"Kau tidak akan bisa membunuhku!"

Pria itu menghentikan langkahnya saat daratah didepanya telah habis menyisakan sebuah jurang dengan batu karang yang tajam di dasarnya. Gemuruh ombak yang mengenai karang itupun terdengar begitu nyaring ditelinga pria berlesung pipi yang tengah mengatur nafasnya. Berbeda dengan seorang pria yang memakai setelan putihnya dengan rapi. Senyumnya tampak damai, namun kilatan matanya begitu ketara.

"Bahkan jika kau membunuhku aku sudah memikirkan berbagai macam cara untuk bangkit kembali." Pria berlesung pipi itu mengepalkan jemarinya.

"Benarkah?" Pria lain itu tertawa pelan, "Ceritakan."

Pria diseberangnya menolehkan kepalanya kebawah, menatap bebatuan karang yang seolah memanggil namanya.

"Katakan apa yang kau mau!"

"Sederhana. Dimana kalian menyembunyikan Wu Shixun?"

"Walaupun aku mengetahui dimana anak itu, aku tidak akan mengatakannya. Adios"

Pria berlesung pipi itu menghempaskan tubuhnya menuju ujung ujung batu karang yang tajam karena terkikis oleh air. Pria bersetelan rapi itu hanya menatap tubuh yang berlumuran darah, salah satu ujung runcing batu itu menancap tepat pada jantung sang pria.

"Sayang aku tak bisa melakukan vitalum vitalis."


"Beautiful Creatures"

Chapter 4: Vitalum Vitalis

Cast : EXO OT12, Others.

Genre : Fantasy, Friendship, Romance, Supernatural

Rating : T+/M

Warning : Typos, Yaoi, bxb

A/N :

Halo! ada yang masih inget fic ini? Aku harap kalian gak benci aku karena lama banget updatenya x( fic ini selesai tanpa di edit, jadi mohon maaf kalau kurang memuaskann. Dan BC chapter empat ini sebagai heat up aku yang bakal lanjutin fic yang lain :3 jadi di tunggu ya ~


Baekhyun sudah sangat sering mendapat berbagai macam tatapan dari berbagai macam jenis manusia pula. Dirinya bagaikan bunga mawar yang tubuh diantara bunga bunga liar, membuat para serangga berterbangan dengan penuh tanda tanya ke arahnya. Namun dari berbagai macam pandangan itu Baekhyun merasa terganggu dengan salah satu di antaranya. Tatapan mata orang itu, orang yang tempo hari menegurnya di mini market. Pria itu selalu menatap dirinya deperti seekor mangsa yang tak berdaya, dan itu semua membuat Baekhyun jengkel. Jika saja Suho mengijinkan 'anak-anaknya' untuk berburu Baekhyun bersumpah akan menjadikan pria menjengkelkan itu sebagai mangsa pertamanya.

Dan disinilah Baekhyun sekarang, menarik nafas panjang sebelum meninggalkan gerbang mansion milik keluarga Oh itu. Semenjak Kyungsoo menjadi putri tidur, dirinya mengambil alih semua pekerjaan Kyungsoo. Ia terpaksa harus keluar masuk mansion demi membeli kebutuhan para saudaranya. Dan tepat seperti dugaan Baekhyun, pria berambut perak itu telah bersandar diseberang jalan sambil memandangi dirinya. Jika biasanya pria itu hanya memandangi dirinya dari kejauhan, kini pria itu berjalan mendekatinya. Mengikutinya dibelakang. Eh tunggu—dia terus mengikuti langkah Baekhyun. shit.

"Apa yang kamu mau?" Baekhyun menghentikan langkahnya tanpa menoleh.

"Finally get noticed." Gumam pria itu pelan.

Baekhyun memutar matanya bersamaan dengan tubuhnya, "Aku tanya sekali lagi, apa yang kamu mau?"

"Namaku Park Chanyeol." Pria bernama Chanyeol mengulurkan tangannya kepada Baekhyun.

Tak mendapat respon, Chanyeol menarik kembali menarik tangannya.

"Aku hanya penasaran, apakah kau Byun Baekhyun? Seorang diva yang menghilang secara misterius."

Baekhyun mendesah pelan, "Kau tahu, hidupku sudah cukup menjengkelkan akhir akhir ini. Dan pertanyaanmu itu membuat diriku bertambah jengkel."

Chanyeol hanya terkekeh pelan saat melihat wajah jengkel milik Baekhyun. Laki laki manis itu melanjutkan langkahnya, Chanyeol dibelakangnya turut mengikuti langkah Baekhyun.

