergerak gelisah ingin menyentuh tubuh kecil mungil dengan bercak-bercak darah, tapi urung Ia lakukan. Tangan Naruto kembali kesisi tubuh Sasuke. Melihat wajah Sasukenya yang semakin pucat. Naruto melihat kesamping dan didepannya, dimana Tsunade, Sakura dan beberapa perawat lainnya tengah berkutat serius dengan perut Sasuke yang menganga. Naruto sontak menutup kedua matanya, memejamkannya begitu erat. Darah Sasuke begitu banyak, banyak sekali. Merah pekat. Setitik air mata hampir lolos dari sudut matanya yang terpejam tapi kembali Ia tahan. Naruto tidak boleh menangis.

Naruto pandangi kembali wajah Sasuke yang berkeringat dan pucat. Ia elus penuh sayang rambut hitam kebiruan Sasuke. "Anak kita selamat Suke, sebentar lagi kau bisa melihatnya–"

"Ambilkan dua kantung darah AB sekarang!"

Tsunade berseru nyaring. Tangannya dipenuhi alat-alat operasi mengarah pada perut Sasuke. Sakura didepannya juga tengah berkonsentrasi mengalirkan cakra pengobatan untuk menghentikan pendarahan yang tiba-tiba saja terjadi. Inikah yag membuat wajah Sasuke semakin pucat saja? Naruto menggenggam dan mengecup tangan Sasuke, berdoa dalam hatinya untuk keselamatan orang yang dicintainya. "Sakura, aku bisa membantumu, cakraku banyak." Naruto berbisik tanpa menoleh kearah Sakura disampingnya yang melirik sebentar kearahnya. Menimbang-nimbang apakah memang harus Naruto membantunya?

"Kemarilah, Naruto..."

...

...

Aku mendengarnya. Tangisan yang memekak telinga itu samar-samar ditelingaku. Apa itu suara dua makhluk mungil yang kemarin masih bergerak-gerak kecil didalam perutku? Aku ingin mendengarnya lagi, tapi kenapa tangisan itu semakin samar? Siapa yang menjauhkan mereka dariku? Aku menggerakkan mataku kesana kemari, melihat kekiri dan kekanan, kemana saja ketempat yang sekiranya akan terlihat cahaya, tapi gelap yang begitu pekat mengurungku. Kenapa tidak ada cahaya? Kemana si pirang idiot yang bersinar itu? Kemana Naruto? Katanya ia tidak akan meninggalkanku,

"Anak kita selamat Suke, sebentar lagi kau bisa melihatnya–"

Ahh..aku mendengarmu Naruto, kau masih menjagaku, kau masih bersamaku. Naruto.., tolong beri aku cahayamu lagi, aku tidak suka gelap ini. Aku merasa semakin dijauhkan darimu. Aku ingin bersamamu. Aku ingin melihat kalian...


"Engghh..." kelopak mata itu perlahan terbuka dan mengerjap-kerjap membiasakan cahaya yang masuk. Onyx didalamnya bergerak kekiri dan kekanan mencari keberadaan seseorang dalam mimpinya. Saat penglihatannya terfokus Ia disuguhi senyum hangat suaminya. Naruto berdiri disampingnya tersenyum dengan tangan besar itu tengah mengelus lembut kening Sasuke, "Dobe..." Suara Sasuke begitu serak, Naruto dengan sigap langsung menyambar segelas air minum dimeja kecil disisi ranjang dan meminumkannya melalui sendok yang Ia sodorkan kemulut Sasuke. Sasuke dengan rakus meneguk air yang disuapkan Naruto padanya. Tenggorokannya benar-benar kering. Setelah puas minum, Sasuke berniat untuk menggeser posisi tidurnya, namun rasa nyeri langsung bersarang diperutnya. Mata itu terpejam dan kening Sasuke berkerut menahan rasa sakit.

"Sakit ya?" Naruto duduk dan mengenggam tangan kanan Sasuke lalu mengecupnya, tangan satunya lagi masih setia mengelus kening Sasuke. "Nenek Tsunade bilang, rasa sakitnya akan bertahan mungkin sampai tiga hari kedepan, tergantung pemulihanmu." Naruto menatap selang infus dengan kantung darah menggantung ditiang disamping kanan ranjang Sasuke. "Kau kehilangan banyak darah Suke, rahimmu terinfeksi, untung segera diangkat dan tidak sampai membahayakanmu." Dilihatnya Sasuke mengangguk singkat dan kembali memejamkan matanya, menikmati udara segar dari jendela kamar rawat yang terbuka dan elusan dikening dan kepalanya yang diberikan Naruto.

