Naruto Piece :: The Ninja.

A Naru DxD Fanfiction by Tobi Tobio.

A/N ::

Alur ngarang, sesuai imajinasi Author.

Dunia Naruto adalah sebuah Pulau di Dunia One Piece.

Cerita di Mulai Setelah Protgas D Ace di kalahkan Marshal D Tech (Kurohige).

Rate :: M (untuk kekerasan dan kata yang kurang/tidak pantas untuk diucapkan).

Fict update setiap kamis! (2 minggu sekali).

Ini projeck baru yang Tobi janjikan hahaha.

Semoga mendapatkan respon yang bagus seperti Naruto DxD :: True Longinus.

Ingin mengenal Tobi lebih jauh silahkan cek ini (ini FB Tobi)

m(titik)facebook(titik)com/profile(titik)php?fref=nf&ref_component=mbasic_home_header&ref_page=%2Fwap%2Fhome(titik)php&refid=8

Atau cek ini (ID FB Tobi)

100007211745260 :: Keristanto (Heru).

Kalau begitu silahkan menikmati dan salam kenal dari Tobi (^_^)

Naruto DxD :: The Ninja.

Chapter 1 :: Misi Balas Budi.

Monkey D Garp. Seorang legenda Angkatan Laut yang sudah memiliki nama besar di Lautan, karena berhasil mengalahkan dan menangkap Bajak Laut sekaliber Gol D Roger. Yang dikatakan sebagai Raja Bajak Laut. Dan itu sudah cukup untuk membuktikan sekuat apa Monkey D Garp, meski bukan seorang pengguna kekuatan Buah Iblis.

Kakek tua itu terlihat singgah di sebuah Pulau yang dipenuhi Hutan Belantara. Kaki tuanya, terus membawa tubuhnya masuk kedalam Hutan. Sebuah Hutan yang dikenal dengan sebutan Hutan Kematian. Sesuai namanya, tidak ada yang berhasil keluar hidup-hidup setelah memasuki Hutan itu. Sehingga tidak ada yang berani untuk sekedar menapakkan kakinya di Pulau itu.

Bahkan untuk seorang dengan gelar Yonkou, Shichibunkai atau pun Elit Admiral, mereka semua akan berfikir dua kali sebelum memilih untuk menapakan kaki mereka di Pulau ini. Mitos yang beredar menyebutkan, jika Pulau ini dihuni Monster-Monster ganas pemangsa Manusia. Menambah kesan horor bagi siapa pun yang singgah. Namun itu semua tidak berlaku untuk seorang Garp.

Tanpa rasa takut atau pun gentar dengan rumor yang beredar, kakek tua itu terus masuk kedalam Hutan Kematian. Mengabaikan segala peringatan dan larangan dari Anak Buahnya.

"Apa tidak apa-apa membiarkan Garp-Sama memasuki Hutan Kematian, Kapten?!" tanya salah satu bawahan Garp.

"Biarkan saja, dia tau apa yang di lakukannya. Sebaiknya kita bersiap jika sesuatu yang buruk terjadi" jawab si Kapten. Seorang pemuda bernama Coby yang Pangkat sesungguhnya bukanlah Kapten. Tapi karena Garp memposisikannya sebagai Tangan kanannya, maka anak buah Garp pun sepakat memanggilnya Kapten.

Coby, yang dulunya hanyalah anak cengeng, kini sudah menjelma menjadi seorang Kapten yang bisa di andalkan. Bukan soal Jabatan, tapi ini mengenai sifat kepemimpinan dan kekuatannya yang mungkin setingkat dengan Kapten Smoker yang sangat terobsesi pada Monkey D Luffy. Tentu saja apa yang Coby capai saat ini berkat latihan keras sang Sensei, siapa lagi kalau bukan Garp

Mengabaikan apa pun tentang Coby, kini terlihat Garp sedang berdiri didepan dua orang yang berpakaian aneh dengan sebuah Topeng yang menutupi Wajah mereka. Dari gestur tubuh mereka, terlihat jelas jika mereka adalah petarung handal dan siap menyerang kakek tua itu kapan saja. Sorot mata mereka di balik Topeng terlihat tajam, tidak ada keramahan sama sekali.

Tapi bukan Garp namamya jika hanya melawan mereka saja, merasa gentar. Tubuh tuanya tetaplah kuat tanpa mengalami penurunan fisik yang berarti, meski sudah dimakan usia dan tidak muda lagi. kakek tua itu masih terlihat santai, menatap dua pria bertopeng di hadapannya dengan Haki Observasi yang sudah diaktifkannya.

"Dihadang langsung oleh kelompok Ninja Elit seperti ANBU?". "Kurasa ini terlalu berlebihan untuk orang tua sepertiku" ucapnya.

"Monkey D Garp ... Bagaimana bisa kau tau tentang ANBU!". "Siapa kau sebenarnya?!" desis salah seorang dari kelompok yang diketahui disebut ANBU. Mata dibalik Topeng Rubahnya berkelit tajam, menatap si kakek tua.

"Kalian para anak muda sepertinya tidak mengetahui apa-apa". "Apa Jiraiya tidak menceritakannya?" bukannya menjawab Garp malah balik bertanya.

"Kau mengenal Jiraiya-Sama?"

