.

.

HAEHYUK FANFICTION

.

.

TWO PEOPLE

.

.

Warn: YAOI, BL, 2S, OOC, AU, RCL, DLDR, etc.

.

Special gift for Hyukjae's Birthday

.

.

Ini chapter panjang, yang merasa bosan silahkan langsung klik tanda silang di pojok kanan atas. Terima kasih. *BOW

SELAMAT MEBACA ^^

.

.

Donghae ada di sana, berdiri bersama ratusan orang yang juga berada di ruangan besar itu. Tak dipedulikannya ponsel yang sedari tadi bergetar di sakunya, karena ia tahu pasti siapa yang menghubunginya. Siapa lagi jika bukan sepupunya Cho Kyuhyun. Sedari tadi pagi Kyuhyun tak berhenti menghubunginya mengingat hari ini memang ada meeting penting di perusahaan Donghae. Meeting? Tentu saja, hal itu bahkan bisa disebut agenda rutin seorang Lee Donghae, sebagai pemimpin utama salah satu perusahaan raksasa di Korea 'Haru Corporation'. Tapi sepertinya Donghae tak ambil pusing dengan hal itu, terbukti dari keberadaannya sekarang.

Bisa dibilang Donghae cukup berterima kasih karena sedari tadi Kyuhyun tak henti menghubunginya sehingga ia tidak terlambat tiba di tempat ini. Tidak, Donghae bukan berada di kantor dengan stelan resmi nan mahal miliknya serta beberapa dokumen di mejanya. Tapi di sini ia berada sekarang, di satu ruangan bersama ratusan manusia yang didominasi remaja dengan seragam khas siswa senior high school. Tak merasa canggung sedikitpun karena memang tak banyak orang yang menaruh perhatian padanya.

Suasana yang tadinya cukup berisik kini menjadi benar-benar riuh saat seseorang yang sedari tadi ditunggu kehadirannya akhirnya tiba. Memandang lurus ke depan, Donghae tertegun menatap seseorang yang baru saja memasuki ruangan. Seseorang yang menjadi tujuannya datang ke tempat ini. Meninggalkan semua pekerjaan penting di kantornya hanya untuk berinteraksi langsung dengannya.

Dialah Lee Hyukjae. Artis multi talenta dengan sejuta pesona yang mampu menyihir penggemarnya. Donghae termasuk salah satunya, fans fanatik seorang Lee Hyukjae. Entah sejak kapan dan bagaimana Donghae bisa menjadi seorang fanboy, sedikit 'aneh' memang. Tapi itu kenyataannya. Tapi, benarkah Lee Donghae hanya sekedar fans dari Lee Hyukjae? Ck, entahlah.

Suara yang semakin riuh tak mampu mengalihkan perhatian Donghae dari sang idola. Mata sendunya menatap intens sosok Hyukjae yang kini melambaikan tangan dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. Secara otomatis bibir tipis itu tertarik, membentuk sebuah lengkungan yang membuatnya semakin tampan.

Pertama kali setelah sekian lama akhirnya Donghae bisa melihatnya langsung, dalam artian dalam jarak dekat. Jangan beranggapan Donghae tak pernah melihat Hyukjae secara langsung, karena faktanya lelaki ini sering sekali mengamati Hyukjae dari jauh. Stalker Eoh? Donghae tak mau menyebut dirinya seperti itu, dia lebih suka menyebut dirinya sebagai fans. Fans fanatik seorang Lee Hyukjae.

Hyukjae tampak begitu manis saat ini. Mengenakan jeans serta sweater berwarna merah yang sangan kontras dengan kulit susu nya. Semakin mempesona dengan senyum lebar yang begitu tulus untuk para fansnya. Ini salah satu yang Donghae suka, Hyukjae tak pernah berpura-pura dalam bersikap, yang semata hanya sebagai wujud keprofesionalan. Kenapa? Karena Donghae tahu benar semua hal tentang Hyukjae, ia sangat mengenal Hyukjae 'nya'.

Donghae mulai melangkah saat hampir tiba gilirannya. Saat satu orang di depannya pergi, maka ia akan benar-benar berhadapan langsung dengan Hyukjae. Jangan tanyakan bagaimana perasaannya saat ini, ini kali pertama Donghae merasa gugup. Jantungnya semakin menggila saat melihat Hyukjae melambaikan tangan pada seseorang di depannya, itu berarti-.

Onix bening itu memandangnya, memandang tepat ke matanya. Tampak begitu menenangkan, dengan senyum manis di bibir merekahnya. Dengan gerakan sedikit kaku Donghae melangkah ke depan, memposisikan dirinya tepat di depan Hyukjae.

" Annyeong..." Sapaan itu begitu ceria mengalun.

" A-an-anyeong.."

Apa itu? Donghae merutuki dirinya. Kenapa ia bisa sampai terbata seperti itu. Senyum Hyukjae semakin melebar saat tahu jika lelaki di depannya begitu gugup. Tanpa permisi Hyukjae mengambil benda dalam genggaman Donghae, bersiap membubuhkan tanda tangannya di sana. Donghae sedikit terkejut namun setelahnya senyumnya muncul saat Hyukjae mengedip lucu ke arahnya.

" Jadi... siapa namamu?" Hyukjae bertanya tanpa memandang Donghae, masih asik dengan spidol di tangannya.

" Donghae. Lee Donghae." Hyukjae mengangkat kepalanya, tersenyum kecil mendengar suara Donghae yang tak lagi gugup.

" Baiklah. Lee Donghae-ssi. Terima kasih sudah datang ke sini. Cha, ini milikmu." Dengan gerakan pelan Donghae menerimanya. Matanya masih lekat memandang wajah cantik di depannya.

" Terima kasih." Dan senyum manis Hyukjae hadiahkan untuk Donghae.

" Emm.. Hyukkie?" Mata sipit itu sedikit membulat mendengar panggilan Donghae.

"M-Maksudku Hyukjae ssi. Bisakah kita bertemu lagi." Senyum lebar Hyukjae kembali muncul.

" Tentu saja. Sampai jumpa Donghae ssi." Seketika senyum muncul di wajah tampan Donghae dan lambaian tangan itu menutup interaksi keduanya. Sebelum benar-benar meninggalkan tempat itu Donghae berbalik, melihat Hyukjae yang sekilas melambaikan tangan padanya.

.

..::: HAEHYUK :::..

.

.

Hyukjae memperbaiki letak topi serta kaca mata hitam yang dikenakannya. Sesekali melirik ke arah kiri kanan, memastikan tak ada orang lain yang benar-benar mengenali dirinya. Senyum muncul di bibirnya saat tinggal beberapa langkah lagi ia sampai di tempat tujuannya. Hyukjae melangkah riang melewati gerbang yang cukup besar di tempat itu. Senyumnya mengembang saat ia langkahkan kakinya semakin ke dalam. Terlihat begitu banyak anak kecil bermain di halaman luas itu. Langkah Hyukjae berhenti, ia terdiam melihat seseorang yang tak berada begitu jauh dengannya kini tengah dikerubuti begitu banyak anak-anak.

" Hyukkie Hyung!"

Hyukjae tersadar saat suara khas anak-anak menyapa telinganya. Merendahkan tubunya Hyukjae menyambut pelukan beberapa anak yang berlari ke arahnya meninggalkan sosok pemuda dengan beberapa balon di tangannya. Hyukjae tertawa lepas, terlihat begitu menyenangkan bagi siapapun yang memandangnya, termasuk pemuda yang kini tengah menatap intens padanya.

::

::

" Jadi, kau sering kemari?" Hyukjae membuka matanya saat mendengar pertanyaan yang ia rasa ditujukan untuknya.

" Yah, cukup sering. Setelah rutinitas pekerjaan yang cukup padat, aku sering sekali kemari untuk bermain dengan mereka." Hyukjae berucap sembari tersenyum kecil saat melihat beberapa anak-anak bermain dengan begitu riang di depannya.

