Last Chapter

.

.

.

Mata musang itu tidak berkedip.

Tubuh indah Jaejoong yang terbaring tanpa sehelaipun busana diatas sebuah dipan kayu. Bunga-bunga yang ditata mengelilingi tubuh indah bocah itu seakan menyempurnakan pemandangan di hadapannya. Bagaikan sebuah persembahan, bagaikan sebuah pertunjukan. Yunho tidak bisa memutuskan mana yang lebih tepat menggambarkan pemandangan dihadapannya ini.

Obsesi pria itu terhadap keindahan tak lagi dapat terbendung.

Semua yang indah harus diawetkan, dipajang, dan dirawat.

Setidaknya mencegah kulit-kulit bak porselein antik China mengkerut, atau memerah akibat gigitan serangga.

Karena Jaejoong terlalu indah untuk di nodai.

.

.

.

"Mmmmh Yunho-yah"

Jaejoong mengerang, Yunho menaik turunkan remasannya pada kejantanan Jaejoong. Hari ini memang hari paling membahagiakan baginya. Mereka memutuskan untuk berhenti mengejar obsesi dan kembali ke kampung halaman Yunho di Busan.

Tidak terlalu jauh dari seoul memang, tapi kata-kata Yunho membuatnya bahagia "aku ingin menyudahi semua ini dan hidup berdua dengan keindahanmu menemaniku selamanya sayang". Yunho seorang sosiopat, mendengarnya mengatakan hal romantis bagaikan menyaksikan sebuah sapi melayang kebulan. Tapi setiap orang bisa berubah bukan?.

Mereka baru saja tiba sekitar 15 menit yang lalu, dan pria bermata musang itu langsung saja menyerangnya. Tentu saja Jaejoong tidak komplain, bersatu dengan Yunho adalah hal yang paling membuatnya bahagia di dunia ini.

Yunho sangat berbeda hari ini, tidak biasanya Yunho memperlakukan Jaejoong bagaikan sebuah barang mahal. Pria itu sangat senang melakukan rough sex, tapi hari ini rasanya bagaikan bercinta. Yunho tidak ingin memainkan giginya, meski Jaejoong memohonnya untuk menggigit bagian sensitifnya. Yunho sama sekali tidak menghiraukan permohonan itu.

"Aku tidak ingin kau cacat sedikitpun sayang".

Kata-kata manis itu menghanyutkan perasaan Jaejoong. Dadanya membucah dengan kebahagiaan. Ia berani bertaruh, tidak ada satupun di dunia ini yang mampu mengalahkan rasa yang ia alami sekarang. Kini ia sangat memahami bagaimana indahnya jatuh cinta.

Jaejoong meyakinkan dirinya, ia tidak perduli meski harus mati untuk merasakan perasaan ini seumur hidup.

.

.

.

Kedua mata bulat itu melebar, terbangun dari kegelapan yang menghadirkan mimpi indah. Segalanya terlihat buram, entah kenapa Jaejoong merasakan pegal di kedua kakinya. Seperti berjam-jam berdiri tanpa adanya pegangan untuk bersandar.

Kelopak mata Jaejoong mengerjap berkali-kali mengusir embun-embun yang menghalangi pandangan. Sedikit menggosokan mata layaknya anak kecil namun cukup ampuh untuk menghilangkan rasa kantuk.

Hal pertama yang ia ingin lihat adalah wujud kekasihnya memberikan kecupan selamat pagi sebagai salam sapa. Selanjutnya mungkin melanjutkan pergumulan semalam atau makan pagi.

Keningnya berkerut, dihadapannya bukanlah Yunho atau langit-langit kamar pria itu yang gipsumnya sudah mulai berwarna kekuningan. Melainkan ia melihat sosok dirinya sendiri, dengan gaun tidur berwarna putih yang ia bahkan tidak ingat memilikinya. Sosok itu tengah berdiri diatas sebuah kursi, kursi yang sama di ruang tamu rumah ini.

Sosok itu terlihat sangat indah, semakin indah dengan tambang menghubungkan langit-langit ruangan itu dengan lehernya. Tambang itu terkalung nyaman menghangatkan tulang lehernya yang mulai mendingin.

Pikirannya mulai kacau, siapa sosok indah dihadapannya?. Sosok indah yang terlihat sangat keji. Tidak, ia justru terlihat menyedihkan. Sorot matanya memancarkan rasa terluka yang amat dalam, bahkan paras indah laki-laki yang sangat mirip dengannya itu tidak mampu menghapus sorot menyedihkan dari kedua bola mata hitam yang berbalik menatapnya.

Pandangan mata Jaejoong beralih mencoba untuk lebih memahami situasi di sekelilingnya, sosok itu mengikuti arah matanya. Sosok dihadapannya mengikuti sedikitpun gerakan yang ia lakukan.

Jaejoong memiringkan kepalanya, ia melihat Yunho disamping sosok tidak dikenal itu. Pria itu mengecup pipi sosok dihadapannya.

Hati Jaejoong menjerit, ia tidak suka Yunho dengan orang lain selain dirinya. Tapi tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan. Nafas Jaejoong semakin memburu ketika Yunho berbalik menatapnya tanpa melepas kecupan di pipi sosok misterius itu.

Tidak Yunho!

Aku di sini! Sosok itu bukan aku!

Air mata Jaejoong mulai membasahi pipi bocah itu secara sembunyi. Sosok dihadapannya juga ikut menangis.

Ada apa ini? Kenapa ? kenapa begini?

Jaejoong terus bertanya dalam hatinya tanpa bersuara. Bibirnya sangat sulit untuk bergerak.

Yunho! Kau bilang mencintaiku? Tapi kenapa menghianatiku ? lagi?

Air mata Jaejoong semakin deras mengalir, hanya Yunho pria yang ia cintai. Tapi kenapa pria itu sangat senang menyakitinya? Ia bahkan rela memberikan dunia pada Yunho, selama ia bisa bersama pria itu selamanya.

"Lakukan Jaejoong".

Hah?

"Lakukan!"

Yunho menatapnya sangat dalam, ia sudah tidak lagi memeluk sosok yang mirip dengan Jaejoong.

"Kita hidup bersama, aku meraih keindahanmu. Memilikinya, memujanya, merawatnya. Lakukan Jaejoong! hidup bersamaku di keabadian".

Jaejoong kembali mengamati sosok itu.

Siapa dia?

Sosok itu terlihat sangat kelelahan

Sosok bermata bulat di hadapannya kembali menatap Jaejoong. Sosok itu bergerak, kakinya berjinjit.

Dia itu..

"Kemari Jaejoong, kembali kepelukan ku".

Dia itu..

Aku?..

Tubuh dihadapannya, sosok yang sangat mirip dengannya. Orang itu menendang kursi, Jaejoong tidak bisa bernafas. Semuanya berubah menjadi gelap.

Sangat gelap..

.

.

.

Yunho-yah aku mencintaimu..

.

.

.

~END~

A/N

pasti bingungkan? semua penjelasan nanti di chapter epilog heuheuheu

anywaayyy udah lama ga buka FFN emang kalo doc meneger itu ga tersimpan selamanya ya? arrgghhh laptop ku rusak jadi direktori ff lama itu kehapus semua, cadangannya cuma di ffn. kalo di ffn kehapus jadi kehapus semua.

insyaallah epilog di post besok yaa! jangan kecewa dulu sama endingnya.

judulnya sedikit diubah karena aku fikir ga cocok sama ceritanya. dan yep black beauty juga salah satu lagu dari lana del rey :3

again please tell me about this chap!