"Tentu saja. Siapa yang tidak tau tentang Jiraiya, salah satu dari Legenda tiga Sannin, Shinobi terkuat yang membuat Pemerintah Dunia merasakan ketakutan dan panik!" jawab Garp santai.

"Sepertinya dia mengenal betul Jiraiya-Sama ... Apa yang harus kita lakukan?!" bisik salah seorang Kelompok ANB bertopeng Elang.

"Entahlah ... Tapi yang pasti perintah Jiraiya-Sama mutlak. Habisi siapa pun yang singgah di Pulau ini. Tidak terkecuali!' " ucap si Topeng Rubah.

"Aku mengerti!" balas si Topeng Elang singkat. Lalu dia mulai menarik sebuah Pedang yang menghiasi Pinggangnya. Sementara si Topeng Rubah telah bersiap dengan Kunai cabang Tiganya.

"Pedang yang bagus. Itu adalah salah satu dari sepuluh pedang terkuat di Dunia ... Kusanagi no Tsurugi". "Dan benda itu pastinya Kunai Hiraishin!" ucap Garp mengomentari senjata yang di keluarkan ke dua orang itu.

Dan lagi-lagi itu membuat mereka bertanya-tanya, siapa Garp sebenarnya?! Kenapa kakek tua itu tau begitu banyak!

Sangat aneh jika orang luar seperti kakek tua itu bisa mengetahui tentang Kunai Hiraishin. Mereka (Kelompok Ninja) sudah menyembunyiikan diri di Pulau ini cukup lama, bahkan hingga membuat rumor tentang Monster-Monster buas seperti itu. Dan tidak ada yang menggunakan Kunai Hiraishin selain seorang Ninja. Lalu kenapa Garp bisa mengetahuinya?!

Sringg!

Mata si Topeng Elang yang semula berwarna hitam, kini berubah merah, semerah darah dengan tiga koma yang menghiasinya. Dan dengan gerakan yang sangat cepat si Topeng Elang sudah berada di depan Garp dan siap untuk menebaskan Kusanaginya. Sementara si Topeng Rubah melompat tinggi di udara sambil berakrobatik dan melemparkan Kunai-Kunai Hiraishinnya ke arah Garp. Mencoba menyerang kakek tua itu dengan serangan gabungan mereka.

Beruntung Garp sudah mengaktifkan Haki Observasinya, sehingga serangan gabungan Elit ANBU itu dengan mudah mampu dihindarinya, Dengan gerakan gesit Garp terus menghindari serangan gabungan mereka, seraya mencari celah untuk melakukan serangan balik. Tapi tentu saja itu tidak mudah, karena si Topeng Elang seolah-olah mampu membaca setiap garakan kakek tua itu.

"Cih. Sharingan memang cukup merepotkan!" gumamnya seraya terus menghindari segala serangan dua Elit ANBU itu. Si Topeng Elang terlihat terkejut dengan kakek tua itu yang lagi-lagi mengetahui sesuatu yang seharusnya tidak di ketahui orang luar. Agaknya itu membuatnya kehilangan fokus pada Garp.

Si Topeng Rubah berhenti melempari Garp dengan Kunai Hiraishinnya. Bukan karena disengaja, tapi karena persediaan Kunai yang di bawannya sudah habis dan hanya menyisakan satu, yang berada di genggaman Tangan kanannya. Si Topeng elang yang sudah kehilangan fokusnya pada Garp, tidak menyadari itu semua. Bahkan saat sebuah tinju melayang menuju Wajahnya yang tertutupi Topeng.

"Kena kau!" desis kakek tua itu.

Dengan cepat menagkap Bilah tajam Pedang Kusanagi dengan Tangan kirinya yang sudah di lapisi Haki Armor, untuk mengunci pergerakan si Topeng Elang. Sementara Tangan kanannya yang juga sudah di lapisi Haki yang sama, siap menghantap Wajah musuhnya yang tertutupi Topeng itu. Tapi secara tiba-tiba, si Topeng Rubah muncul dalam kilatan kuning di tengah-tengah mereka, Tangan kanan si Topeng Rubah yang menggemgam Kunai Hiraishin langsung menghunus Perut Garp. Tapi ...

Traanggg!

Suara khas baja dengan baja beradu terdengar saat Kunai itu mendarat dengan telak di Perut kakek tua itu. Bukan karena Garp memakai Jirah Besi, atau pelindung lainnya. Tapi kakek tua itu menyelimuti seluruh Tubuhnya dengan Haki Armor sehingga membuat Tubuhnya menghitam dan menjadi sekeras Baja. Kunai Hiraishin si Topeng Rubah hancur karena tidak mampu menahan benturan yang ada. Si Topeng Rubah terlihat terkejut dengan ketangkasan lawannya dalam pertarungan.

'Haki Armornya kuat sekali!' batinnya dalam keterkejutan. Sementara Garp hanya menyerangai dan kembali melanjutkan tinjunya yang sempat terhenti karena serangan itu. Tapi kali ini bukan lagi mengarah pada si Topeng Elang, melainkan mengarah pada target baru. Wajah si Topeng Rubah.

Duaakkk!

Pukulan Garp tepat sasaran, Meski masih mampu di tahan dengan ke dua tangan si Topeng Rubah yang sudah di lapisi Chakra. Namun, efek serangan Garp tidak serta merta berahir, dua Ninja Elit itu tetap terlempar ke belakang hingga menabrak sebuah Pohon dan merobohkannya. Kakek tua itu kembali menyerangai melihat hasil serangannya, meski tidak sesuai perkiraan.

