Eiji Notes : Hay minna (^o^) Ei dateng bawa fic baru (^o^) Fic ini khusus buat Ei sendiri, PenaBulu, dan siapun yang berkenan (^o^) Ehehe, fic ini muncul dari berbagai sumber yang pernah Ei baca. Fic ini dibuat untuk ngeramein pair SasufemNaru (^o^) Sebenernya sekalian pengen ngeramein fic SasufemNaru yang rate M juga sih xD ehehe.
Desclaimer : Naruto hanya milik Masashi Kishimoto. But, this story is mine. Namikaze Eiji. So, dont be Plagiator. Dont Copy my fic. And dont Bash my story. Thank You (^o^)
Rate : M
Pairing : SasuFemNaru
Warning :AU,OOC,OC,Typo bertebaran,EYD jelek. No flame. Kritik dan saran yang membangun dan menggunakan bahasa yang sopan diterima. Alur kecepetan. Cerita aneh bin Gaje.
.
.
Gak suka ! Gak usah baca !
.
.
Summary : Sasuke dan Naruto. Mereka dua orang yang tak mengenal satu sama lain. Namun, karena suatu 'peristiwa' mereka bertemu dan memutuskan untuk tinggal bersama. Mungkinkah ini takdir? Bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka selama tinggal bersama?
.
.
Happy Reading Minna.. (^o^)
.
.
Do You Love Me?
By.
Namikaze Eiji
.
.
Naruto Pov On
Ku gigit leher putihnya guna meredam desahanku akibat pergerakan kasarnya pada pusat tubuhku. Sedari tadi kejantanannya terus bergerak kasar dan cepat memenuhiku, memberikanku rasa sakit dan nikmat secara bersamaan. Akibat gerakannya yang memang tidak bisa dikatakan lembut. Namun, jujur aku menyukainya. Menyukai gerakan kasarnya setiap kali bercinta denganku.
Tubuhku lemas, jika saja tangannya tak memeluk erat tubuhku, aku yakin sejak tadi tubuhku pasti sudah jatuh merosot ke bawah. Aku tak tau sudah berapa lama kami menghabiskan waktu untuk pergulatan panas kami. Semuanya berlangsung cepat, hingga otakku terlalu lambat untuk mencerna semuanya. Yang ku ingat terakhir kali hanya, aku yang seperti biasa merapihkan apartemennya, menyambutnya saat pulang dari kantor dan entah mengapa semuanya terjadi begitu saja. Dia, Uchiha Sasuke langsung menarikku dan membawaku hingga kami berakhir dengan kegiatan panas ini, seks.
Seks, memang bukan hal yang tabu untukku dan Sasuke, karena ini memang bukan pertama kalinya kami melakukan seks.
Hey! Ayolah kami tidak sepolos itu!
Tinggal bersama hampir selama satu tahun membuat kami cukup akrab dengan kegiatan ini. Sekedar untuk melepas stres atau mencari kenikmatan semata. Hanya itu, tidak lebih.
Naruto Pov Off
.
.
Air yang mengucur dari shower sama sekali tak mengurangi atau mengganggu kegiatan panas mereka berdua. Justru sebaliknya, hal ini membuat pergulatan mereka semakin panas. Air itu terus membasahi tubuh polos Sasuke dan Naruto.
Tubuh kekar Sasuke menghimpit tubuh sintal itu di dinding marmer kamar mandinya. Memenjara Naruto dalam kenikmatan dan kesakitan akibat pergerakannya yang keras dan bertenaga. Kedua kaki gadis itu melingkari pinggang Sasuke, tangannya memeluk erat punggung kokoh yang tengah mendominasinya.
"A-aahhkk.." desahan Naruto menggema memenuhi kamar mandi ini, turut meramaikan percintaan panas mereka. Sasuke mendesis nikmat, merasakan kejantanannya yang diremas secara lembut dalam lubang hangat itu. Ia pun semakin mempercepat temponya saat merasakan puncak kenikmatan itu semakin dekat. Dan sebuah sentakan keras ia berikan sebelum mengakhiri kegiatan panas itu.
Do You Love Me?