" Kau sendiri? Aku baru pertama kali melihatmu di sini, Donghae ssi?"

" Donghae." Hyukjae mengalihkan pandangannya pada pemuda yang duduk di sampingnya.

" Panggil aku Donghae, tak perlu seformal itu padaku." Donghae tersenyum, membuat Hyukjae sedikit tertegun memandangnya. Di sini mereka sekarang, duduk di bangku tepat di bawah pohon rindang yang berada di tepi taman.

" Akupun sering kemari, tapi mungkin baru kali ini kita berjodoh di sini."

Entah kenapa perkataan Donghae membuat pipi Hyukjae sedikit terasa panas. Mengalihkan pandangan ke arah lain, menghindar supaya Donghae tak melihat wajahnya yang ia yakin memerah sekarang. Donghae hanya tersenyum kecil melihat tingkah Hyukjae. 'manis sekali'

" Kau menyukai anak-anak?" Sejenak Hyukjae kembali memandang Donghae sebelum menatap lurus ke depan.

" Ya, aku menyukai mereka. Setiap waktu senggangku aku menyempatkan diri ke sini. Bermain dengan mereka, berbagi kebahagiaan dengan mereka yang kurang beruntung." Hyukjae berkata dengan sedikit nada sendunya.

" Dan kau tahu Donghae-ah... Anak-anak ini begitu polos, begitu tulus. Tanpa ada sedikitpun kepura-puraan. Mereka tak pernah memandangku sebagai Lee Hyukjae sang Idola, mereka hanya mengenalku sebagai Lee Hyukjae yang sesungguhnya. Lee Hyukjae yang mereka panggil sebagai Hyung, yang mereka anggap keluarga sendiri." Donghae hanya diam, memperhatikan wajah Hyukjae yang tengah mencurahkan isi hatinya.

" Terkadang, aku sedikit lelah dengan rutinitasku yang begitu padat. Bukan, aku bukannya lelah dengan karirku karena dari awal itu sudah menjadi pilihanku. Hanya saja, terkadang aku ingin menjadi seperti orang-orang pada umumnya. Bebas melakukan apapun, bebas pergi ke manapun, bukan selalu menjadi Idola yang diagung-agungkan dimanapun aku berada. Tapi sekali lagi, ini pilihan yang dari awal sudah aku ambil kan. Dan ini menjadi tanggung jawabku sepenuhnya." Menarik nafas dalam, Hyukjae tersenyum begitu manisnya.

" Tapi di sini, aku mendapatkannya. Saling berbagi kebahagiaan dengan mereka semua."

Donghae masih terdiam, mendengar setiap kata demi kata yang keluar dari bibir Hyukjae. Hatinya menghangat. Tatapannya begitu lembut memandang Hyukjae seiring dengan bibir tipisnya yang melengkungkan senyum. Jangan salahkan jika Donghae semakin jauh terperosok dalam pesona Hyukjae. Hyukjae begitu bersih, begitu murni. Dan Donghae menanamkan janji dalam hatinya, ia akan menjaga sosok ini. Menjaganya dengan sepenuh jiwa dan raganya.

.

.

..::: HAEHYUK :::..

.

.

" Baiklah, siapkan semuanya. Jangan sampai ada kesalahan sedikitpun." Percakapan via ponsel itu terputus saat Donghae mematikan sambungannya.

" Kau yakin akan melakukan ini Hyung. Aku ingatkan jika Hyukkie Hyung adalah seseorang yang tak pernah suka dibohongi." Donghae terdiam dengan pandangan menerawang jauh.

" Aku tahu."

" Lalu kenapa kau berbuat seperti ini? Aku rasa sebaiknya kau mengatakan yang sebenarnya pada Hyukkie Hyung." Namja manis itu mengacak rambutnya gemas, merasa heran dengan semua yang dilakukan seseorang di depannya.

" Biarkan, Biarkan semua berjalan seperti ini Henry-ah. Aku hanya tak mau memaksanya. Aku ingin keputusannya sendiri, dia berhak memilih pada akhirnya. Aku hanya minta padamu, lakukan sesuai dengan apa yang kita bicarakan sebelumnya."

" Aish... Terserah apa katamu lah Hyung." Setelahnya Henry beranjak keluar dari ruangan itu, meninggalkan Donghae yang masih terlarut dengan fikirannya sendiri.

::

::

" Mwo? Benarkah seperti itu?" Hyukjae menatap sedikit tak percaya pada seseorang yang duduk di depannya.

" Iya, dan semua dari pihak managemen kita akan ikut."

" Berapa lama kita di sana, benarkah ada hal semacam ini?" Hyukjae masih juga belum percaya dengan apa yang ia dengar dari sang manager.

" Ya, begitulah. Ini sebagai jamuan karena keberhasilan kerja sama pihak management dengan perusahaan itu. Kau tak mau Hyung?"

" Ish... Apa yang kau katakan Henry-ah? Tentu saja aku mau, jarang-jarang kan ada hal seperti ini. Tapi, apa benar ini liburan?" Henry menepuk pelan keningnya saat lagi-lagi Hyukjae bertanya.

" Harus ku katakan berapa kali sih Hyung. Iya, ini liburan. Hadiah dari perusahaan yang bekerja sama dengan pihak management. Di akhir liburan, akan ada jamuan makan malam dengan CEO perusahaan itu. Semua staf maupun artis management kita akan ikut, tanpa terkecuali. Jelas!" Dan rasanya Henry ingin memasukkan Hyukjae ke dalam karung saat ia hanya mengangguk polos sambil menyesap susu strawberry nya.

.

.

..::: HAEHYUK :::..

.

.

" Huahhh... Pemandangan di Jeju memang sangat indah. Iyakan Henry-ah?"

Hyukjae mengalihkan pandangannya ke arah Henry yang berada di sampingnya. Mendengus kecil saat melihat managernya itu tengah bermesraan dengan kekasihnya yang juga rekan satu management nya.

" Yak, kau ini managernya siapa eoh? Kenapa kau justru menempel padanya? Ya! Henry Lau! Kau mendengarku tidak?" Hyukjae berteriak kesl pada Henry, sedang yang diteriaki hanya melihat malas ke arahnya.

" Oh... ayolah Hyukkie Hyung. Ini liburan, jadi untuk sementara aku cuti jadi managermu ne. Aku kan juga perlu refreshing, benarkan Mimi Hyung?" rasanya Hyukjae ingin melempar wajah Henry dengan sepatunya, sementara lelaki di samping Henry –Zoumi- hanya memberikan senyum yang seolah mengatakan 'Bukan aku yang membuatnya seperti itu, itu kemauannya sendiri'.

" Haah... baiklah. Zhoumi, aku titip dia ne." Setelah berkata demikian, Hyukjae beranjak. Menuju kamar hotel yang selama seminggu ini akan ditempatinya. Tak terlalu memperhatikan sekelilingnya, Hyukjae memasuki lift. Untunglah di dalam lift sepi, jadi Hyukjae bisa sedikit rileks. Lift ini hanya di isi dua orang, dirinya dan_

" Donghae!"

Bola mata Hyukjae melebar saat menyadari siapa yang berada di lift yang sama dengannya. Sedangkan Donghae hanya terkikik geli melihat reaksi Hyukjae.

::

::

Angin yang berhembus sepoi-sepoi menghantarkan kenyamanan tersendiri bagi siapa saja yang merasakannya. Berjalan-jalan di hari menjelang sore menjadi pilihan yang cocok untuk melepas penat. Seperti yang dilakukan dua insan yang kini tengah duduk di bawah pohon sembari menyesap minuman dingin di tangan masing-masing.

" Aku tak menyangka, kita akan bertemu di sini. Suatu kebetulan yang sangat menyenangkan bukan. Kau masih lama berada di sini Donghae-ah?" Donghae tersenyum mendengar kalimat itu.