"Hebat juga, kau meminimalisir efek seranganmu dengan Chakra". "Sebuah prinsip yang sama dengan Haki Armor, tapi sayangnya Haki Armorku berada di tingkat yang berbeda dengan Chakramu!" komentar kakek tua itu.

"Tapi mungkin itu setingkat dengan Haki Aikanu beberapa tahun yang lalu" lanjutnya. Masih dengan serangai yang menghiasi Wajah tuanya.

Topeng si Rubah hancur dan kini terlihat Wajahnya. Seorang pemuda tampan bersurai pirang dengan tiga garis tipis yang menghiasi ke dua Pipinya. Mereka berusaha bangkit dari acara terjatuhnya, akibat pukulan maut Garp. Darah terlihat menghiasi ujung bibir pemuda bersurai pirang itu, menandakan betapa besarnya akibat dari pukulan sang Pahlawan Angkatan Laut. Sementara Tangannya terlihat lembek tak bertenaga.

"Kau tidak apa-apa?" tanya si Topeng Elang.

"Buruk. Ke dua Tanganku mati rasa, sepertinya Tulangnya remuk". "Sasuke, aku butuh waktu untuk menyembuhkan ini" bisik Pemuda bersurai pirang itu, pada si Topeng Elang yang kini di ketahui bernama Sasuke.

"Dimengarti!" ucap Sasuke singkat. Lalu kembali melesat kearah Garp.

'Kurama!' batin si pirang, seperti memanggil seseorang, meski dalam batinan. Dan benar saja sebuah suara berat yang terdengar menyeramkan menghiasi fikiran pemuda bersurai pirang itu, seolah-olah menjawab panggilannya.

[Jangan memerintahku keparat. Aku tau apa yang harus aku lakukan!] ucap suara berat itu yang terdengar kesal.

[Naruto, apa kau butuh bantuan?]. [Sepertinya dia bukan lawan yang mudah!] lanjutnya menawarkan sebuah bantuan, dengan nada yang terdengar lebih tenang, meski masih menyeramkan. Tapi pemuda pirang yang bernama Naruto itu, merasa dia tidak perlu untuk memakai kekuatan mahluk itu. Dan menolak bantuan itu secara halus.

'Terimakasih Kurama, tapi kurasa ini belum saatnya untuk itu'. 'Lagi pula ada Sasuke!' jawab Naruto. Sementara di alam bawah sadar pemuda itu, terlihat Monster Rubah berekor sembilan tersenyum sinis. Agaknya dialah sosok yang di panggil Naruto dengan nama Kurama. Sang Mahluk Mistik yang dikenal dengan sebutan Kyuubi no Yoko.

[Terserah kau saja, tapi jangan ganggu waktu tidurku!]. [Ingat jangan merengek di hadapanku untuk membantumu!] desis Kurama tajam. Bagi sang Kyuubi, kesempatan tidak datang dua kali. Sekali menolak, tidak akan ada lagi bantuan.

[Oh iya, aku sudah selesai membentuk ulang Tulang ke dua tanganmu, kau bisa bertarung lagi] konfirmasi Kurama, sebelum ahirnya memilih tidur.

'Dimengerti'

Setelah perbincangan dengan sang Monster selesai, Naruto mencoba menggerakan ke dua Tangannya untuk menyesuaikan diri. Sementara pandangannya terus berfokus pada Sasuke dan Garp yang saling serang dengan sengit. Garp tentu saja tidak terlalu sulit untuk menghindari serangan Sasuke, hanya dengan melapisi Tubuhnya dengan Haki Armor, semua serangan Sasuke berhasil dimentahkannya. Berbeda dengan pemuda Uchiha itu yang harus berjibaku menghindari tinju Garp, mengingat efek pukulannya sangat menyeramkan.

Sat ...

Sasuke melompat mundur saat serangannya kembali gagal untuk kesekian kalinya. Garp tentu saja tidak membiarkan Sasuke begitu saja, dengan cepat kakek tua itu melakukan manuver ke arah Sasuke bersiap untuk menghadiahkan tinju mautnya. Merasakan sinyal bahaya, Sasuke segera melakukan sederetan Segel Tangan, untuk merilis salah satu Jutsu andalannya.

"Katon :: Gokakyou no Jutsu!" desisnya. Dan hembusan nafas Sasuke berubah menjadi Bola Api raksasa yang melumat Garp tanpa ampun. Beruntung kakek tua itu masih sempat untuk melapisi seluruh Tubuhnya dengan Haki Armor, sehingga masih mampu selamat dari kobaran Api Sasuke. Meski rasa panas masih terasa membakar Tubuhnya.

Wuss ...

Garp berhasil menembus Bola Api raksasa Sasuke. Hal yang sangat tidak di duga oleh sang Uchiha, jika lawannya akan melakukan hal gila seperti itu. Jujur saja, Garp adalah lawan pertamanya yang memilih untuk menerobos Bola Apinya, dari pada menghindar. Keterkejutannya membuat Sasuke terlambat untuk mengambil tindakan, dan harus rela menerima Tinju Garp dengan telak di Pipinya.

Duaakk!

Poft ...

