Prolog

Ketukan dari langkah yang menghentak itu merupakan nyanyian merdu di lorong rumah sakit yang tampak lenggang ini. Dua langkah yang bernyanyi disana dengan jarak yang ada. Sepasang anak SMA dengan raut kelelahan bak kebingungan mereka terus saja berlari membelah lorong rumah sakit tersebut.

"Aku sudah lelah mengikuti langkahmu, Won. Kita santai saja menemui mereka" ucap seorang yeoja dengan raut kelelahannya. Ia melepaskan tautan jemarinya yang digenggam namja dihadapannya itu. Juntaian poninya melambai kaku karena keringatnya yang bercucuran. Bahkan kedua kunciran rambutnya bak kuda poni juga ikut mengendur karena kegiatan melelahkan yang dilakukannya tadi.

Namja yang dipanggil Won hanya mendesah. Ia lalu mengeratkan tali ranselnya, "Aku hanya penasaran saja, bagaimana rupa anak mereka. Dan kurasa, kita juga bisa mendapatkan yang sama seperti mereka" jawabnya dengan senyum merekahnya.

"Aku tidak mau! Aku tak ingin menjadi ibu muda seperti mereka. Aku masih ingin menggapai mimpiku menjadi seorang desainer" ucapnya merajuk. Yeoja itu lalu menghentakkan kakinya kesal dan meninggalkan kekasihnya itu diam ditempat. Ia sesekali menengok kebelakang, memandang kekasihnya itu yang juga ikut merengut sepertinya..

"Dimana kamarnya?" tanya yeoja berkuncir dua itu akhirnya. Malas juga rupanya ia jikalau kekasihnya juga merengut sepertinya. Namja itu tersenyum. Ia mempercepat langkahnya menghampiri pujaannya, menggandengnya dan mengajaknya pergi bersama.

"Biarkan kekasihmu yang paling tampan ini memandumu, chagi" jawabnya dan yeoja itu hanya bisa tertawa kaku setelahnya.

.

.

"Huwaa.. anak kalian manis sekali, Yunho-ah" puji yeoja berkuncir dua tadi. Setibanya mereka ditempat tujuan, ia lansung berhambur berlari mendekati sebuah box bayi disamping ranjang pasien. Seorang yeoja remaja yang masih terkulai lemah diranjangnya pasca proses persalinannya, hanya bisa tersenyum lemah disana.

"Ternyata kalian berdua telah menjadi orangtua muda ne. Di usia 16 tahun, kurasa kalian berdua pantas tercatat dibuku muri Korea " Imbuh namja yang dipanggil Won tadi.

"Aihh.. kau itu memuji atau tengah mengejekku eh? Jika kau ingin memiliki anak seperti kami, kau bisa melakukannya dengan Ahra." Goda Yunho. Yeoja berkuncir dua itu hanya bisa mendengus tidak suka mendengarnya saat namanya dibawa-bawa. Ia mengepalkan tangannya diudara seolah-olah ingin memukul namja bermanik musang tersebut. Namun yang terjadi hanyalah kikikan renyah dari mereka semua yang berada dikamar tersebut.

"Lalu, apa yang akan kalian lakukan kedepannya? Kalian benar-benar akan memutuskan sekolah?" tanya Ahra beraut sendu.

"Heii..hei.. kalian lupa siapa aku? Walaupun akhirnya kami harus putus sekolah, kalian berdua lupa akan kejeniusanku? Dan satu lagi.. perusahaan kakekku juga tengah menunggu untukku pimpim." Jawab Yunho menyombong.

"Yun..Yun.. Hentikan! Perkataanmu itu membuatku sakit kepala" keluh yeoja yang masih berbaring diranjangnya itu. Namja berbadan atletis itu tertawa puas mendengar temannya yang habis dimarahi sang istri, sedangkan Yunho hanya mendelik kesal padanya.

"Siwon ah" tegur Ahra. Siwon mengerti dan bungkam walau kikikan kecil masih ia dendangkan.

