Selamat Hari Raya Idul Fitri buat para reader yg merayakannya! Mohon maaf lahir dan batin! Telat gak ya ngucapin sekarang? Kayaknya telat banget, hahaha.. Bagaimana liburan kalian? Menyenangkan? Atau hanya menghabiskan waktu di rumah? Udah mulai masuk tahun ajaran baru ya. Semangat buat kalian yang menempuh lingkungan sekolah yang baru(?). Oh ya, ini chapter terakhir dari Karakuri卍Burst! Yay! Gak banyak cing-cong lagi, silahkan nikmati ceritanya~
DOUZO~
.
.
.
Karakuri卍Burst
By: Hikage VanaN'Ice
Disclaimer: Saat ini Vocaloid bukan milik saya
Genre: Angst, Sci-Fi, Crime
Pair: Rin and Len
Rate: T++++
Warning: Beberapa bagian di cerita ini mengandung unsur kekerasan dan adegan berdarah. Tidak dianjurkan bagi kalian yang di bawah umur dan tidak tahan membaca cerita pembunuhan. Jangan pernah mencoba adegan-adegan dalam cerita ini kecuali jika nyawa kalian terancam (apa-apaan ni author).
DON'T LIKE? DON'T READ!
.
.
.
KEESOKAN HARINYA, 6.00 p.m.
Langit jingga di petang itu membuat seluruh bangunan di markas The Cryptonaziest memiliki warna yang senada. Terlihat seorang pemuda berjalan disepanjang lorong sambil tertunduk. Angin petang berhembus membelai rambut blondenya. Ketika berada di pertengahan lorong, ia berpapasan dengan seorang pria berambut ungu. Mereka pun menghentikan langkah mereka. Pemuda berambut blonde itu mengeluarkan sebuah surat dan memberikannya ke pria tersebut.
"Tolong berikan ini pada Ketua Ryuto, Gakupo-san." Kata pemuda itu.
"Akan kusampaikan. Semoga kau berhasil di misimu kali ini, Len." Pria bernama Gakupo itu menerima surat tersebut. Gakupo menepuk bahu Len, memberikan sedikit dukungan padanya. Tak banyak basa-basi lagi, mereka melanjutkan langkahnya. Len mengangkat kepalanya yang sejak tadi terus tertunduk, matanya memandang tajam ke depan, dadanya yang bidang membusung dengan tegasnya. Ia siap untuk melakukan misi utamanya.
Di depan markas, Kaito dan semua anggota divisi Karakuri Burst sudah menunggu Len. Sebelum mereka berangkat, Kaito memberikan arahan mengenai misi kali ini. Dia memberitahu anggotanya misi kali ini dia mengajukan permintaan untuk mengirim beberapa pasukan pembantu kepada Ketua Ryuto sehingga mereka bisa fokus untuk mengeksekusi Miku.
"Len, jika memang saudaramu masih bertahan, kami akan berusaha untuk menyelamatkannya." Ujar Kaito kepada Len. Len hanya bisa mengangguk, komandannya tidak tahu bahwa adiknya masih hidup dan menjadi objek projek utama Miku. Orang yang telah membunuh banyak orang diberbagai tempat, sang boneka pembunuh.
Setelah memberikan pengarahan, Kaito dan anggotanya langsung masuk ke dalam mobil jeep yang biasa mereka pakai ketika bertugas. Mereka pun berangkat menuju markas YRC, tempat Miku dan anggota YRC lainnya bersembunyi. Markas YRC berada di tempat yang sangat jauh dari kota Lorelei dan melewati jalan yang sulit untuk dilalui sehingga mereka membutuhkan waktu berjam-jam untuk sampai ke sana.
Sekitar jam 10 malam, mereka sampai di wilayah industri yang terisolir yang menjadi markas Yamaha Riech Corporation. Pasukan pembantu yang Kaito minta sudah berada di sana lebih dulu. Seluruh pasukan The Cryptonaziest mempersiapkan senjata mereka dan siap menyerang di bawah komando Kaito. Para pasukan pembantu mengendap-endap dengan sigap masuk dan memeriksa setiap bangunan yang ada di sana. Mereka diperintahkan oleh Kaito untuk membunuh semua anggota YRC yang mereka temui, mencari posisi Miku, dan membukakan jalan untuk divisi Karakuri Burst untuk mencapai tempat Miku berada.
