Naruto © Masashi Kishimoto

Pair : SasuFemNaru, ItaFemKyuu

Warn : GS, OC, OOC, dan ini cerita absurd parah terlebih dengan EYD-nya yang memprihatinkan, sumpah!

.

Miss Stalker

Chapter 8 : Kyuubi dan Itachi benar-benar saling kenal?!

.

Silahkan membaca chap sebelumnya untuk memanggil kembali ingatan kalian ^-^'

.

.

.

Pagi hari ini, Naruto bangun dengan keadaan yang membuat Kyuubi prihatin.

"Jangan terlalu dipikirkan," itu yang bisa dia wejangkan sebagai nasihat pagi selagi membantu Naruto mengeringkan piring bekas sarapan. Dia tahu adiknya itu pasti memikirkan apa yang dia ucapkan semalam. Tapi yah, pada awalnya ini cukup menyenangkan, sebelum dia jengah juga diberi tontonan wajah bloon Naruto sepanjang pagi.

"Aku tidak bisa tidur," Naruto berkata, dia menghela napas dan rasa lelahnya bahkan menjalar mencapai Kyuubi. Tiba-tiba saja wanita merah itu punya niat untuk menenggelamkan wajah Naruto dalam wastafel.

"Jika dipikirkan malah jadi tambah runyam, duh, Imotou." Kyuubi memasang tampang jengah selagi dia menyimpan piring terakhir. Setelahnya dia menatap Naruto, "Kau tidak akan duduk-duduk di rumah saja mentang-mentang ini hari minggu, kan?"

Naruto mengedikkan bahu ringan, "Entahlah. Mungkin aku akan jalan-jalan sebentar setelah membantu Otou-san membersihkan halaman belakang," ujarnya. Lalu dia berbalik pada Kyuubi, "Kau sendiri?"

Kyuubi mencebikkan sedikit bibirnya selagi dia berpikir, "Ke markas, mungkin?" jawabnya tak yakin. "Oh ya, omong-omong Sasori pergi kencan dengan gadis pirang temannya yang logat bicaranya aneh itu," lanjutnya lagi, dia menyeringai pada Naruto dengan aneh. "Kau kapan?"

Diungkit tentang kencan, Naruto mendadak jadi kesal. Dia menggampar lengan Kyuubi dengan sedikit agak keras. "Ngaca Kak, tolong!" desisnya sarkas.

Yang digampar hanya tertawa maniak. "Aku belum dapat cewek buat dikencani. Bagaimana ini?" balasnya bercanda.

Brak

Mereka berdua menoleh, lantas menemukan seorang pria paruh baya yang masih tampan, berdiri kaku setelah dengan tidak elitnya menjatuhkan seperangkat perkakas kebun.

Kyuubi melotot, sebelum dengan terbirit-birit sujud di depan sang Ayah yang nyaris pingsan.

"AKU BISA JELASKAN!"

.

.

.

Bohong rasanya kalau Naruto bilang bisa lupa.

Yang kita sedang bicarakan ini Sasuke lho. Iya, Sasuke yang itu! Bisa bicara dengannya saja sudah bagai keajaiban. Nah ini? Kyuubi datang-datang terus bilang jika si pantat ayam itu suka padanya? Kurang waras apa lagi hidup Naruto belakangan ini?!

Naruto bukannya ingin menebak yang tidak-tidak. Dia positive thinking jika sukanya Sasuke itu bukan sejenis yang begitu. Bisa saja itu suka seorang teman, iya kan?

Tapi ya, Naruto bukan tipe cewek sok polos seperti yang di komik-komik serial cantik. Mau dikata apa juga, jatuhnya tetap saja yang dia mikir macam-macam.

Tolong, ini sifat alaminya cewek!

Terlebih lagi, Naruto memang sempat suka dengan si papan penggilasan itu…

Dulu! Itu dulu sekali. Saat tahun ajaran baru. Dan siapa cewek yang tidak suka wajah tampannya Sasuke? Bersyukurlah Naruto cepat-cepat tahu jika perangainya Sasuke sama persis dengan jenis unggas yang dia tiru pantatnya jadi model rambut. Duh, jika sekarang Naruto mah amit-amit bilang suka padanya.

Tapi beda lagi sih kalau Sasuke yang suka duluan-

EH? JANGAN SAMPAI YA TUHAN! NARUTO GAK IKHLAS-

"Kak, kasian rambut rapunzelnya ditarik-tarik begitu."

