KAU INGIN AKU JADI APA?!

YunJae Fanfiction

By:

Kuminosuki


Genre:

Romance, Shounen-ai

Rated:

T

Pairing:

Jung Yunho & Kim Jaejoong


Warning:

Cerita ini mengandung unsur Shounen-ai, jadi bagi kalian yang tidak suka, dimohon untuk tidak melanjutkan. Cerita ini adalah fiksi, sebagian juga nyata, jadi jika ada kesamaan dalam cerita, tempat dan penokohan, maka itu hanya kebetulan semata.

Bacalah cerita ini minimal 30 centimeter dari layar dan diharapkan Anda membacanya ditempat yang terang.

Terima kasih dan Selamat membaca.

-Kuminosuki-


Chapter 01

.

.

.

Jung Yunho, pria bermata sipit dan berwajah sendu itu melihat Jaejoong yang tengah duduk di sudut café sambil menatap kearahnya, menurutnya. Raut wajah susah dan pandangan yang menerawang jauh itu membuat Yunho yang saat itu tengah dilanda kebosanan menjadi tertarik. Tanpa ragu Yunho pun mendekati Jaejoong dan duduk di depannya.

Jaejoong tersadar dari lamunannya saat melihat pergerakan dari arah depannya. Jaejoong menaikkan sebelah alisnya dan menatap Yunho – orang asing yang tidak dikenalnya – dengan tatapan bingung. Jaejoong mengedarkan pandangannya ke sekitar café, dan Jaejoong sangat yakin jika saat itu café dalam keadaan sepi pelanggan. Lalu… untuk apa orang yang bagi jaejoong asing itu duduk semeja dengannya?

Awalnya Jaejoong ingin mendiamkan saja orang itu, tapi lama-kelamaan Jaejoong merasa jengah juga karena terus ditatap oleh mata sipit itu. Akhirnya, dengan keberanian yang terkumpul, Jaejoong pun bertanya.

"Maaf, apa ada yang mengganggu pikiranmu? Kenapa kau menatapku terus? Ada yang aneh kah?" Tanya Jaejoong pada Yunho.

"Apa kau sedang kesusahan?" Yunho bertanya balik, membuat kerutan kecil tercipta di jidat mulus Jaejoong.

'Apa-apaan orang ini? Kenapa dia malah bertanya seperti itu?' batin Jaejoong heran. Jaejoong mulai memasang sikap waspada. Bisa saja orang itu berbahaya dan berniat jahat padanya.

"Tidak, aku tidak sedang kesusahan." Jawab Jaejoong. Tidak mungkin kan dia bicara jujur bahwa dia sedang kesulitan keuangan? Kenal saja tidak.

"Benarkah?" Yunho menatap tidak percaya.

"Tapi raut wajahmu menunjukkan jika kau sedang kesulitan."

"Ah…itu hanya perasaanmu saja mungkin." Jaejoong menggelengkan kepalanya dan mengubah posisi duduknya menjadi tegak.

"Hm…begitukah?" gumam Yunho, Jaejoong hanya mengangguk kecil dan kembali meminum coklat hangatnya.

Beberapa menit mereka habiskan dalam diam. Baik Yunho maupun Jaejoong belum ada niat untuk membuka suara lagi. Keduanya tenggelam dalam pikian masing-masing.

Tiba-tiba mata sipit Yunho menatap Jaejoong kembali, membuat laki-laki di depannya sedikit terkejut. Ternyata dari tadi Jaejoong terus menatap Yunho – penuh selidik.

"Namaku Jung Yunho, boleh aku tahu namamu?" ucap Yunho tanpa mengubah ekspresinya – yang selalu menunjukkan ekspresi sendu itu.

Kedua alis Jaejoong terangkat tinggi dan matanya sedikit membelalak, namun hanya sebentar, dengan segera dia mengembalikan raut wajahnya menjadi biasa.

"Namaku Jaejoong, Kim Jaejoong."

"Jaejoong? Hm… kalau aku boleh tahu, apa kau punya waktu luang, Jaejoong-ssi?"

"Maksudmu?"

"Maksudku…ya waktu luang. Waktu dimana kau tidak sedang mengerjakan suatu kesibukan, entah itu sekolah, atau kerja atau yang lainnya."

Lagi-lagi timbul kerutan di jidat mulus Jaejoong. Jaejoong semakin memandang heran pada pria asing yang baru saja berkenalan dengannya itu.

'Ya ampun, sebenarnya apa mau orang ini? Cara bicara kaku, inti pembicaraan aku tidak tahu kemana. Biar pun dia tampan, tapi dia aneh sekali.' batin Jaejoong.

"Maaf, Jung Yunho-ssi, aku tidak tahu kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu, tapi sungguh… kau membuatku takut." Ucap Jaejoong dengan raut wajah tak nyaman.

Yunho sedikit tersentak, lalu menatap Jaejoong dengan pandangan minta maaf.