Sasuke yang di pukul Garp berubah menjadi kepulan asap dengan suara khasnya. Serangai yang semula menghiasi wajah kakek tua itu pudar seketika saat serangannya gagal. Dengan Tubuh yang masih di selimuti Haki Armor Garp mencoba mencari keberadaan Sasuke. Kesalahan yang cukup fatal karena Garp terlalu berfokus pada Sasuke dan melupakan kehadiran Naruto.

Dan agaknya itu harus di bayar mahal. Apa lagi kakek tua itu berdiri tepat di tengah-tengah kumpulan Kunai Hiraishin Naruto!

"Chidori Nagashi!" desis Sasuke yang muncul secara tiba-tiba di Tanah, di belakang Garp. Dan aliran Listrik yang berpusat dari tubuh Sasuke menyengat Garp tanpa ampun membuat kakek tua itu kehilangan kontrol atas Haki Armornya. Tubuhnya memang sekeras baja, tapi efek domino dari serangan Elemental tetap bekerja padanya.

"Chidori!" lanjut Sasuke seraya menerjang kakek tua itu dengan Tangan kiri yang sudah dilapisi Listrik.

Craasssshhhh!

Serangan tanpa jeda pemuda Uchiha itu, membuat Garp mati rasa dengan rasa nyeri yang terasa menggerogoti Tubuhnya tanpa ampun, akibat serangan Listrik Sasuke. Sang Uchiha segera mencabut Tangan kirinya yang berhasil menembus Tubuh tua Garp dan dengan cepat segera mengambil jarak karena dia sudah mendapatkan kode dari sang patner. Sudah menjadi tim dari sejak kecil membuat Sasuke dan Naruto memiliki kontak batin yang kuat.

Dan benar saja, tak lama setelah Sasuke mundur, kini giliran pemuda bersurai pirang itu yang muncul di hapadan Garp yang masih belum mampu menggerakan Tubuhnya akibat serangan gabungan Sasuke. Dan rasa nyeri yang menjalar Tubuh tuanya, melengkapi segala penderitaan Garp. Yap, rasa nyeri yang amat sangat membuatnya tidak lagi mampu berfikit jernih.

"Rasengan!" desis Naruto yang tanpa ampun Naruto mengoyak Tubuh tua Garp yang tanpa perlindungan dengan gabungan Rasengan dan Hiraishin no Jutsu. Membuat kakek tua itu mendapatkan luka kritikal di sekujur Tubuhnya. Dan di ahiri dengan pukulan di atas Kepala Garp hingga membuat kakek tua itu terkapar bersimbah darah.

Blaarrrrr!

Serangan terahir Naruto membuat seorang Monkey D Garp terjerembab di dengan ledakan cukup besar yang tercipta, membuat Tanah di sekitar Tubuh tua Garp retak parah. Naruto masih berdiri dengan gagahnya samping Tubuh tak berdaya kakek tua itu. Sasuke tersenyum senang melihat hasil kerja sama mereka dengan nafas yang sama terengah-engahnya dengan Naruto, menganggap pertarungan ini sudah selesai.

Namun ... Benarkah Garp kalah dengan mudah seperti ini?

Naruto Piece :: The Ninja.

Sementara itu tepatnya di Pesisir Pulau. Anak buah Garp termasuk Coby mendengar gemuruh ledakan itu. Dan agaknya itu membuat mereka sedikit cemas. Terlebih Mitos yang beredar di Lautan tentang Pulau ini, Pulau yang dengan sengaja di hapuskan dari Peta Dunia karena di yakini dihuni Monster super kuat yang akan memangsa siapa pun yang berani singgah di tempat mereka.

Dan tidak ada yang pernah keluar hidup-hidup setelah menepikan Kapal mereka di Pulau ini, tentu saja menambah kesan angker yang tercipta tentang sang Pulau Kematian!

"Sial!" Coby hanya bisa mengumpat tak suka, saat teringat kembali tentang asal-muasal kenapa mereka bisa berada di Pulau ini.

Flash Back.

"Tidak!". "Aku tidak setuju!" teriak Coby saat mendengar tujuan kakek tua itu. apa lagi kalau bukan rencananya untuk singgah di Pulau Kematian.

"Mengertilah Coby-Kun!". "Aku sangat terpuruk dengan keadaan ini. Kau tau bukan, keinginanku adalah menjadikan Ace dan Luffy sebagai Angkatan Laut yang kuat dan menjadi penerusku untuk menjaga Keadilan Absolute!"

"Tapi pada kenyataannya mereka malah menjadi Bajak Laut. Aku tau saat ini pasti akan datang ... Tapi aku tidak tau jika akan sesakit ini melihat cucuku tertangkap Angkatan Laut dan besar kemungkinannya akan berahir dengan hukuman Mati"

"Kau bisa merasakannya Coby-Kun?" ucap Garp panjang lebar. Sementara Coby hanya terdiam tidak tau harus mengatakan apa. Dia sendiri belum menikah, mana mungkin memiliki cucu. Dan sudah pasti dia tidak akan mengerti seberapa sakitnya perasaan sang Sensei saat ini.

"Tapi kenapa harus datang ke Pulau itu?". "Kita sama saja mengantarkan nyawa!" ucap Coby pada ahirnya.

"Karena itulah ... Jika terjadi sesuatu yang aneh, tinggalkan saja aku". "Aku berencana untuk mati di Pulau itu. Yah~ jika Monster-Monster itu bisa membunuhku sih" lanjut Garp tanpa beban meski ucapannya terdengar putus asa dan tanpa semangat hidup.