"…?"

Dek, kamu kasihannya ke rambut Kakak aja? Hidupnya Kakak gak gitu?

"Hahaha, ini tes anti rambut rontok. Coba-coba kalau seandainya shampoo yang Kakak beli merek gadungan, gitu Dek."

Bocah perempuan yang berdiri temangu di depan Naruto hanya mengangguk polos menanggapi alasan bodoh yang dia utarakan. "Hati-hati milih shampoo-nya ya Kak? Sayang rambutnya kalau rontok. Cantik soalnya." Si bocah tersenyum sekali sebelum dia akhirnya berbalik menyusul seorang wanita. Ibunya mungkin?

Dan sekali lagi, kenapa kamu cuma peduli sama rambutku Dek?!

Naruto menghela napas. Entah kenapa rasanya dia benar-benar lelah hari ini. Lahir dan batin! Mungkin dia butuh tempat curhat. Ino misalnya?

Eh, tunggu. Jika dia curhat pada Ino, terus dia bilang jika Kyuubi semalam bawa berita aneh begitu…

"… sebaiknya aku lanjut jalan-jalan saja hari ini." Dia cengengesan gelisah sementara tangannya gatal menggaruk pipi. Sumpah demi apa! Jika itu sampai terjadi, Naruto tidak bisa membayangkan perang macam apa yang akan meledak!

"Yah, mungkin aku bisa pergi ke-"

"Eh, Naruto?"

TAKDIR KAMPRET!

"Heh? Ino? Wahahaha, kebetulan sekali bertemu di sini," Naruto memelototi batang pohon di seberang jalan, takut menatap langsung teman bahenolnya itu. "Dan omong-omong, kau panjang umur ya?"

Ino mengerutkan dahi bingung. "Oke, mungkin memang kebetulan. Dan untuk komentarmu yang terakhir, semoga saja begitu." Dia berjalan mendekat kemudian menggampar wajah Naruto dengan tidak berperasaan. "Kecuali jika yang kau ajak bicara sebatang pohon di seberang jalan."

"Aduh!" Naruto menangkup wajahnya yang memanas. "Tidak usah main pukul begitu, kan bisa?" dia memicing pada Ino. Rasanya ingin marah, tapi tidak ada yang bersalah baik itu Ino atau pohon di seberang jalan.

Dan kenapa pohon di seberang jalan masuk dalam list?

Ino mengibaskan tangan ringan, dan Naruto merasa ingin punya paku lalu menancapkannya pada mata Ino yang songong. "Karena kebetulan kau di sini, bagaimana kalau pergi bersamaku Naruto?" gadis pirang itu menatap Naruto, lalu menunjuk suatu tempat yang mungkin di sekitar toko es krim di ujung perempatan jalan. "Dekat, kok. Lagipula kurasa kau tidak sedang sibuk, kan?"

Naruto bergumam kalau dia memang tidak sibuk, tapi saat hendak melanjutkan perkataannya, kerah bajunya sudah duluan ditarik paksa.

Naruto terlalu lelah untuk berontak.

.

.

.

Naruto berdiri temangu, dan dia tidak ingin tahu ekspresi macam apa yang sekarang singgah di wajahnya.

"Naruto?" Ino memanggil, tapi dia tidak peduli. "Jujur, sebenarnya aku sering ke sini. Dan aku tidak pernah lihat Kakakmu sebelumnya."

"Buru-buru kau, Ino. Otakku saja masih tidak mempercayai mataku."

Ino menatap Naruto sesaat, lalu memandang lagi ke depan. Kyuubi sepertinya masih belum menyadari keberadaan mereka. "Kau tahu, ini tidak aneh jika Kakakmu yang tomboy itu ada di lapangan basket seperti ini," Ino mengatakannya lamat-lamat, seakan takut ada kata yang salah. "Tapi..., aku tidak tahu jika dia dekat dengan Itachi-san."

"Kau kenal pria itu?"

Ino diam sesaat, lalu mengangguk. "Kakak Sasuke-senpai."

"..."

"..."

"KYUUBI-NEESAN?!"

"Eh, Na-"

Terlambat, Naruto sudah ngibrit ke tempat Kyuubi duluan.

Di tengah lapangan basket itu, Kyuubi menatapnya seakan dia adalah setan.