"Lalu, siapa nama jagoan kecil ini?" tanya Ahra. Ia sejenak mengarah pandang pada bayi mungil yang masih pulas dalam tidurnya itu. Wajah yang damai, pipi yang chubby, dengan bibirnya yang marum.. menambah aksen kemanisan pada potret wajahnya.

"Mungkin Cho Hotteuk? Yunho dan Leeteuk" sela Siwon.

"Kau kira anakku sejenis makanan?" cibir Leeteuk tak terima.

"Cho Kyuhyun! Dia kuberi nama demikian, agar kelak ia hidup dalam kebahagiaan, kuat dalam menjalami kehidupan, dan juga pandai seperti appa nya" jawab Yunho menerawang.

Siwon manggut-manggut mendengarnya. Ia beralih berdiri disamping Ahra, memandang sayang bayi yang terlelap itu. "Cho Kyuhyun ya? Nama yang bagus.." ucapnya lembut seraya mengelus lembut pipi chubby itu. Kyuhyun kecil sedikit menggeliat dalam tidurnya saat tangan Siwon menyentuhnya. Sudut bibirnya sedikit tertarik, tampak seperti tengah tersenyum.

"Wah.. dia tersenyum. Annyeong Kyunnie. Noona dan Hyung datang untuk menyapamu" sapa Ahra lembut dengan senyum sayangnya.

.

.

It's Me!

Cast : WonKyu x WonRa (Siwon x Ahra)

'Prolog'

Disclaimer : Disclaimer :Typos, Ooc, BL, 4l4y, No Plagiat!
Ini FF murni dari otak abal Amoree, Kalau kagak suka bisa kok lansung klik tanda "X" disisi kanan atas layar.._Thx^^

Happy Reading^^

.

.

16 Tahun berlalu...

"Pagi appa.. pagi noona" sapa seorang remaja pucat berpipi chubby. Seorang remaja berambut ikal kecoklatan dengan mengenakan seragam sekolahnya lengkap, dan jangan lupakan name tag yang bertengger indah didadanya yang terukir nama 'CHO KYUHYUN'. Ia lalu mencium pipi kedua orang yang tengah duduk menyantap sarapan pagi mereka. Seorang namja yang duduk dikursi kepala keluarga, terhenti dari acara menyantap sarapannya. Ditatapnya bocah yang tak lain adalah anaknya itu kesal. Sedangkan Kyuhyun yang bersuara tadi, hanya nyengir kuda dan lansung menyambar sehelai roti tawar yang telah tersuguh dimeja tersebut.

"Yun.. sudahlah. Kau jangan kekanakkan seperti itu. Kyunnie kita hanya ingin bermanja-manja saja" bela Leeteuk. Yunho mendesah mendengar wejangan bak malaikat dari istri tercintanya itu.

"Baiklah_" Yunho mengalah, "Tetapi.. sangat tidak sopan Kyu, kau memanggil eommamu dengan sebutan noona. Apa yang akan dikata orang-orang nantinya? Mereka akan berfikir jika istri dari Cho Yunho, seorang pengusaha muda mempunyai selingkuhan yang masih bau ari-ari sepertimu"

Kyuhyun lagi-lagi bermanja pada ibunya. Ia menggandeng lengan Leeteuk yang duduk disampingnya dan bersender dipundak ibunya, "Appa berlebihan. Bagaimana mungkin seorang anak berselingkuh dengan ibunya. Rupa eomma memang terlihat muda. Eomma lebih cocok menjadi noonaku dibandingkan wajah appa yang memang sudah pantas sebagai ahjussi " jawab Kyuhyun cuek.

"Aish.. Kau selalu saja melawan appa. Apa otak jeniusmu itu kau gunakan hanya untuk beradu mulut bersama appa eoh?" kesal Yunho menjadi-jadi pada anak semata wayangnya itu.

"Apa appa tak bangga mempunyai anak yang jenius sepertiku? Apa appa ingin aku menjadi anak yang idiot? Kuharap tidak!" jawab Kyuhyun cuek. Ia masih asyik mengunyah roti tawarnya dengan santai. Sesekali ia merengek manja pada ibunya meminta untuk diambilkan susu cokelat kesukaannya.