Flash Back End.

"Sial ... Andai saja aku bisa menghibur orang yang sedang galau!" umpat Coby mengahiri kilasan balik yang mengalun di fikirannya.

"Kalian cepat naikan Jangkar!". "Segera siapkan Kapal untuk berlayar!" teriak Coby pada anak buahnya.

"Tapi Kapten ... Bagaimana dengan Garp-Sama?"

"Aku akan mencarinya!". "Tapi jika kalian dalam bahaya, tinggalkan saja kami!" ucap Coby lalu turun dari Kapal dan berlari kearah Hutan. Sementara para Prajurit kacangan itu hanya bisa menangis terharu seraya meneriaki nama Coby.

Kembali ke tempat pertarungan antara Garp, Sasuke dan Naruto.

Naruto terlihat berdiri terengah-engah setelah menyerang Monkey D Garp sedemikian rupa. Dan mulai berjalan mendekati Sasuke dengan senyum penuh keyakinan, menganggap jika mereka berhasil mengalahkan sang Pahlawan Angkatan Laut. Dan senyum itu pun menghiasi wajah Sasuke yang sudah melepas Topeng Elangnya. Namun senyum itu tak lama menghiasi Wajah tampan mereka, karena nyatanya Garp belum kalah.

Yap, Garp kembali berdiri meski telah terluka sedemikian parah. Benar-benar Monster. Kakek tua itu masih bisa berdiri bahkan tersenyum santai meski Tubuhnya penuh dengan Darah dari luka-lukanya. Naruto dan Sasuke memandang tak percaya dengan apa yang di lihatnya. Terlebih saat ini, Tubuh Monkey D Garp di lapisi Chakra yang sangat kuat. Bahkan membuat dua Ninja Elit itu berkeringat dingin.

"B-Bagaimana mungkin ..." gumam Naruto dengan gugupnya.

"Dia menguasai kontrol Chakra!" lanjut Sasuke yang juga terlihat gugup.

Yap, sesuatu yang tidak mungkin bisa di lakukan oleh seorang yang bukan seorang Ninja. Tapi Garp ... Bagaimana pun dia memperlihatkan hal yang di katakan tidak mungkin itu!

"Antarkan aku pada Jiraiya ... Atau kalian akan mati!" desis Grap dengan santainya. Namun tidak dengan pancaran Chakra yang menguar dari Tubuhnya, yang semakin lama semakin besar.

Deg ...

Naruto dan Sasuke rebah seketika dengan Tubuh gemetaran, seiring dengan perasaan takut dan putus asa yang menghinggapi hati mereka. Meski Garp kini terlihat sangar dengan pancaran Chakranya yang terbilang gila, tapi tidak mungkin Ninja sekelas Sasuke dan Naruto akan merasakan ketakutan yang sedemikian rupa. Dan benar saja, alasan yang sebenarnya bukan karena itu, tapi Haki Raja kakek Tua itu.

"Hebat juga ... Kalian masih bisa bertahan dari Haki Rajaku, bagaimana jika kukeluarkan secara penuh!" ucapnya seraya mendekati Sasuke dan Naruto yang masih gemetar dengan perasaan janggal itu.

'Sial ... Ada apa denganku!' batin Naruto dalam kekalutan, hingga melupakan tentang kekuatan Haki Raja. Yap, Naruto bukan tidak tau tentang Haki, tapi karena mentalnya sudah hancur akibat Haki Raja sang Pahlawan Angkatan Laut, membuatnya melupakan segala macam pengetahuannya tentang Haki.

'Tidak berguna ...' batin Sasuke yang juga merasakan hal yang sama dengan rekannya, Uzumaki Naruto.

[Sudah kubilang kan ... Dia bukan lawan sembarangan]. [Kau terlalu menganggap remeh musuhmu, hanya karena dia terlihat tua!] ucap Kurama yang mengiang di fikiran Naruto. Tapi agaknya, Kurama tidak terpengaruh sedikit pun oleh Haki Raja Monkey D Garp.

[Bahkan tidurku sampai terganggu!] keluh sang Monster berekor sembilan itu. Sementara Naruto sendiri, tidak ambil pusing dengan ocehan Monster itu, dia terlalu sibuk dengan ketakutan dan rasa putus asanya sendiri.

Di sisi lain Hutan.

Coby yang sedang berlari mencari sang Sensei, Monkey D Garp, tapi tiba-tiba saja pemuda itu jatuh, tergeletak tak berdaya dengan perasaan takut dan putus asa. Entah apa sebabnya, yang jelas perasaan itu terasa begitu saja. Coby berusaha bangkit, namun Tubuhnya tidak mau melakukan apa yang di perintahkan Otaknya. Bukannya berdiri, yang ada Tubuh pemuda itu malah bergetar semakin hebat.

'Tidak salah lagi ... Ini Haki Raja Garp-Sama!'. 'Ah! Sial ...' batin Coby sebelum ahirnya pingsan karena tidak mampu menahan tekanan Haki Raja Garp.

Di sebuah Desa, di bagian terdalam Hutan.