"Kebetulan bertemu, ya Kak," Naruto bicara, tapi matanya dengan terang-terangan memelototi lelaki tampan yang keriputan di sisi Kakaknya. Dalam hati Naruto sebenarnya sudah was-wasan 'Ternyata dia memang kenal dengan Kakaknya Sasuke-teme!? Kyuubi punya apa sampai-sampai pria setampan ini mau-maunya kenal dengan dia?!' begitulah kira-kira.

"Eh, Na-Naruto?" Kyuubi berlagak bloon sesaat sebelum dia berdehem penuh etika yang entah dia dapat dari mana. Dia lalu melihat sekitar dan mendapati ada Ino juga yang dalam diam berdiri bego di belakang Naruto, "Sedang jalan-jalan Imouto?" tanyanya.

Naruto mengerutkan alis karena dia tahu Kakaknya hanya pura-pura tenang.

"Tidak ingin memperkenalkan padaku Kak?" Naruto menatap Kakaknya jeli. Lalu entah kenapa tiba-tiba dia merasa ingin jahil, "Maksudku, pacarmu itu?" ujarnya jenaka, dan dia merasa ingin meledak saat melihat wajah Kyuubi merah padam.

Itachi tersedak, lalu dia hanya batuk-batuk yang entah kenapa terlihat nyeleneh untuk lelaki setampan dirinya.

Ino pun sama, dia tidak banyak tingkah selain berdiri temangu dengan wajah setengah mati.

"Apa-apaan kau!?" Kyuubi hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri untuk membantah. Karena sialnya si Itachi Keriput Goblok hanya peduli dengan adegannya yang batuk-batuk. "Mana mungkin aku sama dia, Bloon!? Gak liat apa tampangnya yang siap jadi penghuni tanah?" tanyanya keki, dia menatap sinis Naruto tanpa peduli orang yang dia bicarakan merasa tersinggung dan memelototinya habis-habisan.

"Oh, begitu?" Itachi menyikut si Rubah betina lalu menatap kesal ke arah Naruto. "Kau Naruto kan? Tolong hapus semua prasangkamu itu, laki-laki normal bahkan mikir-mikir dulu jika harus berakhir dengan wanita ini. Apalagi lelaki selevel diriku!" ujarnya. Dan dia tahu kata-katanya sejenis 'sumpah kau narsis sekali!' tapi masa bodoh, disangka pacaran dengan makhluk astral ini saja sudah jadi mimpi buruk.

Kyuubi naik pitam lalu dengan geram menarik pipi Itachi. Matanya penuh dendam menatap Naruto yang diam nyaris imitasi robot karatan. "Siapa juga yang mau sama duda? Sudah keriputan, narsis lagi. Dan tolong jangan tanyakan anaknya!" balasnya lagi, dia tidak peduli jika pipi Itachi nyaris lepas karena ulahnya.

Itachi kesal setengah mati, dia lalu menggapit leher Kyuubi dengan lengannya, peduli setan kalau dia mati. "Yang mau denganmu juga siapa? Memang becus kau mengurus anak!?" amuknya geram, Itachi tidak mengerti kenapa, tapi dia merasa harga dirinya benar-benar jatuh jika Kyuubi yang mengatakan itu. Dan kenapa juga dia harus di hina oleh wanita semacam Kyuubi?

Dan kenapa juga semalam dia tidak bisa berhenti memikirkan wanita ini?

"Jika aku mau sekarang pun aku bisa dapat teman kencan! Kau pikir aku sejenis dirimu? Duda keriputan!" Kyuubi membalas tidak kalah pedas, dia berontak dari kukungan Itachi, lalu memelototinya geram terang-terangan. "Kau itu saja yang lama menduda!"

Itachi merasa urat sabarnya putus, dia nyaris saja melompat ke arah Kyuubi kalau dia tidak dengan sengaja mendapati anaknya berjalan mendekat dengan wajah riang, dia menggenggam tangan Sasuke dan entah menyanyikan lagu kanak-kanak yang berjudul apa.

Kyuubi mungkin benar. Anaknya mungkin tidak haruslah berlama-lama seperti itu hanya karena rasa egoisnya. Shiro pasti juga ingin punya sosok yang bisa merawat dan menyayanginya. Seorang Ibu...

"...?"

Dan Kyuubi merasa aneh ketika Itachi tiba-tiba diam seperti itu. Dia melihat arah pandang pria itu dan mendapati Shiro tersenyum manis ke arah mereka. Kyuubi tidak tahu kenapa, tapi dia merasa tidak nyaman dengan diamnya Itachi yang begini.