"Maaf jika membuatmu tidak nyaman. Aku… aku tidak tahu harus memulai dari mana, sebenarnya. Aku tidak bermaksud membuatmu tersinggung, sungguh." Ucap Yunho, wajahnya semakin sendu dan Jaejoong mencoba bersikap baik lagi.

"Baiklah, aku mengerti." Jaejoong tersenyum menenangkan. "Kau bisa katakan langsung maksudmu menemui ku. Jujur, aku sebenarnya agak sulit percaya dengan orang lain, apalagi orang asing sepertimu."

Yunho menganggukan kepalanya pelan, "Um… sebenarnya aku melihat mu menatap kearahku tadi, dan aku tidak bisa mengabaikannya."

"Menatapmu? Ah, mungkin aku sedang melamun, aku tidak bermaksud menatap siapa-siapa tadi."

Yunho mengangguk paham.

"Aku sedang merasa bosan. Benar-benar bosan, jadi… aku pikir… aku bisa bicara denganmu." Yunho mengalihkan pandangannya pada mug berisi kopi susunya.

Jaejoong memandang orang didepannya dengan raut tidak percaya bercampur geli. Astaga… orang ini benar-benar aneh, pikir Jaejoong.

"Pffft, kau itu aneh ya." Komen Jaejoong sambil menahan tawanya.

Yunho mengangkat wajahnya, "Aku aneh?" tanyanya.

Jaejoong mengangguk singkat, "Kau sangat aneh."

Aneh, tapi terkesan polos, setidaknya itu lah yang Jaejoong lihat sekarang.

Yunho tersenyum tipis, "Terserah deh."

"Hmhh… Jadi… apa yang ingin kau bicarakan sekarang? Kau tidak perlu sungkan lagi padaku, katakan saja apa yang ada di otak mu itu." Ujar Jaejoong, kali ini tidak terlalu waspada seperti sebelumnya. Mungkin ada baiknya Jaejoong sedikit memberi kesempatan pada pria berwajah sendu dan bersuara ramah itu untuk berbincang dengannya.

"Hm… aku melihatmu berwajah susah tadi. Aku berharap… jika saja kesusahanmu itu karena uang, mungkin kita bisa memulai sebuah kesepakatan, begitu." Ucap Yunho terus terang.

Lalu Jaejoong?

Kaget, tentu saja.

"Astaga! Kau benar-benar mengucapkan apa yang ada di pikiranmu begitu saja setelah aku ijinkan? Astaga… kau jujur sekali. Bahkan aku sangsi jika kau mengolah terlebih dahulu kalimatmu itu, Yunho-ssi." Jaejoong semakin menatap Yunho dengan tatapan tidak percayanya.

"Ah, um.. apa aku menyinggungmu? Maafkan aku, aku tidak bermaksud."

Jaejoong menggelengkan kepalanya, "Tidak, tidak apa-apa."

Jaejoong menghela nafas pendek, lalu menatap Yunho yang sedang menundukkan kepalanya. Setelah berpikir sebentar, Jaejoong pun kembali buka suara.

"Aku memang sedang susah. Kau benar, keuanganku memang sedang tidak bagus saat ini."

Yunho mengangkat kepalanya lagi dan menatap Jaejoong dengan wajah sendunya.

"Aku ingin mencari pekerjaan, tapi aku tidak tahu mau kerja apa. Aku tidak pernah punya pengalaman kerja sebelumnya. Bahkan cara mencari pekerjaan saja aku tidak tahu. Aku terlalu kaku untuk itu." Lanjut Jaejoong.

"Aku sama sekali tidak punya ketertarikan untuk bekerja, sebenarnya. Aaah, begitu malasnya aku."

Yunho terus menutup mulutnya tanpa ingin mengusik ucapan Jaejoong, hingga mata bulat Jaejoong membalas tatapannya.

"Jika aku menarwakan sebuah kesepakan denganmu, apa kau akan menerimanya?" Tanya Yunho.

"Tergantung." Jawab Jaejoong. "Memangnya, pekerjaan apa yang ingin kau tawarkan?"

Yunho terdiam sejenak, sepertinya dia tengah menyusun kalimat agar tidak menyinggung perasaan laki-laki didepannya itu. Tak lama, Yunho pun menarik nafas dan berkata,

"Aku ingin kau menjadi teman jalanku."

-TBC-


Hai, ini Kumi.

Maaf ya, Kumi malah nge-post ceita lain, tapi 3 cerita sebelumnya belum dilanjutin. Well, memang keadaannya lagi gak bagus sih, Vian lagi gak bisa diajak kerja sama. Kumi bingung mau ngelanjutin 3 cerita lainnya seperti apa, karena itu bukan ide Kumi tapi ide Vian. Nanti Kumi usahain deh.

Silahkan review kritik dan saran, buat penambah semangat. Kumi gak akan memaksa bagi yang nggak mau, karena Kumi sudah senang jika kalian sudah menyempatkan diri membaca cerita Kumi.

Thanks Readers. Semoga hari kalian menyenangkan.