"Baik.. Kau yang menang! Appa harap kejeniusan yang selalu kau bangga-banggakan itu bisa kau pertanggung jawabkan nantinya. Kau harus belajar menghandle perusahaan cabang kakekmu yang lain, buktikan perkataanmu itu" tegas Yunho.

Kyuhyun membeo mengiyakan. "Aku heran, sikap siapa yang kau turuti menjadi pembangkang seperti ini" dengus Yunho masih kesal.

"Anak kita cerminan kau dulu, sayang..." timpal Leeteuk membeo. Kyuhyun mencibir memandang ayahnya yang menganga dengan kedutan dipelipis kanannya. Benarkah itu?

"Sikapku dulu tidak sombong seperti dia_"tunjuk Yunho menggunakan dagunya. Ia benar-benar sudah melampui batas kesabarannya."Aku harap anak kita yang kedua tidak seperti kakaknya ini. Aku ingin anak perempuan yang lembut dan juga penurut" tutur Yunho.

Leeteuk hanya tersenyum dan mengelus perutnya yang masih rata itu. Begitupun Kyuhyun yang ikut mengelus sayang perut rata ibunya. Kandungan Leeteuk masih memasuki masa 3 minggu, pantas saja masih belum terlihat jelas. "Jika appa menginginkan anak perempuan yang manis, aku bisa. Berikan aku uang dan aku akan melakukan operasi transgender dirumah sakit" lagi-lagi penuturan cuek nan penuh makna dari mulut manis Kyuhyun membuat Yunho naik pitam mendengarnya.

"Ya! Cho Kyuhyun" erang Yunho.

"Aku hanya bercanda appa" jawab Kyuhyun sok manis. "Oh ya eomma, apa Siwon hyung akan datang malam ini kerumah kita? Dia tidak lupa kan jika malam ini pesta ulang tahunku?"

"Appamu sudah mengingatkannya untuk datang malam ini," jawab Leeteuk manggut-manggut menanggapinya. Ia lalu beranjak dari duduknya. Dieratkannya ransel yang tersandang dipunggungnya lalu beralih mengecup pipi ibunya tuk berpamit. Tak dilupakannya pula ayahnya yang tampan yang selalu menjadi rivalnya dalam berargumen. Ia kembali mengambil helaian roti tawar dan melenggang pergi meninggalkan mansion hangat keluarganya.

"Aku khawatir pada Kyunnie kita. Ia selalu saja mengagumi sosok Siwon dari kecil hingga sekarang. Di usianya yang remaja ini, apa kekagumannya itu masih sama seperti dulu? Atau ia telah menaruh hati yang dalam pada Siwon-ah?" sendu Leeteuk, menatap jejak langkah anaknya yang telah hilang itu.

"Kurasa anak itu menyukainya. Tapi harus bagaimana lagi, ia masih labil sayang.. belum bisa menentukan yang baik dan buruk untuknya. Dan aku rasa, lambat-laun perasaannya itu pasti akan berubah. Apalagi Siwon-ah akan segera menikah... Jangan terlalu mengkhawatirkannya sayang. Anak kita itu pintar, ia pasti bisa menghandle semuanya" tutur Yunho. Ia meraih jemari istrinya yang terkulai diatas meja makan dan mengusapnya sayang. Sebuah senyum lembut nan teduh ia layangkan pada Leeteuk untuk menenangkannya. Dan terbukti ampuh, Leeteuk membalas senyum suaminya itu dengan lembut pula.

.

.

Kyuhyun duduk dengan menyenderkan tubuh ringkihnya itu pada dinding pagar atap sekolahnya. Pagi telah tergantikan oleh siang, dan siang bahkan akan dijemput oleh sore hari. Tak seperti biasanya, hari yang masih secerah ini.. sekolahan tampak lenggang. Dan kenapa ia seorang disini? Tertidur dengan menyumbat kedua daun telinganya menggunakan earphone. Hembusan angin semilir yang menerpanya, membuatnya merasa nyaman berada disini. Apa sekolah telah usai? Mungkin bisa diartikan seperti itu.