Apa yang pria itu pikirkan? Kenapa dia mengabaikanku?

"..."

Dan tunggu, ke mana Naruto dan Ino?

Oh, jangan terlalu mengkhawatirkan mereka, mereka hanya sanggup diam karena merasa pemandangan Itachi dan Kyuubi yang marah sambil mengoceh itu pemandangan yang tidak sanggup di nalar.

Eh, tapi sepertinya Naruto tidak cukup hanya dipukul dengan fakta kedekatan Itachi dan Kyuubi, dia juga harus menerima kehadiran orang yang mengganggu tidurnya semalam yang juga dengan sangat kampretnya ada di sini.

"SASUKE-SENPAI!?"

Tenang, itu hanya Ino dan jiwa fangirl-nya.

Naruto hanya sanggup diam kalem, padahal sudah meletup perang dunia ketiga di dalam batin.

'Sasuke-teme ada di sini? Aku harus bagaimana? Ini dia akan bilang apa? Terus apa reaksi yang harus kuperlihatkan nanti? Sasuke tidak mungkin akan bilang suka padaku kan? Eh, tapi itu jelas tidak mungkin! Tapi nanti aku harus bagaimana kalau seandainya dia memang bilang suka?!

Kira-kira seperti itulah gejolak batin seorang Naruto Namikaze yang dilanda galau. Yang dengan sangat-tidak-tahu-malu merasa jika Sasuke benar-benar menyimpan rasa padanya.

Tapi Naruto sepertinya harus mengesampingkan itu sekarang, karena masalah besarnya adalah; Sasuke-teme menatap ke sini, ya Tuhan! Seseorang, selamatkan jantung kecil Naruto, tolong!

"...?"

Jangan menatapku seperti itu kau sialan! Kenapa juga kau memiringkan kepalamu, hah!? Aku tahu kau tampan, jadi berhenti menatapku dengan tampang begitu kau kampret!

"Nee-san?"

Naruto tersentak kecil ketika mendengar suara manis dan lucu itu, dia lalu dengan cepat mendapati sesosok bocah tampan menggemaskan tidak jauh di hadapannya, menggenggam ujung kaos Kyuubi namun tidak melepas tatapan kepadanya.

Kyuubi yang pertama merespon. Naruto agaknya sadar jika Kyuubi terlihat terlalu tenang semenjak anak itu datang. Dia sedikitnya merasa aneh, tapi Naruto meyakinkan diri itu bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan.

"Dia adikku, Naruto." Kyuubi memperkenalkannya dengan ketus, tidak ikhlas, dan Naruto tahu nada jijik itu. Dengan ini Naruto sepertinya punya cukup alasan untuk setidaknya menjambak Kyuubi sampai botak.

Tapi tidak dilakukannya karena bocah manis itu memberikan reaksi menggemaskan yang tidak dia duga.

"Naru-neechan, kau cantik sekali."

Naruto bisa merasakan bunga-bunga bermekaran di sekitarnya.

Aaahhh, bocah ini malaikat.

"Kau bocah-bocah katarakan, ya?" Naruto nyaris berteriak marah saat mendengar nada bicara Kyuubi yang tidak ada sopan-sopannya. Dia tidak peka apa ada anak kecil di sini? "Yang begini kau bilang cantik?" Kyuubi mendekat lalu mencengkeram pipi Naruto dari kedua sisi, "Dari mananya?!"

Tolong, tidak adakah yang bisa menampar rubah ini? Ino, tidak bisakah sohibnya itu membantu?

"Kyaaaa, Sasuke-senpai hari ini pun tetap tampan!"

Ingatkan Naruto untuk menukar bedak Ino dengan bubuk gatal!

Naruto menatap Kyuubi sinis, bibirnya bahkan sampai maju-maju pegal ingin menyerapah. Jika seandainya si bocah tidak di sini, sudah dipastikan matilah Kyuubi.

Naruto akan membuka mulut untuk setidaknya membalas dengan baik-baik, sebelum Uchiha paling senior di sana sukses besar menyumpal mulut Naruto hanya dengan kata-kata.

"Adikmu lumayan cantik kok. Dia juga sangat manis."

Demi wajah melongonya Kyuubi, dipuji Uchiha Itachi rasanya sangat sesuatu sekali. Seperti ada blush-blush-nya gitu.