Naruto memakan serealnya dalam diam. Hari ini ia ada kuliah pagi, hingga mengharuskannya datang pagi ke kampus. Ia melap bibirnya sebelum beranjak dari kursi lalu mengambil tasnya dan pergi meninggalkan apartemen setelah sebelumnya menguncinya terlebih dahulu. Tubuh sintalnya berbalut kemeja merah maroon kebesaran yang tak di kancingkan dan sebuah tangtop hitam yang melekat sempurna membentuk tubuh indahnya. Ia memakai celana jeans biru dongker dengan sepatu flat sederhana, rambut pirangnya sengaja ia gulung keatas dengan menyisakan beberapa helai anak rambut di samping wajahnya, membingkai wajah cantiknya. Ia memang sengaja mengikat rambutnya agar tak mengganggu pergerakannya. Meskipun gaya Naruto terkesan sangat sederhana, namun hal ini sama sekali tak mengurangi aura kecantikan yang terpancar darinya. Oh, ayolah dalam sekali lihat pun semua orang pasti akan mengatakan jika seorang Namikaze Naruto itu gadis yang cantik. Ah, ralat sangat cantik.
.
.
Naruto melangkahkan kakinya menyusuri koridor kampus. Wajah cantiknya datar tanpa ekspresi, tak ia hiraukan berbagai pasang mata yang mengarah padanya. Ia sudah terbiasa dengan berbagai macam tatapan yang mengarah padanya hampir setiap hari. Entah itu tatapan kagum yang ditujukan oleh para lelaki atau tatapan iri para gadis. Ah, bahkan tak jarang ia mendapat tatapan benci yang mengarah padanya. Namun, ia tak peduli atau lebih tepatnya berusaha menghiraukan hal itu. Tanpa sadar ia menghela nafas pelan, karena pemikirannya.
Kaki jenjangnya berjalan pasti menuju taman belakang, tempat favoritnya. Sepi dan tenang itulah yang membuat Naruto menyukai taman belakang kampusnya. Ia memang tak begitu menyukai keramaian dan taman belakang adalah tempat yang paling cocok untuk orang sepertinya. Jujur saja, ia memang tak memiliki banyak teman di kampus ini. Mungkin karena ia yang terlalu pendiam dan tak terlalu peduli dengan apa yang ada di sekitarnya. Ya, Naruto memang tak terlalu akrab dengan gadis-gadis di kampusnya bahkan di kelasnya. Menurutnya para gadis seperti mereka hanya membuang waktu karena obrolan gadis-gadis itu tak jauh dengan membicarakan kejelekan orang lain atau membully gadis lain yang lebih lemah dari mereka atau membahas mengenai apa yang mereka lakukan dengan kekasih mereka. Ck, sangat tak berguna dan membuang waktu bukan? Hal inilah yang membuat Naruto lebih menyukai sendiri daripada harus berbaur dengan gadis-gadis seperti mereka. Yah, walaupun Naruto akui tak semua gadis seperti itu. Contohnya Ino, satu-satunya sahabat perempuannya, gadis pirang yang selalu mengikat rambutnya tinggi itu selalu memperlakukan Naruto dengan baik. Berbeda sekali dengan kebanyakan gadis yang menjauhinya, entahlah kenapa mereka menjauhinya karena Naruto sendiri pun tak ingin ambil pusing untuk memikirkan hal tak penting seperti itu.
Naruto mendudukan dirinya pada kursi taman yang telah di sediakan di tempat itu. Ia menyamankan dirinya lalu mengambil sebuah buku dan memulai aktifitas membacanya. Hari ini ia memang ada test, meskipun ia sudah mempersiapkannya namun tak ada salahnya mengulang kembali apa yang telah ia pelajari bukan? Ah, benar-benar tipekal idealis bukan? Naruto memang orang yang selalu menuntut kesempurnaan dalam hal apapun terutama dalam hal nilai. Ia akan berusaha dengan keras untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin. Tak heran bila ia mendapat beasiswa penuh dari kampusnya, karena memang kemampuan akademiknya tak perlu diragukan lagi.
Suara gaduh dari arah belakang mengusik kegiatan Naruto. Ia tengokkan kepalanya kebelakang mencari sumber suara gaduh yang telah mengganggu aktifitas membacanya. Wajah datarnya menatap dingin sepasang kekasih yang tengah bertengkar tak jauh dari tempatnya duduk. Tak ada rasa iba atau kasihan saat melihat kejadian yang berlangsung di depannya. Sebaliknya, sebuah senyum meremehkan terbit dengan sempurna di wajah rupawannya.