Hampir setengah jam mencari, akhirnya posisi Miku berada ditemukan. Dia berada di sebuah lapang kosong yang berada di tengah-tengah area industri itu. Setelah mendapatkan laporan tersebut, Kaito dan seluruh anggota yang dipimpinnya bergegas menuju ke tempat tersebut. Disepanjang jalan mereka banyak mayat dari rekan dan juga lawan yang mati karena pertarungan mereka. Tanpa menghiraukan keadaan sekitar, Kaito dan yang lainnya terus berlari menuju lapangan tempat Miku berada.
Akhirnya mereka sampai dilapangan tersebut. Terlihat sosok Miku yang sedang membelakangi mereka. Disamping kanannya berdiri assisten pribadi Miku, Hiyama Kiyoteru. Kaito memberi aba-aba kepada pasukannya untuk mempersiapkan senjata mereka masing-masing. Perlahan Miku dan Hiyama membalikan badan mereka sehingga kedua kubu saling bertatapan muka. Miku menyeringai kepada Kaito.
"Yo Komandan Kaito, lama tidak berjumpa." Miku memberi salam dengan seringainya yang lebar.
"Sudah lama aku ingin bertemu denganmu, ilmuan gila. Setelah bertahun-tahun gagal menangkapmu, kali ini akan kupastikan kupenggal kepalamu." Kaito mengeluarkan katana dari sarungnya dan bersiap pada posisi menyerang.
"Hihihihi... kau masuk ke dalam sarang musuh dengan mudahnya. Apa kau tidak mengerti maksud dari hal tersebut?" Miku mengambil sebuah peluit kecil dari saku jas laboratoriumnya. Semua pasukan Kaito pun waspada, bersiap dengan hal yang akan terjadi. Miku meniup keras-keras peluit tersebut. Terdengar suara langkah kaki yang cepat dari belakang pasukan Kaito.
DAR! DAR! DAR!
Tiga orang di pihak Kaito mati telak ditembak tepat mengenai kepala mereka. Kaito dan yang lainnya langsung beralih pandangan ke arah belakang mereka. Seorang gadis dengan brutalnya menembaki pasukan Kaito. Mereka mencoba melawan namun gerekannya terlalu cepat. Gadis itu menghindari setiap serangan dari pasukan Kaito dan menembaki mereka secara bersamaan. Sebagian besar pasukan Kaito tak berkutik dan tewas ditangan gadis itu.
Gadis tersebut mengarahkan pistolnya ke para anggota divisi Karakuri Burst dan menembaki mereka. Kaito dan bawahannya langsung melompat, menghindari peluru-peluru tersebut. Gadis itu menghentikan serangannya dan mengisi ulang pistolnya dengan peluru. Suasana disana pun menjadi hening sejenak. Hanya tersisa 10 orang lagi dari pasukan yang Kaito pimpin, 5 orang dari divisi Karakuri Burst dan 5 orang pasukan pembantu.
"Jadi dia boneka Miku yang membantai kota-kota?" pikir Kaito.
"Rin." Len memandang ke arah gadis itu.
"Wah, ternyata nii-chan mesum yang waktu itu. Kita bertemu lagi." Ujar Rin sambil menyeringai dan mengarahkan pistolnya ke arah Len.
"Len apa yang kau lakukan? Cepat bunuh dia!" perintah Kaito.
"Tidak bisa! Aku tidak bisa membunuh saudaraku sendiri.. Komandan Kaito.. Aku akan menyelamatkan saudaraku." Ujar Len dengan lirih.
"Dia saudaramu?!" Kaito kaget. "Meskipun begitu, dia sudah membunuh banyak orang. Sudah tugas kita untuk menghapus kejahatan di dunia ini, terlebih lagi dia kaki tangan Miku. Ingat tugas dari divisi kita, Len!" Kata Kaito dengan tegas.