Naruto memerah seraya memegang pipinya sendiri.

"Bukan begitu, Sasuke?"

Mendengar pertanyaan itu, Naruto tidak bisa menghentikan dirinya untuk melirik pemuda yang dia incar-incar fotonya belakangan ini. Pemuda itu hanya diam, tidak ada perubahan signifikan dari paras tampannya. Dia bahkan tidak mencoba melihat Naruto atau semacamnya.

Ino yang tadi mendadak diam juga merasa penasaran. Tidak pernah selama ini Sasuke memuji wanita manapun, itu yang dia tahu. Walaupun sebenarnya Ino merasa pertanyaan ini hanya sia-sia karena kita tahu reaksi apa yang akan Uchiha bungsu itu berikan.

Sasuke hanya mengedik bahu ringan sebelum membuang wajahnya ke samping, tidak peduli.

Semu merah yang tadi sempat bersemayam di pipi Naruto perlahan padam. Dia hanya sanggup diam dan menatap lama pada kantung celana Kyuubi.

"Entahlah...," suara monoton rendah dengan ringan terdengar setelah sunyi, "Kupikir dia tidak terlalu buruk." Di akhir kata-katanya, Sasuke melirik wajah Naruto dengan ekor mata, tepat pada mata sewarna langit biru, sebelum berpaling di detik berikutnya.

"..."

Naruto bisa merasakan dunianya gonjang-ganjing.

Oh, bukan hanya dia sih sebenarnya. Sisa manusia yang ada di sana juga seperti merasa digampar meteor tersesat. Itachi jadi pusing, padahal tadi dia hanya bercanda dengan pertanyaannya. Dan Shiro dengan sepenuh hati mengingat kembali cerita tentang Doppelganger.

Ino yang ekspresinya paling parah. Dia memasang wajah tercengang yang bloon, lalu menjerit mengenaskan. Bahkan jika dunia kiamat, dia masih tidak bisa menerima jika Pangerannya baru saja memuji seorang wanita!

Kau bilang itu tadi bukan memuji?! Kau dari planet mana?! Kau tidak kenal Sasuke Uchiha?! HAH?! Dibilang jelek olehnya saja Ino akan dengan segenap jiwa membangun tugu memorial, terlebih dia menyebut Naruto tidak buruk! Tidak buruk! Tidak buruk bagi Sasuke berarti kau adalah wanita tercantik sedunia!

Ino terengah-engah karena merasa emosional. Lalu dengan wajah penuh iri menatap Naruto yang masih dengan penuh cinta mempertahankan mulutnya yang terbuka lebar. Matanya bahkan nyaris keluar dari menatap Sasuke yang terlihat masa bodoh.

Kyuubi yang reaksinya masih cukup normal, sadar lebih awal. Dalam hati dia membatin prihatin pada nasib Naruto yang sepertinya telah ditaksir seekor ayam.

"Ehem, baiklah. Aku akan mulai mengajari Shiro main basket. Kalian bisa lanjutkan." Itachi yang akhirnya tidak tahan, menggapai lengan anaknya dan dengan penuh wibawa palsu menyeretnya mendekati salah satu jaring di sisi lapangan.

Kyuubi berkedip, lalu dengan patuh mengikuti Itachi dari belakang. "Kalian bisa duduk di sana kalau mau." Ujarnya seraya menunjuk bangku penonton.

Naruto harus menenangkan jantungnya dari berdetak keras tanpa malu. "Sasuke... itu, umm..."

"Duduklah." Tidak menunggu Naruto selesai, Sasuke membalas dengan datar. Dia tidak menatapnya saat dia berbalik untuk memperhatikan kerja Shiro.

Dan setelah itu Naruto hanya dapat memasrahkan indranya pendenarannya dijejali ocehan Ino yang penuh amukan. Dia kemudian mendeklarasikan diri sebagai Naruto hater, yang benar-benar sangat bodoh karena dia masih berbicara panjang lebar dengan gadis itu tentang fashion.

Naruto yang imut dan manis ini pasrah ya Tuhan.

.

.

.

Itu sudah nyaris menjelang siang, dan Itachi yang dengan sombong menyatakan dirinya adalah seorang jutawan, menawarkan mereka traktiran makan siang lebih awal.

Kyuubi mencibir dari samping. Dia tidak menyembunyikan hinaan sepenuh jiwanya dari mengatakan bahwa Itachi adalah seorang Dosen miskin yang bahkan punya wajah untuk mengantar pulang seorang wanita dengan berjalan kaki.