"Yach Cho Kyuhyun!" pekik seorang namja bersurai blonde, berlari mendekatinya dan memukul kepala si namja chubby itu. Kyuhyun terbelalak dari istirahat santainya. Ia lansung melepas kedua sumbatan earphonenya dan lansung berhambur memiting leher namja yang melakukan tindak kriminal tadi.

Si namja blonde tentu meringis sakit dengan tindakan anarkis Kyuhyun. Tak mau kalah pada tubuh yang jauh lebih ringkih darinya itu, kedua tangannya lansung berhambur menggerayangi pinggang Kyuhyun dan menggelitikkinya.

Jelas rangsangan yang dilakukan namja berambut blonde itu mendapat respon dari Kyuhyun. Ia menggeliat tak jelas dengan sesekali tertawa, "Ya!Ya! Lee Hyukjae.. Hentikan!" pinta kyuhyun masih menahan geli.

"Ka..kau juga hentikan!" pinta Hyukjae tak mau mengalah.

"Ba..baiklah. Pada ihihi..hitungan ketiga.. ahhaa.. kita lepaskan bersama"

"Hana..." serangan mereka satu sama lain masih menjadi.

"Dul.."

"Set!"

Tautan mereka terlepas, dan mereka terdiam saling memandang. "Kenapa kau memukulku, hah?" amuk Kyuhyun dengan raut cemberutnya.

"Kau meninggalkanku seorang dikelas! Aku ketakutan setengah mati. Bagaimana jika para hantu sekolah datang dan memakanku? Kau mau bertanggung jawab nantinya jika sesuatu yang tidak-tidak terjadi padaku?"

PLETAK!

Dengan santainya ia memukul kepala Hyukjae. Walau rautnya begitu santai dan malas, namun pukulan itu tentu tidaklah ringan. Lihat saja si namja blonde Hyukjae mengusap kepalanya itu yang terasa sakit.

"Setan.. Maniak.. Rampok.. mereka semua tak sudi mendekatimu" jawab Kyuhyun ketus. Ia beranjak menaiki tembok pembatas atap, dan duduk disana memandang lepas seluruh penjuru sekolah. Hyukjae pun mengikuti apa yang dilakukan Kyuhyun. "Jadi? Jika dia menolak perasaanmu malam ini, kau akan benar-benar melakukan operasi transgender?" tanya Hyukjae ingin tahu.

"Huhh.. tampaknya akan sulit melakukannya. Appaku jelas-jelas menolak rencanaku itu mentah-mentah."

"Kau itu yang gila. Kalau sudah ditakdirkan menjadi seorang namja ya sudah terima saja. Kenapa pula kau plin-plan ingin mengubahnya. Jika dia tak menyukaimu karena kau seorang namja, kau tak perlu merubah dirimu sebagai yeoja. Kau bisa mencari namja yang lain. Rupanya kau sangat bodoh soal percintaan"

PLETAK!

Lagi-lagi Kyuhyun menjitak kepala temannya itu. "Aishh.. ini kepala bukan pentungan!" sungut Hyukjae yang terlanjur kesal akan sikap ringan tangan sahabatnya itu.

"Aku tau itu kepala. Oleh karena itu aku memukulnya, biar otakmu itu bisa bekerja lebih baik"

Hyukjae mendengus tak terima dikatai demikian. namun ia tak mau kembali berargumen, bisa-bisa kepalanya habis dipukul Kyuhyun berkali-kali. Ia bukan semata-mata menerima perlakuan tak baik Kyuhyun itu padanya, sudah dipastikan ia pasti akan kalah beradu padanya. Baik itu dalam bicara ataupun berkelit dalam tindakan, kecuali jika Kyuhyun tengah lengah.

"Lalu bagaimana dengan yeoja itu? Bukankah dia kekasihnya? Dan kau masih nekat utuk menyatakan cinta?"

"Orang yang sudah bertunangan saja bisa putus tunangan, jika salah satu dari mereka mencintai orang lain. Apalagi yang masih sebatas pacaran."

"Ingat Kyu.. namja itu terlalu dewasa untuk kau jadikan kekasih. Bahkan ia seumuran appamu. Fikirkanlah baik-baik lagi. Halangan dan rintanganmu banyak yang menghadang, dan artinya cinta sepihakmu itu akan menjadi sia-sia akhirnya"

"Itulah cinta. Butuh pengorbanan diawal untuk menikmati kebahagiaan akhirnya."