" Sebenarnya pekerjaanku sudah selesai kemarin, tapi aku memutuskan tinggal untuk liburan sebentar." Entah mengapa perkataan Donghae membuat wajah Eunhyuk berbinar cerah.

" Benarkah?"

" Hmm... Karena aku sendirian, maukah bersenang-senang denganku di sini?" dan senyum cerah itu muncul di bibir keduanya.

::

::

Langkahnya begitu ceria ketika memasuki kamar hotelnya, membuat seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi sedikit heran menatapnya.

" Kau dari mana saja Hyung? Ini sudah cukup larut dan kau baru kembali." Tak mengindahkan pertanyaan itu, Hyukjae menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Matanya terpejam namun bibirnya tersenyum sangat lebar.

" Keluar dengan 'nya' lagi?" Bangkit dengan tiba-tiba dari posisinya, Hyukjae menatap berbinar pada Henry.

" Kau tahu Henry-ah. Kami bersenang-senang tadi. Ah... Menyenangkan sekali."

Yah itulah yang hampir ditemui Henry setiap hari selama lima hari berada di pulau Jeju. Hyukjae akan pulang cukup larut, kemudian menceritakan kegiatannya bersama 'seseorang' yang Henry kenal betul.

Menceritakan dengan semangatnya bagaimana ia melakukan semua kegiatan dengan Donghae. Jalan-jalan, makan, dan berbagai kegiatan lainnya yang ia ceritakan. Henry mendudukkan dirinya di sebelah Hyukjae yang masih asik dengan ceritanya.

" Kau menyukainya Hyung?" Dan pertanyaan Henry sukses menghentikan semua celotehan Hyukjae. Lelaki manis itu seketika terdiam, sebelum sebuah senyum simpul muncul di wajahnya.

" Aku... Tak tahu. Yang jelas aku nyaman bersamanya." Senyum itu begitu indah setelah kalimat terakhir keluar dari bibirnya. Henry memandang sendu ke arah seseorang yang sudah ia anggap sebagai Hyungnya itu seraya berdoa dalam hati.

'Ku harap perasaanmu akan tetap sama saat kau tahu yang sebenarnya Hyung.'

::

::

Seperti hari-hari sebelumnya, hari terakhir berada di pulau dengan keindahan luar biasa ini Hyukjae menghabiskan waktunya dengan Donghae. Ya, hari di mana nanti malam akan ada jamuan makan malam spesial karena dihadiri langsung oleh direktur utama 'Haru Corporation', perusahaan besar yang sukses menjalin kerja sama dengan management tempat Hyukjae bernaung.

" Hyukkie..." Panggilan lembut itu membuat Hyukjae sedikit mendongak, memperhatikan wajah tampan Donghae yang juga menatapnya.

" Kau tahu, ini pertama kalinya aku benar-benar menikmati liburanku. Dan itu karena kau. Terima kasih." Hyukjae menegakkan tubuhnya, mengangkat kepalanya yang sedari tadi bersandar di pundak Donghae. Menatap Donghae dengan pandangan yang sedikit sulit di artikan.

Donghae bergeser mengubah posisinya menghadap Hyukjae. Tangannya terulur menggenggam erat jemari Hyukjae.

" Hyukkie-ah, Saranghae..."

::

::

Malam mulai menjelang. Ruangan yang sudah ditata sedemikin rupa itu begitu ramai saat ini. Berpuluh-puluh manusia berada di sana, menikmati suasana pesta yang begitu meriah. Dia juga ada di sana, duduk melingkar di salah satu meja bersama beberapa rekan dan managernya. Tapi berbeda dengan biasanya, hari ini Hyukjae menjadi lebih pendiam. Hanya sesekali tersenyum dan menanggapi gurauan rekan-rekannya. Memang ada hal yang sedikit mengganjal fikirannya.

Apa yang dilakukan Donghae tadi sore benar-benar di luar dugaannya. Ia masih bisa mengingat dan merasakan dengan jelas, saat bibir Donghae mengucapkan kata cinta untuknya, serta saat bibir tipis itu menyentuh belahan merah miliknya. Begitu lembut dan memabukkan.

Hyukjae tak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menjawab ungkapan Donghae, dan baru sekarang ia merutuki dirinya yang hanya mampu terdiam saat itu. Hyukjae tak yakin benar dengan perasaannya. Yang ia tahu, ia nyaman bersama Donghae dan perasaan membuncah muncul di hatinya saat Donghae mengungkapkan kata cinta untuknya. Benarkah ia juga menyukai Lee Donghae?

Lamunannya buyar saat seseorang yang ia tahu sebagai MC mulai membuka acara malam ini. Setelahnya, beberapa orang juga tampak memberikan sambutan. Hyukjae tak terlalu memperhatikan apa yang mereka katakan, sampai_

" Baiklah para hadirin, marilah kita sambut tamu kehormatan kita. Presiden direktur Haru Corporation, Aiden Lee."

Suara tepuk tangan yang begitu riuh menggema disana, semua orang memberikan sambutan untuk sang tamu kehormatan. Semuanya, kecuali Hyukjae, yang hanya mampu menatap tak percaya sosok yang tadi diperkenalkan sebagai 'Aiden Lee'. Sosok yang saat ini tersenyum begitu menawan dengan pandangan lurus ke arahnya.

"D-Donghae."

::

::

" Kau sendirian di sini?" Hyukjae mengalihkan pandangannya dari langit malam yang bertabur bintang, menoleh ke samping mendapati sosok yang begitu di kenalnya melangkah mendekat. Tubuhnya sedikit menegang saat orang tersebut semakin dekat dengannya.

" A-ah... N-Ne Sajangnim." Membungkuk hormat pada sosok yang dipanggilnya 'Sajangnim' yang tentu saja membuat orang yang disebut mengernyit bingung.

" Hyukkie... Kenapa kau memanggilku seperti itu?Kau bisa memanggilku seperti biasanya." Kali ini hanya ekspresi datar yang ditunjukkan Hyukjae.

" Kenapa? Bukankah seharusnya seperti ini? Mana mungkin saya berkata tidak sopan pada anda, Aiden sajangnim."

" Hyuk, kau marah?" Hyukjae mengalihkan pandangannya menghindari kontak mata dengan namja tampan di depannya.

" Untuk apa? Apa saya berhak berbuat seperti itu? Sajangnim sama dengan atasan saya, dan sudah hal yang wajar jika anda berbuat sesuai dengan kehendak anda." Hanya kalimat dengan nada datar yang Hyukjae ucapkan.

" Hyuk aku tak bermaksud apapun. Aku hanya ingin mengenalmu, aku_"

" Dengan berpura-pura menjadi fans?"

" A-aku tak berpura-pura. Aku memang fans-"

" Atau dengan membuat semua hal yang terjadi seolah-olah suatu kebetulan? Oh... atau berbuat demikian untuk hiburan? Ah, saya ingat anda bilang ini liburan yang menyenangkan bukan? Tentu saja. Suatu kehormatan bisa membuat anda bersenang-senang sajangnim."

Donghae mematung mendengar ucapan itu. Bukan. Bukan itu maksud Donghae melakukan ini, kenapa Hyukjae jadi salah paham. Melihat Donghae yang hanya diam, menghasilkan senyum getir di bibir Hyukjae.

" Saya harus pergi sajangnim. Terima kasih untuk semuanya." Setelah membungkukkan badannya, Hyukjae melangkah meninggalkan Donghae yang masih mematung. Sebelum benar-benar pergi dari tempat itu, langkahnya terpaksa berhenti saat seseorang menggenggam erat tangannya. Tanpa berbalik Hyukjae tahu benar siapa yang melakukannya.

"Maaf, bisakah anda lepaskan tangan saya. Saya tidak mau ada yang salah paham jika melihat ini." Dan tanpa menghiraukan panggilan Donghae, Hyukjae menghempaskan pegangannya. Melangkah dengan segera meninggalkan tempat itu.

.

.

..::: HAEHYUK :::..

.

.