"Tugas dari divisi kita untuk membunuh Miku, dan komandan sudah bilang bahwa kita akan menyelamatkan Rin." Bantah Len kepada komandannya.
"Dia sudah tidak bisa diselamatkan lagi, manusia yang sudah dimanipulasi oleh Miku tidak akan bisa kembali seperti semula." Kaito mulai merasa kesal.
"Hihihihi.. sungguh pertemuan kembali yang memilukan, setelah 10 tahun lebih kalian terpisah saudaramu kini dia hanyalah sebuah boneka pembunuh dan sekarang menjadi musuhmu, ironi sekali. Ah, aku sangat menyukai saudaramu ini, terutama ketika aku merombaknya. Dia sangat luar biasa bukan." Ujar Miku dengan senangnya sambil terkekeh-kekeh.
Amarah Len mulai memuncak. Tangannya menggenggam erat katana miliknya sampai mengeluarkan darah. Dia memandang Miku dengan penuh kebencian. Len hendak menyerang Miku, namun tiba-tiba Mikuo berlari ke arah Miku dan menyerangnya. "Hentikan semua tindakan gilamu!" teriak Mikuo sambil mengayunkan pedangnya ke arah Miku. Serangan Mikuo berhasil ditahan oleh Hiyama dengan belatinya. "Cih!" Mikuo dengan cepat memutar badannya dan menebas kepala Hiyama hingga terlepas. Tubuh Hiyama langsung tergeletak dan menggelinjang, darah memuncrat keluar dengan derasnya dari leher Hiyama. Miku kaget melihat asistennya dibunuh dengan sangat mudah, ia melompat mundur menjaga jarak dari adiknya.
"Aku bukan anak kecil yang bisa kau lumpuhkan dengan mudah seperti dulu, Hiyama." Ujar Mikuo sambil menyipratkan darah Hiyama yang ada di pedangnya ke tanah.
"Cih, dasar Hiyama tidak berguna dan kau benar-benar orang yang merepotkan, adikku." Miku mengeluarkan pistol miliknya dan menembaki Mikuo. Mikuo menghindari semua tembakannya sambil mendekati Miku dan menyerangnya. Mereka berdua pun saling bertarung. Sementara itu... DAR! DAR! DAR! DAR! DAR! Rin menembak mati semua pasukan pembantu yang tersisa ketika mereka sedang lengah.
"Membosankan! Kalian juga seharusnya mengajakku bermain kakak-kakak berseragam." Rin kembali menembaki Kaito dan yang lainnya. Mereka langsung menghindari semua tembakan Rin. Len menyuruh Rin untuk berhenti, namun kata-katanya tidak ia pedulikan. Luka dan Meiko pun mengambil inisiatif untuk menyerang Rin lebih dulu. Sementara itu Kaito berlari menuju Miku dan Mikuo yang sedang bertarung, ia hendak membantu Mikuo. Miku yang melihat Kaito datang mengeluarkan sebuah remot kecil dan menekan beberapa tombol. Tiba-tiba keluar beberapa pasukan anjing hasil percobaannya dan menghadang Kaito, sebagian anjing yang lainnya melawan Len, Luka, dan Meiko. Mereka dibuat kewalahan oleh anjing-anjing tersebut.
Miku dan Mikuo masih saling bertarung. Miku yang mulai tersudut mengeluarkan suntikan anestesia dosis tinggi dan menancapkannya ke kaki Mikuo. Seketika kaki Mikuo mati rasa, ia pun langsung ambruk. "Kau masih terlalu cepat untuk membunuhku. Selamat tinggal adikku tersayang." Miku menembaki adiknya sampai mati.