"Kau benar-benar sudah gila!" ucap Hyukjae sedikit membentak

"Siapa yang gila?" seru seseorang. Mereka sontak menoleh kebelakang, memandang siapa gerangan yang bersuara. Seorang yeoja cantik berpakaian formal simple dengan surai brunette panjangnya, tengah tersenyum lebar pada mereka. Ketukan indah dari high heels yang dikenakannya, menjadi nyanyian sore diatap sekolah tersebut.

Ia melenggang mendekati kedua namja remaja yang tengah duduk itu. Beralih memanjat tembok atap tempat Kyuhyun dan Hyukje tengah duduk. Tatapan ngeri dan takut mereka layangkan saat yeoja itu mencoba untuk memanjat. Celana dasar hitam yang dikenakannya sedikit kontras dengan warna putih yang tercetak, saat ia berusaha naik karena debu.

Yeoja itu kembali tersenyum saat dirinya berhasil mensejajarkan letak duduknya disamping Kyuhyun. Disapunya surainya sejenak yang terjatuh kedepan dan juga poni indahnya. Hyukjae sejenak melongo, melihat paras cantik yeoja tersebut. Walau setelan yeoja tersebut tidak terbuka dan ia juga masih berusia 16 tahun, ingat! Dia juga seorang namja.

"Kenapa Ahra Noona kemari? Apa eomma yang menyuruh?" tanya Kyuhyun bingung.

"Tidak juga. Noona kebetulan ada beberapa urusan didaerah ini. Dan kebetulan ibumu menelfon noona, sekalian saja noona datang kemari untuk menjemputmu. Pestanya jadi kan?" tanya Ahra balik.

Kyuhyun mengangguk, "Lalu, kenapa kau masih santai saja disini?" tanya Ahra kembali. Kyuhyun hanya tersenyum kaku dan menggaruk tengkuknya setelahnya. Ia menunduk menahan senyum kebingungannya itu. "Kau membolos Kyu?" tanyanya lagi.

Kyuhyun mengangguk pelan dan tertawa kaku sebagai jawabannya, "Noona jangan mengatakannya pada appa dan juga eomma. Mulut appa akan bebuih memarahiku nanti" jawab Kyuhyun.

Ahra mengacak surai kecoklatan Kyuhyun dengan senyum kembangnya, "Anak pintar rupanya pandai akan cara membolos" ucapnya mengejek masih dengan senyum kembangnya. Ia memegang pundak kiri Kyuhyun, mencoba bertumpu disana.. mencoba untuk berdiri dengan hak tingginya itu.

Kyuhyun gelagapan melihat yeoja cantik itu yang dengan cueknya berdiri tegap pada bidang kecil yang mereka dudukki. Sama halnya seperti Kyuhyun, Hyukjae pun demikian.. walau hanya ucapan untuk 'berhati-hati' saja ia ungkapkan.

Ahra mengeluarkan sesuatu dari tas kecil yang disandangnya dibahu. Dua buah amplop bewarna kecoklatan dan juga perak dengan pernik keemasan membungkusnya. Disodorkannya kedua amplop tersebut kepada Kyuhyun dengan mengulum senyum malunya. Kyuhyun menerimanya dengan raut bingungnya. Ditelisiknya kedua amplop tersebut bersama Hyukjae yang juga ingin tahu, amplop apa itu.

Maniknya melebar sempurna takkala headline yang tertera mengusik pandangannya, 'UNDANGAN PERNIKAHAN'. "Bagaimana menurutmu Kyu, warna apa yang lebih baik? Bahkan memilih undangan saja, noona sudah dibuat stress karenanya" ujar Ahra santai. Senyum manisnya masih saja terukir dibibir marumnya itu.

"Noona akan menikah?" tanya namja chubby itu. Ia sedikit mendongak, walau pandangannya bukan tertuju ke manik kelam Ahra. Pandangannya jauh kedepan dengan sesekali menggeleng kecil, berharap bukan pria itu yang akan dinikahinya.