Dua minggu berlalu dan sejak saat itu Donghae sama sekali tak bisa menemui Hyukjae. dia sudah mencoba berbagai cara, namun tak satupun berhasil membuatnya bertemu dengan sang idola. Hyukjae selalu saja tak ada waktu di sela kesibukannya.

' Sudah ku bilang kan Hyung, jangan pernah membohonginya. Dia paling tidak suka dibohongi, terlebih oleh seseorang yang sudah dekat dengannya. Dia menyukaimu Hyung, dia merasa nyaman dengan kau sebagai Lee Donghae, tapi setelah ia tahu semuanya, entahlah.'

Ucapan Henry beberapa saat lalu masih terngiang jelas di telinga Donghae. Mungkin benar cara yang dilakukan Donghae salah, tapi tak ada kebohongan di sana. Donghae jujur kalau ia memang fans Hyukjae. Bahkan sebelum Hyukjae sukses dalam karirnya, Donghae sudah mengaguminya. Donghae juga sangat menyukai Hyukjae, ah tidak. Ia mencintai Hyukjae.

Mengusak rambutnya frustasi Donghae melampiaskan rasa gelisahnya. Keningnya berkerut seolah sedang berfikir. Dan sedetik kemudian ia menyambar ponselnya, mengetikkan beberapa digit nomor sebelum melakukan panggilan.

" Yeoboseyo... Umma."

.

.

..::: HAEHYUK :::..

.

.

" Hyukkie sekarang manis sekali ne."

Seorang namja 'cantik' terlihat begitu heboh saat memeluk Hyukjae, sedang Hyukjae yang merasa tak mengenalnya hanya tersenyum canggung.

" Ah... pasti kau tak mengingatku ya chagia. Terakhir kita bertemu kau masih berusia lima tahun. Dan sekarang kau sudah besar, dan kau sangat manis."

" Te-terima kasih 'ahjumma'." Hyukjae sedikit tersipu mendengar pujian namja cantik di depannya.

" Hyukkie, ini Heechul ahjumma yang sering Umma ceritakan padamu. Dan dia yang pastinya akan menjadi calon U_"

" Hyukkie tahu Umma."

Hyukjae memotong ucapan sang Umma –Leeteuk- saat tahu maksud perkataan Ummanya. Di sini Hyukjae berada, menemui seseorang yang menjadi teman baik sang Umma dan sepertinya status hubungan keduanya akan segera berubah.

" Di mana dia?" Leeteuk mengedarkan pandangannya saat tak melihat seorang lagi yang seharusnya ada di sana.

" Maaf, katanya ia akan sedikit terlambat. Anak itu benar-benar, padahal dia sendiri yang membuat jadwalnya." Heechul menggerutu kesal membuahkan kikikan geli dari Leeteuk.

" Tidak apa-apa. Ini juga masih_"

" Maaf saya terlambat."

Suara itu menginterupsi kalimat yang diucapkan Leeteuk. Serentak ketiga orang yang duduk di sana mengalihkan pandangannya, menatap ke arah sumber suara. Berbeda dengan dua orang yang ada di sana, salah satu dari mereka justru menunjukkan ekspresi yang sulit diartikan. Antara terkejut dan bingung.

" KAU!" Hyukjae berseru keras sebelum mengalihkan pandangannya pada Leeteuk, mencoba mencari penjelasan dari Ummanya.

" Ada apa sayang. Dia memang orangnya. Dia yang akan menjadi calon suamimu." Hyukjae hanya menatap tak percaya pada Ummanya.

Perjodohan? memang acara ini yang sedang berlangsung. Bukan hal yang baru bagi Hyukjae karena dari dulu ia sudah tahu jika dirinya akan dijodohkan, tanpa mengenal seseorang yang akan menjadi suaminya. Dan baru kemarin Leeteuk berbicara padanya, mengutarakan jika sang calon suami ingin segera bertemu dengannya.

Bukan suatu pemaksaan karena Ummanya juga memberikan kebebasan padanya untuk memilih seseorang ia sukai. Disukainya? Adakah? Beberapa minggu yang lalu mungkin hatinya sempat goyah, tapi sekarang apa lagi yang ia harapkan? Itulah sekiranya pemikiran yang membuat Hyukjae memilih menyetujui permintaan sang Umma.

Tapi siapa yang menyangka jika begini kejadiannya. Seseorang yang dijodohkan dengannya adalah 'dia'. Mengingat semua kejadian saat ini, membuahkan tawa hambar di bibir Hyukjae.

" Hahahaha... A-apa ini? Apakah ini termasuk rencanamu, sajangnim yang terhormat." Hyukjae menatap sinis ke arah Donghae, membuahkan tatapan heran dari kedua Umma di depannya.

" H-Hyuk... A-aku_" Donghae mencoba bersuara sebelum suara Hyukjae kembali memotong ucapannya.

" Dua kali. Dua kali kau melakukannya. Ah bukan, bahkan aku tak tahu mana yang benar-benar jujur dan mana yang hanya kepura-puraan."

Donghae masih mematung. Sesuatu di dalam tubuhnya berdenyut nyeri melihat Hyukjae meracau, dengan kristal bening yang siap meluncur kapan saja dari mata bulatnya.

" Terima kasih, terima kasih Lee Donghae." Dan setelahnya Hyukjae berlari keluar dari ruangan mewah itu. Tak dihiraukan panggilan sang Umma dan dua orang lagi yang berada di sana. Leeteuk hendak mengejar Hyukjae, saat tiba-tiba lengan seseorang menahannya.

" Biar aku saja ahjumma, aku yang membuatnya seperti itu, jadi aku yang bertanggung jawab." Tanpa menunggu persetujuan dari siapapun Donghae segera beranjak.

::

::

Hyukjae terus melangkah, tak dipedulikannya malam yang semakin larut serta tetesan air yang mulai turun dari langit. Ini sedikit menguntungkannya karena dengan keadaan seperti ini ia tak akan mudah dikenali. Sesekali menghapus air matanya yang bahkan ia sendiri tak tahu kenapa cairan bening itu terus saja mengalir dari matanya. Karena Donghae kah? Tapi kenapa? Dia marah? Atau kecewa? Atau karena perasaan lain? Entahlah, Hyukjae tak bisa berfikir jernih saat ini. Masih terlarut dengan fikirannya, bahkan ia tak menyadari beberapa pemuda berjalan berlawanan arah dengannya dengan langkah sedikit sempoyongan.

Hyukjae baru menghentikan langkah saat merasakan beberapa orang mengelilinginya. Jujur tubuhnya sedikit bergetar, namun bukankah dalam keadaan seperti ini ia harus terlihat kuat.

" M-mau apa kalian? Menyingkirlah, aku tak ada urusan dengan kalian." Kalimat tajam yang Hyukjae lontarkan hanya dibalas tawa, yang bagi Hyukjae terdengar sangan menjijikkan.

" Mau bersenang-senang sayang? Ugh... kau manis sekali."

PLAK

Suara itu cukup nyaring dengan diiringi suara hujan yang semakin deras. Hyukjae baru saja memberikan tmparan pada satu orang yang dengan lancang berani menyentuhnya.

" Aku bilang menyingkir."

" Oh... Berani melawan rupanya. Jangan salahkan jika aku berbuat kasar padamu sayang."

Dan setelah itu entah apa yang terjadi, Hyukjae merasa dirinya benar-benar celaka kali ini. Mustahil ada yang menolongnya, mengingat tak akan ada orang yang mau keluar di tengah hujan lebat seperti ini. Mencoba berontakpun percuma, bahkan beberapa pukulan sudah mengenai bagian tubuhnya. Tubuhnya tiba-tiba melemas saat salah seorang dari mereka meraba bagian lehernya. Hyukjae sudah benar-benar pasrah sampai_

BUAGHH

Suara pukulan itu begitu keras tersengar, disusul dengan pukulan selanjutnya serta suara rintihan dari beberapa orang. Sedetik kemudian Hyukjae rasakan kuncian di tubuhnya terlepas, disusul dengan tubuhnya yang tergeletak begitu saja di jalan.