"Baiklah, aku akan berpura pura tidak mengenalmu. Jadi siapa namamu?"

Baekhyun menghentikan langkahnya sebentar, "Yang terpenting adalah bukan siapa namaku, tapi kumohon dengan sangat kepada Tuan Park untuk berhenti mengekoriku."

Baekhyun pikir pria berambut perak itu akan berhenti mengekorinya, namun sial bagi Baekhyun. Pria itu masih saja mengikuti Baekhyun. Mulai dari super market, toko roti, sampai toko buku. Baekhyun sengaja pergi mengunjungi toko buku, ia ngin membuat pria itu kesal karena menunggunya. Namun Chanyeol sangat tangguh, ia malah ikut membaca sampel sampel buku bersama Baekhyun. Mulutnya terus saja mengoceh mencoba mengajak Baekhyun untuk berbicara.

"Kamu puas mengikutiku seharian ini?" Tanya Baekhyun degan nada kesal saat keduanya telah kembali kedepan mansion. Matahari hampir tenggelam, menyisakan warna jingga yang begitu cantik.

Chanyeol mengangguk, "Bukankah ini seperti sebuah kencan?"

What the—kencan katanya? Baekhyun membatin.

"Hey Baek, dengarkan aku." Wajah idiot Chanyeol berubah menjadi lebih serius. "Aku pikir kau harus pindah dari Mansion itu."

Baekhyun mengerutkan dahi, "Kenapa? Ini rumahku."

"Entahlah. Rumah itu penuh hawa kebencian, apakah banyak orang yang mati disana?"

Ucapan Chanyeol membuat Baekhyun membatu. Bibirnya ia gigit kencang agar ia tak mengeluarkan suara tentang kematian Kyungsoo-nya beberapa hari yang lalu.

"Melihatmu terluka adalah pilihan terakhirku, Baek."

Chanyeol benar benar orang yang aneh. Selesai dia mengatakan hal tersebut, ia kembali bertingkah idiot dengan tiba tiba mencium pipi Baekhyun. Ia berlalu dengan tawanya yang khas, sedangkan Baekhyun hampir saja menyerang Chanyeol dengan cahaya yang ujungnya ia buat mengerucut agar membakar kulit Chanyeol. Namun saat pria itu menghilang di persimpangan, Baekhyun kembali diam. Ia memutar otaknya untuk mencari makna dibalik ucapan ucapan Chanyeol.

"Baekhyun? Apa yang kau lakukan diluar?"

Suara Kris membuat Baekhyun tersadar, ia tersenyum dengan canggung dan berlari kedalam mansion.


Dentingan garpu yang menabrak permukaan piring begitu keras terdengar di telinga Baekhyun. Jika biasanya suara itu akan kalah oleh suara Jongin yang terus beradu pendapat dengannya ataupun suara Kyungsoo yang akan memarahi Sehun yang tak mau makan dan kekehan Suho yang begitu berwibawa, kali ini semua suara suara itu lenyap. Semuanya sunyi. Terasa kosong dan hampa. Baekhyun yang biasanya semangat melihat olahan daging kini selera makannya merosot dengan drastis.

"Apakah bulgogi ku tidak enak?" Kris memecah keheningan.

Baekhyun mengangkat kepalanya dan menggeleng, "Ini enak, hanya saja aku tidak lapar."

Ya, malam ini Kris lah yang mengambil alih pekerjaan sebagai koki. Semangat Baekhyun tiba tiba menguap saat memikirkan tentang perkataan Chanyeol. Ia tak habis pikir, mengapa untaian kata seorang asing mampu membuatnya jatuh sedalam ini.

"Ngomong-ngomong, kemana Jongin? Ia tak pulang beberapa hari ini?" Kris kembali bersuara sambil mengunyah makanannya.

Baekhyun melempar tatapannya kepada Suho, membuat yang di tatap meletakan alat makannya dengan apik.

"Dia sedang berlbur bersama beberapa temannya, mungkin lusa ia akan pulang." Suho tersenyum.

"Rumah terasa begitu sepi tanpa Jongin." Celoteh Kris.

Suho hanya tersenyum dan melanjutkan makan malamnya saat Baekhyun bangkit dari tempat duduknya.

"Aku selesai, lelah sekali hari ini." Ucapnya sambil berlalu menuju kamarnya.

Baekhyun menatap keluar jendela, entah mengapa malam ini begitu cerah. Bintang bintang seakan berlomba memancarkan sinar terbaik mereka. Baekhyun merasa makin lama kedua matanya terasa makin berat. Namun belum sempat ia memejamkan matanya, pintu kamarnya terbuka dengan keras. Hawa panas langsung merambat masuk kedalam kamarnya.