"Aku ingin melihat mereka." Kalimat permintaan yang diucapkan dengan suara pelan Sasuke masih mampu didengar Naruto. Naruto mengangguk dan membuat satu bunshin untuk memanggil Sakura. Setelah memastikan bunshinnya pergi Naruto kembali memfokuskan perhatiannya pada Sasuke yang masih memejamkan matanya. Bila mengingat proses operasi Sasuke semalam dengan Sasuke pagi ini Naruto amat sangat bersyukur bisa melaluinya. Naruto tidak ingin berada disituasi seperti semalam lagi. Rasanya hatinya tidak akan sekuat semalam jika kejadian itu terulang lagi. "Mereka sehat?" Sasuke membuka kolopak matanya dan melihat kearah Naruto yang tersadar dari lamunannya dan tersenyum lagi padanya.

"Kau bisa melihatnya sayang.." Naruto berdiri merasakan kehadiran seseorang yang dikenalnya mendekati kamar rawat Sasuke. Naruto berjalan kearah pintu dan membukanya, mempersilahkan masuk sebuah keranjang bayi yang didorong oleh Sakura. Dibelakan Sakura Tsunade juga mengikutinya dengan Shizune dan teman-teman setimnya, Kakashi, Yamato dan Sai. Senyum bahagia tercetak jelas diri wajah-wajah dihadapan Sasuke dan itu membuat hati Sasuke merasa lega, anak mereka baik-baik saja. Sakura mendorong keranjang bayi tepat disisi kanan Sasuke. Sasuke melihatnya begitu jelas, dua bayi mungil dengan rambut hitam dan pirang tipis tidur dengan pulas didalamnya. Kaki dan tangan mereka begitu mungil terkepal seperti menggenggam sesuatu.

"Mereka sangat sehat Sasuke." Sakura berucap saat dilihatnya Sasuke sama sekali tidak melepas tatapannya dari dua bayi mungil disampingnya, matanya juga tidak berkedip, hanya melihat terpaku pada anaknya.

"Yang pirang itu perempuan lho." Sai ikut menimpali, "Tapi rambutnya sedikit sekali, hampir botak."

"Sialan kau Sai!" Gelak tawa terdengar dari setiap bibir orang-orang yang berada disana saat mendengar umpatan Naruto. Tapi Sasuke tidak juga mengalihkan pendangannya dari dua anaknya dalam keranjang. Naruto yang melihatnya mulai mendekati Sasuke dan kembali mengelus kening Sasuke, mencoba mengalihkan perhatian orang yang dicintainya yang sepertinya melamun. Entah karena terlalu bahagia atau hal lain. "Sasuke.." Naruto mengelus pipi pucat Sasuke dan membisikkan namanya, saat itu perhatian Sasuke baru teralih padanya. Onyx indah itu bergetar memandang tepat dikedua bola mata biru Naruto. Seperti mencari kebohongan dibola mata suaminya. Naruto yang melihatnya menjadi bingung, "Ada apa sayang?" Naruto menumpulan siku kanannya disamping bantal Sasuke, membuat jarak mereka semakin dekat. Naruto menyentuh pipi kanan Sasuke dan mengelusnya sayang mencoba menenangkan pendamping hidupnya ini yang sepertinya merasakan kekalutan. "Hei.." Menghiraukan orang-orang yang ada diruangan itu yang tengah memperhatikan interaksi mereka, Naruto mengecup singkat bibir Sasuke untuk membuat Sasuke menjawab.

Tiba-tiba tangan kiri Sasuke terangkat menggenggam dan menarik baju depan Naruto pelan, membuat tubuh Naruto semakin mendekat dan menghalangi penglihatan Tsunade dan yang lainnya untuk melihat apa yang tengah terjadi pada Sasuke. "B-brengsek kau..ughk" Naruto melihat kebawa mendengar suara makian parau dari Sasuke, lalu menyingkirkan poti Sasuke yang menghalanginya melihat onyx itu. Dan saat itu Naruto baru tau, Sasuke tengah menahan isakannya namun tidak dengan air matanya. Tangan kanan Sasuke menghapus kasar jejak air matanya namun kembali tercetak saat bulir-bulir asin itu kembali jatuh dan semakin deras disetiap sisi wajahnya, membasahi pipi, telinga dan bantal yang tengah Sasuke tiduri. "Aku ba-bahagia Dobe.." Naruto tak kuasa menahan senyuman, setitik air mata juga lolos dari sudut matanya saat melihat Sasuke menangis karena bahagia melihat mereka bisa melalui kerikil-kerikil masalah dan mendapat dua hadiah sekaligus. Mungil, sehat, kebahagiaan apa lagi yang bisa mereka pinta sekarang? Mereka sudah amat sangat bahagia. Hati keduanya sudah begitu penuh dengan kehangatan. Mereka hanya perlu menjaga kebahagiaan ini agar tidak lepas dari genggaman.