Tak begitu jelas karena pandangannya terhalang lebatnya air hujan, serta air mata yang masih menggenang di matanya. Tapi masih bisa dilihat olehnya ada seseorang di sana, menghajar tanpa belas kasihan beberapa orang yang tadi mengeroyoknya. Kepalanya mendadak terasa berat, dan sebelum kelopak matanya benar-benar tertutup ia melihat seseorang menghampirinya dengan panik sebelum semuanya menjadi gelap.

::

::

Henry sudah siap bergelung nyaman dengan selimut tebal miliknya saat tiba-tiba bel apartemennya ditekan dengan tidak sabaran. Dengan langkah malas dan sedikit menggerutu ia berjalan menuju pintu depan apartemennya. Bagaimana tidak, pasalnya ini sudah jam sepuluh malam, dan seseorang di luar apartemennya masih saja menekan bel dengan seenak jidatnya.

" Iya sebentar!, siapa sih orang gila yang bertamu malam-malam begini." Sebelum membuka pintu, terlebih dahulu Henry melihat layar intercome nya. Terlihat wajah seseorang yang begitu dikenalnya. Tanpa menunggu lama, dengan segera Henry membuka pintu.

" Donghae Hyung? Astaga, apa yang terjadi?" Tanpa menjawab ucapan si tuan rumah, dengan langkah tergesa Donghae masuk dan langsung menuju kamar Henry. Membaringkan perlahan tubuh yang sedari tadi berada di gendongannya. Henry yang mengikuti di belakangnya tentu saja begitu khawatir. Hei bagaimana tak khawatir jika seseorang malam-malam datang ke rumahmu dalam keadaan basah kuyup, dengan seorang lainnya dalam gendongannya dan keadaannya sedang tak sadarkan diri.

Henry menatap Hyukjae yang baru saja dibaringkan di ranjangnya, keadaannya basah kuyup seperti Donghae, tetapi lebih mengenaskan. Wajahnya begitu pucat dengan luka di sudut bibirnya yang mengalirkan darah. Mengalihkan pandangannya pada Donghae, Henry bisa melihat wajah tampan itu menunjukkan amarah yang begitu kentara namun juga menyiratkan kekhawatiran yang teramat sangat.

" Gantikan pakaiannya Henry-ah. Aku keluar sebentar." Tanpa menunggu jawaban, Donghae segera keluar. Sedang Henry segera melakukan apa yang diperintah Donghae, karena ia juga tak mau jika keadaan Hyukjae semakin parah.

::

::

" Bereskan orang-orang itu. Jangan sampai ada yang tersisa." Nada itu begitu tajam diucapkannya pada seseorang di seberang telfon.

'...'

Donghae memutuskan sambungannya. Menghela nafas dalam untuk sedikit meredakan emosinya yang membara jika mengingat kejadian apa yang baru saja menimpa Hyukjae. Untunglah Donghae menemukannya tepat waktu, sebelum para berandalan itu melakukan sesuatu yang lebih pada Hyukjae. Jika sampai terjadi sesuatu pada Hyukjae, bukan hanya berandalan itu, bahkan Donghae tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.

Merasa lebih tenang, Donghae melangkahkan kakinya ke arah dapur. Mengambil air hangat dalam baskom kecil kemudian mencari kotak P3K milik Henry. Setelah menemukannya, Donghae segera membawanya menuju kamar di mana Hyukjae berada.

::

::

" Bagaimana?" Henry yang sedang membenahi letak selimut hyukjae mengalihkan pandangannya.

" Dia demam Hyung." Donghae mendekat, meletakkan peralatan yang dibawanya di atas meja nakas samping ranjang tempat Hyukjae berbaring.

" Bisa tolong ambilkan handuk Henry-ah. Ah sekalian, bisakah kau menelfon Leeteuk Ahjumma dan katakan jika ia ada di sini. Tapi jangan katakan tentang ini, aku tak mau membuat Leeteuk Ahjumma semakin khawatir."

Henry mengangguk kemudian melangkah meninggalkan keduanya. Selagi Henry melakukan apa yang ia minta, Donghae mulai membuka kotak obat itu. Mengambil kapas kemudian mengolesinya dengan sedikit alkohol. Dengan sangat lembut Donghae mengusap luka di sudut bibir Hyukjae, membersihkannya dari noda darah yang mulai mengering di sana. Pergerakannya begitu lembut, sangat lembut seakan takut kembali melukai sosok yang kini terkulai tak berdaya di depannya. Pandangan Donghae begitu miris, sungguh ia tak tahan melihat keadaan Hyukjae yang seperti ini.

Ungkapan terima kasih Donghae ucapkan saat Henry kini mendudukkan diri di sisi lain tempat tidur. Tangannya bergerak sigap, mencelupkan handuk ke dalam air hangat kemudian meletakkannya di kening Hyukjae berharap bisa membuat keadaan namja manis itu lebih baik. Pandangannya masih sama, penuh dengan kekhawatiran yang teramat sangat.

" Sebenarnya apa yang terjadi Hyung? Kenapa bisa seperti ini?"

Mendengarkan setiap penjelasan Donghae, Henry hanya diam. Sudah ia duga, Hyukjae pasti marah, tapi ia tak menyangka jika kejadiannya akan sampai seperti ini.

.

.

..::: HAEHYUK :::..

.

.

Tiga hari berlalu semenjak kejadian itu, dan Hyukjae justru menutup dirinya. Ia bahkan mengajukan cuti pada pihak management tempatnya bernaung. Ia lebih sering menghabiskan waktunya dengan berdiam diri di kamar, entah kenapa rasanya ia begitu malas melakukan kegiatan apapun.

Jangan tanyakan bagaimana dengan Donghae, karena ia bahkan terlihat lebih kacau daripada Hyukjae. Setiap hari Donghae selalu datang ke rumah namja manis itu, namun selalu penolakan yang dia dapatkan. Bukan, bukan dari keluarga Hyukjae. Tapi dari Hyukjae sendiri yang memang selalu menolak bertemu dengan Donghae.

Leeteuk sudah tahu semua hal yang terjadi pada anaknya, semua tanpa terkecuali karena Donghae sendiri yang menceritakannya saat ia berkunjung. Leeteuk tidak marah? Tentu saja tidak, karena ia faham betul bagaimana perasaan Donghae pada putranya itu. Semua yang Donghae lakukan semata-mata hanya karena lelaki itu begitu mencintai anaknya. Walaupun cara yang digunakan Donghae memang sedikit keliru, tapi ia bisa memakluminya. Namanya juga anak muda.

Memasuki kamar Hyukjae dengan membawa segelas susu Strawberry hangat di tangannya, bisa ia lihat Hyukjae yang tengah berdiri di balkon kamarnya. Putranya itu hanya mengenakan piyama tipis di tubuhnya. Leeteuk tersenyum sebelum meletakkan susu yang dibawanya di meja nakas Hyukjae kemudian mengambil jaket untuk buah hatinya.

Hyukjae tersentak saat merasakan sesuatu melingkupi pundaknya. Ditolehkan kepalanya dan menemukan sang Umma yang tersenyum lembut ke arahnya.

"Udara malam begitu dingin sayang, tak baik untukmu. Kau baru saja sembuh, dan Umma tak mau anak Umma yang manis ini sakit lagi." Leeteuk terkikik geli melihat reaksi Hyukjae saat ini. Bibirnya mengerucut dengan mata yang mendelik lucu ke arahnya.

" Aku namja Umma, dan aku tampan. Bukan Manis." Dan tawa itupun menggema membuat Hyukjae semakin mengerucutkan bibirnya. Selalu seperti ini, Hyukjae jika sedang sakit memang suka sekali merajuk. Dan itu benar-benar membuat Leeteuk gemas sendiri dengan tingkahnya.

