Qtalita

.

Wonkyu

.

.

Enjoy

.

.

Seorang namja berlari tergesa melewati beberapa koridor hingga akhirnya masuk ke sebuah aula yang di sesaki ratusan orang lainnya, ia berjinjit beberapa kali, mencari sosok yang mungkin saja ia kenali.

"Excuse me" Kyuhyun, sang namja terlihat berusaha menerobos beberapa orang di depannya saat ia menemukan sosok Kibum di depan sana, 2 baris terdepan. Kyuhyun bahkan merasa kakinya diinjak dan tubuhnya terjepit.

Kyuhyun menyeka keringat yang menetes dari dahinya, nafasnya memburu dengan suara tercekik di setiap akhir helaannya, Kyuhyun menopang tubuhnya di sandarakn kursi kayu tepat di belakang Kibum, sahabatnya.

"Aiisshh, kau tidak membangunkanku" Kyuhyun memukul kepala Kibum dengan sedikit keras, menghasilkan gerutuan tidak menyenangkan dari bibir namja berkulit putih itu.

"Yak! Salahkan dirimu yang selalu bermain game, orang tuamu pasti kecewa jika tahu anaknya sangat pemalas" Kibum menarik lengan Kyuhyun untuk duduk disampingnya. Kyuhyun menghela nafas, mengingat kata 'orang tua' ia jadi mengingat pesan eommanya yang super duper cerewet.

"Jangan menyebut nama orang tuaku" Kyuhyun mengeluarkan lembar pendaftaran ujian akhir dari dalam tasnya, mulai sibuk dengan bolpoinnya, Kibum tersenyum lirih, mengacak rambut coklat ikal milik Kyuhyun.

"Kau seharusnya bersyukur Kyu"

Kyuhyun memandang Kibum lirih, wajah sahabatnya itu meredup, ia tahu ada yang tidak beres.

"Wae?"

Kibum menghela nafas panjang, ia ikut mengeluarkan lembar pendaftarannya, menekan bolpoin dan mulai mengisi data diri di atas kertas.

"Semalam hyungku menelepon.."

Ambigu, Kyuhyun menghentikan tulisannya sejenak, berdehem lalu kembali berkutat, Kibum tersenyum, terdengar dari suara nafasnya.

"Eomma kembali masuk rumah sakit"

Kyuhyun meletakkan bolpoinnya, ia menatap Kibum lekat, yang ditatap hanya mengerling lalu mengangkat bahunya.

"jangan memasang wajah seperti itu Kyu, rumah sakit adalah hal yang biasa untuk Eomma" Kibum meletakkan tangannya di dagu, bertopang. Kyuhyun bersedekap, kepalanya dimiringkan.

"Kau begitu sabar, apa Eomma-mu tidak bisa disembuhkan lagi?"

Kibum terkekeh sejenak, ia membalik formulirnya, mengisi lembaran selanjutnya, melihat itu, Kyuhyun meraih bolpoinnya lagi, ikut menulis.

"Kau tahu kan Kyu, kami bukan keluarga kaya raya sepertimu, aku kuliah di tempat ini juga karena beasiswa, Hyung ku hanya seseorang yang bekerja di bengkel, cukup beruntung obat-obatan Eomma masih bisa terpenuhi" ujar Kibum panjang lebar. Kyuhyun memejamkan matanya, meletakkan kepalanya miring ke arah Kibum di atas lembaran formulir. Ia memperhatikan Kibum lekat. Mengingat pertemuan pertama mereka di tempat ini, California.

Saat itu, awal semester, musim gugur..

Kyuhyun yang baru saja tiba di Airport mengeluh kepalanya pusing akibat perbedaan Zona waktu atau biasa disebut Jet Lag, ia berjalan sempoyongan menuju mesin minuman, merogoh sakunya untuk mengambil beberapa keping uang, namun entah karena terlalu pusing hingga tubuhnya oleng menubruk seseorang, seorang namja yang saking terkejutnya malah ikut terjatuh.

"Um, Sorry" Kyuhyun yang benar-benar pusing hanya bisa mengucapkan satu kata saja, ia dengan segera membantu si korban.

"Its okay, ouch.. appo" Balas namja itu lirih, dahi Kyuhyun mengernyit.

"kau.. Korea?" Tanya Kyuhyun ragu.

"Ne, kau juga?"

Kyuhyun mengangguk, senyumnya tercetak di bibir merah tebalnya.

"Kyuhyun"

"Kibum"

Sejak saat itu, mereka menjadi akrab dan menjalin persahabatan yang erat, saling memiliki sesama anak perantauan, Kyuhyun yang manja akan dipenuhi segala kebutuhannya oleh Kibum yang dewasa, lalu Kibum yang pemurung akan dihibur oleh Kyuhyun yang sangat riang dan penuh semangat.

Kibum yang awalnya begitu tertutup, akhirnya berani mengungkapkan kisha hidupnya pada Kyuhyun, meskipun tidak ada solusi yang berarti dari namja kekanakan itu, namun Kibum sudah merasa lega Kyuhyun menjadi pendengar setianya, Kyuhyun tidak pernah mengeluh meskipun Kibum membangunkannya di tengah malam hanya untuk mendengar curhatan Kibum tentang ibunya.