"Hyung! Bangun! Rumah ini tiba tiba terbakar!"

Pada detik pertama Baekhyun mengerutkan dahinya, sejak kapan Jongin pulang? Namun saat Jongin menarik lengannya dengan paksa ia membuka lebar matanya. Api berkobar dengan sangat besar, ia ketakutan.

"K-kemana yang lain?" Tanya Baekhyun sambil mengikuti Jongin.

"Aku tak bisa menyelamatkan semua orang, Hyung."

DEG!

Waktu Baekhyun seakan berhenti. Jadi maksud Jongin dia hanya menyelamatkan Baekhyun? Tidak mungkin!

"Saat aku kembali rumah ini sudah terbakar, hanya kau yang dapat kulihat dari luar mansion."

Air mata Baekhyun mengalir, ia ketakutan sekaligus sedih. Apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini? Seingat Baekhyun ia sudah tinggal di rumah itu selama kurang lebih dua tahun namun tak ada hal aneh yang terjadi.

"Hyung, Bisakah kau tunggu disini sebentar?" Langkah mereka terhenti di ruang tengah.

"K-kau mau kemana?" Baekhyun memeluk lengan Jongin erat.

Jongin melepasnya dengan perlahan, ia tersenyum "Aku akan mencari Kyungsoo hyung."

"Bawa aku!" Teriak Baekhyun.

"Tidak hyung, aku tidak ingin membuatmu terbakar." Jongin menggeleng.

"Lalu? Aku akan membiarkan kau terbakar begitu? Ayo kita pergi saja." Baekhyun menarik Jongin kembali.

"Maaf hyung." Jongin menghempas tangan Baekhyun dan menghilang dalam satu kedipan mata.

Baekhyun tampak dungu untuk beberapa saat. Kaki bodohnya tak langsung berlari menuju pintu mansion, dirinya mematung. Asap telah memenuhi ruangan itu membuat dirinya terbatuk. Dengan tertatih Baekhyun berjalan menuju pintu mansion dan tangannya hendak membuka pintu jika saja api yang membuat dirinya terbelalak tidak dengan tiba tiba menyambar. Ia terhuyung karena menghindari kobaran api tersebut. Semakin lama api itu membentuk sebuah lingkaran yang mengurung Baekhyun. Dan dari dalam api yang berkobar pula Baekhyun melihat siluet seseorang berjalan mendekati dirinya.

"Melihatmu terluka adalah pilihan terakhirku, Baek."

Suara itu. Baekhyun membulatkan mata saat ia melihat sebuah seringaian mengerikan dari pria yang berdiri di hadapannya.

"BAEKHYUN! BYUN BAEKHYUN!"

Baekhyun membuka matanya. Hal yang pertama ia lihat adalah wajah khawatir milik Suho. Ia melihat ke sekelilingnya, semuanya tampak normal.

"Kau mengigau selama tidur."

"Ini jam berapa hyung?" Baekhyun memijat pelipisnya pelan.

"Sudah pukul sepuluh, kau melewatkan sarapan."

Baekhyun mengangguk angguk, perlahan ia membawa tubuhnya untuk bersandari di kepala ranjangnya.

"Kau tidak ke sekolah hyung?"

Suho menggeleng, "Aku mengambil cuti."

Keduanya terdiam, sibuk dengan pikirannya masing masing. Baekhyun yang melihat raut cemas dari wajah milik Suho yang biasanya bersinar pun merasa iba.

"Tenang hyung," Baekhyun mengelus pundak Suho. "Semuanya akan baik baik saja." lanjutnya.

"Aku harap Baek."

Tanpa berpikir dua kali tubuh kecil Baekhyun memeluk Suho. Baru kali ini ia melihat Suho begitu rapuh, pasti semua kejadian ini membuatnya terpukul. Baekhyun sadar, sesekali pelindung mereka membutuhkan tempat bersandar.

"Bagaimana, ada kabar dari Jongin?"

Suho menggeleng pelan, "Jika besok ia tak kembali. Aku akan mengkremasi Kyungsoo, aku tak tega melihatnya terus berbaring seperti itu."


Mencari seseorang ternyata tak semudah yang dipikirkan oleh Jongin. Dan terlebih lagi ia sama sekali tak mengenal wajah orang yang ia cari. Suho hanya memberikan petunjuk sebuah tanda pada kakinya. Jongin mendesah putus asa, ia merasa gagal. Dirinya meletakkan bokongnya pada salah satu kursi di taman kota. Ia sudah mencari Zhang Yixing selama kurang lebih lima hari, dan tak seorangpun di Yunnan yang mengenal orang itu.