" Baiklah... Baiklah... jangan merajuk lagi TAMPAN..." ucap Leeteuk dengan menekankan kata terakhirnya yang justru membuat Hyukjae semakin kesal. Hyukjae melangkah dengan kaki yang dihentak-hentakkan meninggalkan Ummanya yang semakin tertawa gemas melihat tingkahnya.

" Minum susumu dan setelah itu tidur. Kau masih harus istirahat sayang."

Selesai dengan minumannya, Hyukjae berbaring dengan Leeteuk yang membantu merapikan letak selimutnya. Dibelainya surai lembut sang anak dengan sayang, memberikan kenyamanan pada Hyukjae yang kini mulai memejamkan matanya.

" Hyukkie, Kau... masih belum mau bertemu Donghae?" mendengar nama seseorang di sebut hyukjae segera membuka matanya. Menatap sang Umma dengan pandangan yang begitu sulit diartikan.

" Umma tahu, kau sakit hati padanya. Tapi bukankah yang kau lakukan selama ini sudah cukup sebagai hukuman untuk Donghae? Setiap hari dia datang, menunggumu supaya kau mau menemuinya."

" Aku tak ingin membicarakan apapun tentangnya Umma." Hyukjae menaikkan letak selimutnya kemudian memutar tubuhnya membelakangi sang Umma. Leeteuk hanya menghela nafas melihat Hyukjae yang keras kepala.

" Besok, Donghae akan kesini lagi. Mungkin itu kesempatan terakhirmu untuk bertemu dengannya sebelum dia benar-benar pergi."

DEG..

Tubuh Hyukjae sedikit menegang namun masih mempertahankan posisinya. Pergi? Donghae akan pergi? Benarkah? Ke mana? Ah, bukankah itu bagus? Tapi kenapa hatinya berdenyut nyeri mendengar hal itu.

" Umma hanya tak ingin kau menyesal sayang, karena Umma tahu kau memiliki perasaan yang sama dengannya." Dan setelah memberikan kecupan di puncak kepala sang anak, Leeteuk melangkah keluar. Meninggalkan Hyukjae yang kini mulai meneteskan air matanya.

.

.

..::: HAEHYUK :::..

.

.

" Kau masih belum mau bertemu denganku Hyukkie? aku mengerti. Tapi setidaknya kau dengarkan apa yang ingin aku ucapkan padamu."

Donghae di sana, berdiri tepat di depan pintu bercat putih itu yang tak juga dibuka sang pelimik kamar.

" Aku tahu kau mendengarku." Hyukjae masih tak beranjak dari posisinya, duduk di sisi ranjangnya memandang lekat ke arah pintu kamarnya. Ya, Donghae benar. Ia memang mendengar dengan jelas apa yang dikatakan namja itu.

" Hyukkie-ah, Aku tahu aku bersalah padamu. Kau tahu Hyukkie, bisa mengenalmu adalah hal terindah yang pernah ada di hidupku. Maaf jika apa yang kulakukan menyakitimu. Tapi Hyuk aku pastikan semua yang aku lakukan untukmu bukanlah suatu kebohongan."

Air mata itu mengalir begitu saja dari mata bulat sipitnya. Hyukjae menutup mulutnya, menahan suara isakannya agar tak terdengar seeorang di luar sana.

Donghae sejenak menahan nafas, menunggu sekiranya ada respon dari Hyukjae yang mau membuka pintunya. Menghela nafas putus asa saat tak ada pergerakan apapun pada pintu di depannya.

" Kau boleh meragukan apapun yang aku katakan saat ini Hyuk, tapi satu hal yang pasti. Semua hal yang kita lakukan bersama, semua kasih sayang, semua perhatian yang kita bagikan satu sama lain itu bukanlah suatu kebohongan. Perasaanku padamu bukanlah suatu kebohongan Hyuk, ini tulus. Dan aku yakin kau bisa merasakannya, jadi tak bisakah kau memaafkanku?"

" Hari ini aku akan pergi."

DEG

" Satu yang ku harapkan sebelum meninggalkan tempat ini, yaitu bisa melihat kau tersenyum padaku. Tapi aku mengerti perasaanmu, dan aku tak akan memaksamu."

DEG

"Aku pergi, Saranghae Lee Hyukjae."

Bersamaan dengan kalimat terakhir Donghae, Hyukjae semakin tak bisa membendung air matanya. Perkataan Henry beberapa hari lalu saat dirinya tersadar di kamar managernya itu seolah berputar di ingatannya.

'Dia tulus mencintaimu Hyung."

' Semalaman ia menjagamu, tak peduli jika tubuhnya juga basah kuyup, sedetikpun ia tak mau beranjak dari sisimu.'

'Dia melakukan semua itu karena cintanya padamu.'

'Dia hanya orang bodoh yang memperjuangkan cintanya'

Ucapan Henry begitu jelas berdengung di telinganya. Hyukjae tak bisa membohongi perasaannya sendiri karena pada nyatanya, ia juga begitu merindukan pemuda itu. Merindukan semua perhatian, senyum, tawa, dan kehangatan seorang Lee Donghae. Hanya saja, ego masih terlalu menguasai fikirannya.

' Umma tak mau kau menyesal sayang, karena Umma tahu kau memiliki perasaan yang sama dengannya.'

Kalimat Leeteuk tadi malam menyentaknya, dan tanpa berfikir dua kali Hyukjae beranjak. Menghapus kasar air matanya kemudian berlari secepat yang ia bisa. Ummanya benar, ia juga tak ingin menyesal. Ia harus menemui Donghae sebelum lelaki itu benar-benar pergi.

Tak peduli pada beberapa maid yang berteriak khawatir padanya, Hyukjae berlari menuruni tangga secepat yang ia bisa. Donghae sudah tak terlihat, apakah pemuda itu sudah benar-benar pergi? Apa ia terlambat? Tidak, memikirkan hal itu membuat air mata kembali mengalir di pipinya.

Menggapai knop pintu utama rumahnya dengan tak sabaran.

DEG

Terkunci.

Pintu besar itu terkunci. Seperti orang gila Hyukjae berteriak memanggil orang-orang yang sekiranya bisa membuka pintu itu, tapi apa? Kemana semua orang? Kenapa tak ada satupun yang menghampirinya. Hyukjae semakin frustasi, ketakutan itu semakin melandanya sekarang. Menggedor pintu rumahnya dengan kasar sesekali memberikan tendangan dan umpatan pada pintu yang tak kunjung terbuka.

" Ya... Kemana orang-orang semua? Buka pintunya Hiks... BUKA PINTUNYA BODOH... Hiks... hiks... Ku mohon buka pintunya Hiks... Donghae... Hiks... Lee Donghae jangan pergi."

GREP

Hyukjae tersentak, merasakan sepasang lengan kekar melingkar di pinggangnya. Mendekapnya erat dari belakang.

" Aku tahu kau memiliki perasaan yang sama padaku Hyukkie. Maaf, maafkan aku. Saranghae, saranghae Lee Hyukjae."

Air mata Hyukjae semakin deras mengalir, melepas paksa lengan di pinggangnya kemudian berbalik. Menatap tajam seseorang yang kini menatapnya sendu.

" Jahat... Hiks...Kau jahat Lee Donghae." Tubuh Hyukjae bergetar hebat dan dengan segera Donghae merengkuhnya. Tak dipedulikannya pukulan yang Hyukjae layangkan di tubuhnya.

" Maaf... Maafkan aku Hyukkie." Hyukjae masih dengan gencarnya memukuli tubuhnya.

" Bodoh... Hiks, Kau bodoh Lee Donghae.. Hiks... Kau sangat Bodoh... Hiks...Hiks.." Pukulannya melemah dan kemudian lengan itu melingkar begitu saja di punggung Donghae. memeluknya erat seolah takut jika Donghae benar-benar meninggalkannya.

" Aku tahu... Aku tahu... Maafkan si bodoh ini. Maaf." Hyukjae masih menangis, menumpahkan segala perasaannya di dada bidang seseorang yang kini memeluknya erat.