"MIKUO! SIAL!" Len yang hendak menolong Mikuo pun tak sempat menolongnya karena masih disibukkan oleh anjing-anjing milik Miku. Kaito yang sudah menyelesaikan urusannya dengan anjing-anjing itu kembali menyerang Miku. Kali ini Miku benar-benar dibuat kewalahan karena staminanya mulai berkurang. Tubuhnya penuh luka dari serangan-serangan yang dilakukan Kaito namun ia terus menangkis dan bertahan. Miku mencoba berbalik menyerang Kaito dengan pisau bedah miliknya. Kaito merunduk menghindari serangan Miku kemudian menebas kaki Miku hingga putus. Miku mengerang kesakitan.
"Sudah berakhir. Setelah ini kami akan menginvestigasi semua wilayahmu dan memusnahkannya" Kata Kaito sambil mengarahkan pedangnya ke kepala ilmuan gila itu. Miku memandang ke arah Kaito kemudian menyeringai dan berkata, "Kau tidak perlu repot-repot melakukannya."
DUARRR! Semua gedung di wilayah tersebut meledak dan terbakar api. Miku menaruh bom di setiap gedung, ia tidak ingin percobaannya disentuh oleh orang lain. Seketika tempat persembunyian YRC pun menjadi lautan api. "AHAHAHAHAHAHAHAHAHA!" Miku tertawa terbahak-bahak melihat tempat persembunyiannya dipenuhi cahaya api. Kaito yang kesal hendak mengakhiri Miku, tapi serangannya dihentikan oleh Rin. Miku menyeringai kepada Kaito, ia mengejeknya. Kesal melihat ejekan Miku, ia pun menebas Rin yang ada dihadapannya. Rin berusaha menghindar namun pedang Kaito berhasil menyayat lengan kiri Rin. Darah mengalir melalui luka tersebut hingga ke ujung jarinya.
Dari belakang, anjing-anjing Miku kembali menyerang Kaito. Rin yang ada di hadapannya bersiap menembak Kaito yang berusaha melepaskan gigitan anjing-anjing itu. "LEN!" Kaito memanggil Len untuk menghentikan serangan Rin. Ting! DARR! Len berhasil menangkis pistol Rin dengan katananya sebelum ia menembak Kaito. Rin mengarahkan pistol di tangan lainnya ke kaki Len dan menembaki kaki Len. Len melompat mundur menghindari peluru yang ditembaki Rin. Kini ada jarak di antara mereka.
"Rin! Sadarlah! Kau sedang diperalat oleh Miku." Teriak Len.
"Hah? Apa yang kau bicarakan, nii-chan mesum?" tanya Rin sambil menodongkan pistolnya.
"Aku saudaramu! Aku Len! Kita dulu tinggal di sebuah desa kecil bersama orang tua kita. Dulu kita selalu bermain di ladang bersama. Kau ingat?" Len mencoba membuat ingatan rin kembali.
"Apa maksudmu? Sejak dulu aku sudah berada... disini... ugh!" tiba-tiba rin merasakan sengatan hebat di kepalanya. Dia memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit dan sedikit meringis. Tubuh Rin terhuyung hampir jatuh.
"Ingatlah Rin! Desa tempat kita tinggal dibakar habis, orang tua kita dibunuh, dan beberapa orang telah menyerang kita sehingga kita kehilangan satu mata kita. Mereka juga yang memisahkan kita, orang-orang dari YRC, Hatsune Miku sudah memisahkan kita!" Len terus berteriak. Pandangan Rin mulai kabur, satu per satu gambaran tentang masa lalu Rin mulai kembali dan semakin membuat kepalanya terasa begitu sakit dan membuatnya jatuh terduduk di tanah. Len yang khawatir berlari ke arah Rin.
DARR! DARR!
"Jangan mendekat!" teriak Rin sambil menembak ke arah samping kaki Len untuk menghentikan langkahnya. Rin terengah-engah sambil menahan rasa sakit di kepalanya, wajah dan tubuhnya berkeringat karena rasa sakit itu. Perlahan ia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Len. Wajahnya mengingatkan dia dengan seseorang yang sangat disayanginya.
"Len-nii.." ujar Rin dengan lirih. Tanpa sadar, matanya mengeluarkan air mata.