"Appa dan eommamu tidak bilang? Noona dan Siwon hyung akan melansungkan pernikahan 2 minggu lagi" jawab Ahra senang. Yeoja itu tak pernah tau bagaimana perasaan bocah didekatnya itu yang teramat mencintai calon suaminya itu. Lihat saja rautnya kini yang menegang dan sedikit nanar mendengar pujaannya tersebut akan segera meninggalkannya. Walau ia berusaha untuk tersenyum, raut tak sukanya itu masih terlihat jelas.

Kyuhyun berdiri dari duduknya, mensejajarkan dirinya bersama Ahra. Pandangannya masih luas, enggan untuk beradu tatap dengan yeoja cantik itu. "Chukhae noona" ucapnya sendu. Ahra yang menangkap raut sendunya itu, lansung memegang lengan yang sedikit berisi itu "Kau tidak senang?" tanyanya sendu.

Namja chubby itu akhirnya bersedia untuk menatapnya. Seulas seringaian kecil ia layangkan, "Semoga noona bahagia.." ucapnya singkat.

"Kyu..." cegah Ahra kembali dengan menarik pelan lengannya. Kyuhyun tak menggubris. Ia sedikit menyentak pegangan Ahra dari lengannya, namun Ahra masih bersikukuh pada aksinya itu. Tapi naas, keseimbangan yeoja itu tak begitu stabil dengan kondisi bidang tempatnya berpijak dan juga heels yang digunakannya. Tumpuaan yang ditijaknya tak pada tempatnya dan membuatnya terjatuh bersama Kyuhyun dalam pegangannya.

BUKK..BRAAKK..

Hyukjae membelalak sempurna sebagai saksi mata atas insiden naas yang dialami mereka berdua.

.

.

Kyuhyun hanya diam. Maniknya membulat sempurna dengan apa yang dilihatnya kini. Tak ada sesuatu yang jelas yang dapat ia tangkap melalui maniknya itu. Semuanya habis diselimuti kabut putih! Langkahnya melaju entah kemana kakinya akan menuju, menembus kabut-kabut tak bertuan itu berharap menemukan sesuatu. Tapi begitulah, kemanapun ia melangkah.. yang terlihat hanyalah sekumpulan kabut tersebut yang seolah menghalanginya.

"Appa.. eomma.." panggilnya lirih memanggil kedua orang tuanya. Namun tak ada sahutan.

"Siwon Hyung.." panggilnya kembali. Dan lagi-lagi hening.

"Ahra noona.. Hyukjae.." Kyuhyun terus menyuarakan nama-nama orang terdekatnya, dan hasilnya tetap sama. Manik kecoklatannya perlahan nanar, benarkah hanya ia seorang disini?

"Siapa saja.. tolong jawab aku.." teriaknya kembali dengan raut nanarnya itu. Dipandangnya keadaan sekitar, mencoba mencari celah untuk menembus kabut putih tersebut. Ia takut, bahkan sangat takut untuk berada seorang ditempat yang tak diketahuinya kini.

Sekelabat cahaya kecil mengahalau pandangannya, menembus kabut-kabut putih tersebut. Kyuhyun sedikit memicingkan pandangannya, guna memfokuskan apakah benar adanya cahaya kecil tersebut. Didekatinya dengan langkah yang lambat cahaya itu yang seolah menariknya bak medan magnet.

Perlahan, kilauan cahaya itu membesar dan sangat membesar membelah dirinya menjadi dua sisi. Kyuhyun terdiam dihadapannya. Kenapa ada dua cahaya? Bukankah tadi hanya ada satu?

"Kumohon bangunlah.. bangunlah.." terdengar sebuah suara parau nan berat mengganggu.

"Siwon Hyung?"

Kyuhyun masih diam memandang kedua cahaya itu. "Bangunlah hiks..." lagi-lagi suara itu mengganggu pendengarannya. Suara itu seolah menyihirnya untuk melangkah. Entah apa maksud dari kedua cahaya tersebut, Kyuhyun mengikuti kemana kakinya turut melangkah. Kilauan cahaya disisi kanan yang diikutinya.