" Nado.. Nado saranghae Donghae bodoh.. Hiks... Nado saranghae." Donghae mengeratkan pelukannya, sesekali mengecup sayang puncak kepala Hyukjae sambil menggumamkan kata-kata cinta untuk Hyukjaenya.

Leeteuk tersenyum haru melihat adegan keduanya dari lantai dua. Beberapa maid yang berada di sekitarnya juga menunjukkan ekspresi yang sama dengannya.

'Semoga kalian selalu bahagia.'

.

.

..::: HAEHYUK :::..

.

.

Di sana Donghae berada sekarang. Berdiri dengan gagahnya di bagian depan ruangan besar dalam bangunan megah tersebut. Penampilannya tampak sedikit berbeda dari biasanya, walau kesan tampan dan berkarisma tak akan pernah lepas darinya.

Terlihat sangat tampan, dengan stelan tuxedo hitam elegan yang begitu pas melekat di tubuh atletisnya. Bibir tipis itu sedari tadi tak henti mengembangkan senyuman, menebar aura bahagia yang begitu terasa bagi semua yang ada di sana.

Hari ini akhirnya tiba, hari di mana sesuatu yang selama ini hanya ada di mimpinya benar-benar menjadi nyata. Memiliki seseorang yang begitu dicintainya. Semua hadirin menatap penuh kekaguman sosok sempurnanya. Itulah Lee Donghae, pengusaha muda dengan sejuta pesonanya.

Mulai terdengar alunan melodi di ruangan megah dengan nuansa serba putih itu, menunjukkan betapa sucinya upacara sakral yang akan berlangsung di sana. Donghae berbalik ketika pintu utama dalam ruangan itu terbuka perlahan, menampilkan dua sosok gadis kecil yang berjalan pelan beriringan dengan keranjang berisi kelopak mawar di tangan keduanya. Namun sepertinya bukan itu yang menjadi fokus utamanya. Bukan itu yang mempesona pandangannya.

Mata teduhnya begitu lembut menatap sosok yang berada di belakang kedua gadis kecil itu. Senyumnya melebar kala pandangannya beradu dengan onix bening yang juga tengah menatapnya. Pandangan kekaguman tak dapat disembunyikan lagi dari sorot mata Donghae. Menatap seseorang yang masih berdiri di depan pintu, sosok terindah yang pernah ada dalam hidupnya. Permatanya, hidupnya, belahan jiwanya, calon 'istrinya'. Lee Hyukjae.

Siapapun tahu jika dia seorang namja, tapi entah kenapa ia terlihat begitu anggun saat ini. Mengenakan tuxedo putih yang melekat indah di tubuh rampingnya. Tangan kanannya melingkar erat di lengan sosok paruh baya di sampingnya, sedang tangan kirinya menggenggam satu rangkaian bunga mawar putih yang begitu indah. Tapi tidak, bahkan keindahan itu tak mampu mengalahkan pesona si pemegangnya. Jarak mereka masih begitu jauh, namun Donghae bersumpah ia bisa melihat semuanya. Melihat dengan jelas keindahan ukiran tangan Tuhan pada diri Hyukjae. Semuanya, tanpa terkecuali.

Langkah itu begitu pelan menapak di atas karpet berwarna merah darah. Senyum mengembang di bibirnya yang merekah, melengkung begitu manis. Pandangannya lurus ke depan, menatap sosok tampan Donghae yang berdiri menantinya. Semburat merah begitu kentara di pipi putih Hyukjae saat Donghae menatapnya intens dengan sorot mata yang begitu lembut.

Detak jantung saling bertalu seiring dengan jarak keduanya yang semakin mendekat. Tiga langkah tepat di depan Donghae Hyukjae berhenti. Dialihkan pandangannya ke arah seseorang yang berdiri di sampingnya, namja dengan usia yang tak lagi muda namun masih tampak begitu gagahnya. Sosok yang begitu ia kagumi dan hormati, Lee Kangin ayah kandungnya. Sosok yang saat ini menatap tegas pada Donghae.

" Dia milikku yang begitu berharga, kini ku serahkan sepenuhnya padamu. Jaga dia dengan baik, lebih dari apa yang ku lakukan selama ini." Kalimat itu terucap begitu tegas bersamaan dengan kepalanya yang menoleh ke samping, menatap lembut mata bulat anaknya yang tengah berkaca-kaca. Hanya sekilas sebelum ia kembali menatap Donghae

" Pasti."

Tak ada keraguan sedikitpun dari kata yang baru saja diucapkannya, meyakinkan seseorang di depannya untuk memberikan kepercayaan penuh padanya. Senyum mengembang di wajah Kangin, merasa yakin untuk menyerahkan sang buah hati pada pemuda di depannya.

Tangan kanannya terangkat, bergerak menggapai jemari yang sedari tadi berada di lengannya. Menggenggamnya lembut sebelum mengecupnya sekilas.

" Berbahagialah. Appa menyayangimu." Dan ucapan lembut serupa doa itu berhasil meluruhkan setetes kristal bening di pipi Hyukjae. Tangannya yang bebas tergerak ke pipi sang anak, mengusapnya begitu lembut menghapus air mata yang sedikit mengotori wajah 'cantik' di depannya dan satu kecupan manis ia tanamkan di kening Hyukjae. Setelahnya jemari lentik itu berpindah tangan sekarang.

Dengan lembut Donghae membimbing Hyukjae, melangkah menuju tempat dimana ia bisa membuat Hyukjae benar-benar menjadi miliknya. Menempati altar berhadapan langsung dengan pendeta yang akan mengikat keduanya.

Kedua pasang mata itu saling memandang penuh cinta. Jangan tanyakan kebahagiaan yang mereka rasakan, karena sudah terlihat begitu membuncah di hati keduanya. Pandangan itu masih beradu, saling menyelami satu sama lain. Pandangan mereka terputus saat suara pendeta menginterupsi kegiatan keduanya. Bersiap memulai upacara yang sedari tadi dinanti-nantikan.

" Kau Lee Donghae, apakah kau bersedia menerima Lee Hyukjae sebagai pendamping hidupmu untuk selamanya, saling menjaga dan berbagi suka dan duka, sampai hanya maut yang memisahkan kalian?" Donghae menarik nafas dalam, sebelum menjawab dengan tegas penuh keyakinan.

"Ya, Saya bersedia."

" Dan kau Kim Hyukjae, apakah kau bersedia menerima Lee Donghae sebagai pendamping hidupmu untuk selamanya, saling menjaga dan berbagi suka dan duka, sampai hanya maut yang memisahkan kalian?" Hyukjae menarik nafas sebentar sebelum menjawab dengan sedikit gugup.

" N-ne, saya bersedia."

"Dengan ini kalian sah sebagai pasangan suami 'istri'. Lee Donghae kau diperbolehkan mencium pasanganmu."

Donghae menghadapkan tubuhnya ke arah Hyukjae. Tangan kirinya meraih pinggang Hyukjae, menariknya mendekat sehingga tubuhnya menempel pada Hyukjae. Mengangkat tangannya, membelai wajah cantik itu dengan penuh kekaguman, Donghae menatap lekat wajah Hyukjae. Dengan kulit putih susu yang begitu lembut, mata berkelopak satu yang kini terpejam dengan bulu mata yang begitu indah, hidung mancung yang begitu pas dengan wajahnya, serta bibir Cherry dengan warna merah alami itu, sungguh Donghae berani bersumpah jika Hyukjae sangat cantik.

Memandang Hyukjae penuh cinta, Donghae tersenyum yang tentunya dibalas senyuman yang begitu manis dari Hyukjae. Tangan kanannya bergerak, memegang lembut dagu Hyukjae kemudian mendekatkan wajahnya.

" Saranghae..."

Kata itu terucap begitu indah sebelum Donghae benar-benar menghapus jarak di antara keduanya. Mata Hyukjae terpejam erat, menikmati setiap perlakuan lembut Donghae padanya.