"Apa yang kau lakukan Rin?! Cepat bunuh mereka semua!" Perintah Miku.
"Tidak..bisa.." jawab Rin dengan suara pelan.
"Cih, dasar tidak berguna." Miku mendecis dan menekan tombol merah pada remot yang dipegangnya. "KKKYYYYAAAAAAAAAAAAA!" tiba-tiba Rin menjerit kesakitan, tubuhnya langsung tergeletak dan bergetar hebat, nafasnya semakin cepat dan tidak beraturan. Rin merasakan sesuatu menyetrum seluruh organ dalam tubuhnya. Tubuh Rin semakin meringkuk dan ia terus mengerang kesakitan. Len yang melihat kondisi aneh Rin dengan cepat menopang tubuh Rin dengan kedua tangannya.
"Rin! Kau kenapa?" Len mulai panik.
"Sakit..Len-nii..sa..kittt~" rintih Rin, dirasakannya tubuh Rin yang gemetaran dan air mata yang terus mengalir menjadi bukti kesakitan Rin yang sedang dirasakannya. Terlihat darah keluar dari mulut Rin.
"Hahaha.. aku sudah mengimplan berbagai alat di tubuhnya. Jika dia memberontak, aku hanya perlu mengaktifkan alat yang akan menyiksanya." Ujar Miku.
"SIALAN!" amarah Len meledak. Ia melempar katananya ke arah Miku dan.. "AARGH!" katana tersebut berhasil menancap dan menghancurkan remot milik Miku hingga tembus ke belakang tangannya. Len meletakkan Rin yang sudah berhenti meringis di atas tanah dan menghampiri Miku. Ia menarik kasar katananya yang masih menancap di tangan Miku sehingga membuat Miku menjerit kesakitan.
"Aku akan membuatku merasakan apa yang Rin rasakan selama ini." Len memandang Miku dengan pandangan yang mematikan. Aura Len dipenuhi oleh keinginan untuk membunuh Miku. Len menginjak kepala Miku kemudian mengangkat katananya tinggi-tinggi dan menancapkannya di lengan atas Miku. Dia menariknya lagi kemudian menancapkannya di punggung kanan gadis berambut hijau tosca itu hingga menembus ke dadanya. Len terus melakukan hal itu di beberapa bagian tubuh Miku. Suara erangan Miku pun terus terdengar setiap ia ditusuk oleh Len. Tubuhnya sudah bersimbah darah, sesekali ia tertawa disela-sela erangannya dan hal itu membuat Len menggeritkan giginya. Ketika Len hendak mengakhiri hidupnya, Miku mulai berbicara.
"Hahaha.. aku tidak menyangka ketika mengetahui kau bekerja di bawah orang yang membakar tempat tinggalmu 10 tahun yang lalu." Ujar Miku.
"Apa maksudmu? Kau yang membakar desaku!" teriak Len.
"Aku kesana hanya untuk mencari kelinci percobaan baru untuk penelitianku, karena itu aku membawa saudaramu. Dan kebetulan ketika aku kesana, mereka sedang mengadakan eksekusi di desa itu." Cerita Miku.
"Kau pembohong!" Len membantah pernyataan dari Miku.
"Untuk apa aku bohong ketika waktuku tinggal sebentar lagi? Aku yakin kau sudah paham betul siapa yang biasa melakukan metode pembakaran masal untuk eksekusi." Miku membuat Len mengingat kembali apa yang telah ia lalui sampai saat ini.
"Komandan...Kaito? Tidak mungkin! Dia yang menyelamatkanku dan mendidikku hingga aku bisa membalaskan dendamku padamu." Len masih mencoba untuk membantah.
"Haah.. dia hanya ingin memanfaatkanmu sama seperti aku memanfaatkan saudaramu. Kalau kau masih belum percaya, lihatlah dibelakangmu!" ujar Miku sambil melihat sosok yang berada di belakang Len. Len pun membalikkan badannya dan melihat ke arah yang sama. Mata Len terbelalak lebar. Ia mengingat sesuatu ketika ia melihat hal di depannya, sosok pria berseragam dengan rambut biru gelap kemerahan yang membunuh ayah dan ibunya. Kobaran api membuat Len melihat jelas salah satu sosok yang ia benci selain Miku.