Itachi membalas, "Siapa pun adalah penyandang gangguan mental jika mereka benar-benar menganggapmu seorang wanita."

Lalu mereka mulai bertengkar. Shiro yang kurang kerjaan mengompor-ngompori mereka dari samping. Kelompok mereka terlihat benar-benar mencolok dengan interaksi tiga orang itu.

Naruto merasa dirinya akan kehilangan semua kewarasannya setelah ini.

Kemudian mereka singgah di sebuah kedai makan yang dengan keras kepala dipilih Kyuubi hanya karena papan nama kedai itu terdapat sebuah gambar apel. Tapi dia lalu marah-marah karena tidak bisa dapat satu pun. Pramusaji kedai nyaris menangis karena amukannya.

Kyuubi baru bisa tenang setelah Itachi menjanjikan kalau dia bisa dapat apel sebanyak apa pun setelah ini.

Naruto yang dengan diam memperhatikan, entah kenapa merasa interaksi mereka terlalu ambigu. Lalu dia tiba-tiba tersentak ketika ingat jika dia pernah mengutuk Kyuubi untuk berakhir dengan seorang duda.

Tunggu dulu, jangan bilang jika itu jadi kenyataan?! Dan dengan Uchiha Itachi pula?!

Sebentar, bukankah pria itu terlalu bagus untuk Kyuubi?!

Naruto merasa caranya memandang dunia tidak akan pernah bisa lagi sama. Dan ada apa pula dengan cara kelompok ini terbentuk?! Tolong renungkan, tiga remaja, seorang bocah, duda tampan, dan seekor binatang liar, di mana lagi orang-orang akan melihat fenomena langka seperti ini? Pantas saja Naruto merasa dari tadi banyak mata yang menatap mereka.

Dia memasang wajah kosong, kemudian berkedip dan berpaling untuk menatap Sasuke di hadapannya. Laki-laki itu menatap jendela, dan hanya diam semenjak awal.

Tempat yang mereka pilih sekarang cukup untuk memuat enam orang. Naruto dan Sasuke duduk di bagian ujung dekat jendela. Ino duduk di sampingnya dengan Shiro di depan. Dia sudah berkenalan dengan anak itu tadi, menurut Naruto dia sangat imut dan manis, meski Kyuubi membantah itu keras-keras. Lalu di ujung yang lainnya duduk dua orang yang tersisa.

Kyuubi dan Shiro sekarang sibuk memilih menu. Setelah berdebat sebentar, mereka memesan hotpot yang tidak terlalu pedas. Pesanan mereka datang tidak terlalu lama kemudian, karena memang tidak ada banyak pelanggan pada saat ini.

Ino menjadikan Naruto kawan untuk mengobrol, sesekali dia juga akan mencoba mengajak Sasuke bicara, yang hanya diabaikan. Dan saat Naruto merasa tidak tahan lagi, dia hanya menghela napas lalu menatap Sasuke dengan cemberut.

"Apa ada yang mengganggumu?" tanyanya kemudian.

Sasuke meliriknya, bergumam, "Hn."

Kyuubi dengan kejam menertawakan Naruto yang dikacangi. Dia lalu menarik perhatian Itachi dengan mengatakan jika otouto-nya adalah patung berjalan yang luar biasa.

Naruto nyaris mengamuk. Dia memelototi Sasuke dengan protes. Laki-laki itu hanya menatap balik padanya dengan datar. Dan saat melihat Naruto yang sangat keras kepala, dia mengerutkan kening dan menyerah, "Aku tidak apa-apa."

"Tapi kau hanya diam dari tadi," Naruto dengan cepat membalas. "Setidaknya bicara satu atau dua kata?"

Sasuke menatapnya lama. Dia menyandarkan dagunya di atas punggung tangan ketika berkata, "Kalau begitu bicaralah, aku akan menanggapimu."

Naruto tersentak karena terkejut, kemudian dengan sangat gembira memasang cengiran lebar. Dia mengangguk lalu mulai mengoceh tentang hal-hal random yang ada di kepalanya. Sasuke akan mengangguk dari waktu ke waktu, sesekali juga akan menanggapi dengan ringan.

Ino merasakan hatinya retak. Tolong katakan padanya siapa yang dari tadi mencoba mengajak Sasuke mengobrol?! Kenapa saat itu adalah Naruto dia bahkan melayaninya?!