Tepuk tangan yang begitu riuh membuat kedua insan yang masih saling memagut itu menjauhkan diri masing-masing. Donghae tersenyum memandang Hyukjae yang masih memejamkan mata dengan wajah yang begitu memerah. Ibu jarinya mengusap bibir Hyukjae yang tampak basah, membuat si empunya membuka matanya perlahan. Donghae menanamkan satu kecupan di kening Hyukjae sebelum membawa sang belahan jiwa menghadap kepada semua tamu undangan. Keduanya membungkuk hormat, disambut tepuk tangan yang lebih meriah dari sebelumnya.

.

.

..::: HAEHYUK :::..

.

.

Suasana romantis begitu terasa di ruangan mewah yang sudah di desain sedemikian rupa. Di sana, di ranjang king size yang dilapisi bed cover berwarna putih, kelopak mawar merah yang ditaburkan di sana terlihat begitu kontras namun tampak indah. Tempat di mana dua insan manusia tengah merasakan kebahagiaan yang begitu meluap.

Donghae duduk dengan nyamannya bersandar pada kepala ranjang, dengan Hyukjae yang berada di pelukannnya. Keduanya terlarut dengan perasaan nyaman yang membalut keduanya.

" Baby." Panggilan itu mengalun lembut dari bibir Donghae, yang dijawab gumaman lirih Hyukjae.

" Kau tahu, setelah sekian lama akhirnya mimpiku menjadi kenyataan." Hyukjae membuka perlahan matanya yang sedari tadi terpejam.

" Akhirnya setelah sekian lama, aku bisa memilikimu seutuhnya."

" Hyukkie, maafkan aku." Mendengar permintaan maaf Donghae kini Hyukjae bangkit. Mengubah posisinya agar bisa menatap wajah seseorang yang kini menjadi suaminya. Donghae tersenyum sebelum mengambil jemari Hyukjae kemudian mengecupnya.

" Maaf karena dulu menyakitimu, maafkan aku yang telah membuat mata ini meneteskan kristalnya, maaf karena membuatmu terluka." Nada itu terucap begitu lembutnya. Hyukjae hendak membalas ucapan Donghae, namun jemari itu terlebih dahulu menahan bibirnya.

" Mulai saat ini dan seterusnya, diriku dan dirimu, Kita berdua adalah satu. Bahagiamu bahagiaku, dan sakitmu juga sakitku. Seiring perjalanan kita ke depannya, Aku tak bisa sepenuhnya menjanjikan kebahagiaan untukmu, tapi aku akan berusaha. Berusaha untuk membuatmu tak terluka karenaku." Mata itu berkaca-kaca sekarang, menatap dalam sinar sendu pada pandangan suaminya.

" Jadi berjanjilah, berjanjilah untuk tetap melangkah bersamaku apapun yang terjadi. Genggam tanganku jika aku mulai hilang arah, tetap pegang erat diriku jika suatu saat angin maupun badai menghampiri kita. Karena kau, karena kau kekuatanku Hyukkie-ah. Dan aku akan lumpuh tanpamu."

Liquid bening itu bergulir dengan mudahnya, membasahi hamparan serupa pualam di bawahnya. Donghae tersenyum sebelum mengangkat tangannya, menangkup kedua pipi Hyukjae. Mengusapnya lembut menghapus cairan yang menodainya. Hyukjae hendak berucap saat lagi-lagi Donghae menahannya.

" Dan apa kau tahu kenapa aku memilih hari ini untuk mengikatmu?" Kecupan lembut Donghae sematkan di kening Hyukjae saat istrinya itu hanya menggeleng menjawab pertanyannya.

" Karena hari ini begitu spesial. Hari di mana kau hadir untuk pertama kalinya di dunia ini. Hari di mana 'dia' menghadirkanmu untuk kedua orang tuamu. Maka di hari yang sama, aku mengambilmu. Mengambilmu untuk menjadi bagian dari diriku. Dan karena aku tak bisa memberikan hadiah yang lebih baik di hari jadimu, selain memberikan hidupku sepenuhnya padamu. Terima kasih... Terima kasih sudah hadir di dunia ini, terima kasih telah menerimaku dalam hidupmu, dan terima kasih. Terima kasih karena kau adalah Lee Hyukjae. Saranghae... Saranghae Hyukkie ah. Nan cheongmal saranghae."

Tak dapat menahan diri lagi Hyukjae menghambur dalam pelukan Donghae. Memeluknya begitu erat.

" Dasar Donghae bodoh. Kau bilang tak akan membuatku menangis... Hiks... Tapi lihat, kau membuatku menangis sekarang.. Hiks."

Donghae balas memeluk tubuh ramping di depannya, mengelus surai madu itu lembut sesekali mengecupnya.

" Nado, nado saranghae Hae-ah. Nado saranghae." Donghae menjauhkan tubuhnya guna menatap wajah istrinya. Menghapus singkat jejak air mata yang masih tersisa di pipi Hyukjae. Keduanya saling pandang, seolah mengungkapkan perasaan melalui mata yang saling berbicara.

Perlahan Donghae mengeliminasi jarak keduanya membuat Hyukjae refleks memejamkan matanya. Tautan itu terasa begitu lembut, sangat memabukkan. Dan saat itulah semua hal pertama yang mereka lakukan terjadi. Merasakan gejolak serta sesuatu yang membara pada diri keduanya. Malam itulah untuk pertama kalinya Hyukjae memekik. Meneriakkan nama Donghae berulang kali. Sampai akhirnya seruan kepuasan itu menggema saat keduanya mencapai kenikmatan tertinggi.

.

.

..::: HAEHYUK :::..

.

.

Hyukjae membuka mata saat merasakan sinar matahari menggelitik permukaan kulit wajahnya. Menggeliat pelan merasakan seluruh tubuhnya serasa remuk. Tangan kanannya terangkat, meraba sisi lain tempat tidurnya. Kosong. Mengalihkan pandangannya, tak ditemukan sosok sang suami. Dengan sangat perlahan Hyukjae bangkit, memandang heran kemeja besar yang kini melekat di tubuhnya.

Hyukjae mengedakan pandangannya, mencari fokusnya yang sepertinya belum ia dapatkan sepenuhnya. Pandangannya masih menjelajah sampai ia menemukan sebuah amplop cukup besar di atas bantal di sampingnya. Penasaran dengan isinya Hyukaje segera membukanya.

" Eoh... Tiket pesawat?" Matanya membulat saat membaca tujuan yang tertera dalam tiket itu.

HAWAI

" KYAAAAAA... HAWAIIII... LEE DONGHAE... AKU MENCINTAIMU..."

Dan Donghae yang masih berada di kamar mandi hanya tersenyum penuh arti mendengar pekikan girang sang istri. Jangan lupakan seringai mengerikan di wajahnya.

.

.

TBC or END?

.

.

.

.

Aaaaaaaa... 4 April... 4 April... 4 APRIL...

HAPPY BIRTHDAY MY BABBY HYUKKIE... Semoga makin hari makin imut, makin centil, makin genit, dan makin disayang sama Dongek... ^^

Hola, saya datang lagi bawa Special gift untuk ultah baby Hyukkee. Gimana? gaje kah? JELAS. Alur kecepetan? TENTU. Typo? PASTI. Jangan pada protes ya dengan ini, ini 2S jadi jelas ini belum END. Bwahahaha...

Lihat ratenya pasti udah bisa bayangin gimana chap selanjutnya kan? *kalauLanjut* Tentunya lebih nista daripada ini... Kekekekeke...

SEE YOU NEXT CHAP GUYS... #KalauAdaYangMinatSih. *ngilang

::::

NB dikit:

Heyyy... kau yang di sana yang tak mau disebutkan namanya, Nih pesenannya. Maapin kalau gk sesuai harapan ya, dan maap juga ide kamu jadinya ngelantur... -_-