Pelan..pelan.. seolah cahaya itu akan memakannya, Kyuhyun hanya bisa pasrah. Walaupun ia tak tau apa maksud dari semua ini, ia hanya ingin mengikuti langkah kakinya yang tersihir akan suara berat yang memanggilnya tadi.

.

Kyuhyun Pov

HAL pertama yang aku sadari adalah bahwa aku sedang dalam keadaan di antara alam sadar dan tidak sadar. Aku dapat mendengar bunyi bip... bip... bip... yang konstan dan terus-menerus, seperti bunyi air menetes dari keran yang tidak ditutup rapat. Bunyi itulah yang membangunkanku. Kucoba berkata-kata dan meminta seseorang agar mengencangkan keran itu, tetapi lidahku terasa berat dan kelu. Aku mencoba membuka mataku, usaha yang juga tidak membuahkan hasil.

Kutenangkan diriku dan berusaha membuka mataku sekali lagi. Kali ini aku berhasil membukanya sedikit, tetapi aku harus segera menutupnya kembali karena ada sinar terang yang tiba-tiba membutakan penglihatanku. Ketika mataku tertutup lagi, aku baru sadar bahwa ada sesuatu yang menempel pada hidungku dan membuatku sulit bernapas. Sekali lagi kubuka mataku, tetapi kini lebih perlahan.

Awalnya semuanya terlihat buram, namun lama-kelamaan aku dapat menangkap warna dinding di

hadapanku. Putih keabu-abuan, ucapku dalam hati. Bunyi bip... bip... bip... yang tadi aku dengar menjadi semakin keras. Bunyi itu ternyata berasal dari sebuah mesin disebelah kiriku. Garis hijau pada layarnya melonjak-lonjak setiap detik, menunjukkan aku masih hidup. Aku ada di mana ini?! tanyaku pada diri sendiri. Jelas-jelas ini bukan di kamarku. Aku sadar, aku terbaring di atas tempat tidur yang biasanya ada di rumah sakit. Rumah sakit?! Aku di rumah sakit?! Otakku berteriak, tetapi aku tidak mendengar ada suara yang keluar dari mulutku.

Aku mendengar suara air dituang ke gelas. Tiba-tiba aku jadi merasa sangat haus. Aku mencoba menelan ludah dan membasahi kerongkonganku, tetapi mulutku terasa bagai ada pasirnya sehingga aku harus bersusah payah untuk menghasilkan air liur. Ketika mulutku sudah terasa sedikit basah, kugerakkan lidahku untuk membasahi bibirku. Samar-samar aku bisa mendengar suara orang bercakap-cakap, tetapi aku tidak bisa mendengar dengan jelas topik percakapannya.

Kualihkan perhatianku untuk mengenali sekelilingku. Ada jendela besar di sebelah kananku, dan rangkaian mawar putih, bunga yang tak kusuka, di atas satu-satunya meja yang bisa aku lihat. Aku tidak bisa memastikan waktu yang tepat pada saat itu. Sinar matahari yang masuk dari sela-sela kerai vertikal berwarna putih menunjukkan hari masih siang atau sore, yang jelas bukan malam. Pelan-pelan kuangkat tangan kiriku dan terasa ada jarum menusuk pergelangan tanganku. Selain itu, ada selang yang menghubungkan pergelangan tanganku itu dengan sebuah kantong cairan bening

yang digantung pada tiang besi di samping tempat tidurku. Aduhhh, pakai ada jarum pula di tanganku!

Ketika aku sedang menggerakkan tangan kananku untuk mencabut jarum itu dari pergelangan tangan kiriku, tiba-tiba aku mendengar suara orang berbisik, "Dia bangun." Kualihkan tatapanku dari lenganku ke arah seorang yeoja, yang dari cara pakaiannya jelas-jelas seorang suster. Tiba-tiba kulihat wajah Siwon hyung, yang terlihat cemas. Kemudian dia tersenyum lebar karena melihatku sudah sadar dan buru-buru berjalan menghampiriku. Suster itu kemudian berdiri di sebelah kiriku, dan menggenggam pergelangan tanganku. "Apa yang kau rasakan?" tanyanya kepadaku, masih dengan suara berbisik.