Bukankah cinta begitu mudah di tebak? Bertemu, merasa cocok dan kau jatuh cinta. Lalu, saat cinta itu pergi maka rasa sakit akan datang, benar bukan? Maka kenapa masih harus ada air mata setelah itu? Bila kau sudah tau akan bagaimana akhirnya? Itulah resiko yang harus kau tanggung. Tak ada kisah yang selalu bahagia, karena pada kenyataannya tak ada kisah yang benar-benar happy ending seperti yang ada pada novel-novel percintaan atau drama-drama di televisi. Akan selalu ada rasa sakit yang menyertainya. Karena itulah cinta. Ada bahagia dan ada luka. Dan saat kau terluka, akan ada cinta yang baru. Jadi, bukankah cinta sangat mudah di tebak? Itulah mengapa aku tak percaya dengan cinta. Bagiku cinta itu nafsu. Dan nafsu itu cinta. Pikir Naruto seraya menatap datar sepasang kekasih yang bertengkar di depannya. Mata safirnya menatap dingin tangan sang lelaki yang menarik kasar tangan gadisnya sebelum membawa sang gadis pergi dari tempat itu.
Do You Love Me?
Naruto meletakkan tasnya sebelum membaringkan dirinya pada sofa empuk di apartemen Sasuke. Ia menyamankan posisi berbaringnya guna merilekskan otot-ototnya yang terasa pegal akibat aktifitasnya di kampus. Tangannya terangkat untuk memijat pelipisnya yang terasa berdenyut nyeri akibat rasa pusing yang menyerang kepalanya. Jujur saja, bukan hanya fisiknya yang lelah namun perasaannya pun lelah. Hari ini benar-benar hari yang melelahkan dan berat untuknya.
Flashback On
Naruto menatap datar lelaki yang ada di depannya. Ia dapat melihat dengan jelas semburat kemerahan yang menghiasi pipi putih lelaki ini. Tatapannya beralih pada tangan lelaki itu yang terulur kearahnya.
Bunga mawar yang indah, pikirnya. Naruto tak menyangkal bunga mawar merah yang dibawa lelaki ini sangat indah. Apalagi untuk tipekal gadis sepertinya yang memang menyukai bunga, terutama bunga mawar. Tanpa ia sadari sebuah senyuman lembut terbit di wajah cantiknya. Membuat sang lelaki yang berdiri di depannya bertambah merona karena melihat senyuman itu.
"Bukankah kau pernah bilang jika kau menyukai mawar merah? Jika kau menerimaku maka ambilah bunga ini." lelaki itu menatap penuh harap kearah Naruto. Matanya memancarkan kesungguhan, untuk beberapa saat Naruto terpesona melihat kesungguhan yang terpancar dari mata Gaara.
"Maaf Gaara, aku tak bisa..."
"Kenapa?" tanya Gaara cepat, jujur saja meskipun Gaara sudah memperkirakan kemungkinan bahwa Naruto akan menolaknya dan telah menyiapkan diri untuk hal itu. Tapi, entah mengapa rasa sakit itu tetap ada. Apalagi setelah ia mendengar penolakan Naruto secara langsung.
"Tanpa aku menjelaskannya pun, kurasa kau mengerti Gaara. Maaf..." ucap Naruto, sarat akan rasa penyesalan dan rasa bersalah di akhir kalimatnya. Gaara tak bisa menampik rasa kecewanya, namun ia mencoba menerimanya dan mencoba menampilkan senyumnya kearah Naruto.
"Aku mengerti. Tapi kita masih bisa menjadi teman bukan?" tanya pria itu penuh harap. Jujur saja, ia takut setelah ini Naruto akan menjauhinya karena telah berani mengungkapkan perasaannya pada Naruto dan Gaara tak ingin hal itu terjadi. Ia tak ingin Naruto menjauhinya karena hal ini.
Sebuah senyuman tulus yang jarang Naruto tampakan muncul di wajah cantiknya sebelum ia menjawab pertanyaan Gaara. "Tentu saja kita tetap berteman. Bukankah kau sahabatku?" ucap Naruto tulus. Sebuah senyuman tulus berkembang di wajah mereka berdua.
"Ah, kalau begitu aku pulang duluan Gaara." pamit Naruto sebelum berlalu meniggalkan Gaara. Meninggalkan Gaara yang belum bergeming dari posisi awalnya. Mata hazelnya memandang langit -seolah tengah menerawang jauh.
"Kau tau Naru? Kau memang seperti setangkai mawar untukku. Layaknya setangkai mawar yang indah itulah sosokmu. Namun, duri-duri di sekelilingmu membuatku sulit untuk menggapaimu Naru...
Flashback Off
.
.