"Komandan Kaito, kau.. yang membunuh orang tuaku.. dan membakar tempat tinggalku?" Len mencoba memastikannya.
"Haah.. Sesuai dugaanku, cepat atau lambat kau akan mengetahuinya. Tapi tak kusangka Miku yang akan memberitahumu." Kata Kaito sambil mengelap pedangnya yang penuh darah dari anjing-anjing Miku.
"Kenapa kau melakukan itu?" tanya Len yang mencoba mengontrol emosinya.
"Desa tempatmu tinggal adalah desa para pencuri. Orang-orang yang tinggal disana mayoritas adalah para pencuri ulung begitu pula orang tuamu. Sudah hal wajar jika mereka dihukum oleh kami." Jawab Kaito dengan tenang.
"Apa yang kau katakan? Kami hidup dengan berladang juga berternak, dan jika memang benar kenapa kau tidak membunuhku saat itu juga seperti yang biasa kau lakukan?"
"Berkebun dan berternak hanyalah penutup kedok mereka yang sebenarnya pencuri. Aku yakin di rumahmu ada sebuah gudang bawah tanah tempat mereka menyimpan curian mereka, mungkin kau tidak diperkenankan untuk melihatnya untuk menjaga pandanganmu tentang orang tuamu. Sejak awal aku membawamu hanya untuk kumanfaatkan dan akan kubunuh sebagai eksekusimu setelah kau mengetahui kebenarannya. Karena sekarang kau mengetahuinya, waktunya untuk mengeksekusimu." Kaito mengarahkan pedangnya ke arah Len.
"Khh! KAIIITTOOO SHIIOON!" Len yang geram langsung berlari menuju tempat Kaito berdiri dan menyerangnya. Mereka pun akhirnya saling beradu pedang. Suara dentingan dari pedang yang saling beradu menambah suasana disana semakin mencekam. Perlahan Len mulai menyudutkan Kaito, serangan-serangan Len lebih unggul dari pada Kaito. Melihat ketuanya semakin terdesak, Meiko dan Luka yang telah membunuh semua anjing Miku bergegas membantu Kaito. Sekarang Len yang kewalahan melawan mereka bertiga.
Tiga lawan satu bukanlah hal yang mudah bagi siapa pun terutama jika mereka memiliki kemampuan yang hampir setara, Len paham akan hal itu. Dia pun fokus untuk mengalahkan mereka satu per satu sambil menghindari serangan-serangan mereka. Len memutuskan untuk menyerang Meiko terlebih dulu. Len berlari sedikit menjauh dari mereka dan seperti yang ia harapkan Meiko mengejarnya lebih cepat dari Luka. Dengan cepat, Len membalikan badannya dan menyerang Meiko namun berhasil ditangkisnya. Len dan Meiko pun beradu pedang. Len melihat Luka semakin mendekat, ia pun menancapkan katananya ke mayat anjing di dekatnya dan menyipratkan darah anjing yang ada di katananya ke mata Meiko.
Penglihatan Meiko pun terganggu dan pada kesempatan itu Len menyayat kakinya sehingga Meiko terjatuh kemudian Len menancapkan katananya tepat di dada Meiko hingga menembus jantungnya. "KHAAKH!" Meiko mengeluarkan darah dari dari mulutnya. Ketika Len akan menarik kembali katananya, Meiko menggenggam dan menahan katana Len tetap tertancap di dadanya. "Luka, cepat hentikan Len!" ujar Meiko sambil menahan sakit. Len mendecak kemudian menendang wajah Meiko hingga ia melepaskan genggamannya dan akhirnya Len berhasil menarik katana miliknya.
Len berusaha menyerang Luka namun gerakan Len berhasil dilumpuhkan olehnya. Luka mengunci gerak tubuh Len dan menghadapkannya ke arah Kaito. "Kau membunuh rekan kerjamu sendiri, itu sudah cukup jelas untuk memberimu hukuman." Ujar Kaito sambil mengarahkan pedangnya tepat di leher Len.