Aku sebetulnya ingin berteriak kepadanya agar mencabut jarum yang menusuk-nusuk lenganku, tetapi yang keluar dari mulutku justru, "Air." Untungnya suster itu langsung memahami apa yang aku inginkan. Dia segera menyodorkan satu gelas plastik air putih dengan sedotan di dalamnya. Aku berusaha mengangkat kepalaku sedikit agar bisa minum melalui sedotan yang bisa dibengkokkan.

Siwon hyung yang melihat apa yang aku sedang coba lakukan membantuku dengan menopang kepala dan bahuku. Suster itu tetap memegang gelas di hadapanku. Pelan-pelan cairan dingin mulai membasahi kerongkonganku. Aku baru berhenti minum ketika gelas itu sudah kosong.

"Apa kau menginginkan yang lain" bisik suster itu, setelah menyingkirkan gelas kosong dari hadapanku. Aku menggeleng kaku dan menyandarkan kepalaku kembali ke bantal.

"Saya akan beritahu Dokter Hyun jika kau sudah sadar." Suster itu lalu menghilang dari pandanganku setelah mengangguk kepada Siwon hyung.

Siwon hyung kemudian duduk di atas tempat tidur di sebelah kananku. Dia tersenyum sendu. Aku sebetulnya ingin bertanya, "Aku ada di mana?" Ketika aku mencoba berkata-kata, yang keluar dari mulutku hanya, "Gu...," dan aku kemudian terbatuk-batuk. Siwon hyung buru-buru menuangkan air ke gelas plastik yang tadi, dan memintaku minum lagi hingga habis. Wajahnya terlihat khawatir.

"Jangan dipaksa, chagi. Istirahat saja dulu. Bicaranya nanti saja," katanya dengan suara agak bergetar dan menyingkirkan gelas kosong itu dari hadapanku. Aku sedikit terpaku mendengarnya, 'chagi?' apa ia tak salah memanggilku? Apa ia sadar slama ini aku memendam rasa padanya?

Aku perhatikan Siwon hyung terlihat cukup tenang, tetapi aku tahu sebetulnya dia panik. Aku bisa melihat kepanikan itu di matanya. Kucoba tersenyum agar bisa menenangkannya. Kusentuh benda yang menempel pada hidungku, yang ternyata adalah infus. Siwon hyung menggenggam

tanganku dan menjauhkannya dari selang itu.

"Tunggu dokter ya, sayang. Kalau dia bilang tidak apa-apa, kita bisa lepas infusnya," jelasnya. Setelah yakin aku tidak akan menarik infus dari hidungku, Siwon hyung melepaskan genggamannya dari tanganku. Dia kemudian mengelilingi tempat tidur dan menyingkapkan tirai kain putih di sebelah kiriku.

Aku melotot sempurna melihat pantulan diriku kini yang samar-samar terlihat seperti Ahra noona. Kuraih lansung suraiku. Aku tercekat saat suraiku yang biasa pendek dapat kutarik hingga aku seorang dapat melihatnya. Aku mempunyai rambut panjang?

Kualihkan kembali pandanganku pada jendela yang memantulkan diriku tadi. Kupegang kedua dadaku. Kenapa ada dua tonjolan disini? Kenapa rupaku sangat mirip seperti Ahra noona?

"Chagi.. kau kenapa? Apa kau merasa sakit dibagian tubuhmu?_" aku tak menggubris. Aku masih saja menelisik tubuh anehku ini.

"Ahra.. apa yang kau rasakan?"

Degh!

Benar! Tubuh ini benar-benar tubuh Ahra noona. Tubuhku tertukar!

Kyuhyun End

TBC/END?

Pantaskah untuk dilanjut?
Baru prolog aja dah beribet kayak gonoh. Kalo masih pengen dilanjut, amore butuh review dari kalian. Itung2 buat penyemangat ngelanjutinnya. Coz ini ff perdana WonKyu amore loh ihihihi..

Kalo mau dilanjut, amoree udah patenin kalau ff ini bakal ada 3 atau 4 part la.. jadi mohon bantuannya ya.