[ 290814 | 1244 ]

Sexy Rose

[Kaisoo Gender switch]

By. Lien

Kyungsoo, si Bunga bertato, menjadi simbol sebuah keluarga bangsawan sosial dalam status sebagai seorang istri. Dan disana, si pria terlarang seakan selalu memanggil dan menariknya untuk mendekat.


Bunga mawar yang menyimpan sejarah roman termanis, kelopaknya akan gugur dan membusuk, tak beraroma dan menjadi debu. Wanita itu salah satu yang mengabadikan keindahannya.

Bunga mawar di taman belakang rumah disinari cahaya matahari yang mengintip dari balik dedaunan pohon yang menaungi. Tujuh kelopak sudah jatuh, warnanya merah tua dan layu, sebentar lagi akan membusuk, kering, dan menjadi bagian dari tanah.

Para pujangga kisah romansa melambangkan bunga mawar sebagai salah satu lambang dari cinta, sesuai dengan keharuman dan keindahannya. "Terlalu berlebihan" begitulahWanita itu akan selalu menanggapinya. Dalam pandangannya tersendiri ia menginterpretasikan bunga mawar sebagai sesuatu yang paling menyedihkan dan memiliki kehidupan yang paling mengenaskan. Bunga klasik simbol dari Cinta itu, tumbuh cantik rupawan dengan aroma yang memikat, namun mati dengan wajah buruk rupa, membusuk, menjadi debu dan diinjak oleh para pengagumnya sendiri. Akhir bunga mawar akan selalu seperti itu.

Ia melihat bunga mawar sebagai cerminan hidupnya sendiri. Sehingga dirinya, pemilik bunga mawar di taman belakang rumah itu, selalu menatap pada gugurnya setiap kelopak dengan tatapan miris dan mengasihani.

Setiap goresan jarum yang menyiksa di seluruh bagian punggung kiri hingga pinggang wanita itu, mengotori kulit putih halus nan lembut, adalah bukti sebuah penyangkalan akan akhir mengenaskan dari takdir bunga mawar. Tato bunga mawar dengan beberapa jumlah memenuhi punggung kiri, mekar berwarna merah pekat, bersanding dengan tengkorak kepala yang memiliki filosofi tersendiri dalam pemahamannya. Semua merepresentasikan tentang dirinya, tentang harapan wanita itu.

Wanita itu, Kyungsoo, terlahir dari benih seorang pria yang merenggut kehormatan seorang wanita, wanita yang tak ingin ia panggil Ibu, karena telah menggiringnya pada takdir kegelapan, menjadikan dirinya si belia pemuas nafsu ketika ia baru menginjak usia tiga belas tahun, dan kemudian tumbuh dewasa diantara para bunga-bunga mawar beraroma 'bangkai'.

Kyungsoo, wanita itu, sang bunga mawar yang mereka katakan akan berakhir membusuk seperti bunga-bunga yang lain karena telah mempertaruhkan hidupnya didalam sebuah rumah kaca, istana salah satu pengagumnya, menjadi simbol keluarga bangsawan sosial dalam status sebagai seorang istri. Ia tak akan membiarkan dirinya gugur, layu ataupun menjadi tengkorak busuk seperti yang mereka katakan.

Tato itu, bunga yang tak akan pernah layu, adalah doanya.

Selalu saja ada yang akan bertanya, bagaimana bisa bunga mawar yang tumbuh ditengah mawar beraroma busuk dan sudah terjamah oleh tangan sekian banyak pria, menjadi bagian dalam keluarga bangsawan?

Hanya ada jawaban sederhana untuk pertanyaan itu; karena dia adalah Do Kyungsoo, seorang wanita penuh pesona. Suaranya yang merdu dan kesempurnaan fisik yang memikat, dengan rambut ikal panjang berwarna merah, mata polos yang berkilau, pipi merah merona meski tanpa riasan wajah, bibir ranum dan basah berwarna merah tanpa polesan lipstik, payudara kenyal dan berisi selaras dengan pinggang ramping dan pinggul yang sintal, berpadu dengan kaki jenjang yang indah. Dialah Do Kyungsoo.

Tato mawar merah dengan kepala tengkorak yang terlihat mengerikan di punggung, tak membuatnya tampak nakal atau murahan ketika itu adalah Do Kyungsoo. Ya. Kyungsoo tak terlihat seperti mawar murahan meskipun berasal dari tempat yang murah. Ia Cantik, Elegan, Glamor, dan Mahal. Wanita yang pantas menggambarkan derajat tinggi seseorang. Wanita yang diterima karena layak menjadi simbol keluarga Park.