Di sisi lain, seseorang dengan dimple di pipinya tengah berjalan di sekitar hutan kota ketika nalurinya tertarik akan sesuatu. Suara kesakitan. Pria berambut hitam ini sangat tak suka dengan jeritan para makhluk hidup. Dan dirinya lebih tak menyukai manusia yang menyakiti makhluk hidup tersebut. Sesama makhluk hidup mengapa saling menyakiti? Itu yang selalu pria itu pikirkan.

"Apa yang kau lakukan?"

Pria itu mendapati seseorang tengah menggigit seekor rusa, darah segar mengalir membuat dirinya meneguk ludah dengan kasar. Dan sang rusa malang nampaknya sangat kesakitan, dengan cepat ia mendorong tubuh orang tersebut. Ia menarik nafas dan menutup matanya.

"Vitalum vitalis." Bisiknya tepat disebelah telinga rusa tersebut.

Dan secara ajaibnya luka pada rusa itu berangsur sembuh dengan cepat. Rusa itu kembali bangkit dan berlari meninggalkan dua makhluk tersebut.

"Zhang Yixing?"

Suara laki laki itu membuat Yixing menoleh dengan kerutan di dahinya. Laki laki itu memandangnya dengan tatapan penuh harap.

"Akhirnya aku menemukanmu."

Pada awalya Yixing enggan membawa laki laki yang mengaku sebagai Kim Jongin itu menuju tempatnya. Namun saat ia menyebut nama Suho, hatinya tergerak. Dengan setengah hati Yixing membawa Jongin menuju rumah sederhananya ditengah hutan kota. Rumah itu penuh dengan wewangian tumbuhan, terutama bunga. Dan Yixing mempersilahkan Jongin duduk di ruang tamunya dengan dua cangkir teh.

"Jadi apa yang Suho katakan padamu?" Tanya Yixing dengan penasaran.

"Suho bilang kau seorang vitakinesis. Dan aku yakin kau bisa membantuku." Jongin terbatuk saat ia meminum teh yang dihidangkan oleh Yixing, "Teh apa ini?"

"Aku mencampur beberapa tanaman herbal didalamnya." Yixing menyesap tehnya, "Apa yang terjadi pada temanmu?"

"Dia dibunuh." Jongin menundukkan kepalanya, "Dibunuh secara misterius. Dan aku pikir jika kau bisa membantuku untuk membuatnya kembali bernafas, aku akan mendapat sedikit petunjuk tentang masalah yang kami hadapi."

"Kenapa aku harus membuatnya kembali bernafas?"

"Dia seorang el dorado, terrakinesis. Kau tahu kan Suho sang—"

"Ada alasan lain." Ucapan Jongin disela oleh Yixing.

"Maksudmu?" Jongin mengerutkan dahi.

"Ada alasan lain kenapa kau sangat peduli pada terrakinesis itu."

Jongin hanya terdiam, ia membuang mukanya.

"Kau mencintainya. Kau tidak ingin dia meninggalkan mu kan?" lanjut Yixing.

Jongin masih terdiam, sebenarnya ia juga tak begitu mengerti tentang perasaannya. Mengapa ia sangat peduli pada Kyungsoo –disamping dia adalah seorang el dorado. Kekehan Yixing membuat Jongin menolehkan kepalanya bingung.

"Kau tahu, perasaan yang sangat aku sukai adalah cinta." Yixing tersenyum manis, "Aku akan membantumu."

Jongin ingin menangis –menangis bahagia. "Benarkah?"

"Tentu. Asal kau membawanya kemari kurang dari lima menit, tuan teleporter." Ucap Yixing jail saat ia melihat tanda millik Jongin.

"Aku janji lebih cepat dari itu." satu detik kemudian Jongin sudah menghilang.


Baekhyun tengah memandangi Kyungsoo, ia merapikan rambut hitam Kyungsoo. Baekhyun terbiasa dengan Kyungsoo yang pucat ataupun tubuhnya yang dingin. Namun Kyungsoo yang tertidur selama lima hari, Baekhyun tak mempercayai itu. Diam diam ia berharap Kyungsoo akan mengguncang tubuhnya dengan kencang saat di pagi hari, dan di atas meja makan telah tersedia makanan hasil olahan tangan terampilnya. Baekhyun sangat menginginkan saat saat itu kembali. Tangan lentiknya menyeka air mata yang jatuh saat seseorang menyentuh bahunya.

Baekhyun memutar kepalanya, matanya membulat. "Jongin?"

