Danna
Disclamer: Kuroko no Basuke milik Fujimaki Tadatoshi, cerita ini milik saya~
Pair: AoAka slight AoKi, slight KuroAka
Genre: romance, hurt comfort(maybe)
Warning: MPREG, HEMAPRODTE, sho ai, menye-menye, ooc, typo, aneh dll
Tertarik? Silahkan review :D
Tidak Tertarik? Silahkan klik tombol 'Back'
Tertarik, tapi gak mau review? Silahkan 'Fav' XD
Tidak tertarik tapi mau review ? Ampun jangan Flame DX
Reader and Silent Reader, welcome :D
Enjoy Reading Minna :D
.
.
.
Akashi Seijuurou, hanya seorang putra tunggal dari pasangan Tuan dan Nyonya Akashi. Pewaris sah dari seluruh harta warisan keluarga Akashi. Calon penerus perusahaan raksasa yang bergemelut di bidang bisnis dan perhotelan. Pemuda yang tampan, bertata krama dan dikarunia otak yang jenius. Kedua orang tuanya pun sangat bangga padanya. Sempurna sekali bukan?
Namun ada satu hal yang membuat kesempurnaan hidupnya hanya sebatas kekayaan material. Dia kaya dan sempurna namun tak sepenuhnya bahagia. Dia terancam tak mendapatkan kebahagiaan yang sempurna yaitu sebuah keluarga. Tidak tidak, dia sama sekali tidak didiagnosa mempunyai penyakit mematikan, bukan itu sama sekali. Hanya saja diagnosa yang sangat tak masuk akal.
Lima belas tahun lalu saat usianya baru menginjak taman kanak-kanak. Dokter keluarganya memberi sebuah diagnosa yang mencengangkan, namun Sei kecil belum menetahui apa-apa. Dia hanya melihat orang tuanya yang tampak kalut. Dan sekarang, diusianya yang menginjak awal kepala dua dia sudah sepenuhnya mengerti.
"Aku masih bisa menikah dengan wanita ayah, dan kami akan mengabdobsi anak." Laki-laki paruh baya yang duduk di sofa mahal itu hanya menggeleng. Sama sekali tak setuju dengan usulan putra tunggalnya.
Dia menatap putranya yang duduk tepat dihadapannya."Berapa kali ayah bilang Seijuurou. Semua ini tidak dapat diwariskan pada orang asing." Katanya sembari mengedarkan pandangannya pada seluruh ruangan."Warisan turun temurun keluarga Akashi, Perusahaan Akashi corp, semua hotel-hotel yang kita punya tidak bisa diturunkan begitu saja pada orang yang tak memiliki darah seorang Akashi."
"Tapi, ayah."
"Pernikahan kalian sudah diatur. Pembicaraan kita selesai."
.
.
.
.
.
.
\\BRAAKK/
"Ayah! Apa kau gila! Kau tak bisa seenaknya menjodohkanku dengan orang asing." Seorang pria berkulit tan menggebrak meja kerjanya dengan penuh emosi.
"Daiki jaga bicaramu. Lagipula kau'kan gay jadi kurasa perjodohan ini tak terlalu masalah untukmu." Sang ayah menjawab santai tanpa memperdulikan ekspresi marah sang anak."Lagipula perjodohan ini menguntungkan untuk perusahaan kita. Kapan lagi Akashi corp dan perusahaan kita bisa bergabung?"
"Aku tak peduli dengan perusahaan ayah! Ayah seharusnya tahu, aku sudah mempunyai kekasih!"
Sang ayah hanya mendengus."Maksudmu model pirang itu? Berharap apa kau padanya? Dia tak bisa memberimu keturunan ingat itu. Ayah sama sekali tak mempermasalahkan orientasimu yang menyimpang itu, tapi ayah juga menginginkan kau memiliki keluarga yang normal."
\\BRAAKK/
"Normal kata ayah?! Kau menikahkanku dengan pemuda hemaprodit! Apa itu normal!"
"Setidaknya kau bisa mempunyai anak. Tanpa perlu menikah dengan wanita."
Gigi putih itu bergemeletuk, dia kesal sangat kesal. Ayahnya terlalu sepihak saat mengambil keputusan tanpa persetujuan darinya. Apa kata ayahnya tadi? Dia akan menikah dengan laki-laki yang bisa hamil? Lelucon macam apa itu, menggelikan sekali.
"Kalian akan menikah dalam waktu satu bulan lagi." Pria paruh baya itu berdiri dari duduknya. Bersiap untuk meninggalkan ruang kerja anaknya."Oh satu lagi Daiki_"
Sang anak tak berniat mendengarkan kelanjutan dari kalimat sang anak."Kau harus segera mengakhiri hubunganmu dengan model itu."