Karena dia adalah Do Kyungsoo.

::::

Masa lalunya telah dihapus dan diganti dengan identitas baru. Ia dikenal sebagai Park Kyungsoo, istri dari putra pertama keluarga Park.

Pesta, sudah menjadi hal yang biasa, dua kali dalam satu bulan sudah seperti menjadi tradisi yang tak boleh terlewatkan dalam keluarga Park. Akan ada dua gaun mahal yang baru, dan akan ada berbagai macam perhiasan berlian pada waktu yang bersamaan, seperti saat ini. Kyungsoo menatap pantulan dirinya pada cermin, memperhatikan hasil riasannya dengan teliti, memastikan bahwa penampilannya sempurna dan tak bercela. Setitik cacat akan berujung pada hinaan, karena setiap anggota keluarga di rumah itu tak akan ada yang mentolerir satu kesalahan yang bisa saja tak sengaja ia buat. Kesempurnaan, mereka sebut itu adalah menjaga kehormatan keluarga.

Setelah lama menatap dirinya, Kyungsoo tersenyum puas. Rambut ikal panjang disanggul keatas dengan membentuk pola bunga mawar, riasan tipis pada wajah dengan lispstik merah muda sengaja dipilih agar tak menyembunyikan kecantikan natural, chiffon dress warna merah marun dengan belahan dada yang sangat rendah menampakkan pinggiran kenyal payudara indahnya. Ia memandang kalung berlian hitam dengan permata ruby yang melingkar di leher, berkilau kontras dengan kulit putihnya. Sempurna.

"Kau selalu cantik, dan malam ini seribu kali lebih cantik..." Kyungsoo terlonjak kaget, tiba-tiba suara seorang pria dari belakang menyapa tepat di telinganya. Pria itu, yang tak lain adalah suami Kyungsoo, terkekeh melihat ekspresi terkejut istrinya di cermin, kedua lengannya mengapit tubuh Kyungsoo dengan kedua telapak tangan disisi kiri kanan menapak diatas kursi rias yang diduduki Kyungsoo, dengan posisi itu ia menahan tubuhnya yang menunduk.

"Tapi kau tak memerlukan ini sayang," Sebelum Kyungsoo sempat mengeluarkan sepatah kata, pria itu lagi-lagi mengagetkannya, dengan gerakan cepat dia menarik paksa kalung permata hitam di leher Kyungsoo hingga terlepas, rintihan sakit terdengar dan bekas memerah dengan cepat mulai tampak di bagian belakang leher Kyungsoo.

"Chanyeol..." Kyungsoo mengaduh sembari memegangi bagian lehernya yang sakit, namun dengan lembut Chanyeol menepis tangannya.

"Maaf, tapi kalung itu menghalangi keindahan lehermu sayang, biarkan semua orang melihatnya agar mereka tahu bahwa tidak ada yang lebih sempurna dari istri Park Chanyeol." Ia mencium leher Kyungsoo yang memerah, kemudian menjilatnya dengan antusias. Kyungsoo menggigit bibir bawahnya, menahan agar tak satu desahanpun keluar dari mulutnya, ia tahu resiko apa yang akan terjadi selanjutkan jika sedikit saja ia menunjukkan respon.

Ciuman bertubi itu akhirnya berhenti setelah Chanyeol menyematkan ciuman ringan di pipi Kyungsoo. "Apa kau masih khawatir?"

"Khawatir?" Alis Kyungsoo terangkat karena tak mengerti, namun kemudian ia menangkap apa yang ditanyakan suaminya. "Ah...aku tidak khawatir lagi." Kyungsoo menyadari bahwa Chanyeol mengetahui rasa khawatirnya tentang 'penampilan sempurna'.

Ia tersenyum menatap wajah Chanyeol di cermin. Park Chanyeol, malaikat penyelamat hidupnya, pria yang memberinya cinta dan kasih sayang, berdiri di belakangnya dan menyelipkan tangan di pinggang sebelum melingkari perutnya dengan erat. Hanya satu hal yang tidak Kyungsoo sukai dari dirinya, yaitu jika dia sudah seperti ini.

"Chanyeol..." Kyungsoo menggeliat berusaha menghindar ketika Chanyeol menciumi lehernya dengan nafas kasar.