"Halo hyung, merindukan hottie yang satu ini?" Jongin cengengesan.

Baekhyun mencubit pinggang Jongin kencang membuat sang empunya meringis.

"Bagaimana? Menemukan sang vitakinesis?" Tanya Baekhyun yang memperhatikan pergerakan Jongin.

Jongin membungkus tubuh Kyungsoo dengan selimut dan dengan hati hati ia menggendong kyungsoo. Sangat erat. Jongin merengkuhnya dengan sangat erat.

"Sudah hyung. Tapi aku tak punya banyak waktu, sampaikan salamku pada Suho hyung."

Brushh—

Tepat setelah tubuh Jongin dan Kyungsoo menghilang pintu dibelakang Baekhyun terbuka membuat dirinya memutar tubuh. Kepala Kris dengan rambut yang agak berantakan menyembul dari balik pintu, matanya mengerjap beberapa kali.

"Kau bicara dengan siapa baek?" Tanya Kris heran.

Tentu saja orang itu tak mengetahui tentang jasad Kyungsoo yang masih disimpan di kamarnya. Ia juga tidak tahu tentang Jongin yang bisa menteleportasikan dirinya. Bahkan ia tidak tahu Baekhyun bukanlah seorang manusia biasa.

"Eng—" Baekhyun menggaruk tengkuknya.

"Tunggu, bukankah ini kamar Kyungsoo? Kau tak merasa takut disini?" Kris memasang tampang ngeri.

"Ah iya, kita harus pergi dari sini." Baekhyun bangkit dan menarik tubuh Kris menjauh.


Brussh—

Jongin telah kembali ke tempat Yixing, laki laki itu sedikit terperanjat.

"Wow, tiga menit!" Ucap Yixing girang, ia meletakan enam tangkai bunga mawar hijau yang belum selesai ia rangkai.

Jongin berjalan mendekati Yixing, "Kapan kita mulai?"

Yixing memperhatikan wajah Kyungsoo, ia menyentuh pipinya –mengelusnya lembut. "Baringkan dia."

Yixing membuka kaus yang melekat pada tubuh mungil Kyungsoo. Ia membawa sebuah ramuan dan menempelkannya pada lubang di dada sebelah kiri Kyungsoo. Sedangkan Jongin hanya meringis sambil mengusap dada sebelah kirinya.

"Aku tak menjamin." Yixing mendekatkan telinganya pada dada Kyungsoo.

"Tak menjamin?" Ulang Yixing.

"Pacarmu ini sudah terlalu lama mati, organ dalamnya mulai membusuk." Yixing mengoleskan ramuan lain ke seluruh permukaan kulit Kyungsoo.

Jongin tak begitu mempermasalahkan Yixing yang menyebut Kyungsoo adalah kekasihnya, namun yang membuat hatinya bergemuruh adalah perkataan Yixing yang mengatakan 'Aku tak menjamin.'

"Aku mohon." Jongin bergumam.

"Jika dia berhasil bangun dan bukan seperti Kyungsoo yang kau kenal, apa kau siap?"

Jongin menelan ludahnya kasar, "Aku siap."

Yixing menarik nafas panjang, ia memejamkan wajahnya. Tangannya ia letakan di atas tubuh Kyungsoo, dan mata Jongin dengan tak percaya melihat tubuh hyungnya itu bersinar. Beberapa kali Yixing bergumam mantra yang ia tak mengerti maksudnya, namun di akhir ritual itu Yixing mendekatkan dirinya pada Kyungsoo. Bibirnya ia dekatkan pada telinga Kyungsoo,

"Vitalum vitalis."


"Sial! Kenapa kau belum juga menemukan Wu Shixun?!"

Pria berambut pirang itu tampak murka, ia menatap nyalang pria lain yang menyandarka tubuhnya pada tiang listrik. Dengan santai ia menghirup batang rokoknya.

"Mereka telah menemukan si vitakinesis, kita harus menemukan Wu Shixun sebelum bedebah kecil itu kembali bernafas."

"Calm down. " Laki laki itu menginjak puntung rokoknya, "Apa yang membuatmu ingin bertemu dengan Wu Shixun itu?"

"Dia adikku." Jawabnya singkat.

"Temukan Wu Shixun atau Xi Luhan. Ku dengar dia berada di kota ini."

Pria pirang itu berjalan menuju kegelapan dan menghilang di dalamnya. Sedangkan yang mendapat perintah hanya bersiul pelan.


So, what do u think guys? let me know it :3 kindly leave your reviews ok? saranghae ~

sesudah ini aku akan update from me to you atau hi! school ~ mohon doanya agar lancar (?)