Kyuubi menatap Itachi dengan kerutan. Pria itu hanya mengedikkan bahu untuk menanggapi.

Shiro memandang Sasuke dalam. Sekali lagi kepalanya mengingat Doppelganger.

Bocah itu mengingatkan diri sendiri untuk membombardir Sasuke dengan pertanyaan sepulang nanti.

.

.

.

Saat mereka selesai makan, Ino yang berderai air mata dengan enggan meminta izin untuk pergi. Katanya dia harus menemani Ibunya ke rumah keponakannya. Meski dia mengaku tidak ingin pisah dengan Sasuke.

Walau nyatanya di sepanjang saat dia hanya diabaikan, berada beberapa meter lebih dekat dengan Sasuke cukup untuk memberkati hidupnya.

Mereka sekarang dalam perjalanan kembali ke apartemen Itachi. Sebenarnya Kyuubi dan Naruto berniat pulang, tapi Shiro dengan manja meminta Naruto untuk menemaninya. Naruto yang hatinya menjadi selembut jeli hanya mengangguk tanpa satu pun bantahan.

Hanya Kyuubi yang tahu isi kepala anak itu yang penuh dengan tipu muslihat iblis. Tapi akhirnya dia tetap kalah karena Naruto mengomelinya nyaris 15 menit.

Meski bocah itu merengek pada Naruto, nyatanya dia hanya terus menempel pada Kyuubi. Shiro naik untuk duduk di pundak Ayahnya dan memaksa Itachi jalan bersisian dengan rubah betina itu. Dia berlagak dengan sombong jika dia adalah yang kepalanya paling tinggi. Kyuubi yang kesal akhirnya menjewer kupingnya.

Naruto yang memperhatikan dari belakang akhirnya bertanya pada Sasuke di sisinya, "Kenapa mereka bisa jadi sedekat itu? Sejak kapan?" matanya menatap Sasuke dengan tuntutan akan jawaban.

Laki-laki itu mengangkat bahu, "Aku tidak tahu. Aku baru mengenal Kyuubi semalam."

Naruto mengerutkan kening, "Kau tidak merasa penasaran dengan kedekatan mereka, Sasuke?"

"..."

Naruto menatap Sasuke dengan mata membola, "Kau benar-benar penasaran?!"

Sasuke tetap diam, tapi bibirnya menjadi lebih tipis. "Akan kutanyakan pada Aniki malam ini."

Naruto mengangguk, penuh dukungan untuk Sasuke. "Katakan padaku saat kau dapat jawabannya."

Sasuke sekarang memperhatikan Naruto yang memasang seringai. Hanya Tuhan yang tahu apa yang gadis itu pikirkan di dalam kepala pirangnya.

Di depan, Shiro melihat sebuah papan iklan promosi film Kamen Raider yang akan tayang besok malam di bioskop. Dia melihat ke bawah pada Ayahnya dengan mata berkaca-kaca.

Itachi terdiam. Sejak kapan anaknya mulai pandai memakai trik kotor begini?

"Tou-chan, aku bisa nonton, kan?"

Itachi memasang senyum lelah dan mengangguk, "Tentu bisa."

Shiro terseyum lalu menoleh pada Kyuubi. "Nee-san juga akan menemaniku, kan?" tanyanya penuh harap.

Kyuubi memelototinya dengan kejam, "Ogah!"

"Nee-san harus mau!"

"Siapa kau? Anakku?"

Shiro berkedip dengan imut, "Itu terdengar bagus."

"Kurang ajar kau, Bocah!"

Lalu mereka bertengkar nyaris setengah jam. Kyuubi marah-marah tapi akhirnya hanya bisa menerima kekalahan. Shiro tidak bisa menghapus cengiran imutnya yang manis.

Itachi melirik dari samping wajah Kyuubi yang cemberut. Wanita itu dengan jelas terlihat kesal saat dia masih menggumamkan hal-hal yang entah apa. Itachi melihat matanya yang sewarna darah dan bibir cerinya yang terpaut.

Tiba-tiba Itachi merasa telah jatuh dalam masalah besar. Kenapa dirinya bisa berpikir jika Kyuubi sangat memesona?

.

Tbc

.

.

.

.

Big thanks for you all that give your Review, fav and follow for this fanfic. Come here and get a kiss #muah

See ya!

#UchyNayukiIsSoCute