Disclaimer : All characters belong to Masashi Kishimoto-sensei

Warning : OOC, typo(s), gaje, abal-abal

SasuSaku pair

Enjoy it!

.

I love you, but I hate you

.

.

Aku tak sanggup berjalan lebih jauh lagi. Bayangkan, mungkin aku sudah berjalan kira-kira 5 km hingga sampai ke tempat ini. Dimana aku? Kaki yang sudah lelah ini akhirnya tidak sanggup menopang beban tubuhku. Aku jatuh terduduk mengistirahatkan diri. Tubuhku yang hanya tertutupi sehelai kain putih yang membalut tubuh ini merasa kedinginan.

Tolong aku..

Mungkin ini lebih darurat.

Aku tidak tahu siapa diriku. Yang kuingat hanyalah aku yang tiba-tiba ada di tempat jauh dari tempat ini, dan akhirnya aku terhenti di sini. Kurasa wajahku sudah pucat pasi. Apa yang sebenarnya terjadi hingga aku ada di sini? Aku menatap sekeliling dengan mataku yang sudah berkunang-kunang. Kepalaku pusing sekali.

Akhirnya kegelapan pun hadir juga menghampiriku.

oOo

"Ng? Dima-na.. aku?"

Apa lagi yang terjadi padaku? Kini aku sudah berada di sebuah kamar bernuansa biru langit yang indah ini. Tubuhku tertutup selimut dan kurasa bajuku sudah diganti. Aku membuka selimut dan mencoba duduk. Ah, ada seseorang di sana. Aku ingin membangunkannya, tapi ia sedang tertidur pulas.

Tampan.

Itulah kata yang pertama keluar dari bibirku saat melihat lelaki itu. Tung-tunggu, jangan bilang yang mengganti bajuku adalah lelaki itu?! Oh tidak, itu tidak mungkin terjadi. Aku menenangkan hatiku yang sempat bergejolak karena membayangkan hal yang tidak-tidak. Aku yakin lelaki itu lelaki baik-baik.

Akhirnya aku hanya bisa memandangi kamar yang menurutku milik lelaki itu. Maafkan aku karena aku tidur di kasurmu ya, lelaki. Sebenarnya dia siapa? Aku juga siapa? Oh, dunia ini sangat rumit.

"A-ah, kau sudah bangun?"

Aku terhenyak kaget karena suara berat itu tiba-tiba muncul. Kulihat lelaki itu sudah bangun dan sekarang sedang mengucek matanya pelan. Ah, lucu sekali. Aku hanya mengangguk pelan untuk menjawab pertanyaannya. Aku bisa melihat ia bangkit berdiri dan duduk di tepi kasur yang sedang kududuki ini.

"A-ano.. Kenapa aku bisa ada di sini?"

"Seharusnya aku yang bertanya lebih dulu, nona."

"A-ah, gomen."

Lelaki itu hanya tersenyum tipis dan menatapku lekat. Jujur saja aku salah tingkah dibuatnya, sehingga aku memalingkan wajahku ke arah lain. Dari sudut mataku, bisa kulihat lelaki itu membuka jaket yang dipakainya dan sekarang tubuhnya hanya berbalut kaus hitam polos dan celana jeans. Ah, tampan sekali.

"Namamu siapa, nona?" Suara berat itu lagi-lagi memecahkan keheningan.

"A-aku tidak tau siapa diriku, tuan."

"Hn? Hilang ingatan?" Lelaki itu menopang dagunya dan kelihatannya berpikir,

"Ya, begitulah.. Lalu, kenapa aku bisa ada di sini, tuan?"

"Tadi saat aku berjalan untuk membeli makan malam, kulihat kau tergeletak di pinggir jalan. Kukira kau korban perkosa karena bajumu minim sekali. Akhirnya kubawa kau ke sini."

Mau tak mau aku tertawa kecil. Pikirannya sangat mengerikan. Pemerkosaan? Jika aku menjadi korbannya mungkin aku sudah di bunuh atau bunuh diri.

"K-kenapa? Wajar kan aku berpikir seperti itu?" Lelaki itu bertanya dengan nada polos yang berhasil membuatku kembali menatapnya.

"Tidak apa-apa. Pikiranmu sungguh mengerikan, tuan." Aku tersenyum kecil dan tiba-tiba pikiran bahwa ia yang mengganti pakaianku kembali muncul.

"Um.. Lalu yang menggantikanku baju siapa? Bukan kau kan?"

Kali ini lelaki itu yang tertawa kecil. Uh, aku jadi malu karena bertanya seperti itu.

"Tentu saja bukan, nona. Ibuku yang menggantikan pakaianmu."

KREK

Pintu kamar yang terbuka sukses mengalihkan perhatian kami yang sekarang menatap pintu itu. Seorang wanita berusia sekitar 40-an masuk dan tersenyum lebar ketika melihatku. Aku turun dari kasur dan sedikit menundukkan badan saat ia mendekat padaku.

"Kau sudah bangun, nona manis?" Wanita itu mengelus rambutku pelan. Aku hanya mengangguk kecil dan tersenyum kepadanya.

"Baiklah, Sasuke-kun, jagalah wanita manis ini." Wanita itu lalu berjalan keluar dan kembali menutup pintu kamar. Keheningan kembali menghampiri. Kurasa wanita itu sangat sebentar menghampiri kami.

"Dia ibuku. Oh ya, namaku Uchiha Sasuke. Salam kenal, no name-san." Lelaki yang ternyata bernama Sasuke itu tertawa kecil.