Ah, sungguh ia tak pernah menyangka jika Gaara memiliki perasaan terhadapnya. Gaara memang lelaki yang baik ia sendiri pun mengakui hal itu, namun selama ini ia hanya menganggap Gaara sebagai salah satu sahabat baiknya tidak lebih...
Jujur saja, Naruto merasa bersalah pada Gaara karena harus menolak lelaki itu. Tapi, bukankah lebih baik seperti sekarang? Akan lebih tidak adil dan menyakitkan bagi Gaara jika ia menerima lelaki itu hanya sebatas 'rasa kasihan'. Dan menolaknya adalah keputusan paling bijak menurut Naruto.
Do You Love Me?
Naruto melap keringat yang membasahi pelipisnya dengan punggung tangannya. Tangannya dengan terampil mengepel lantai apartemen Sasuke. Hampir semua pekerjaan rumah telah ia selesaikan, ia hanya perlu memanaskan makanan dengan microwave bila Sasuke pulang nanti. Naruto memang bertugas membersihkan apartemen Sasuke, itu sudah seperti rutinitasnya setiap hari.
Pembantu? Ah, itu terdengar terlalu kasar, rasanya asisten rumah tangga terdengar lebih pantas. Naruto memang tinggal menumpang di apartemen Sasuke terhitung sejak satu tahun yang lalu. Dan ia bertugas untuk membersihkan apartemen dan menyiapkan makanan untuk Sasuke dan segala kebutuhan Sasuke lainnya. Selain itu, mungkin mereka bisa di sebut sebagai patner? Tentu saja arti patner disini memiliki artian yang berbeda untuk mereka. Yah, mereka memang patner, patner seks lebih tepatnya. Percaya atau tidak seks bukanlah hal asing bagi mereka berdua karena tak lama setelah Naruto menginjakan kakinya di tempat ini mereka telah melakukan kegiatan itu -seks. Namun, anehnya mereka hanya melakukan kegiatan itu dengan satu orang. Naruto melakukannya hanya dengan Sasuke begitupun sebaliknya, Sasuke hanya melakukannya dengan Naruto. Sasuke adalah pria pertama bagi Naruto, pria yang telah merenggut keperawanannya. Dan bagi Sasuke, Naruto adalah gadis pertama yang ia masuki. Ia memang beberapa kali pernah bercumbu dengan seorang wanita dan ia tak menampik kenyataan itu. Namun, hanya sebatas bercumbu dan berciuman tidak lebih.
Krieett...
Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Naruto dari kegiatannya. Sebuah senyuman lembut terpantri di wajah cantiknya sebelum mengucapkan. "Okaeri..."
"Hn..." balas Sasuke. Naruto memperhatikan gerak-gerik Sasuke. Terlihat jelas bahwa lelaki ini kelelahan, atau dia sedang ada masalah di kantor? Tanpa sadar Naruto hanyut akan pikirannya sendiri melupakan Sasuke yang berada di hadapannya.
"Sampai kapan kau akan mengepel lantai yang sudah bersih itu Dobe?" cibir Sasuke, sebuah seringaian tercetak di wajahnya. Terlihat jelas bahwa ia sangat senang mengusik dan mengganggu Naruto. Naruto mengerucutkan bibirnya sebal saat mendengar ejekan Sasuke, namun tak membalasnya. Ia hanya bisa tersenyum salah tingkah karena ketahuan melamun saat bekerja.
.
.
Mereka berdua menikmati makan malam dalam diam. Sasuke sibuk dengan makanan yang berada dalam mulutnya, sedangkan Naruto hanyut akan pikirannya sendiri.
"Kau melamun lagi..." Naruto mengalihkan pandangannya pada Sasuke yang duduk tepat di hadapannya. Entahlah, Naruto sendiri bingung kenapa ia mudah sekali hanyut dalam pikirannya. Hobi? Ah, melamun bukan hobinya namun tanpa sadar ia memang kerap kali melamun -sering.
"Apa kau ada masalah? Atau kau butuh uang?" jujur Naruto cukup tersingggung bila Sasuke telah membicarakan tentang uang, meskipun ia sendiri mengakui alasannya tinggal bersama Sasuke salah satunya adalah karena uang. Karena ia membutuhkan uang.
"Ah, tidak. Aku hanya..." jawab Naruto cepat, namun setelah itu ia tak melanjutkan ucapannya. Entahlah ia sendiri bingung harus menjawab seperti apa. Untuk beberapa saat mereka berdua terjebak dalam keheningan. Suasana ruang makan yang tadinya biasa-biasa saja entah kenapa kini terasa sangat canggung dan kaku.