Sebuah Desa yang dihuni oleh Ninja-Ninja layaknya Naruto dan Sasuke, terlihat seorang pria tua dengan surai putihnya yang mirip Landak, sedang menatap hamparan Desa di balik Jendela Rumahnya. Pandangannya terkesan sulit di artikan, seolah-olah pria tua itu sedang merasakan sesuatu yang janggal. Sementara di luar, Ninja-Ninja yang berlalu-lalang di Desa terlihat bingung.

"Aneh ... Tiba-tiba saja aku merasa gelisah" ucap salah satu Ninja yang sedang melewati Rumah pria tua itu.

"Jadi kau juga merasakan hal yang sama ya?". "Sebaiknya kita segera pulang!" balas satunya. Dan mereka pun berpisah menuju rumahnya masing-masing. Sementara si pria tua hanya diam seraya menyaksikan itu semua.

"Mereka juga merasakan hal yang sama ..."

"Tidak salah lagi. Ini pasti dia!" gumam Pria tua itu. Dan tak lama seseorang berpakaian ANBU muncul secara tiba-tiba, di hadapan pria tua itu. Setelah membungkuk hormat, dia lalu membuka Topengnya dan terlihat wajah yang sangat mirip dengan Naruto, yang membedakan adalah dia terlihat lebih dewasa dan tidak memiliki garis halus di ke dua Pipinya.

"Jiraiya-Sensei ..." ucap pria berbakaian ANBU itu.

"Aku tau, aku sendiri yang akan mengurusnya". "Minato ... Tarik semua ANBU yang berjaga di Pulau ini!" balas pria tua itu yang ternyata Jiraiya, orang yang di cari Garp. Sementara si ANBU a.k.a Minato hanya mengangguk, lalu memakai kembali Topengnya dan hilang secara tiba-tiba dalam kilatan kuning, sama seperti kedatangannya yang tiba-tiba.

"Hah~ sudah lama sejak saat itu ... Ada apa kau kembali menampakkan dirimu disini Garp?!" gumam pria tua itu sebelum menghilang dalam kepulan asap. Tentu saja dengan suara Khasnya -poft-.

Balik ke tempat pertarungan antara Sasuke, Naruto dan Garp.

"Eh~ apa aku terlalu kasar?!". "Mereka pingsan!" gumam Garp.

"Sial. Ini malah menyulitkanku sendiri!" keluh kakek tua itu, saat menyadari sang lawan yang pingsan karena tidak bisa menahan tekanan mental Haki Raja Garp. Dan seperti yang di ucapkannya, pingsannya Naruto dan Sasuke menyulitkan dirinya sendiri karena Garp lupa jalan untuk pergi ke Desa Konoha.

"Sudah kuduga itu kau ... Monkey D Garp!" ucap Jiraiya yang duduk manis di salah satu Dahan Pohon, di sekitar Garp.

"Jiraiya ... Ahirnya kau menjemputku juga" balas Garp dengan senyumnya. Bukannya merasa takut karena sang pemimpin tertinggi Ninja muncul di hadapannya, kakek tua itu malah terlihat senang dan lega. Terbukti dari tekanan Chakra dan Haki Rajanya yang sudah tidak terpancar lagi dari Tubuh tuanya.

"Kau itu keparat sekali. Kau baru muncul setelah aku hampir mati oleh ANBU!". "Bagaimana kalau aku membunuh mereka heh?" umpat kakek tua itu. Sementara Jiraiya hanya tertawa mendengar keluhan Garp. Dilihat dari gaya bicara mereka yang terlihat santai, sepertinya mereka adalah teman lama.

"Aku akan membunuhmu jika kau melakukan itu, hahaha" balas Jiraiya santai dengan tawa tanpa bebannya. Garp hanya mengumpat kesal pada pria tua itu.

"Aku menyesal sudah mengajarimu Haki!". "Itu tidak sebanding dengan kontrol Chakra yang kau ajarkan!" desis Garp sinis.

"Lagi-lagi mengatakan itu" gumam Jiraiya. Seraya melompat turun dari Dahan Pohon yang sedari tadi di dudukinya, lalu berjalan mendekati kakek tua itu.

"Itu karena kau tidak memiliki perubahan jenis Chakra". "Jadi tidak mungkin kau memiliki kekuatan Elemental seperti kami"

"Langsung saja, kedatanganmu kesini bukan untuk menyampaikan keluhan membosankan itu kan?!" ucap Jiraiya. Dan itu sudah cukup untuk membuat Garp menampilkan mimik serius.

"Benar!"

"Baiklah kita mengobrol di Rumahku" balas Jiraiya seraya berjalan meninggalkan Garp.

"Tunggu!" desis kakek tua itu dan sukses menghentikan langkah Jiraiya.

"Kau ..." lanjut Garp dengan nada yang semakin dingin dan terdengar kejam. Dan itu membuat Jiraiya sedikit waspada, terbukti dengan pancaran Chakra yang mulai terkonsentrasi di Tubuhnya.

"Kau tidak memelukku?!" tanya Garp. Dan pertanyaan itu sukses membuat Jiraiya terjungkal dengan tidak elitnya.

"Keparat!". "Jangan mengatakan hal yang tidak perlu dengan nada yang dingin dan mengancam seperti itu!" desis Jiraiya seraya menunjuk-nunjuk Wajah tua Garp.

"Biasanya kau memeluk sahabatmu?!" rajuk Garp seraya membentangkan Tangannya, seolah-olah minta di peluk Jiraiya.