Begitulah. Akhirnya hari ini aku menginap di rumah Sasuke. Ia berbagi banyak cerita yang sangat menarik dan setidaknya berhasil menghilangkan kecemasan diriku tentang siapa diriku ini sebenarnya.

oOo

"Kau yakin tidak apa mengirimkannya ke dunia manusia, Kaa-san?"

"Aku sudah memikirkannya matang-matang, Sasori-kun. Walau itu akan merenggut ingatannya tentang kehidupan dirinya."

"Baiklah. Jika itu yang terbaik untuk menghentikan pertikaian ini, aku rela melepaskannya untuk sementara."

"Aku harap ia bisa bertemu pangeran dari Kerajaan Iblis itu. Itu satu-satunya jalan untuk menghentikan pertikaian ini."

"Aku hanya bisa mengharapkan yang terbaik untuknya, Kaa-san."

"Nanti juga saatnya kau turun ke dunia manusia untuk menjelaskan identitas dirinya yang sebenarnya, bahwa ia seorang malaikat."

"Ha'i, Kaa-san."

oOo

Suara cicit burung pagi hari sukses membangunkan diriku dari tidur pulasku di kamar Sasuke. Aku melihat sekeliling dan mendapati Sasuke.. tertidur di sebelahku. Aku sedikit kaget karena kukira ia akan tidur di kamar lain. Ternyata, ia tidur di sini juga. Aku merasa telah merepotkannya.

Aku turun dari kasur dan berjalan keluar kamar. Aku terdiam. Aku tidak tahu akan berjalan ke mana. Di sini terlihat asing. Akhirnya aku memutuskan berjalan menuju arah belakang rumah dan mendapati kolam ikan kecil di sana. Di sampingnya ada seorang lelaki yang mirip dengan Sasuke sedang memberi makan ikan.

"Ah, ohayou. Kau gadis yang kemarin dibawa Sasuke bukan?"

"A-ah, iya." Aku membungkukkan badan sedikit ke arahnya. Kulihat lelaki tinggi itu menghampiriku dan mengelus pelan rambutku.

"Perkenalkan, aku Uchiha Itachi. Salam kenal!" Ia tersenyum yang menurutku sangat manis sedangkan aku hanya membalasnya dengan senyum terbaikku juga.

"Aku sudah tahu kau hilang ingatan. Aku yakin kau umurnya sama seperti Sasuke. Dan kau kuberi nama.. Aya?" Lelaki itu tertawa kecil. Aku merasa senang karena aku seakan-akan punya kakak lelaki di sini.

Aku merasa ada seseorang datang dari arah belakang dan saat kulihat aku mendapati Sasuke tengah berdiri dengan mata masih menyipit. Ia berjalan ke arah lelaki yang mirip dengannya itu dan melepaskan tangannya yang berada di atas kepalaku.

"Kau berusaha menggoda nona ini, Nii-san?"

Nii-san? Oh, ternyata ia kakak laki-laki Sasuke.

"Hahaha, tidak kok. Aku sedang memberinya nama?"

"Wah ide yang bagus juga."

Kini kedua kakak beradik itu sibuk sendiri memilih-milih nama untukku. Aku hanya bisa menggelengkan kepala melihat mereka berdua yang kadang beradu mulut karena pendapat-pendapat yang dikeluarkan. Aku memperhatikan Sasuke yang sedari tadi menatap pohon sakura di tamannya ini.

"Nah, nona, sudah diputuskan namamu adalah Sakura." Ujar kakak lelaki Sasuke sembari tersenyum manis.

"Hei, itu ideku. Bagaimana, nona? Bagus tidak?" Kurasa Sasuke mengeluarkan senyum terbaiknya untuk membuatku menyetujui ide miliknya. Aku hanya tertawa kecil dan mengangguk.

"Itu terserah pada kalian saja." Aku tersenyum manis kepada mereka.

"Anak-anak, sarapan sudah siap!" Teriak ibu Sasuke dari dalam. Sasuke dan kakaknya berjalan menuju ruang makan. Aku hanya terdiam dan memandangi ikan-ikan di kolam.

"Hei, Sakura. Ayo sarapan, kenapa malah diam?" Aku merasakan tangan Sasuke menggandeng tanganku dan akhirnya aku terseret juga sampai ruang makan.

oOo

Sekarang aku sedang duduk di taman belakang rumah Sasuke, menikmati indahnya bunga-bunga yang ada di sekitar sini. Terkadang ada kupu-kupu yang hinggap di jemariku. Kupu-kupunya sangat indah.

"Hei, Sakura." Suara berat khas Sasuke menyapaku.

"Ah, Sasuke-kun."

Sasuke yang baru saja pulang dari sekolah ikut duduk di sampingku, di bangku taman yang sedang kududuki. Kulihat ia melepas jas sekolahnya dan sedikit mengacak rambutnya.

"Kau kenapa, Sasuke-kun?"

"Aku ingin menceritakan sesuatu padamu. Tapi kurasa kau tidak akan percaya, sama sekali."

Aku tertegun bingung. Memangnya kisah apalagi yang akan ia ceritakan? Kenapa ia begitu yakin bahwa aku tidak akan mempercayainya?

"Berceritalah. Aku akan mendengarkan dan mempercayaimu."

Kini, bisa kulihat Sasuke menatap mataku lekat. Ah, aku tidak bisa memalingkan wajahku dari wajahnya. Akhirnya aku membalas tatapannya. Beberapa detik kemudian, Sasuke bangkit berdiri dan memandang ke arah langit yang sedikit mendung.

"Sebenarnya, keluargaku adalah keluarga iblis."

TBC

Bagaimana, minna-san? Ancur ya -_- Ini ide gaje yang tiba -tiba muncul di kepalaku

Mohon dimaafkan, author baru :v mohon bantuannya senpai~

Mind to review?