"Membunuh orang yang akan membunuh kita itu adalah bentuk pembelaan diri dan itu wajar." Kata Len yang memandang Kaito dengan tajam. Kaito hanya terdiam datar mendengar kata-kata Len. Ia mengangkat pedang dan hendak menebas leher Len, tapi... DAR! DAR! Terdengar suara tembakan dari belakang mereka dan mengenai kepala Luka juga tangan Kaito. Pedang Kaito pun lepas dari genggamannya. Luka yang sedang memegangi Len langsung terjatuh, kepalanya mengeluarkan banyak darah dan badannya menggelinjang karena serangan kejutan tadi. Ia pun mati di tempat.
"Lepaskan...Len.." Terlihat Rin mengangkat pistolnya. Ia berusaha menyelamatkan Len dengan sisa tenaganya. Kaito memegangi tangan kanannya yang berdarah karena tembakan Rin. Dia mengambil pedangnya dengan tangan kiri dan mengayunkannya ke arah Len. Len merunduk menghindari serangan Kaito kemudian mengambil katananya yang tergeletak di bawahnya. Len hendak menyerang Kaito tapi ia kalah cepat dari Kaito dan... CRASSH! Kaito menusuk bahu kiri Len hingga ia tergeletak di tanah dan memuntahkan darah. "Khh~" Len meringis menahan rasa sakit. Kaito menarik pedangnya dan mengarahkan pedang itu ke leher Len. Ketika Kaito akan menancapkannya, dengan sekuat tenaga Len menghindar dan menusuk pinggang Kaito hingga menembus ke sisi lainnya.
Len menarik katananya ke arah dalam sehingga perut Kaito terbelah dan mengeluarkan isiannya. Kaito pun mati di samping Len. Len menatap ke langit dan menghela nafasnya. Len berdiri dengan ditopang oleh katananya dan perlahan berjalan menuju tempat Rin tergeletak. "Ahaha.. sungguh kisah yang tragis. Desa mereka dibakar, orang tua mereka dibunuh, dipisahkan selama 10 tahun, bertemu kembali sebagai musuh dan bertarung, sekarang mereka melihat kematian mereka masing-masing. Tidak buruk juga untuk pemandangan terakhirku.. Uhuk!" ujar Miku yang memperhatikan Len dan Rin.
"Kematianmu sungguh tragis Kaito..dibunuh oleh bawahanmu yang seharusnya kau bunuh sejak awal.. yah, aku tidak pantas juga..berkata..begi..tu.." Miku pun semakin kehilangan pandangannya dan mati kehabisan darah.
Len duduk disamping Rin sambil menopang tubuh saudaranya. Len mengusap air mata Rin yang memandangnya dengan sayu. Rin tersenyum ke arah Len dan menyentu pipinya. "Aku tahu..kau akan datang..Len-nii.." kata Rin dengan suara sendu. Len hanya mengangguk dan meneteskan air matanya.
"Hei, Len-nii.. Untuk apa kita diciptakan? Sampai saat ini yang kuingat hanyalah pemandangan yang penuh darah." Tanya Rin lirih.
"Untuk apa kita diciptakan? Aku akan memberitahumu. Sampai saat ini kita hanyalah boneka yang dibuat untuk mematuhi perintah majikan kita. Sebuah perintah untuk membunuh orang-orang yang menentang majikan kita. Itu yang kutahu." Len menjawabnya dengan pedih.
"Begitu ya? Syukurlah.. setidaknya.. selama ini.. aku melakukan sesuatu sesuai tujuan." Perlahan Rin menutup matanya dan meninggalkan Len lebih dulu
"Ya, kau sama sekali tidak bersalah, saudaraku. Istirahatlah dengan tenang." Len mengecup kening Rin kemudian ia menempelkan keningnya di kening Rin. Len menidurkan saudaranya di atas tanah. Ia mengambil katananya dan meletakkan ujung katananya tepat di dadanya.