"Aku akan pergi ke New York selama satu minggu.." ucap Sasuke mengakhiri keheningan yang terjadi diantara mereka berdua.
"Eh, kapan kau akan berangkat?" tanya Naruto tanpa bisa menutupi nada terkejutnya.
"Besok pagi. Naru bolehkah aku meminta jatahku?"
Do You Love Me?
"A-aahkk..kenapah harus disinih sukeeh?" protes Naruto disertai desahannya akibat pergerakan Sasuke dibawah sana. Desahan Naruto bergantian dengan erangan Sasuke. Desahan dan erangan mereka berdua memenuhi dapur apartemen Sasuke.
Tak lama setelah bertanya dan meminta ijin pada Naruto, Sasuke memang langsung menyerang Naruto saat itu juga. Diciumnya bibir pink Naruto dengan sedikit menggebu, lalu ditariknya celana pendek Naruto beserta celana dalamnya secara serampangan, lalu ia membuka resleting celananya sendiri dan menusukan kejantanannya yang telah semi hard sejak tadi dari belakang. Tanpa membuka baju dan telanjang seperti biasanya. Sasuke masih berpakaian lengkap, hanya bagian celana hitamnya yang sedikit turun dan penisnya yang telah masuk sempurna memenuhi lubang hangat milik Naruto.
Sasuke terus bergerak cepat dari belakang, tak jarang tangannya bergerak nakal meremas payudara sintal Naruto. Diciuminya tengkuk Naruto yang menjadi tempat favoritnya sebelum memberikan sebuah tanda kemerahan. Ia menyeringai puas melihat hasil karyanya yang tercetak jelas di tengkuk Naruto.
"Aahh.. Naruhh, kau sempit.." erang Sasuke saat merasakan kenikmatan akibat remasan vagina Naruto. Ia terus mempercepat tempo genjotannya membuat tubuh Naruto semakin terhimpit pada meja makan. Naruto mencengkram kuat pinggiran meja makan, mencoba mencari pegangan akibat pergerakan kasar Sasuke pada pusat tubuhnya. Suara derit kaki meja yang bergesekan langsung dengan lantai menjadi bukti betapa keras dan cepatnya gerakan Sasuke, membuat percintaan mereka semakin panas. Sasuke menyentakkan kejantanannya keras beberapa kali sebelum mereka mencapai puncak secara bersamaan.
Nafas mereka memburu akibat kegiatan panas mereka.
"Seks yang hebat.." sebuah seringai tercetak jelas di wajah Sasuke saat mengatakan itu. Ditariknya keluar kejantanannya dari Naruto membuat Naruto mengerang lirih karenanya.
"Ck, dasar mesum. Apa kau tidak mendengar suara derit meja yang mengerikan karena ulahmu?" maki Naruto setelah berhasil menormalkan nafasnya.
"Tapi kau menyukainya bukan? Ah, atau perlu kuingatkan berapa kali kau menjerit dan memanggil namaku penuh kenikmatan, eh?" ucap Sasuke bangga seraya memeluk pinggang Naruto dari belakang. Mendekapnya penuh keposesifan. Wajah Naruto bersemu merah mendengar kata-kata vulgar yang keluar dengan lancarnya dari mulut sang Uchiha bungsu. Ah, sialan. Ternyata bukan hanya otaknya yang mesum. Pikir Naruto. Yah, walaupun harus Naruto akui seks kali ini cukup hebat, apalagi mereka melakukannya di tempat terbuka seperti di dapur bukan di kamar mandi atau kamar tidur seperti biasanya. Rasanya lebih menantang mungkin?
.
.
Tbc
.
.
Eiji Notes : Gimana minna menurut kalian? (^o^) Chapter satu cukup segini dulu ya (^o^) Ei usahain Chapter dua bakal lebih panjang dari chapter satu. Tapi, Ei juga gak janji bisa update cepet kecuali mungkin pas hari libur (^o^) Oh iya, jangan berpikiran buruk dulu ya tentang Naru-chan karena dia punya alesan tersendiri kenapa bisa sampe ngelakuin hal ini. Entah kenapa Naru berasa OOC banget ya? Soalnya karakter Naru disini emang sengaja Ei bikin beda :3 . Oke segituh dulu, ikutin aja terus perkembangan ficnya ya (^o^)
.
.
Boleh minta ripiw? ^o^