Ya, Kyuhyun sangat tahu, Kibum adalah anak yatim, Ayahnya meninggal dalam kecelakaan mobil saat dirinya hendak di lahirkan, Ibunya menderita Demensia sejak Kibum lulus High School, ia memiliki seorang hyung yang menjadi tulang punggung keluarga, seorang hyung yang rela mengorbankan impiannya menjadi seorang pengacara dan berkutat dengan perangkat-perangkat mesin di bengkel demi menyekolahkan adik dan menghidupi keluarganya.

Kyuhyun kadang terbangun di tengah malam dan menahan tangisnya saat mendengar Kibum bercerita panjang lebar di depan selembar gambar ibunya, lalu mengecup lembar lainnya yang berisi gambar ayahnya.

Kyuhyun pernah menemukan Kibum tertidur dengan mata basah. Atau Kyuhyun pernah menemukan Kibum memeluknya sambil terisak, ketika ia terbangun, Kibum hanya meminta Kyuhyun agar memeluknya.

Sama seperti hari ini, Kibum terlihat menutupi semuanya dengan sangat sempurna, tersenyum meskipun Kyuhyun tahu hati namja itu begitu pahit.

Bagaimana tidak, sejak Kibum mulai menginjakkan kakinya di California, ibunya sudah tidak lagi mengingat wajahnya, suaranya, bahkan ia lupa jika Kibum adalah anaknya, yang hanya ibunya ingat adalah ia tengah menunggu, menunggu anaknya kembali dengan gelar kesuksesan.

Kyuhyun meletakkan bolpoinnya cukup keras, Kibum menatapnya heran.

"Berhentilah seperti itu, terima saja bantuanku, aku mohon"

Kibum tersenyum, mengelus rambut Kyuhyun yang memang lebih muda darinya dengan lembut, tatapan matanya berkabut, namun tak kunjung turun hujan.

"Gomawo ne, tapi aku sudah berjanji, akan melakukannya sendiri"

Kyuhyun mendengus, menampik tangan Kibum lalu membalik lembaran di depannya kasar, menunduk, menulis cepat. Kibum hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, Kyuhyun yang merajuk memang sudah biasa baginya, lagipula setelah ini ia akan membeli 2 cup es krim vanila kesukaan Kyuhyun, dan saat itu Kyuhyun tidak akan marah lagi padanya.

Kibum menerawang, memandangi jendela di samping kirinya, ini bukan pertama kalinya Kyuhyun menawarkan bantuan, Ayahnya yang seorang pemilik rumah sakit dan ibunya yang seorang dokter ahli saraf akan sangat membantunya, selain itu orang tua Kyuhyun juga sudah pernah bertemu dengannya saat pertemuan orang tua beberapa bulan lalu, saat mereka menjadi wali namja itu, menggantikan ibunya yang tidak mungkin bisa hadir.

"Jangan harap aku tidak marah setelah 2 cup es krim" Suara Kyuhyun membuyarkan lamunannya, Kibum tampak menahan tawanya, Kyuhyun terlihat begitu kesal dengan pipi di gembungkan dan bibir dipoutkan.

"3 cup?"

Kyuhyun menggeleng. Ia memandang Kibum dengan mata disipitkan.

"Aku bukan anak kecil lagi"

Mulut Kibum membulat.

"Ooww, kalau begitu, aku harus menghabiskan 3 cup es krim vanila dengan tambahan coklat leleh itu sendirian, tega sekali" Kibum mengemasi formulirnya, ia sesekali melirik Kyuhyun yang tampak berfikir, matanya bergerak-gerak gelisah, Kibum sangat tahu kelemahan Kyuhyun, Es krim.

"Yak! Kau bisa demam, biar aku yang menghabiskan" Kyuhyun membereskan barang-barangnya, Kibum tersenyum, ia merangkul lengan Kyuhyun, berjalan bersama menuju ruang pendaftaran, menyerahkan formulis yang telah mereka isi tadi.

"Setelah ini arra"

Kyuhyun mengangguk, senyumnya sudah mengembang, sesuai dengan perkiraan Kibum.

...

...

Dan hari itu datang..

Hari dimana semuanya terasa terenggut paksa.

Kyuhyun berdiri dengan sebuah payung di tangan kanannya, dan sepucuk surat yang telah lusuh di tangan kirinya, hujan mengguyur begitu deras, seakan tahu betapa remuk perasaan Kyuhyun detik itu.

Kyuhyun menggigit bibir bawahnya, menunduk dengan pandangan kosong, tangannya bergetar, bibirnya kelu, ia lelah menangis terlalu lama, sementara tanah di depannya masih basah.

Payung yang menutupi tubuhnya dari guyuran hujan terjatuh seiring lututnya yang membentur tanah, bersimpuh di depan nisan yang masih sangat baru. Tangannya mengepal kuat, Kyuhyun ingin sekali menangis namun airmatanya terasa sudah mengering. Ia tidak menyangka sidang kemarin adalah saat terakhir ia bertemu sosok itu, sahabatnya, Kibum.