"Aku masih memegang teguh ajaranmu komandan Kaito. Orang yang bersalah harus dibunuh dan dibakar. Dosaku adalah aku sudah banyak membunuh dan sudah hal yang wajar seorang pembunuh akan mati dibunuh pula. Sampai jumpa di neraka komandan Kaito." JRAAASHH! Len menancapkan katananya tanpa ragu hingga menembus jantungnya. Darah mengalir dari sela-sela bibirnya yang tersenyum. Dia pun terjatuh dan mati di atas jasad saudaranya. Darah mereka berbaur menjadi satu.
EPILOG
MARKAS YRC, WILAYAH PERINDUSTRIAN TERISOLIR, 00.10 a.m.
Di sisi lain markas YRC terlihat ketua The Cryptonaziest dan pasukan kecilnya baru sampai di lokasi. Mereka bermaksud untuk memantau keadaan dan di kagetkan kobaran api besar yang menghanguskan tempat tersebut. "Len..Mikuo.." Ryuto khawatir dengan mereka.
"Tak ada tanda-tanda kehidupan di sekitar markas YRC dalam radius 100 meter. Kemungkinan mereka semua..." Gakupo tidak melanjutkan kata-katanya. Ryuto mengeluarkan surat dari Len yang disampaikan melalui Gakupo. Dia membacanya.
Kepada Ketua Ryuto
Ketika aku menulis surat ini, aku tau waktuku tak lama lagi. Sejak awal entah kenapa aku punya firasat suatu saat akan melawan komandan Kaito. Jika itu benar terjadi, sedikit kemungkinan aku akan selamat. Tidak hanya karena itu, aku juga akan melawan Miku yang semua orang tahu kekejamannya untuk menyelamatkan saudaraku.
Pesan terakhirku, aku harap The Cryptonaziest dapat menghukum orang-orang yang bersalah sesuai dengan kejahatan yang mereka perbuat dan melindungi mereka yang tidak bersalah. Paradigma yang dipercaya oleh komandan Kaito bukanlah sesuatu yang benar. Aku ingin ketua memperbaiki itu.
Tertanda,
Len Kagamine
"Apa menurutmu aku gagal sebagai seorang pemimpin, Gakupo? Aku membiarkan orang-orang yang bekerja untukku mati dan membiarkan beberapa dari mereka menegakkan keadilan yang salah." Tanya Ryuto yang tertunduk meyesal.
"Len mati karena kehendak dan masalahnya sendiri. Len pasti tahu tidak semua orang diorganisasi kita tidak baik. Dia juga tahu bahwa ketua adalah seorang pemimpin yang baik. Dia hanya meminta kita untuk memperbaiki sistem yang salah dalam organisasi kita. Kita harus lebih banyak belajar supaya kejadian ini tidak terulang lagi." Gakupo menyemangati Ryuto. Dia menepuk bahu kecil ketuanya memberi isyarat bahwa semuanya akan baik baik saja. Ryuto kembali mengangkat kepalanya dan memandang dengan penuh kepastian.
"Kita kembali ke markas, Gakupo. Waktunya era baru bagi organisasi kita. Aku tidak akan menyia-nyiakan perjuangan mereka yang gugur atas nama keadilan." Ryuto membalikkan badan dan kembali ke mobil mereka. Gakupo dan pasukan lainnya memberi hormat kemudian mengikuti ketua mereka dari belakang.
THE END
...
TAMAT! Akhirnya salah satu ceritaku ada yg tamat lagi! (mengingat beberapa masih gantung). Bagaimana dengan endingnya? Apakah sesuai dengan harapan kalian? Apakah terlalu sadis atau kurang sadis? Silahkan beri kesan dan pesan kalian tentang ff-ku yg satu ini. Terima kasih buat para reader yang telah mengikuti ff-ku yang satu ini sampai akhir, khususnya bagi yang meninggalkan jejak dengan mereview di setiap chapternya. Nantikan karyaku yang lainnya ya!
MATA NEE~