Naruto langsung memeluk kepala Sasuke gemas, menciumi penuh sayang puncak kepala laki-laki yang amat dicintainya itu. Kakashi dan yang lainnya yang melihat hanya mampu tersenyum, Tsunade dan Sakura ikut menangis walau bibir mereka mengejek keduanya yang tiba-tiba menjadi cengeng. "Kalian cengeng sekali! Lihat anak kalian sepertinya jadi ikut-ikutan menangis tuh." Sasuke melihat kesamping masih dengan bersembunyi ditubuh Naruto, terlihat kedua anak kembar mereka tengah menggeliat terbangun dari tidurnya dan mulai mengeluarkan isak tangis kecil lewat bibir mereka yang mungil.

"Sasuke.." Dipanggil namanya dengan begitu lembut, Sasuke mendongak dan melihat kembali tepat ke kedua iris sappire Naruto yang memandangnya begitu teduh. Posisi mereka masih sama, Naruto masih menopang berat tubuhnya dengan siku menghalanginya dari penglihatan teman-temannya. "Terimakasih telah kembali dengan sehat," Naruto kecup begitu lama kening Sasuke, seakan Ia tidak akan bisa mengecup kening itu lagi. "Terimakasih karena menghadirkan mereka ditengah-tengah kita." Kali ini dua mata Sasuke yang terpejam yang Naruto kecup lembut. Seakan meminta untuk jangan lagi ada kesedihan dimata itu, jangan lagi ada kesepian dari tatapan itu, memintanya hanya melihat masa depan mereka yang akan Naruto isi dengan kebahagiaan. Naruto memberi jarak diantara mereka. Wajah Sasuke bersemu merah namun terlihat kesal karena diperlakukan seperti wanita.

"Menyingkir dariku Dobe." Sasuke menggeram, air matanya sudah tidak keluar lagi digantikan dengan delikan galak. Dan Naruto tertawa melihatnya. Sebelum Naruto menyingkir dari atas Sasuke, kecupan singkat dibibir Sasuke kembali Naruto daratkan. "Aku mencintaimu, hehehe"

"Aku juga mencintaimu idiot."

Gelak tawa kembali terdengar dari bibir Naruto sebelum si pirang memutari ranjang Sasuke dan berhenti dikeranjang kedua anaknya. Tsunade yang tengah menggendong anak pertamanya yang hanya terlahir lebih dulu lima menit dari pada anak keduanya memberikan dengan hati-hati kepada Naruto untuk digendongnya. Naruto cengengesan sendiri menggendong kaku anak laki-lakinya, rambut berwarna hitam yang begitu lebat, berbanding terbalik dengan warna rambut anak perempuannya yang berwarna pirang dan tidak terlalu banyak. Diranjang Sasuke, Shizune tengah membaringkan anak keduanya disamping kanan Sasuke. "Tidak ada yang mirip denganku, kulit mereka warnanya putih semua. Cuma rambutnya saja yang warnanya kuning." Keluh Naruto yang ditertawain yang lain dan dibalas dengusan masa bodo dari Sasuke. Sasuke mengelus pelan-pelan pipi si pirang kecil disampinnya. Menurutnya, walaupun fisik kedua anaknya mirip dirinya, Ia ingin sifat keduanya seperti Naruto, penuh kehangatan, dikelilingi kebaikan dan selalu mencintainya dengan tulus.

"Kalian belum memberinya nama?"

Ahh mereka hampir lupa memberikan nama. Tapi, biarlah mereka menikmati euphoria mereka terlebih dahulu, lain kali saja kita mencari tau siapa nama kedua malaikat kecil itu. Nanti, setelah kita membiarkan Naruto dan Sasuke menggulirkan kisah mereka selajutnya.


TAMAT


Siapa hayoo nama anak-anaknya? Yas juga gak tau, gak kepikiran. Silahkan lanjutkan dengan imajinasi kalian masing-masing entar kasih tau yas XDD

Udah segini aja yaa, keburu hilang n menguap dari kepala. Terimakasih yang udah review, favs n follow. Saran dan dukungan kalian adalah napas dari fic ini #ciee ^^