Setiap kali melihat Kyungsoo yang telah berhias diri dengan rapi, Chanyeol selalu tak bisa menahan gairahnya, sehingga mencumbu tanpa menahan tenaga sedikitpun sudah menjadi kebiasaan, seakan pria itu gemas ingin menghancurkan kecantikan istrinya. Kebiasaan yang sering kali terjadi itu membuat Kyungsoo selalu dalam situasi yang sulit, tak terkecuali pada malam ini, pesta akan segera dimulai, dan jika Chanyeol tak berhenti merusak penampilannya, ia harus memulai dari awal. Sangat sulit mempersiapkan diri dengan cepat tanpa bantuan perias wajah ataupun pelayan, sedangkan ia dituntut untuk bisa melakukan sendiri perawatan yang berhubungan dengan penampilan, hal itu membutuhkan waktu yang cukup lama dan ia akan mendapat masalah jika terlambat menyambut tamu dan relasi keluarga suaminya.

"Chanyeol, kalau aku tidak segera turun... Ibu akan marah," Kyungsoo berusaha menahan diri agar tak terbawa gairah saat ia merasakan kedua tangan besar Chanyeol turun membelai paha bagian dalamnya.

Chanyeol menyeringgai tipis, kemudian ia menjilat cuping telinga Kyungsoo. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Tubuh Kyungsoo menegang, ia bisa merasakan gigi Chanyeol pada daun telinganya sebelum menyadari bahwa dia menggigit antingnya dan menariknya hingga terlepas. Jantung Kyungsoo berdegup kencang, melalui cermin ia melihat Chanyeol membiarkan anting di mulutnya jatuh ke lantai dengan suara yang bisa didengar dalam keheningan kamar. Chanyeol yang menggodanya, selalu berhasil membuatnya luluh.

"Aku sudah mengatakan pada Ibu bahwa kita akan terlambat." Chanyeol mengangkat tubuh Kyungsoo dari kursi dan mendudukkannya di atas meja rias dengan punggung menyandar pada cermin. "Bantu aku membuka pahamu, sayang." Ia tersenyum, memberi isyarat agar Kyungsoo mematuhinya.

Tak ada pilihan, dia akan marah jika dibantah. Kyungsoo menghela napas, ia menyerah.

Dengan heels masih terpakai, Kyungsoo mengangkat kakinya dan menahannya di pinggir meja rias, kemudian dengan ragu ia membuka lebar kedua kakinya, gaun panjang yang digunakannya menutupi seluruh bagian bawah tubuh dan Chanyeol menyingkapnya hingga pinggang. Ekspresi Chanyeol bersorak, ia tersenyum lebar melihat posisi Kyungsoo yang terlihat siap dan menunggu, kemudian dengan sekali tarik ia melepaskan celana dalam Kyungsoo.

Kedua kaki yang masih menggunakan high heel, terangkat selama Chanyeol memegangi pahanya. Punggung membentur cermin, payudara memantul berirama dengan dorongan penis Chanyeol didalam liang vagina, gesekan celana yang hanya terbuka resletingnya menimbulkan rasa panas pada pantat Kyungsoo, hanya dirinya yang tak mengenakan apapun, dan rasanya itu tak adil.

Kyungsoo merintih dalam setiap hentakan. Tangan yang menahan tubuh di kedua sisi, mengepal kuat akan rasa sakit, karena Chanyeol terlalu kasar melakukannya. Ia masih belum dalam keadaan basah untuk menerima penis Chanyeol yang mengeras dengan cepat, tetapi tanpa memperhatikan hal itu Chanyeol menenggelamkan penisnya dalam sekali dorong pada vagina Kyungsoo. Dan masih, seolah tak peduli walaupun Chanyeol menyadari hal itu, ia menahan orgasmenya meskipun sudah berada pada ujung pelepasan. Inilah sisi lain dari sikap lembut Chanyeol, seolah menjadi orang yang berbeda ketika menyetubuhinya.

"Chanyeol, kumohon...cepat, keluarkan..." Kyungsoo memejamkan mata dengan kepala jatuh kesamping, ia memohon putus asa. Tak ada rasa nikmat, hanya rasa sakit.

"Oh, lihatlah dirimu sayang, kau wanita paling seksi yang pernah kutemui." Chanyeol memuji dengan manis, namun tidak dengan gerakannya, sembari memperhatikan payudara Kyungsoo yang berguncang tak beraturan dengan puting merah pekat, ia semakin mempercepat dorongan penisnya, dengan sengaja membentur rahim Kyungsoo begitu keras, seketika kepala wanita itu menengadah, suara desahan nikmat akhirnya terdengar, Chanyeol menyeringgai, ia tahu Kyungsoo menyukai bagian itu.