"Tidak mau!". "Lihat dirimu. Penuh dengan Darah seperti itu!" balas Jiraiya dengan kejamnya.

'Nanti bajuku kotor!' batin pria tua itu melengkapi ucapannya sendiri.

"Aku tidak menyangka persahabatan kita sebatas ini". "Hanya karena takut bajumu kotor oleh Darahku, kau tidak mau memeluk Sahabat yang sangat berjasa untuk Konoha ini" desis Garp dengan sinisnya. Seolah-olah mampu membaca isi hati pria tua itu.

"Hah~ sudahlah kita segera selesaikan ini, bukankah kau tidak punya banyak waktu!" ucap Jiraiya, sembari meneruskan jalannya yang sempat terhenti.

"Hey!" teriak kakek tua itu. Agaknya Garp masih tidak terima dengan kelakuan Jiraiya. Dengan langkah yang terburu-buru, Garp berusaha mengejar pria tua itu.

"Apa lagi?" tanya Jiraiya dengan nada bosannya saat Garp sudah berjalan di sampingnya.

"Bagaimana dengan dua bocah itu?". "Kau mengabaikannya sejak tadi!" tanya Garp mengabaikan nada bosan lawan bicaranya.

"Minato akan mengurusnya" jawab Jiraiya singkat, padat dan jelas. Garp hanya mangut-mangut tanda mengerti.

"Minato ya ... Seperti apa dia sekarang?". "Kurasa dia sekarang sudah menjadi remaja yang tampan" ucap Garp dengan senyum bangga akan ucapannya. Namun berbeda dengan Jiraiya yang menatapnya dengan pandangan aneh dan miris.

"Kau ini bicara apa pak tua?!". "Pemuda pirang yang tadi bertarung denganmu tadi adalah anaknya Minato ... Mana mungkin dia masih remaja jika anaknya sudah sebesar itu?" ucap Jiraiya dengan sinis.

"B-Benarkah?!" tanyanya dengan Wajah melongo. Sementara Jiraiya semakin sinis menatap kakek tua itu.

"Aku ternyata sudah tua ... Huaaaahhhhh~" teriak Garp menangis sedu dengan fakta yang menyedihkan -untuk Garp-. Sudah semakin tua dan tidak muda lagi.

'Dia tidak sadar umur' batin Jiraiya ilfil.

"Sadarlah pak tua ... Kita sudah termakan usia. Sebentar lagi nama besar kita mungkin akan di gantikan oleh generasi berikutnya" ucap Jiraiya.

"Diam kau keparat!". "Jangan memanggilku dengan sebutan pak tua. Kau pun sama tuanya denganku!" umpat Garp setelah selesai dengan tangis melankolisnya.

Naruto Piece :: The Ninja.

Desa Konoha.

Garp tertawa lepas bersama Jiraiya, saat mereka mengenang kenangan masa lalu mereka. Mengabaikan tatapan jengah Wanita cantik yang duduk tak jauh dari mereka. Wanita itu adalah Tsunade, seorang Ninja yang juga menyandang gelar Sannin seperti Jiraiya, yang kini telah resmi menjadi Istrinya. Tsunade bukannya tidak senang dengan kedatangan Garp, hanya saja tertawa mereka, terasa mengganggu Indra Pendengaran sang Putri.

"Tidak bisakah kalian mengecilkan sedikit suara kalian?!" desis Tsunade. Sementara Garp dan Jiraiya tidak terlalu mempedulikan umpatan Wanita cantik itu.

"Hahaha, saat itu kau terlihat bodoh sekali!" ucap Jiraiya dengan tawa yang membahana, saat mengenang salah satu kejadian di masa lalu.

"Diamlah! Kau pun sama bodohnya denganku!" desis Garp. Tsunade terlihat kesal dengan ke dua orang tua itu, hingga ahirnya memilih pergi meninggalkan mereka berdua. Tak lupa dengan bantingan Pintu. Untuk sesaat, dua kakek tua itu terdiam seraya menatap horor pada Tsunade, tapi sedetik kemudian mereka kembali tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha Tsunade-Chan tidak pernah berubah yah" ucap Garp.

"Tapi ahirnya dia pergi juga ..." lanjutnya mulai terlihat serius. Dan Jiraiya pun berhenti tertawa secara tiba-tiba, seiring dengan mimik serius yang langsung menghiasi Wajah tuanya.

"Jadi ... Bisakah kita mulai bicara serius?!" tanya Jiraiya, yang langsung di jawab dengan anggukan mantap.

Di tempat Tsunade.

Wanita itu terus memberikan umpatannya pada dua kakek tua itu. Tsunade tentu saja sangat kesal pada mereka, alasannya ? Tentu saja karena terus di abaikan walau pun sudah mencoba untuk masuk dalam perbincangan mereka. Tentu saja, siapa yang tidak kesal jika terus di abaikan seperti itu. Hingga ahirnya kedatangan Sasuke dan Naruto menghentikan aktivitasnya, mengumpat.

"Tidak baik seorang Putri seperti anda terus mengumpat seperti itu, Tsunade-Sama ..." ucap Naruto seraya membungkuk hormat.

"Naruto-Kun, Sasuke-Kun ..."

"Apa kalian baik-baik saja?". "Kudengar kalian yang berhadapan dengan Garp" tanya Tsunade saat menyadari siapa yang menemuinya.