.
.
.
.
.
.
"Aominecchi, kau tampak kurang sehat. Ada apa?" Aomine Daiki, pria 24 tahun berpenampilan rapi itu membenamkan wajahnya pada perpotongan leher seorang pemuda pirang berparas cantik. Memeluk pemuda itu erat sekali, seakan dunia akan menghisapnya jika tak ia peluk dengan erat.
"Hidupku menyebalkan, pak tua itu menyebalkan, pertunangan ini menyebalkan. Haruskah aku mengajakmu kabur dan menikah di luar negeri Kise?" pria tan itu meracau tak jelas, nafas hangatnya membuat leher si pirang geli.
Kise Ryouta 22 tahun, seorang model yang cukup terkenal diberbagai kalangan, mengerutkan alisnya bingung."Hei-hei Aominecchi tenanglah. Kau baik-baik saja bukan Aominecchi?" Kise bertanya ragu.
Aomine menjauhkan wajahnya dari leher si pirang, dia menatap lekat-lekat pemuda yang sudah menjalin hubungan dengannya sejak satu tahun yang lalu."Bagaimana aku bisa baik-baik saja jika pak tua itu menjodohkanku dengan orang asing!" teriaknya murka.
"A-aominecchi." Bola almond itu membulat sempurna, dia sedikit tersentak karena teriakan sang kekasih.
"Kise maafkan aku, aku tak bermaksud untuk membentakmu." Aomine merengkuh tubuh yang lebih kecil itu dalam dekapannya kembali. Sementara Kise hanya menggelengkan kepalanya pelan."Pak tua itu juga menyuruhku untuk..." berat sekali rasanya mengatakan sebuah kejujuran.
"Untuk?" Kise mendongakkan wajahnya menghadap sang kekasih langsung.
"Maafkan aku, ayahku memintaku untuk mengakhiri hubungan kita." Aomine tak kuasa melihat ekspresi tak percaya dari wajah kekasihnya.
Diluar perkiraan, Kise tidaklah menangis, Aomine dibuat heran olehnya."Jika itu baik untuk kehidupan Aominecchi aku tak mempermasalahkannya. Lagipula hubungan kita juga salah 'kan Aominecchi?"
"Tapi Kise." Kise menggelengkan kepalanya. Dia sakit tapi jika kehidupan Aominecchinya menjadi lebih baik, kenapa tidak?
"Aominecchi aku yakin keputusan ayah Aominecchi bertujuan baik. Ngomong-ngomong siapa gadis yang beruntung itu?" Kise tersenyum kecil, berusaha mati-matian untuk tetap terlihat tegar.
"Dia bukan gadis." Jawah Aomine singkat.
Bola almond itu kembali membulat."Pasti ada yang spesial dengan calon tunangan Aominecchi sampai ayah Aominecchi memilihnya."
Aomine mengangguk kecil."Ya, kurasa," hening beberapa detik, sebelum Aomine terkekeh kecil."Pak tua itu bilang dia bisa hamil, lucu sekali bukan? Jangan-jangan ini hanya akal-akalan mereka saja untuk memisahkan kita."
"Aku rasa tidak Aominecchi. Seorang teman pernah memberitahuku kalau itu ada."
"Kise, jangan bilang kau setuju dengan perjodohanku!"
Kise menggeleng."Bukan begitu Aominecchi." Dia menghela nafas pelan."Hanya saja mereka benar-benar spesial."
"Apa maksudmu Kise?"
"Posisi mereka mungkin seperti wanita yang terjebak pada tubuh pria. Fisik luar mereka sepenuhnya pria. Tapi mereka memiliki rahim."
"Itu menjijikkan. Lalu kenapa mereka tidak menikah dengan wanita saja?" dengus Aomine kesal.
"Itulah kekurangan mereka, mereka bisa hamil tapi mereka tak bisa membuat wanita hamil."
"Aneh." Kise mengangguk setuju."Apapun alasannya aku tak ingin melepaskanmu." Aomine meraih dagu mungil itu membawa si paras cantik kedalam jangkauannya.
"Aominecchi jangan begitu. Ini untuk kebahagianmu juga." Kise menepis pelan tangan Aomine yang ada di dagunya. Lawan bicaranya mendengus tak suka.
"Kise dengar aku tak ingin membahas itu lebih jauh lagi, aku muak, aku lelah! Aku datang ke apartemenmu untuk bersenang-senang disini di kamarmu lebih tepatnya. Atau jangan-jangan kau memang ingin putus denganku? Dan setelah itu kau akan menjalin hubungan dengan dokter berkacamata itu?"