"Aku tahu kau merasakan sakit," Chanyeol menahan ucapannya selagi menjilat leher Kyungsoo yang basah oleh keringat. "Tapi aku tidak akan membiarkannya sakit sampai akhir. Aku mencintaimu sayang."

Setelahnya, Kyungsoo memang hanya merasakan kenikmatan meskipun tubuhnya benar-benar terasa remuk. Ia memperhatikan lagi penampilannya pada pantulan cermin, ia berantakan, acak-acakan, beraroma sperma, dan ia harus memulai dari awal.

::::

Keluarga ini, adalah keluarga dengan aura suram, semua orang mengalamatkan penyebabnya pada pria itu. Pria yang selalu menatap Kyungsoo dengan tatapan kebencian, namun disisi lain seakan menariknya untuk mendekat. Kim Jongin, si pria terlarang.

Pesta sudah berlangsung, gaun merah tak lagi membalut tubuh Kyungsoo, mana mungkin ia memakainya lagi ketika bagian dadanya telah robek oleh tangan Chanyeol. Dengan perasaan kesal karena persiapan sebelumnya menjadi sia-sia, kini ia memakai gaun hitam yang terlihat klasik meskipun tak glamor seperti gaun sebelumnya, bagian dada lebih tertutup namun bagian kaki kanan terdapat belahan panjang hingga paha. Ia tampak cantik, kecantikan yang menuai pujian.

Kyungsoo menyambut semua tamu penting, namun tak semua tamu penting menyambutnya. Mereka yang masih meremehkannya maupun yang cemburu dengan posisinya, akan berlalu begitu saja segera setelah ia memberi salam, namun Kyungsoo bukanlah tipe wanita yang akan merengek ketika mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Siapapun itu, ia akan membalasnya dengan senyum kecut yang memberi kesan merendahkan harga diri siapapun yang melihat senyum itu.

Setelah melewati yang paling menyebalkan, Kyungsoo menghampiri seorang wanita paruh baya yang ia tahu adalah istri seorang menteri, wanita itu menyambut Kyungsoo dengan hangat, memeluknya lalu mencium pipinya, memperlakukan Kyungsoo seperti putrinya sendiri, yang membuat Kyungsoo tersenyum bahagia sampai tak melepaskan tangan wanita itu ketika memulai percakapan. Dan tiba-tiba Kyungsoo membeku, perasaan itu datang lagi...sebuah tekanan, dominasi...angin yang menyergap tengkuk, perasaan seperti itu Kyungsoo rasakan hanya ketika mata setajam pisau milik pria itu seakan ingin menusuk dirinya dengan tatapannya. Kyungsoo tahu dia ada disana, ia tahu dia memperhatikan dirinya, seakan menariknya, seakan memanggilnya. Kyungsoo memilih tak mempedulikannya, dan setelah sesaat sempat membeku ia kembali melanjutkan percakapan, namun semakin ia mengabaikan perasaan tertekan itu semakin besar rasa gelisah melandanya.

"Kyungsoo, kau baik-baik saja? Wajahmu terlihat pucat sayang." Istri menteri yang masih menggenggam tangan Kyungsoo bertanya dengan khawatir.

Kyungsoo tergagap, lalu ia tersenyum kaku. "Sa—saya baik-baik saja. Saya permisi sebentar."

Kyungsoo segera meninggalkan wanita paruh baya yang masih menatap kepergiannya dengan khawatir. Tak jauh dari sana Kyungsoo terpaksa menghentikan langkahnya ketika tak sengaja menangkap bayangan seseorang yang ingin ia hindari, tatapan Kyungsoo terpaku pada satu sosok yang berdiri menyandar disamping jendela besar dengan meliapat tangan di dada, dan bak dalam latar sebuah dongeng, bulan purnama terlihat dari jendela disampingnya, pancaran sinarnya menimpa sebagian dari wajah kerasnya. Pria berjas hitam menatap Kyungsoo dengan mata kelam.

Dialah Kim Jongin, beberapa orang menyebutnya si mala petaka dalam keluarga Park, tetapi bagi Kyungsoo dia adalah si pria terlarang. Pria yang enam bulan lalu tiba-tiba hadir ditengah-tengah keluarga sebagai putra kedua keluarga Park, anak dari istri kedua Mr Park. Meskipun dikatakan bahwa kedatangannya adalah atas permintaan tuan Park secara langsung, namun sebelumnya tak ada yang menjelaskan tentang keberadaan putra kedua dalam keluarga Park pada khalayak umum, bahkan Kyungsoo yang sudah menikah dengan Park Chanyeol selama 3tahun, baru mengetahui hal itu sejak kedatangan Kim Jongin.