"Seperti yang anda lihat, Tsunade-Sama" jawab Sasuke.

"Syukurlah ..." ucap Tsunade lalu mulai berjalan kembali, meninggalkan dua remaja itu.

"Eumh~ Tsunade-Sama ... Ada yang ingin kami tanyakan" ucap Naruto mencoba menghentikan langkah Wanita itu.

"Ini soal Monkey D Garp!" lanjutnya, setelah Tsunade kembali memberikan perhatiannya pada mereka. Untuk sesaat raut wajah Wanita itu terlihat serius, tapi dengan cepat pula tergantikan dengan senyum manisnya.

"Jadi apa yang ingin kalian tanyakan?" tanya Tsunade dengan senyum terbaiknya.

"Kenapa Jiraiya-Sama membawa Angkatan Laut itu ke Desa". "Setau kami bukankah kita berusaha untuk menyembunyikan keberadaan kita dari Pemerintah Dunia dan Angkatan Laut, bahkan hingga membuat rumor tentang Monster" ucap Sasuke.

"Hah~ jadi itu ya ..."

"Sejujurnya, Garp adalah teman lama kami". "Meski dia seorang Angkatan Laut, tapi dia berbeda. Garp memiliki pemikirannya sendiri tentang arti dari Keadilan Absolute!" ucap Tsunade mencoba menjelaskan situasinya pada Naruto dan Sasuke.

"Teman lama?"

"Yap. Sebenarnya ini adalah rahasia Desa, tapi kurasa kalian bisa di percaya untuk menjaga rahasia ini". "Sejujurnya sekitar dua puluh tahun yang lalu, kita tidaklah tinggal di Pulau ini. Dulu para Ninja tinggal di Pulau yang disebut Pulau Elemental dan di bagi dalam lima Desa besar. Ninja hidup dari hasil menjalankan Misi mereka, baik itu Misi perlindungan, penjagaan, atau pun pembunuhan, asal bayarannya sesuai Ninja akan melakukannya"

"Hingga ahirnya bencana datang. Salah satu dari ke lima Desa besar mendapatkan Misi membunuh seorang pemuda. Kami (para Ninja) yang menutup diri dari Dunia luar, tidak tau jika target dari Misi itu adalah seorang Tenryuubito. Dan sebuah kesalahan jika mengganggu keturunan Tenryuubito, karena Angkatan Laut akan langsung menyerang siapa pun yang berani mengganggu mereka"

"Dan kalian tidak tau soal itu?" tanya Sasuke memotong penjelasan Tsunade.

"Benar. Singkat cerita, keturunan Tenryuubito pun berhasil di bunuh. Dan kalian tau? tak lama setelah itu ratusan Kapal Angkatan Laut mengepung Pulau Elemental dan menghujani Pulau dengan Meriam. Banyak Ninja yang terbunuh dari Tragedi itu ... Tapi itu bukan ahirnya, karena Angkatan Laut lalu menyisir Pulau, mencari setiap Ninja yang selamat dan membunuh mereka"

"Menyeramkan ..." gumam Naruto.

"Dan saat itulah kami bertemu dengan Garp ... Garp yang harusnya membunuh kami malah menolong kami karena merasa pembantaian ini adalah sebuah kesalahan. Dia menolong kami keluar dari Pulau Elemental dan menyembunyikan kami di Pulau ini. Sebagai salam persahabatan, kami mengajarkan kekuatan masing-masing. Jiraiya mengajarkan kontrol dan Perubahan jenis Chakra, sedangkan Garp mengajarkan tentang Haki"

"Jadi karena itu dia bisa menggunakan Chakra" gumam Naruto lagi.

"Tapi ada yang mengganjal fikiranku ... Kenapa hanya Kita? Maksudku, kenapa hanya Ninja Desa Konoha saja yang di selamatkan Garp?" tanya Sasuke.

"Itu karena hanya Konoha yang tidak terlibat dalam insiden Tenryuubito. Karena itulah Garp hanya menolong kami, karena kami sama sekali tidak bersalah" jawab Tsunade mengahiri ceritanya.

"Lalu kenapa dia datang kesini?"

"Entahlah ... Tapi asal kalian tau, dia sering datang kesini, hanya saja ini kali pertama dia datang secara terang-terangan seperti ini" jawab Tsunade. Sementara Naruto dan Sasuke hanya menatap tak percaya pada sang putri dengan apa yang di dengarnya.

"Dia penyusup yang hebat!"

"Bukan dia, tapi Jiraiya ... Setiap datang Jiraiya pasti akan menjemput Garp, dan membawanya ke Desa tanpa ada yang tau"

"Seperti yang di harapkan dari sang legenda Sannin" Tsunade hanya tersenyum mendengar komentar pemuda bersurai pirang itu.

"Ingat. Rahasiakan ini dari Ninja lain, aku tidak mau mereka mencari masalah dengan Pemerintah Dunia atau pun Angkatan Laut!"

"Baiklah!"

BERSAMBUNG.

Note ::

Naruto Piece :: The Ninja. Projeck yang Tobi janjikan.

Oh iya, Naruto DxD :: True Longinus, sudah di Update (1 minggu yang lalu sih sebenarnya) bagi yang belum membaca silahkan cek ^_^

Jangan lupa Review Reader-San.

REVIEWNYA READER-SAN

vvvvvv

vvv

v