"Aku tak bilang seperti itu!" teriak Kise tak terima.
"Sudahlah, aku sedang malas mengintrogasimu. Sekarang layani aku." Aomine kembali membaringkan badannya setelah pembicaraan seriusnya dengan Kise yang cukup membuat punggungnya pegal.
"Tidak, maaf sebelumnya Aominecchi, tapi aku setuju dengan ayahmu Aominecchi." Kise berdiri di depan tempat tidurnya, kepalanya menunduk dalam-dalam.
"Ah, sudah kuduga kau memanfaatkan kesempatan ini untuk putus denganku. Ok, kalau itu maumu." Aomine mendengus kesal."Sayounara Kise Ryouta."
BLAM
"Gomenne Aominecchi." Kakinya lemas seketika.
Masih tergambar jelas dalam benaknya. Lima orang laki-laki kekar menghadangnya di jalan pulang. Dan satu sosok yang sangat ia kenal, Ayah Aomine. Hanya percakapan singkat yang cukup menegangkan, membuat Kise harus dengan berat hati melepas orang yang dia sayang.
Kise menangis dalam diam malam itu.
.
.
.
.
.
.
Sebuah ballroom nampak ramai meski hanya diisi puluhan orang. Malam ini adalah pesta pernikahan putra tunggal dari Aomine dan Akashi. Pesta yang tertutup untuk umum hanya sebatas keluarga besar dari kedua pihak. Tak ada perayaan yang mewah, tak ada potong kue penganti atau melempar bunga. Oh bung, mereka berdua adalah laki-laki dan pernikahan mereka tak berdasarkan rasa cinta jadi untuk apa semua perayaan itu.
Janji suci mereka hanya cukup pendeta dan keluarga mereka yang tahu. Dan pesta ini hanya semata-mata untuk mengumpulkan kedua keluarga dan mempererat hubungan bisnis. See, ada niat terselubung didalamnya.
"Aku tak mengerti kenapa kau menyetujui pernikahan konyol ini." pria tan itu bergumam pelan pada pemuda berambut merah yang berdiri disampingnya.
"Aku tak memiliki hak untuk menolak, dia ayahku." Sahut pemuda dengan setelan jas putih itu datar.
"Terima kasih berkat kau aku kehilangan kehidupan indahku." Cibir pria navy blue berjas hitam disebelah kanannya.
"Daiki, Seijuurou, kalian sudah resmi menikah sekarang. Secepatnya beri kami cucu." Akashi Seishuu tersenyum tipis disampingnya Aomine Sato nampak berbinar. Aomine Daiki mendengus melihat ekspresi ayahnya.
"Akan kami usahakan ayah." Akashi muda itu membungkuk patuh didepan ayahnya. Aomine tak habis pikir kenapa orang ini bisa menurut sekali.
"Jadilah keluarga yang harmonis. Rasa cinta kalian akan tumbuh seiring berjalannya waktu." Wanita cantik paruh baya bersurai navy blue panjang sepunggung yang diketahui adalah nyonya Aomine, Aomine Konaya.
"Hn." Sahut sang anak malas-malasan. Harmonis apanya, Aomine yakin dia pasti tak akan pernah bahagia tinggal dengan orang ini.
.
.
.
.
.
To be Continue!
.
.
.
.
.
.
Narin: Yaaahhaa~ saya bkin MC lagi! /ditimpuk B pake kulkas
B: RIN! KENAPA MALAH BIKIN MC! /emosi
Narin: eeemm karena 'Pacar Pura-Pura' kemarin endingny jelek jdi aku bkin ini XP
B: Rin, MC yg lain dilanjutin dulu.
Narin: Males B, aku mau refreshing...
B: ini mah bukan refreshing Rin! Ini mah nambah hutang FF lagi. Ah sudahlah saya lelah. Mind to review? Nggak di review juga nggak papa biar si bakauthor kapok.
Narin: Hidoiiii B! Nggak boleh gitu! /mewek. Silahkan mampir ya! Ntar kalo banyak yg respon saya jadi seneng. Kalo saya seneng saya bakal semangat bkin ceritanya~~~ /wink wink wink. Kalo responny nggak memuaskan terpaksa deh saya simpen FF ini buat fandom lain /plak
Satu lagi, saya perlu penulis rated M...onegai buat FF ini kalo nggak ada rated Mnya hambar sekali huuuuweee /nangis
Saya sangat tak percaya dengan rated M buatan saya TAT
Sekian
With love
BakAuthor to BakAsisten