Pria yang memilih menggunakan marga ibunya dari pada marga Ayahnya—Mr Park, adalah seorang pria yang tak banyak bicara, mungkin tidak pernah karena Kyungsoo tak pernah mendengar suaranya. Begitu juga dengan anggota keluarga Park, tak satupun yang menyambut kedatangannya, tak satupun yang menegurnya maupun berbasa-basi menyapanya, sehingga Kyungsoo hanya diam dan mengikuti jalur yang secara tak langsung sudah ditunjukkan oleh anggota keluarga lainnya bagaimana ia harus bersikap.

Akan tetapi, pada suatu malam ketika semua orang sudah terlelap, Kyungsoo yang memiliki kebiasaan menyirami bunga mawar miliknya ketika susah untuk tidur, secara tak sengaja berpapasan dengan Kim Jongin di jalan setapak menuju taman belakang rumah itu. Keduanya hanya saling menatap, namun dengan intesitas yang berbeda. Pria itu menatap Kyungsoo penuh dengan kebencian yang mencekam, sampai membuat Kyungsoo yang selalu terlihat tangguh hanya terpaku dengan tatapan bertanya-tanya. Malam itu adalah pertemuan pertama mereka secara bertatap muka langsung, tapi perbuatan apa yang membuat pria itu menatap Kyungsoo dengan mata seperti itu? Dalam beberapa kesempatan Kyungsoo berusaha untuk bertanya, tetapi Kim Jongin tak pernah membiarkan Kyungsoo mendekat hanya dengan perintah matanya.

Hari berikutnya dan selanjutnya, Kyungsoo sering kali tak sengaja bertatap muka dengan Jongin, tak ada yang berubah dengan tatapan mata pria itu. Bulan berikutnya dan selanjutnya, pria itu justru mulai dengan sengaja menatap Kyungsoo dan dengan intensitas yang cukup lama, tetapi tatapan mata itu masih sama. Hanya saja, Kyungsoo mulai merasakan, paling tidak bagi Kyungsoo ia mulai berhalusinasi bahwa tatapan mata itu memanggilnya dan menariknya. Sejak saat itu, Kim Jongin adalah pria terlarang bagi Kyungsoo.

Pria itu berdiri tegak tanpa melepaskan tatapannya dari Kyungsoo, lalu melangkah keluar ballroom. Mata itu memanggilnya, dan kali ini Kyungsoo memutuskan untuk tidak menghindar melainkan menghadapinya, ia mengikuti Kim Jongin dengan jarak langkah cukup jauh namun masih berada dalam jaungkauan untuk diikuti. Kyungsoo melangkah dalam diam sembari menatap punggung pria itu, melewati halaman rumah yang juga ramai oleh tamu, melewati jalan setapak didekat taman, dan melewati koridor bangunan rumah kedua keluarga Park dimana kamar pria itu berada, hingga Kyungsoo berhenti melangkah ketika melihat Kim Jongin masuk ke dalam sebuah ruangan dengan pintu yang sengaja dibiarkan terbuka. Tanpa ragu Kyungsoo melangkah masuk ke dalam ruangan, dan pintu itu tertutup.

::::

To be continue...

[060415 | 0244 ]


Hellow everybody^^ yang kenal saya pasti kaget dengan ff satu ini. Saya bukan mau beralih profesi menulis GS, bahkan seumur hidup saya tidak pernah berpikir ingin menulis gender switch walaupun sebelumnya saya pernah menulis ff straight. Cuma yang satu ini pengecualian dengan alasan-alasan tertentu, dan ini adalah ff GS pertama dan terakhir yang akan saya buat, kekekee semoga tidak aneh saja. FF ini sudah saya garap dari tahun lalu, muncul ide dari pennamenya author 'Sexy Rose', dan karena tidak pengalaman menulis GS rasanya sangat sulit untuk dapet feelnya, saya cukup menderita mental wkwkwkkk curcol /

Btw, Jangan Khawatir, ini adalah fanfic Kaisoo :3 ;)

Saya menulis FF ini sambil dengerin lagu Justin Timberlake—TKO, mungkin bisa dijadikan BGM. Musik dan Mvnya keren, menurut saya^_^

Thank you all...

Lien.