Kyuhyun tidak pernah menyadari ada yang salah dengan Kibum, selama seminggu terakhir, namja itu memang lebih sering tertidur, namun Kyuhyun menganggap Kibum hanya kelelahan akibat mengejar sidang, tak pernah Kyuhyun tahu jika Kibum menyembunyikan hal lain, Kibum terlalu tegar untuk menderita suatu penyakit. Ia tidak pernah mengeluh, ah atau Kyuhyun yang tidak pernah menyadarinya, tidak pernah bertanya mengenai botol-botol obat yang Kibum sembunyikan di bawah bantalnya. Kyuhyun merasa menjadi orang yang paling bodoh, karena menganggap obat-obat itu hanya multivitamin biasa. Kyuhyun tidak pernah sadar jika Kibum mengidap kanker hati.

Kyuhyun baru mengerti sekarang, kenapa Kibum sering muntah, kenapa Kibum sering nyeri perut, dan kenapa Kibum sering kelelahan. Kyuhyun menyesal baru menyadarinya. Dan namja itu semakin menyesal karena tidak berada di samping Kibum saat Kibum kesakitan dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit, ia baru tiba ketika Kibum tersengal, Kyuhyun hanya sempat menggenggam tangan Kibum dan berjanji satu hal, Janji yang Kyuhyun sendiri tidak yakin akan mampu memegangnya. Janji yang tertoreh di selembar surat lusuh Kibum.

Sampaikan keberhasilanku pada Eomma ku, jadilah bayanganku untuk sementara waktu..

Kalimat itu terus terngiang di kepala Kyuhyun, bahkan setelah 3 hari Kibum meninggal, ia masih terdiam di kamarnya, memandangi ranjang Kibum dengan tatapan kosong.

Kyuhyun menghela nafas, dadanya masih terasa sesak, pandangannya beralih pada sebuah tiket di atas meja nakas, tiket yang sudah ia pesan beberapa minggu lalu, 2 hari lagi kepulangannya ke Korea, namun ia masih saja belum bisa memutuskan apa yang akan ia lakukan saat menginjakkan kaki di negaranya itu, Kyuhyun sudah bertekad untuk menepati janjinya, tapi Kyuhyun bingung harus memulai darimana.

Drrrttt.. drrrttt...

Ponsel putih di meja nakas bergetar, dahi Kyuhyun mengernyit, itu ponsel milik Kibum. Seketika Kyuhyun berdiri, mondar mandir sambil memandangi ponsel itu, satu hal yang ia lupakan, Kyuhyun tidak sempat memberitahu keluarga Kibum tentang keadaan Kibum, sekarang apa yang harus Kyuhyun lakukan?

Hyungie Is Calling

Kyuhyun menggigit jari telunjuknya saat membaca nama pendial, tangannya bergetar sebelum menyentuh tombol virtual berwarna hijau.

"Ye-yeobseo.." Ucap Kyuhyun setenang mungkin.

"Kibum?" Panggil suara di sebelang Line, Kyuhyun menelan ludahnya.

"A-aku Kyuhyun, sahabat Kibum"

"Ah, kau Kyuhyun? Dimana Kibum? Dia baik-baik saja?"

Kyuhyun terdiam sejenak. Airmata menggenang di pelupuk mata bulatnya, ia menarik nafas panjang.

"Ada yang ingin aku sampaikan"

"Ne?"

"Kibum.."

"..."

"Kibum.. dia.."

"Tidak udah kau katakan, aku sudah tahu"

Mata Kyuhyun membulat, suaranya tertelan, ia terdiam, begitupun namja di seberang sana, hanya ada nafas begetar yang terdengar pilu di telinga Kyuhyun.

"Pihak universitas mengirim ucapan berbelasungkawa melalui fax"

Kyuhyun terduduk, suara orang itu bergetar.

"Apa Kibum.. dia.. pemakaman.." Putus-putus, suara itu terdengar menahan rasa sakit teramat dahsyat. Kyuhyun menggigit bibir bawahnya, ia sudah berjanji tidak akan menangisi kematian Kibum lagi.

"Ne, aku sudah mengurusnya, dia.."

"Kamsahamnida"

"..."

"..."

Mereka terdiam beberapa detik.

"Kamsahamnida sudah mewakili kami memberi penghormatan pada Kibum, aku tidak tahu harus membalasnya seperti apa"

Kyuhyun mengangguk, ia duduk sambil mengelus bantal milik Kibum, ia begitu tersentuh dengan kebesaran hati kakak Kibum, Kyuhyun segera menyeka airmatanya.

"Aku akan kembali 2 hari lagi, kuharap kita bisa bertemu tuan"

"Tentu saja, sekali lagi kamsahamnida, Kyuhyun-ah. Dan panggil aku hyung, Siwon hyung"

"Ne, Siwon hyung, sampai jumpa"

"Ya, sampai jumpa"

Dan sambungan telepon pun terputus, meninggalkan sebuah pertemuan yang akan merubah beberapa hal kedepannya.

TBC..

Mungkin angst tidak apa-apa hehehehe